Anda di halaman 1dari 15

Nama : Muhammad Tio Aryansah

Kelas : XII MIA B

Tugas Portofolio PKN

Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka

1) Makna Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti perkembangan jaman dan bersifat
dinamis atau merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus dari
masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan dari luar melainkan digali
dan diambil dari suatu kekayaan, rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.

2) Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Sebagai ideologi Pancasila menjadi pedoman dan acuan bangsa Indonesia dalam menjalankan
aktivitas di segala bidang sehingga sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel tidak tertutup
dan kaku melainkan harus mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa harus mengubah
nilai-nilai dasarnya. Pancasila memberikan orientasi ke depan dan selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapi dan akan dihadapi di era keterbukaan/globalisasi dalam segala
bidang.

3) Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan dibentuklah BPUPKI pada tanggal 28 Mei 1945,
dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945, membahas tentang
rumusan dasar negara. Tampil tiga tokoh.

1. Tanggal 29 Mei 1945 Moh. Yamin mengemukakan 5 dasar negara Indonesia(dalam pidato)

 Peri Kebangsaan
 Peri Kemanusiaan
 Peri Ke-Tuhanan
 Peri Kerakyatan
 Kesejahteraan rakyat

Pada akhir pidatonya beliau menyerahkan rancangan (tertulis)

 1. Ke-Tuhanan Yang maha Esa


 2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
 3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ Perwakilan
 5. Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia

2. Tanggal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Supomo mengemukakan usulan dasar negara Indonesia
yaitu:

 Persatuan
 Kekeluargaan
 Kesimbangan lahir dan batin
 Musyawarah
 Keadilan rakyat

3. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno menyampaikan pidatonya mengenai lima hal yang
menjadi dasar negara merdeka, yaitu:

 kebangsaan Indonesia
 Internasionalisme atau kemanusiaan
 Mufakat atau demokrasi
 Kesejahteraan sosial
 Ke-Tuhanan yang berkebudayaan

Pendapat ketiga tokoh dibahas oleh Panitia Sembilan tanggal 22 Juli 1945 dan menghasilkan
rumusan yang menggambarkan maksud dan tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka
yang terkenal dengan nama “Piagam Jakarta” atau Jakarta Charter”.

Sidang kedua BPUPKI pada tanggal 10 – 17 Juli 1945 menerima laporan Panitia Sembilan
tentang isi Piagam Jakarta, membahas rancangan Pembukaan UUD 1945 dan tugasnya selesai
BPUPKI dibubarkan.

Pada tanggal 7 Agustus 1945 dibentuk PPKI dan mengadakan sidang pada tanggal 18 Agustus
1945 setelah melalui perdebatan yang sengit akhirnya menerima perubahan Piagam Jakarta
menjadi Pembukaan UUD’45 dengan rumusan Pancasila sebagai berikut:

 Ke-Tuhanan Yang Maha Esa


 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Indonesia
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
 Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kemudian mengesahkan UUD 1945, mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta
sebagai wakil presiden, sebelum MPR/DPR terbentuk tugas presiden dibantu oleh KNIP.

4) Fungsi Pokok Pancasila sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara

Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai landasan setiap aspek penyelenggaraan
negara, termasuk segala peraturan perundangan dalam negara, pemerintahan dan aspek-aspek
kenegaraan lainnya.

Sedangkan sebagai ideologi negara, dasar, pandangan bagi sistem kenegaraan untuk seluruh
rakyat Indonesia.Selain itu, Pancasila sebagai ideologi negara memiliki 4 fungsi pokok yaitu:

 Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan kesatuan


 Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuannya
 Memberikan tekad untuk memelihara dan mengembangkan identitas bangsa
 Pancasila menjadi ukuran untuk melakukan kritik mengenai keadaan bangsa dan negara

sumber:https://hadiyantoprie.wordpress.com/mendeskripsikan-pancasila-sebagai-ideologi-
terbuka/

11november 2020 9:28 WIB

Pancasila sebagai sumber nilai dan Paradigma Pembangunan adalah sebagai dasar
falsafah/filsafah negara dan ideologi negara. Pancasila dipergunakan sebagai dasar untuk
mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan negara

Pancasila sering disebut sebagai dasar falsafah/filsafah negara dan ideologi negara. Pancasila
dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan dan mengatur penyelenggaraan
negara. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara sesuai dengan bunyi pembukaan
UUD1945 ‘, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalamsuatu Undang-
Undang Dasar negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada:
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila dalam
pengertian ini sering disebut sebagai pandangan hidup, pegangan hidup, pedoman hidup,
petunjuk hidup, dan jalan hidup (way of life). Dalam hai ini, Pancasila dipergunakan sebagai
petunjuk hidup atau perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, Pancasila
digunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitashidup dan kehidupan
masyarakat di segala bidang. Semua tingkah lakudan perbuatan setiap manusia Indonesia
harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua sila Pancasila.

