Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Wanda Fajriyah Rahma

NIM : 1944390038
JURUSAN : Sistem Infromasi
KELAS : Pagi
SEMESTER : 3

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR


NEGARA PASCA REFORMASI

Pendahuluan
Pancasila berisi nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari bumi Indonesia sendiri,
artinya diambil dari kekayaan, rohani, moral dan budaya bangsa Indonesia. Di
sini Pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa yang mampu mengikuti
perkembangan jaman dinamis, merupakan pemikiran terbuka dan hasil
consensus masyrakat, oleh karena itu Pancasila merupakan dasar negara yang
sudah tentu harus terwujud dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pancasila juga consensus politik yang sangat takjub, para pendiri negara bisa
menampung semua kepentingan yang ada kedalam ideologi Pancasila, dan
yang luar biasa adalah mengambil jalan tengah antara pilihan ekstrim yakni
negara sekuler dan negara agama. Dasar negara telah ditetapkan dengan
sesuai karakter bangsa asli yang akhirnya menjadi negara yang berkarakter
religius.
Betapa hebatnya para pendiri republik Indonesia ini dan betapa sangat luar biasa
mereka telah memberi landasan yang kokoh bagi suatu bangsa besar ini yang
menjadikannya negara yang kokoh.

1. Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara Pasca Reformasi


Multi agama, ribuan pulau, dan kaya sumberdaya alam (yang menjadi daya tarik
asing untuk campur tangan). Pancasila adalah titik pertemuan atau nukthatul liqo
yang lahir dari suatu kesadaran bersama pada saat krisis. Kesadaran tersebut
muncul dari kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang lebih besar
membentuk bangsa yang besar. Pancasila adalah suatu konsensus dasar yang
menjadi syarat utama terwujudnya bangsa yang demokratis. Rumusan Pancasila
yang kita kenal sekarang ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba apalagi kebetulan,
akan tetapi dari hasil pemikiran yang mendalam dan tidak terlepas dari persiapan
kemerdekaan yang dilakukan oleh BPUPKI, dalam sidang pertamanya pada
tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membahas rumusan dasar negara.
Dengan demikian jelas bahwa BPUPKI dalam sidang pertama tersebut
membahas untuk menentukan dasar negara yang pada akhirnya ditetapkanlah
Pancasila, jadi Pancasila adalah jelas foundasi negara bukan yang lain, bukan
sekedar pilar tetapi merupakan dasar bangunan yang menentukan bentuk dan
wujud bangunan itu sendiri. Hal ini juga tampak jelas dari pidato Ketua BPUPKI
Dr Kanjeng Raden Tumenggung Radjiman Wedyodiningrat pada pembukaan
sidangdengan mengajukan pertanyaan kepada anggota yakni “Apa dasar
Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini “? Mencari jawaban inilah kemudian
beberapa tokoh menyampaikan gagasannya dalam sidang tersebut yakni antara
lain:
Moh. Yamin dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945 mengemukakan 5 (lima)
dasar negara Indonesia yakni:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ke-Tuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat.

Namun pada akhir pidatonya Moh, Yamin secara tertulis menyampaikan


gagsannya tersebut
yang rumusan kalimatnya agak berbeda sebagai berikut:
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa;
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia;
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia.

Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengusulkan dasar negara sebagai
berikut:
- Persatuan;
- Kekeluargaan;
- Keseimbangan lahir dan batin;
- Musyawarah;
- Keadilan rakyat.
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan lima hal
yang menjadi dasar negara merdeka, yaitu:
- Kebangsaan Indonesia;
- Internasionalisme atau kemanusiaan;
- Mufakat atu demokrasi;
- Kesejahteraan sosial;
- Ke Tuhanan yang berkebudayaan.

Pendapat dari tiga tokoh tersebut kemudian dibahas oleh panitia sembilan pada
tanggal 22 Juli 1945 yang pada akhirnya menghasilkan rumusan yang
memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan dibentuknya negara
Indonesia Merdeka yang terkenal dengan sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta
Charter. Tanggal 10 – 17 Juli BPUPKI mengadakan sidang kedua, dalam sidang
kedua ini BPUPKI menerima laporan dari Panitia Sembilan tentang isi Piagam
Jakarta, serta membahas Rancangan Pembukaan Undang Undang Dasar 1945,
sekaligus pada saat itu tugas BPUPKI dianggap selesai dan dibubarkan. Tugas
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia kemudian diserahkan kepada Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dibentuk pada tanggal 7
Agustus 1945. Pada tanggal 18 Agustus setelah terjadi perdebatan yang sangat
berat akhirnya dicapai kesepakatan dengan merubah Piagam Jakarta menjadi
Pembukaan UUD 1945 dengan rumusan Pancasila sebagai berikut: - Ke –
Tuhanan Yang Maha Esa; - Kemanusiaan yang adil dan beradab; - Persatuan
Indonesia; - Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan; - Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Menempatkan Pancasila di Era Pasca Reformasi


Hakekatnya fungsi Pancasila tidak berubah dan bahkan tidak boleh berubah,
yakni tetap sebagaimana digagas secara cerdas oleh pendiri negara pada saat
itu, yaitu sebagai dasar negara, sebagai ideologi nagara, maupun sebagai
pandangan hidup bangsa. Akan tetapi Pancasila sebagai Ideologi terbuka harus
mampu menyesuaikan perkembangan masyarakat yang terus melaju dalam
perubahan, ini artinya bahwa Pancasila perlu dikaji secara ilmiah dalam rangka
aktualisasi. Sebagai dasar sekaligus ideologi negara, maka Pancsila bagi
bangsa Indonesia sudah tidak bisa ditawar. Ditegaskan oleh M. Mahfud MD.
bahwa Pancasila yang telah diumumkan di dalam Pembukaan Undang Dasar
1945 adalah modus vivendi (kesepakatan luhur) bangsa indonesia. Pancasila
sangat cocok dengan realitas bangsa Indonesia dengan berbagai kepentingan
yang semula mungkin saling bertentangan secara diametral.
Sebagai dasar sekaligus ideologi negara, maka Pancsila bagi bangsa Indonesia
sudah tidak bisa ditawar. Ditegaskan oleh M. Mahfud MD. bahwa Pancasila yang
telah diumumkan di dalam Pembukaan Undang Dasar 1945 adalah modus
vivendi (kesepakatan luhur) bangsa indonesia. Pancasila sangat cocok dengan
realitas bangsa Indonesia dengan berbagai kepentingan yang semula mungkin
saling bertentangan secara diametral

3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa Yunani ‘eidos’ yang artinya ‘bentuk’.
Disamping itu masih diketemukan katalain yakni ‘idein’ yang berarti ‘melihat’.
Dengan demikian secara harafiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-
ide, atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-
hari, ‘idea’ disamakan dengan cita-cita, yakni cita-cita yang bersifat tetap, yang
harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan
dasar, pandangan atau faham
Ideologi memainkan peranan yang penting dalam proses dan memeliara
integrasi nasiona, terutama di Negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia (Ubaidillah, 2000). Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita, dan ‘logos’ berarti ilmu. Kata idea
sendiri berasal dari bahasa Yunani ‘eidos’ yang artinya bentuk. Selanjutnya ada
kata ‘idein’ yang artinya melihat.
Dengan demikian secara harfiah ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian
dasar, cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai, sehingga cita-ita yang
bersifat tetap itu yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham (Kaelan, 2005). menyatakan
bahwa ideologi sebagai pandangan masyarakat memiliki karakteristik:
(a) ideologi sering muncul dan berkembang alam situasi kritis
(b) ideologi memiliki jangkauan yang luas, beragam, dan terprogram
(c) ideologi mencakup beberapa strata Pancasila Sebagai Ideologi Ideologi

4. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara pada hakekatnya adalah sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum. Hal ini mengandung konsekuensi
yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan
peraturan perundangundangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila.
Pokok-pokok fikiran yang terdapat dalam Pembukaan UUDNRI 1945 yang di
dalamnya ada dasar negara Pancasila yang sudah barang tentu menjadi dasar
bagi penyelenggaraan negara, terdapat sembilan prinsip pokok yang mendasari
penyusunan sistem penyelenggaraan Negara Indonesia dalam rumusan undang-
undang di masa depan.
Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,
suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan
bagi segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan
kepentingan bangsa dan Negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan
utama di atas kepentingan yang lainnya.

