Anda di halaman 1dari 22

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

N A M A : D H E A P E R M ATA P U T R I N A S U T I O N

NPM : 20.02.0049

SEMESTER 2-2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

M . K U L I A H : C I V I C E D U C AT I O N

DOSEN : RIZKI FIRMANDA DARDIN, SH, M.KN


PROKLAMASI KEMERDEKAAN

Kata-kata dan deklarasi proklamasi tersebut harus menyeimbangkan


kepentingan kepentingan internal Indonesia dan Jepang yang saling
bertentangan pada saat itu.Proklamasi tersebut menandai dimulainya
perlawanan diplomatik dan bersenjata dari Revolusi Nasional Indonesia , yang
berperang melawan pasukan Belanda dan warga sipil pro-Belanda, hingga
Belanda secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949.Pada
tahun 2005, Belanda menyatakan bahwa mereka telah memutuskan untuk
menerima secara de facto tanggal 17 Agustus 1945 sebagai tanggal

kemerdekaan Indonesia.
SIDANG PPKI

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi


Iinkai) atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia. Sebelumnya sudah dibentuk BPUPKI, kemudian
dibubarkan oleh Jepang dan dibentuk PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945 yang
diketuai oleh Ir. Soekarno. Izin pembentukan badan ini diberikan oleh Hisaichi
Terauchi, seorang marsekal Jepang yang berada di Saigon.Badan ini dibentuk
sebelum MPR ada.
SIDANG SIDANG PPKI

Sidang 18 Agustus 1945Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.

Memilih dan mengangkat Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden.

Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat sebelum dibentuknya MPR dan DPR.

Sidang 19 Agustus 1945PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945.

Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara

Membentuk Pemerintahan Daerah. Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur.

Sidang 22 Agustus 1945

1. Membentuk Komite Nasional Indonesia

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia

3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat


PENGERTIAAN FILSAFAT

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran

manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. ... Bentuk

terakhir ini lebih mirip dengan kata aslinya, yang diambil dari bahasa Yunani

Φιλοσοφία (philosophia). Arti harafiahnya adalah seorang "pencinta

kebijaksanaan" atau "ilmu".


RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA
PANCASILA SEBAGAI SISTEM

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.
Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh. System lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Suatu kesatian bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujan tertentu (tujuan sistem)
5. Terjadi dalan suatu lingkungan yang kompleks (Shore dan Voicb,1974)

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri-sendiri namun secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI
SISTEMFILSAFAT

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya

berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat

asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya

India (Hindu-Buddha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Soeharto, Filsafat Pancasila

telah mengalami Indonesianisasi. Semua sila dalam Pancasila adalah asli diangkat dari budaya

Indonesia dan selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci ke dalam butir-butir Pancasila. Filsafat

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat Pancasila tidak hanya

mengandung pemikiran yang sedalam-dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil

pemikiran yang berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-

hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan

lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat (Salam, 1988: 23-24).
DASAR ANTROPOLOGIS SILA-SILA PANCASILA

Kaelan (2002: 69) menjelaskan dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang

memiliki hakikat mutlak monopluralis. Manusia Indonesia menjadi dasar adanya Pancasila. Manusia

Indonesia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak,

yaitu terdiri atas susunan kodrat raga dan jiwa, jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia sebagai

makhluk individu dan sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri

dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan, 2002:72).

Ciri-ciri dasar dalam setiap sila Pancasila mencerminkan sifat-sifat dasar manusia yang bersifat dwi-

tunggal. Ada hubungan yang bersifat dependen antara Pancasila dengan manusia Indonesia. Artinya,

eksistensi, sifat dan kualitas Pancasila amat bergantung pada manusia Indonesia. Selain ditemukan

adanya manusia Indonesia sebagai pendukung pokok Pancasila, secara ontologis, realitas yang

menjadikan sifat-sifat melekat dan dimiliki.


DASAR EPISTEMOLOGIS SILA-SILA
PANCASILA

Dasar epistemologis Pancasila terkait dengan sumber dasar pengetahuan Pancasila. Demikian
juga, eksistensi Pancasila dibangun sebagai abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas
yang ada dalam masyarakat Indonesia dengan lingkungan yang heterogen, multikultur, dan
multietnik dengan cara menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat bangsa Indonesia (Salam, 1998: 29).

Sebagai suatu ideologimaka pancasila memiliki 3 unsue pokok yaitu:

1. Logos, yaitu rasionalitas atau penalarannya

2. Pathos, yaitu penghayatannya

3. Ethos, yaitu kesusilaannya


DASAR AKSIOLOGIS SILA-SILA PANCASILA

Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Dari


aspek aksiologi, Pancasila tidak bisa dilepaskan dari manusia
Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila bukan
nilai yang ada dengan sendirinya (given value) melainkan
nilai yang diciptakan (created value) oleh manusia Indonesia.
Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa dimengerti dengan
mengenal manusia Indonesia dan latar belakangnya.
NILAI NILAI PANCASILA SEAGAI SUATU
SISTEM

1. Hidup Negara

2. Nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara

3. Inti Sila-Sila Pancasila

a. Sila ketuhanan yang maha esa

b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab

c. Persatuan indonesia

d.Kerakyatan yang dimpimpin oleh himah kebijksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
PANCASILA SEBAGAI
PARADIGMA KEHIDUPAN
BERMASYARAKAT,
BERBANGSA,DAN
BERNEGARA
DEFENISI PARADIGMA