Pancasila ialah acuan utama bagi pembentukan suatu hukum nasional, kegiatan
penyelenggaraan negara, partisifasi warga negara serta pergaulan antar warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan arti lain, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila harus menjiwai seluruh kegiatan berbangsa serta bernegara.

Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafahnegara Republik Indonesia, baik
ditinjau dari sudut bahasa maupundari sudut sejarah. Hai tersebut dapat dilihat secara
etimologis atausecara teminologi sebagimana penjelasan berikut,

Secara Etimol

Berdasarkan asal kata, Pancasila berasal dari bahasa India, yakni bahasa Sansekerta. Menurut
Muhammad Yamin, Pancasila memiliki dua macam arti, yaitu Panca artinya lima, syila dengan (i)
biasa (pendek) artinya sendi, alas, atau dasar, syila dengan (i) panjang artinya peraturan tingkah
laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata sila dalam bahasa Indonesia menjadi susilaartinya
tingkah laku baik.

Secara Terminologi

Pada 1 Juni 1945, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) perkataan Pancasila (lima asas dasar) digunakan oleh Presiden Soekarno
untuk memberi nama pada lima prinsip dasar negara yang diusulkannya. Perkataan tersebut
dibisikkan oleh temannya seorang ahli bahasa yang duduk disamping Soekarno, yaitu
Muhammad Yamin.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Menurut Para Ahli

Prof. Dr. Drs. Notonagoro, S. H. Dalam bukunya Pancasila Secara Ilmiah Populer (1975)
menyebutkan adanya beberapa macam asal mula atau sebab musabab Pancasila dapat dipakai
sebagai falsafah negara, yakni causa materialis, causa formalis, sebagai sambungan dari causa
formalis dan causa finalis, causa efisien atau asal mula.

Causa Materialis

Causa materialis, artinya asal mula bahan, yaitu bangsa Indonesia sebagai bahan terdapat
dalam adat kebiasaan, kebudayaan, dan agama-agama.
Causa Formalis

Causa formalis, artinya asal mula bentuk atau bangun dan causa finalis atau asal mula tujuan,
yaitu Bung Karno dan Bung Hatta sebagai pembentuk negara, BPUPKI adalah asal mula bentuk
atau bangun dan asal mula tujuan Pancasila sebagai calon dasar filsafat Negara

Sebagai Sambungan dari Causa Formalis dan Causa Finalis

Sebagai sambungan dari causa formalis dan causa finalis adalah sebagian dari causa formalis
dan causa finalis adalah sembilan orang anggota BPUPKI termasuk Bung Krno dan Bung Hatta,
sebagai asal mula sambungan dalam asal mula bentuk maupun asal mula tujuan Pancasila
sebagai calon dasar filsafat negara. Dengan cara menyusun rencana Pembukaan UUD 1945,
yang di dalamnya terdapat Pancasila dan juga BPUPKI menerima rencana tersebut dengan
perubahan.

Causa Efisien atau Asal Mula Karya

Causa efisien atau asal mula karya adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI
yang menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat negara (sebelum ditetapkan PPKI, istilahnya
masih calon dasar filsafat negara)

Selanjutnya, dijelaskan bahwa berdasarkan teori causa materialis dapat digambarkan pada
kenyataannya, yaitu kondisi sebelum diproklamasikan negara, perumusan menjadi dasar
kerohanian atau dasar filsafat Negara R. I. Pada masa perjuangan kemerdekaan dengan
dimulainya sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI),
melalui penyampaian konsep dasar negara oleh para tokoh-tokoh diantaranya Mr. Muh. Yamin,
Prof. Soepomo, dan Ir. Soekarno pada tanggal 29 Mei, 31 Mei, dan 1 Juni 1945.