Kedudukan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia, tercantum


di dalam pembukaan UUD 1945 sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang haus dilaksanakan secara berkesinambungan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, Pancasila sebagai
ideologi bangsa adalah sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, keyakinan,
dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang harus diimplementasikandalam kehidupan,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pancasila jugas menjadi pandangan hidup bangsa juga, dan sangat penting.
Istilah ini sering dikenal dengan way of life atau jalan hidup / pedoman hidup.
Pancasila sebagai petunjuk hidup berbangsa dan bernegara merupakan
pedoman bagi setiap arah dan kegiatan bangsa Indonesia di segala bidang.
Dengan demikian, setiap warga Negara harus melaksanakan setiap kegiatan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya dengan bersandar dan tidak
melenceng dari nilai-nilai Pancasila.

Dan Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Ini berarti, seperti halnya bendera
merah putih sebagai ciri khas bangsa atau negara Indonesia yang membedakan
dengan bangsa atau negara lain, Pancasila juga merupakan ciri khas bang
Indonesia yang tercermin dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang
senantiasa selaras, serasi dan seimbang sesuai deng nilai-nilai Pancasila itu
sendiri.
6. Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pancasila
Berikut ini adalah nilai-nilai dalam lima sila Pancasila
- Ketuhanan Yang Maha Esa Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama ini
adalah dimana kita sebagai manusia yang diciptakan wajib menjalankan
perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Masyarakat Indonesia berhak
untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan wajib
menjalankan apa yang diperintahkan dalam agama masing-masing dan
menjauhi apa yang dilarang.
- Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Sila kedua ini menjelaskan bahwa kita
sesama manusia mempunyai derajat yang sama dihadapan hukum.
- Persatuan Indonesia Makna persatuan hakikatnya adalah satu, yang artinya
bulat tidak terpecah.
- Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan Dalam sila ini menjelaskan tentang demokrasi,
adanya kebersamaan dalam mengambil keputusan dan penanganannya, dan
kejujuran bersama.
- Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Makna dalam sila ini adalah
adanya kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh kekayaan dan
sebagainya dipergunakan untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang
lemah.

7. Upaya yang dilakukan Masyarakat Indonesia dalam


Membudayakan Nilai-Nilai
Pancasila Sebelum memasuki upaya masyarakat Indonesia dalam
membudayakan nilai-nilai Pancasila maka perlu kita tahu fungsi dari Pancasila.
Sri Untari menjabarkan fungsi Pancasila antara lain:
(1) Pancasila sebagai identitas dan kepribadian bangsa Pancasila adalah
kepribadian bangsa yang digali dari nilai-nilai yang telah tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat dan budaya bangsa Indonesia.
(2) Pancasila sebagai sistem filsafat Pancasila bersifat obyektif ilmiah karena
uraiannya bersifat logis dan dapat diterima oleh paham yang lain.
(3) Pancasila sebagai sumber nilai Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuanan,
nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
(4) Pancasila sebagai sistem etika Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
yang dimaksud etika Pancasila adalah etika yang mengacu dan bersumber pada
nilai-nilai, norma Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa
(5) Pancasila sebagai paradigma keilmuan ekonomi, politik, hukum, dan
Pendidikan.
Secara etimologis, istilah kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta budhayah
yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal,
dengan demikian budaya berhubungan dengan budi atau akal). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008) budaya adalah
(1) pikiran; akal budi;
(2) adat-istiadat;
(3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju);
(4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Sedangkan

menurut Koentjaraningrat dalam Suko Wiyono (2013) kebudayaan ialah


keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan melalui belajar.
Dalam artian seperti tersebut di atas maka dibedakan wujud kebudayaan itu
sebagai berikut:
1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks gagasan, nilai, norma peraturan
dan sebagainya,
(2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tndakan berpola
dari manusia dalam masyarakat,
(3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Berdasarkan pengertian di atas maka pembudayaan nilai-nilai Pancasila yang


merupakan sumber dari karakter bangsa Indonesia, berarti perwujudan nilai-nilai
Pancasila itu dalam:
(1) agasan, nilai, norma, dan peraturan,
(2) aktivitas serta tindakan terpola dar manusia, dan
(3) wujud hasil cipta manusia.

