PANCASILA
NIM : 012100015
1. Terapkan pendekatan kausal (kausa materialis, kausa formalis, kausal efisien, dan kausa
finalis) pada Pancasila ! temukan 4 kausa yang menyebabkan Pancasila ada dan menjadi
dasar negara Indonesia !
Jawab :
Menurut teori kausalitas Aristoteles, adanya sesuatu memiliki asal mula yang terdiri dari
4 kausa, yaitu kausa materialis (asal mula bahan), kausa formalis (asal mula bentuk),
kausa efisien (asal mula karya), dan kausa finalis (asal mula tujuan).
Kausa Materialis (asal mula bahan)
Prinsip filsafat Pancasila yang pertama didasarkan pada kausa material.
Prinsip Pancasila digali dari nilai-nilai adat kebudayaan, norma, dan religius yang
hidup di dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Kausa materialis berasal dari
bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat kebiasaan, kebudayaan dan dalam
agama-agamanya sehingga pada hakikatnya nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur
Pancasila adalah digali dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai adat
kebudayaan dan nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia. Jadi asal mula bahan atau causa materialis Pancasila adalah bangsa
Indonesia sendiri yang berupa kepribadian dan pandangan hidup. Catatan yang perlu
mendapatkan perhatian, bahwa nilai-nilai yang terdapat pada kelima sila Pancasila
merupakan kristalisasi nilai-nilai yang ideal, sedangkan yang dianggap tidak ideal
tidak diakomodasikan. Jika kita perhatikan dengan seksama, maka tidak dapat
dipungkiri dalam kehidupan bahwa terdapat hal-hal yang kurang baik dan berat
sebelah, seperti terlalu individua atau sebaliknya terlalu sosial, sehingga
mengorbankan kepentingan sosial atau sebaliknya mengorbankan kepentingan
sendiri, sedangkan sila-sila Pancasila berupaya mencari jalan tengah di antara kedua
kutub itu.
Kausa materialis pertama Pancasila adalah adat istiadat. Adat istiadat diambil
sebagai unsur sila Pancasila karena para pemimpin mengharapkan agar negara yang
berdasarkan Pancasila merupakan negara kekeluargaan yang tidak bersifat individual.
Pancasila merupakan manifestasi dari moralitas publik yang berarti dimensi otoritas
dan tradisi harus fleksibel sehingga publik dapat berpartisipasi dalam nilai-nilai dasar
pancasila.
Kausa materialis kedua Pancasila adalah kebudayaan bangsa indonesia.
Menurut pendapat B. Malinowski, kebudayaan di dunia memiliki tujuh unsur
universal meliputi bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi
sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Kebudayaan memiliki wujud, yang
terdiri atas kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia: wujud ini disebut sistem
budaya, sifatnya abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat, pada kepala manusia yang
mengaturnya. Kompleks aktivitas, berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
bersifat konkret, dapat diamati atau diobservasi.
Kausa materialis ketiga Pancasila adalah agama. Sejak dahulu Indonesia
bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, bangsa yang mengakui adanya
Tuhan Yang Maha Esa. Saat penyampaian Pancasila, Bung karno mengusulkan
prinsip Ketuhanan. Prinsip Ketuhanan tersebut memiliki arti masing-masing orang
Indonesia hendaknya menyembah Tuhannya sendiri menurut agama masing-masing.
Bung Karno dalam pidato tersebut, menyebutkan prinsip Ketuhanan berkeadaban,
yang diartikan setiap pemeluk agama lain. Dalam konteks Indonesia, dengan
menerima Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai salah satu sila, kita mengungkapkan
keyakinan, bahwa negara terbentuk berdasarkan kodrat sosial manusia yang
diciptakan Tuhan.
Kausa formalis (asal mula bentuk)
Kausa formalis atau yang disebut juga asal mula bentuk yang memiliki arti
bagaimana pancasila dirumuskan sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Kausa Formalis menjelaskan bagaimana awal mula Pancasila terbentuk.
Pengusul dan pendukung asal mula bentuk dari Pancasila adalah Soekarno dan
Hatta ditambah dengan anggota BPUPKI sebagai Pembentuk Negara
mengatasnamakan wakil bangsa Indonesia, juga telah merumuskan dan membahas
Pancasila yang berkaitan bentuk rumusan dan nama Pancasila sebagai kesatuan.
Pada sidang pertama BPUPKI, Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno
menyampaikan beberapa usulan tentang falsafah atau dasar negara Indonesia.
Penyampaian ini didasarkan pada arahan Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat
pada pidato pembukaan sidang. Radjiman mengatakan bahwa untuk mendirikan
negara yang merdeka, maka dibutuhkan suatu dasar negara.
Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia merdeka
pada 1 Juni 1945. Ia memberikan usulan yang berbentuk Philosophische Grondslag
atau Weltanschauung, yaitu fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-
dalamnya demi mendirikan negara yang kekal abadi. Soekarno menyatakan usulan
dasar negara dengan sebutan Panca Dharma. Lalu, dengan anjuran para ahli bahasa,
rumusan dasar negara yang diusulkan Soekarno ini dinamakan Pancasila.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan Yang Maha Esa
Karena kausa formalis merupakan asal mula berupa bentuk, bagaimana wujud,
dan bangun sesuatu hal diciptakan. Oleh karena itu, dibentuk undang-undang sebagai
aturan negara serta bentuk dan sistem pemerintahan.
Kausa Efisien (asal mula karya)
Kausa efisien adalah asal mula kegiatan yang meningkatkan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya
dalam hal ini adalah PPKI sebagai pembentuk negara yang kemudian mengesahkan
dan menjadikan Pancasila sebagai dasar filsafat Negara setelah melalui pembahasan
dalam sidang-sidangnya.
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang pengesahan UUD 1945. Pada
sidang ini, PPKI mengesahkan UUD 1945 di mana terdapat rumusan Pancasila
sebagai dasar negara pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
Kausa Finalis (asal mula tujuan)
Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang terakhir dijelaskan melalui
kausa finalis. Segala rumusan pancasila berhubungan dengan tujuan dari keberadaan
pancasila. Tujuan dari Pancasila adalah untuk menjadi dasar negara Indonesia.
Kausa finalis adalah tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni
hendak dijadikan sebagai dasar negara. Usaha untuk sampai kepada asal mula tujuan
(causa finalis) tersebut merupakan kausa akhir, sehingga merupakan kelanjutan
kausa-kausa lainnya. Kausa finalis tersebut memerlukan Kausa atau asal mula
sambungan. Asal mula sambungan penghubung antara asal mula bentuk (kausa
formalis) dan asal mula tujuan (kausa finalis) yakni Panitia Sembilan, termasuk
Soekarno - Hatta, anggota-anggota BPUPKI, anggota-anggota PPKI, yang
merumuskan rancangan Pembukaan UUD NRI 1945 dan yang menerima dengan
perubahan rancangan tersebut.