Berdasarkan teori causa formalis dan causa finalis, dapat digambarkan sebagai kondisi yang ada
pada saat perumusan rancangan mukadimah hukum dasar yang merupakan hasil perumusan
tanggal 22 Juni 1945 dan yang kemudian bisa diterima oleh anggota BPUPKI pada tanggal 10 Juli
1945, saat sidang terakhir.

Untuk memenuhi teori efisiensi, dapat ditunjukan melelui kondisi sesudah masa proklamasi
kemerdekaan R. I. Yang kegiatan lembaga BPUPKI telah beralih ke lembaga Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan tugas yang berbeda yaitu meletakkan dasar negara,
pembukaan Undang-Undang dasar, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Analisis Pancasila Sebagai Sumber Nilai

Pengertian Nilai

Pada kamus ilmiah populer dijelaskan bahwa nilai adalah tentang apayang baik, benar,
bijaksana, dan apa yang berguna, sifatnya lebih abstrakdari norma. Sedangkan Nursal Luth dan
Daniel Fernandes mengatakanbahwa nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang di
inginkan atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yangmemiliki
nilai itu. Nilai bukanlah soal benar atau salah, tetapi soal di kehendaki atau tidak, disenangi
atau tidak. Nilai merupakan kumpulan sikap dan perasaan-perasaan yang selalu diperhatikan
melalui perilaku oleh manusia.

Dari beberapa pengertian nilai di atas, dapat dipahamibahwa nilai adalah kualitas ketentuan
yang bermakna bagi kehidupan manusia perorangan, masyarakat, bangsa, negara. Nietzche
mengatakan nilai adalah tingkat atau derajat yang diinginkan oleh manusia. Nilai yang
merupakan tujuan dari kehendak manusia yang benar sering ditata menurut susunan
tingkatannya, dimulai dari bawah, yaitu nilai hedonis (kenikmatan), nilai utilitaris (kegunaan),
nilai biologis (kemuliaan), nilai diri estetis (keindahan, kecantikan), nilai-nilai pribadi (sosial,
baik), dan yang paling atas adalah nilai religious (kesuciaan).

Ciri-ciri nilai

Nilai-nilai yang mendarah daging (internalized value)

Yaitu nilai yang telah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong timbulnya
tindakan tanpa berfikir lagi. Bila dilanggar maka akan timbul perasaan malu atau bersalah yang
mendalam dan sukar dilupakan, misalnya orang yang taat beragama akan menderita beban
mental apabila melanggar salah satu norma yang ada dalam agamanya.

Nilai yang dominan

Merupakan nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai-nilai lainnya. Tampak pada pilihan
yang dilakukan seseorang pada waktu berhadapan dengan beberapa alternatif tindakan harus
diambil. Beberapa pertimbangan dominan atau tidaknya nilai tersebut adalah sebagai berikut:

Banyaknya orang yang menganut nilai tersebut

Lamanya nilai tersebut dirasakan anggota kelompok tersebut

Tingginya usaha untuk mempertahankan nilai itu.

Tingginya kedudukan (prestice) orang-orang yang membawakan nilai tersebut

Macam-macam Nilai

Nilai berhubungan erat dengan budaya dan masyarakat. Menurut prof. Dr. Notonegoro, nilai
dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan

Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/ rohani manusia.

Baca Juga Artikel Yang Mungkin Berhubungan : Pengertian Pancasila – Sejarah, Makna, Teks,
Fungsi, Penyebutan, Dasar Negara, Para Ahli

Rumusan Pancasila yang Sah

Rumusan Pancasila yang sah dan sistematika yang benarterdapat dalam Pembukaan UUD 1945
yang telah disahkan olehPPKI pada 18 Agustus 1945. Presiden RI mengeluarkan Instruksi
No.12/1968 pada 13 April 1968. Dalam instruksi tersebutditegaskan bahwa tata
urutan(sistematika) dan rumusan Pancasila sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pancasila Sebagai Sumber Nilai

Bagi bangsa Indonesia, yang dijadikan sebagai sumber nilai dalamkehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara adalah Pancasila. Ini berarti bahwa seluruh tatanan kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara menggunakan Pancasila sebagai dasar moral atau norma
dantolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap, perbuatan, dantingkah laku bangsa
Indonesia.Nilai-nilai pancasila itu merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya dapat
dibuktikan secara objektif, serta mengandung kebenaran yanguniversal. Dengan demikian,
tinjauan pancasila berlandaskan pada tuhan, manusia, rakyat, dan adil sehingga nilai-nilai
pancasila memiliki sifatobjektif. Pancasila dirumuskan oleh para pendiri Negara yang memuat
nilai-nilai luhur untuk menjadi dasar Negara. Sebagai gambaran, di dalam tata nilai kehidupan
bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilaiinstrumental dan nilai praktis.

Nilai dasar

Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kuranglebih mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai-
nilai kultural ataubudaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaituyang berakar dari
kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural.
Nilai instrumental

Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalamwujud nilai social atau norma hukum, yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat
dan waktu.

Nilai praktis

Nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalamkenyataan. Nilai ini merupakan bahan ujian,
apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalammasyarakat atau tidak.

Di dalam Pancasila tergantung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai
ideal, nilai material, nilai positif, nilai logis, nilaiestetis, nilai sosial dan nilai religius atau
kegamaan. Ada lagi nilaiperjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan RI. Nilai
dalam pengembangan Pancasila adalah sebagai berikut:

Ketuhanan Yang Maha Esa

• Percaya dan taqwa kepada Tuhan YME

• Masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab

• Membina adanya kerjasama dan toleransi antarasesama pemeluk agama dan penganut
kepercayaankepada Tuhan YME

Kemanusiaan yang adil dan beradab

• Tidak saling membedakan warna kulit

• Saling menghormati dengan bangsa lain

• Saling bekerja sama dengan bangsa lain.

• Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

Persatuan Indonesia

• Menempatkan persatuan kepentingan bangsa dannegara di atas kepentingan pribadi atau


golongan

• Menetapkan keselamatan bangsa dan negara di ataskepentingan pribadi atau golongan

• Bangga berkebangsaan Indonesia.Memajukan pergaulan untuk persatuan bangsa

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan

• Mengakui bahwa manusia Indonesia memiliki kedudukandan hak yang sama


• Melaksanakan keputusan bersama dengan penuhtanggung jawab dan itikad baik

• Mengambil keputusan yang harus sesuai dengan nilaikebenaran dan keadilan

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

• Adanya hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan social dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa atau dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan bernegara.

• Menjunjung tinggi sifat dan suasana gotong royongdengan rasa kekeluargaan dan penuh
kegotongroyongan.

• Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Nilai Terkandung Pancasila

Dalam Pancasila terkandung tiga Nilai ialah sebagai berikut :

Nilai Dasar ialah sila-sila Pancasila, norma dasar (pasal-pasal UUD 1945), yang bersifat abstrak
serta umum.

Nilai Instrumental ialah nilai yang berlaku untuk kurun waktu serta kondisi tertentu, lebih
bersifat kontekstual (menyesuaikan pada perkembangan zaman), wujudnya dapat berupa
kebijakan atau peraturan, strategi, program, organisasi, sistem, rencana.

Nilai Praksis ialah sifatnya dinamis, penerapan pada nilai-nilai dalam kenyataan sehari-hari baik
oleh lembaga kenegaraan atau organisasi serta warga negara.

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila:

Nilai Ketuhanan ialah yang mengandung arti pengakuan serta keyakinan terhadap Tuhan YME
sebagai pencipta alam semesta.

Nilai Kemanusiaan ialah yang mengandung arti kesadaran akan sikap atau pun perilaku sesuai
dengan nilai moral serta penghormatan HAM.

Nilai Persatuan ialah yang mengandung arti kesadaran untuk membina persatuan dengan
semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Nilai Kerakyatan ialah yang mengandung arti mengembangkan musyawarah mufakat serta
nilai-nilai demokrasi.

Nilai Keadilan ialah yang mengandung arti kesadaran bersama mewujudkan keadilan bagi diri
serta sesama manusia.

Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan


Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah paradigma dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah Thomas Khun dalam buku The Structure of Scientific Revolution.

Menurutnya, paradigma adalah suatu asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupaka suatu
sumber nilai), sehingga menjadi sumber hukum, metode, dan penerapan ilmu yang
menentukan sifat, ciri, dan karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Kemudian berkembang
menjadi penertian sumber nilai, kerangka pikir orientasi dasar, sumber asas serta arah dan
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan, dan proses dalam suatu bidang tertentu.
Misalnya, bidang pembangunan, reformasi atau pendidikan, termasuk pula bidang
poleksosbudhankam.