Pembudayaan nilai-nilai Pancasila tidak sekedar memahami saja, namun harus


dihayati dan diwujudkan dalam pengalamannya oleh setiap diri pribadi dan
seluruh lapisan masyarakat sehingga menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan,
mempertajam perasaan, meningkatkan daya tahan, daya tangkal dan daya saing
bangsa yang semuanya tercermin pada sikap tanggap dan perilaku masyarakat.
Pembudayaan nilai-nilai luhur Pancasila perlu diupayakan pada berbagai
kelompok masyarakat baik kelompok profesi seperti tenaga kerja, notaris, guru
dan pengacara, kelompok fungsional seperti wanita, pemuda, dan lain
sebagainya.
Sejalan dengan upaya sedemikian rupa, diharapkan terdapat penghayatan dan
pengalaman nilainilai luhur Pancasila di berbagai bidang kehidupan bagi seluruh
masyarakat. Berkaitan dengan upaya pembudayaan karakter bangsa yang
bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila, maka pendapat Suko Wiyono (2013)
berpendapat bahwa hal yang ingin dicapai dalam pembudayaan adalah sebagai
berikut:
1) Masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi akan hak dan kewajiban
sebagai pribadi, anggota keluarga/masyarakat, dan sebagai warga Negara.
2) Sebagai pribadi ia dapat bersikap dan bertingkah laku sebagai insan hmba
Tuhan, yang mampu menggunakan cipta, rasa, dan karsa secara tepat,
sehingga dapat bersikap adil. Ia adalah seorang yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesua dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
3) Sebagai anggota keluarga dan masyarakat ia mampu mendudukkan dirinya
secara tepat sesuai dengan fungsi

8. Kondisi Masyarakat Indonesia saat ini dalam Menerapkan


Nilai-Nilai
Pancasila Kondisi bangsa Indonesia saat ini dapat dikaji dan identifikasi dengan
melihat prilaku dan kepribadian masyarakat Indonesia tercermin pada tingkah
laku masyarakat Indonesia sehari-hari. Perilaku masyarakat Indonesia saat ini
yang tidak sesuai dengan nilainilai Pancasila yaitu:
- Penyimpangan sila pertama Saat ini kita menjumpai generasi muda yang
tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Misalnya: meninggalkan ibadah,
melanggar peraturan agama, menganggap dirinya sebagai Tuhan atau Rasul,
dan lain sebagainya.
- Penyimpangan sila kedua Sekarang ini kita temui diantara pemuda Indonesia
yang tidak memanusiakan manusia lain sebagai mana mestinya. Misalnya:
kasus pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. - -
- Penyimpangan sila ketiga Memudarnya rasa persatuan dan kesatuan yang
terjadi pada masyarakat Indonesia saat ini. Misalnya: tawuran antar pelajar,
bentrok antar warga seperti perang sampit, bentrok antar suku seperti kisah
perang sampit, dan lain sebagainya.
- Penyimpangan sila keempat Demokrasi selayaknya dilaksanakan dengan
sehat. Fenomena yang terjadi saat ini masih adanya money politic di
kalangan masyarakat yang biasa dijumpai pada saat pemilihan kepala desa,
pemilihan bupati atau walikota.
- Penyimpangan sila kelima Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta
mengenai ketidakadilan yang di lakukan oleh generasi muda bangsa
Indonesia saat ini. Tidak perlu jauh-jauh, saat ini dapat kita lihat pada
kelompok belajar kita saja sebagai faktanya. Dalam kelompok belajar PPKN