Paradigma adalah model utama, pola atau metode (untuk


meraih beberapa jenis tujuan). Seringkali paradigma merupakan
sifat yang paling khas atau dasar dari sebuah teori atau cabang
ilmu. Menurut konteks, artinya bisa: (dalam epistemologi)
sebuah paradigma ilmiah Kuhnian paradigm.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PERKEMBANGAN IPTEK

Adapun hakekat pancasila sebagai paradigma pembangunan Iptek adalah sebagai berikut:

•Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan

antara rasional dan irasional, antara akal rasa dan kehendak. Berdasarkan sila ini, Iptek tidak hanya

memikirkan apa yang ditemukan atau diciptakan, tetapi juga harus mempertimbangkan maksud dan

akibat bagi manusia dan lingkungannya. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan. Sila ini

menempatkan manusia dialam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai bagian sistematik

dari alam yang diolahnya.

•Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap memberikan landasan bahwa pembngunan Iptek harus bersifat

beradap dan diabadikan untuk peningkatan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, pembangunan

Iptek harus didasarkan kepada tujuan dasarnya untuk mewujudkan kesejahteraan manusia serta

peningkatan harkat dan martabat manusia.


•Sila persatuan Indonesia memberikan arahan bahwa pembangunan iptek hendaknya dapat
mengembangkan nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran bangsa sebagai bagian umat
manusia.

•Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan


mendasari pembangunan iptek secara demokratis. Artinya, setiap ilmuwan harus memiliki
kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pembangunan Iptek, setiap ilmuwan
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus ,memiliki sikap terbuka,
artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan teori lainnya.

•Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pembangunan iptek
haruslah menjaga keseimbngan keadilan dalam kehidupan kemabusiaan, yaitu keseimbangan
keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan
alam lingkungannya.
PANCASILA PARADIGMA PEMBANGUNAN
POLEKSOSBUD HANKAM

Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka mencapai masyarakat adil yang


berkemakmuran dan makmur yang berkeadilan. Dalam pembukaan UUD 1945 disebutan
bahwa tujuan negara adalah “ melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia,memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kepada kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social”. Tujuna pertama merupakan manifestasi dari negara hokum formal,
sedangkan  tujuan kedua dan ketiga merupakan manifestasi dari pengertian negara hukum
material, yang secara keseluruhan sebagai manifestasi tujuan khusus. Sementara tujuan
yang terakhir adalah perwujudan dari kesadaran suatu bangsa yang hidup di tengah-
tengah pergaulan masyarakat internasional.
PANCASILA PARADIGMA PEMBANGUNAN
BIDANG POLITIK
Pancasila sebagai paradigma pembangunan politik memiliki arti bahwa pancasila bersifat sosial-politik

bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam pancasila.

Lebih lanjut, Edi menjelaskan implementasi nilai-nilai pancasila dalam pembangunan politik, sebagai berikut:

Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama, dan ekonomi dalam

kehidupan sehari-hari.

Mementingkan kepentingan rakyat (demokrasi) bilamana dalam pengambilan keputusan.

Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep mempertahankan

kesatuan.

Menggunakan pendekatan kemanusiaan yang adil dan beradab demi mencapai tujuan keadilan.

Nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan bersumber pada nilai Ketuhanan Yang

Maha Esa.
PANCASILA PARADIGMA PEGEMBANGAN
EKONOMI
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila KeempatPancasila; sementara pengembangan

ekonomi lebih mengacu pada pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini menunjuk pada

pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan Demokrasi Ekonomi  atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau

Sistem Ekonomi Pancasila.

Dalam Ekonomi Kerakyatan, politik/kebijakan ekonomi harus untuk sebesarbesar kemakmuran/kesejahteraan rakyat – yang harus

mampu mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat (tidak lagi yang seperti

selama Orde Baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik Ekonomi Kerakyatan yang lebih memberikan

kesempatan, dukungan, dan pengembangan ekonomi rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil, dan usaha menengah sebagai

pilar utama pembangunan ekonomi nasional. Oleh sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan ini ialah koperasi.

Ekonomi Kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program kongkrit pemerintah daerah di era otonomi daerah yang

lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah. Dengan demikian, Ekonomi

Kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam berekonomi, sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan

partisipatif. Dalam Ekonomi Kerakyatan, Pemerintah Pusat (Negara) yang demokratis berperanan memaksakan pematuhan

peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.


PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA
PENGEMBANGAN SOSIAL BUDAYA

Sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka-acuan-bersama,

bagi kebudayaan-kebudayaan di daerah:

(1) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun sukubangsa ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak

mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

(2) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul

kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya;

(3) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan tekad

masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat;

(4) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan

kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan

kepentingan perorangan;

(5) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa

Indonesia dalam memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.


PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI

1. Gerakan Reformasi
2. Pancasila Sebagai Dasar Cita-Cita Reformasi
3. Pancsila Sebagai Paradigma Reformasi Hukum
KESIMPULAN

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi


bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada
hakikat nilai sila-sila pancasila. Hakikat nilai sila-sila pancasila mendasarkan diri
pada dasar antologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila-sila pancasila
sekaligus sebagai pendukung pokok negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan
objektif bahwa pancasila merupakan dasar negara dan negara adalah organisasi
( persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu, negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh
warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia “monopluralis” .
‫‪MATERI SELESAI‬‬

‫”‪“T E R I M A K A S I H‬‬

‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ‬


‫ال َّ‬

Anda mungkin juga menyukai