Dalam pembangunan nasional, Pancasila adalah sebuah paradigma karena hendak dijadikan
sebagai landasan, acuan, metode, nilai, dan tujuan yang ingin dicapai di setiap program
pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Makna, hakikat, dan tujuan pembangunan nasional

Pembangunan nasional dapat diartikan sebagai rangkaianupaya pembangunan yang


berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk
melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional. Hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan nasional seperti
termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV, yaitu …. melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana ternaktub dalam alinea II pembukaan UUD 1945.Pembangunan nasional yang
dilakukan oleh bangsa Indonesia dewasa ini diartikan sebagai pengamalan Pancasila. Masa
pembangunan akan memberi kesempatan yang menguntungkan bagi Pancasila untuk
memberi pengaruh yang mendalam dan mendasar pada sistem nilai sosial-budaya
masyarakat Indonesia.

Seperti yang berkali-kali di ungkapkan oleh para ilmuwan sosial, para ahli filsafat, dan para
pejabat tingkat tinggi di dalam pemerintahan bahwa pembangunan nasional mengandung
artipembaharuan.Pembangunan dan pembaharuan dengan sendirinyamembawa perubahan-
perubahan sosial maupun budaya. Perubahantersebut dapat bersifat dangkal dan bersifat
fundamental.Perubahan yang bersifat dangkal akan mudah dan cepatberubah. Misalnya, dapat
dilihat dalam perubahan mode pakaian,selera arsitektur rumah atau tempat tinggal, dan
popularitas lagu-lagu generasi muda yang sedang digandrungi di kalangan mereka.Adapun
perubahan-perubahan sosial-budaya yang mendasar dapatdialami bersama dalam reformasi.
Misalnya, masyarakat pertanian menjadi masyarakat industri, masyarakat tradisional
menjadimasyrakat modern, tata hidup pedesaan menjadi tata hidupperkotaan, serta
perubahan masyarakat Indonesia dari kedudukandijajah oleh kekuasaan asing menjadi
masyarakat yang merdekadidalam negara yang daitur dan diurus oleh kekuasaan nasional

Visi dan Misi Pembangunan Nasional

Visi Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis berkeadilan, berdaya saing,
maju dan sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia yang sehat, mandiri, beriman dan
bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin.

Misi Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misiyang ditetapkan adalah sebagai
berikut:

1. Pengamalan Pancasila secara konsisten


2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
4. Penjaminan kondisi aman, damai dan tertib
5. Perwujudan sistem hukum nasional
6. Perwujudan kehidupan sosial buadaya yang dinamis dankreatif
7. Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional
8. Perwujudan otonomi daerah
9. Perwujudan kesejahteraan rakyat
10. Perwujudan aparatur negara
11. Perwujudan sistem dan pendidikan nasional yangdemokratis
12. Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat.

https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-sumber-nilai/

11 November 2020 9:34 WIB

Sikap positif terhadap Pancasila sebagai Idiologi Terbuka

Pada waktu Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Dr.
K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat membuka sidang pada tanggal 1 Juni 1945,
mengemukakan bahwa di antara yang perlu difikirkan oleh para anggota sidang adalah
mengenai dasar negara bagi negara yang akan didirikan. Oleh Bung Karno diartikan sebagai
dasarnya Indonesia Merdeka (dalam bahasa Belanda “philosofische grondslag”), yang dalam
pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 disebutnya Pancasila.
Dalam sidang-sidang berikutnya yang dilanjutkan dalam Sidang Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia disepakati oleh para anggota bahwa dasar negara tersebut adalah
Pancasila, meskipun tidak disebut secara eksplisit, tetapi rumusan sila-silanya dicantumkan
dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia. Begitu penting kedudukan dasar negara
bagi cwarga negara dalam hidup berbangsa dan bernegara, oleh karena itu perlu difahami
dengan secara mendalam masalah dimaksud.

Dalam perkembangan lebih lanjut, bahwa Pancasila dinyatakan sebagai ideologi terbuka
tidaklah diragukan lagi kebenarannya. Sebagai ideologi terbuka Pancasila diharapkan selalu
tetap komunikatif dengan perkembangan masyarakatnya yang dinamis dan sekaligus
mempermantap keyakinan masyarakat terhadapnya. Dengan demikian, sudah seharusnya
Pancasila dibudayakan dan diamalkan, sehingga akan menjiwai serta memberi arah proses
pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, maka bagi setiap warga negara
Indonesia sudah seharusnya mengambil sikap positif terhadap kebenaran Pancasila sebagai
ideologi terbuka dengan menunjukkan sikap/perilkau positif sebagai berikut :

1. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Ketuhanan

Bahwa setiap warga negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap dan
perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan
menempatkan Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka setiap warga negara Indonesia
diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk salah satu
agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sikap dan perilaku positif nilai-nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :

Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Membina kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain sesuai dengan
situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
Mengembangkan toleransi antar umat beragama menuju terwujudnya kehidupan yang
serasi, selaras dan seimbang.

Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada
orang lain, dan lain-lain.

2. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan

Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi Pancasila yang
terbuka, maka sikap dan perilaku kita harus senantiasa mendudukkan manusia lain sebagai
mitra sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak dan kewajibannya dihormati secara
beradab. Dengan demikian tidak akan terjadi penindasan atau pemerasan. Segala aktivitas
bersama berlangsung dalam keseimbangan, kesetaraan dan kerelaan. Sikap dan perilaku
positif menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sehubungan dengan Pancasila sebagai
ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :

Memperlakukan manusia/orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai


makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, dan sebagainya.

Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa dan tidak semena-
mena terhadap orang lain.

Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti : menolong orang lain, memberi bantuan
kepada yang membutuhkan, menolong korban banjir, dan lain-lain.

3. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Persatuan Indonesia

Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia sesuai dengan sifat idelogi Pancasila yang
terbuka, mengharuskan setiap warga negara Indonesia agar tetap mempertahankan
keutuhan dan tegak-kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita menyadari bahwa
negara kesatuan ini memiliki berbagai keanekaragaman (ke-Bhinneka Tunggal Ika-an) dari
segi agama, adat, budaya, ras, suku dan sebagainya yang harus didudukkan secara
proporsional. Oleh sebab itu, jika terjadi masalah atau konflik kepentingan maka sudah
seharusnya kepentingan bangsa dan negara diletakkan di atas kepentingan pribadi,
kelompok dan daerah/golongan. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai
persatuan Indonesia sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara jika suatu saat
diperlukan.

Bangga dan cinta tanah air terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, dan lain sebagainya.

4. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan mengandung makna bahwa hendaknya kita dalam


bersikap dan bertingkahlaku menghormati dan mengedepankan kedaulatan negara sebagai
perwujudan kehendak seluruh rakyat. Rakyatlah yang sesungguhnya memiliki kedaulatan
atau kedudukan terhormat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sesuai dengan sifat ideologi Pancasila yang terbuka, maka dalam memaknai nilai-nilai
permusyawaratan/perwakilan, aspirasi rakyat menjadi pangkal tolak penyusunan
kesepakatan bersama dengan cara musyawarah/perwakilan. Apabila dengan musyawarah
tidak dapat tercapai kesepakatan, dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap keputusan
hasil kesepakatan bersama mengikat sedua pihak tanpa kecuali, dan semua pihak wajib
melaksanakannya. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai
permusyawaratan/perwakilan sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :

Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap mengambil keputusan untuk


kepentingan bersama.

Tidak boleh memaksakan kehendak, intimidasi dan berbuat anarkhis (merusak) kepada
orang/barang milik orang lain jika kita tidak sependapat.

Mengakui bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan kewajiban
yang sama.

Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk


melaksanakan musyawarah dan menjalakan tugasnya dengan sebaik-baiknya, dan lain
sebagainya.

5. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Keadilan Sosial

Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakuat Indonesia yang
sesuai dengan sifat Pancasila sebagai ideologi terbuka, hal ini akan mengarah pada
terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia tanpa kecuali. Kesejahteraan harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan merata di seluruh daerah. Dengan demikian, dapat dihindari terjadinya
kesenjangan yang mencolok baik dibidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. Sikap
dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :

Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan lingkungan masyarakat


sekitar.

Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan orang


lain/umum, seperti : mencoret-coret tembok/pagar sekolah atau orang lain, merusak sarana
sekolah/umum, dan sebagainya.

Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar (solusi) masalah-masalah
pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.

Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial melalui karya nyata, seperti : melatih tenaga produktif untuk trampil
dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna, membuat pupuk kompos, dan
sebagainya.

https://jennerrein.wordpress.com/2010/08/27/sikap-positif-terhadap-pancasila-sebagai-
idiologi-terbuka/

11 November 2020 9:36 WIB

Anda mungkin juga menyukai