9. Pancasila Memenuhi Syarat sebagai Dasar Negara


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dasar negara Pancasila perlu
difahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung di dalamnya agar dapat
dengan tepat mengimplementasikannya. Namun sebaiknya perlu diyakini
terlebih dahulu bahwa Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan beragam suku, agama, ras dan
antar golongan yang ada. Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara
bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut.
1) Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Pada
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk beribadah
sesuai agama dan keyakinan masing-masing. Kemudian pada Sila Persatuan
Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam satu kesatuan bangsa
dengan tetap menghormati sifat masingmasing seperti apa adanya.
2) Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik,
dengan menjunjung tinggi dan menghargai 151 Lihat Ketetapan MPR RI
Nomor III/MPR/2000 tentng Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundangundangan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Ibid., Pasal
1 ayat (3), hal 1613 Keberadaan organisasi. 99 manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan yang
disesuaikan dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan
dengan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
3) Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas
ribuan pulau sesuai dengan Sila Persatuan Indonesia. 4) Pancasila
memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak asasi manusia
sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

10. Dinamika Masyarakat Indonesia Pasca Reformasi


Persoalan ideologi ini masih tetap ada dan memerlukan perhatian bersama.
Survei yang dilakukan oleh Harian Kompas 1 Juni Sebagaimana disebutkan
dimuka pada era reformasi Pancasila dipersoalkan dan dijadikan kambing hitam
dari berbagai keterpurukan yang dialami oleh bangsa ini. Pancasila yang
seharusnya sebagai nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana
negara, dalam kenyataannya digunakn sebagai alat legitimasi politik. Puncak
dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, maka
timbullah berbagai gerakan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang
menuntut adanya reformasi disegala bidang politik, ekonomi dan hukum
Dengan adanya orde baru tumbang, mengakibatkan fobia terhadap Pancasila.
Dasar negara yang semula banyak dikagumi itu, untuk sementara waktu seolah
dilupakan karena hampir selalu identik dengan rezim orde baru. Seolah-olah
dikesampingkannya Pancasila ini, awalnya memang tidak nampak suatu dampak
negatif yang berarti, namun semakin hari dampaknya makin terasa dan
berdampak sangat fatal terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam kehidupan sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya


terjadi konflik-konflik horisontal dan vertikal secara masif yang pada akhirnya
melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya bangsa Indonesia
mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi kepribadian bangsa yang
diikuti dengan rusaknya moral generasi muda

KESIMPULAN DAN SARAN


- Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan membagikan
kuesioner kepada responden bisa diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Tingkat pengetahuan dan pemahaman Ideologi Pancasila di kalangan
mahasiswa sebagai berikut:
a. Penerapan Pancasila sila pertama pada responden sudah baik untuk tiga
indikator, sedangkan satu indikator lainnya belum baik. Sehingga untuk ke
depannya penerapan Pancasila sila pertama dalam lingkungan responden harus
ditingkatkan lagi supaya menjadi maksimal.
b. Penerapan Pancasila sila kedua pada responden sudah baik untuk tiga
indikator, sedangkan untuk dua indikator yang lainnya belum baik. Sehingga
untuk ke depannya penerapan Pancasila sila kedua dalam lingkungan
responden harus ditingkatkan lagi supaya menjadi maksimal

- Solusi yang dapat dilakukan untuk menguatkan kembali Ideologi Pancasila di


kalangan mahasiswa yaitu dengan menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila
yang dapat ditunjukkan dengan beberapa perilaku sebagai berikut.
a. Menerima Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara.
c. Mempertahankan Pancasila agar tetap lestari.
d. Menolak segala bentuk ideologi, paham, ajaran yang bertentangan dengan
Pancasila.
e. Menetapkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
f. Kesetiaan terhadap bangsa dan negara.

Penutup
Pancasila adalah jelas pondasi negara bukan yang lain bukan sekedar pilar
tetapi merupakan dasar bangunan yang menentukan bentuk dan wujud bagunan
itu sendiri. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara ini tidak akan diganti
dan diubah selama Negara Kesatuan Republik Indonesia masih ada.
Hakekatnya fungsi pancasila tidak berubah dan bahkan tidak boleh berubah,
yakni tetap sebagaimana yang digagas secara cerdas oleh pendiri negara saat
itu, yaitu sebagai dasar negara

Anda mungkin juga menyukai