DOSEN PENGAMPU
Drs. H. Maznur M. Pd
Disusun Oleh:
Sila – sila pancasila mengandung nilai – nilai yang sudah sejak dulu ada
pada bangsa Indonesia. Percaya pada sesuatu yang berkuasa di luar diri
manusia yang disebut dengan berketuhanan. Berkemanusiaan yang
diwujudkan dengan mencintai sesama manusia. Saling bersatu, bergotong
royong dengan perbedaan suku, agama, dan ras yang disebut sebagai
kesatuan. Berkerakyatan dalam kelompok kecil kemudian meluas dalam
negara disebut dengan kerakyatan. Berkeadilan yaitu ingin diperlakukan
adil baik oleh dirinya sendiri maupun orang lain.
B. Pengertian Pancasila
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit pada abad
XIV, yaitu terdapat dalam Buku Negarakertagama Karangan Prapanca dan
Buku Sutasoma Karangan Tantular. Dalam Buku Sutasoma istilah
Pancasila mempunyai arti berbatu sendi yang kelima (dari Bahasa
Sansekerta), juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima
(Pancasila Krama), yaitu:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras
Pada tanggal 1 Juni 1945 dalam sidang Badan Penyelidik Usaha – Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Ir. Soekarno mengusulkan
agar dasar negara Indonesia diberi nama Pancasila. Menurut beliau nama
Pancasila ini didapat atas petunjuk dari kawan beliau seorang ahli bahasa.
Dengan demikian, dapatlah dimengerti bahwa dasar negara kita Pancasila
bukanlah lahir pada tanggal 1 Juni 1945, kiranya lebih tepat dikatakan
bahwa tanggal 1 Juni 1945 adalah hari lahir istilah Pancasila sebagai nama
dasar negara kita.
Dalam sidangnya pada tanggal 18 Agustus 1945 itu, PPKI yang telah
disempurnakan antara lain telah mengesahkan Undang – undang dasar
negara yang kini dikenal dengan sebutan UUD 1945.
UUD 1945 yang telah disahkan oleh PPKI itu terdiri dari 2 bagian, yakni
bagian Pembukaan dan bagian Batang Tubuh UUD yang berisi 37 pasal, 1
aturan peralihan terdiri atas 4 pasal, 1 aturan tambahan terdiri atas 2 ayat.
Pada tahun 1950 – an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang hendak
melakukan interpretasi ulang terhadap Pancasila. Saat itu muncul
perbedaan perspektif yang dikelompokkan dalam 2 kubu. Pertama,
beberapa tokoh berusaha menempatkan Pancasila lebih dari sekedar
kompromi politik atau kontrak sosial. Mereka memandang Pancasila tidak
hanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat sosial atau
weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan Pancasila
sebagai sebuah kompromi politik. Dasar argumentasinya adalah fakta yang
muncul dalam sidang – sidang BPUPKI dan PPKI. Pancasila pada saat itu
benar – benar merupakan kompromi politik di antara golongan nasionalis
netral agama (Sidik Djojo Sukarto dan Sutan Takdir Alisyahbana dkk) dan
nasionalis islam (Hamka, Syaifuddin Zuhri sampai Muhammad Natsir
dkk) mengenai dasar negara.
D. Peranan Pancasila Bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pancasila sangat luas peranannya, sehingga dapat di ikhtisarkan sebagai
berikut: