NPM 20.02.0049
Jawab :
1) Perintah itu menunjukkan kewajiban sampai ada qarinah yang menunjukkan makna
yang lain. Jika ada qarinah, perintah bisa menunjukkan sunnah (mandub) atau kebolehan
(mubah).
2) Perintah pada dasarnya tidak meniscayakan pengulangan, kecuali jika ada dalil yang
menunjukkan perlunya pengulangan.
3) Larangan itu menunjukkan keharaman sampai ada qarinah yang menunjukkan makna
yang lain. Jika ada qarinah, larangan bisa bermakna makruh.
4) Larangan hendaknya dihindari segera.
5) Larangan hendaknya dihindari seluruhnya, sementara perintah hendaknya dikerjakan
sesuai dengan kemampuan.
6) Wajib mengamalkan 'aam sampai ada dalil yang menunjukkan pengkhususan
(takhshish).
7) Wajib mengalamkan yang muthlaq sampai ada dalil yang menunjukkan taqyiid.
8) Wajib mengamalkan mujmal jika sudah ada mubayyin-nya. Contohnya, "Dirikanlah
sholat" dan "Tunaikanlah zakat" yang ada dalam Al-Qur'an sifatnya mujmal. Mubayyin
tentang sholat dan zakat ada dalam As-Sunnah.
3. Jelaskan pendapat anda tentang tidak bermadzhab tapi implikasi kehidupan sehari hari
menggunkan madzhab?
Jawab : Menurut pendapat saya, apabila ada orang yg tidak bermazhab tetapi
dalam kehidupan sehari² nya ia justru mengimplikasi kan madzhab tersebut ada
dua kemungkinan. Yg pertama, ia tidak Istiqomah dengan pendiriannya bahwa
tidak akan bermadzhab dan hanya mengikuti Alquran dan Sunnah langsung.
Yang kedua, sebenarnya ia tak mengerti fungsi madzhab tadi, sehingga
awalnya ia menolak untuk menggunakan madzhab namun ternyata dalam
kehidupan sehari² nya tidak bisa dipisahkan dengan mengikuti madzhab. Maka
dari itu kita sebagai orang awam di masa sekarang ini mengikuti madzhab
adalah jalan yg tepat karena para ulama madzhab memudahkan kita untuk
memahami isi dan kandungan Alquran serta hadits.
Jawab : Karena mereka yakin bahwasanya Memahami bahwa agama dalam perspektif
tarjih dilakukan langsung dari sumber-sumber pokoknya, al-Quran dan Sunnah melaluin
proses ijtihad dengan metode-metode ijtihad yang ada. Dan mereka juga mengambil
kesimpulan dari perkataan 4 imam madzhab berikut ini:
1. Imam Abu Hanifah: “Apabila aku mengatakan sesuatu perkataan (pendapat)
menyelisihi al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw, maka tinggalkanlah
pendapatku tersebut."
2. Imam Malik bin Annas: “Sesungguhnya aku adalah manusia biasa (mungkin) aku
salah dan (mungkin) aku benar. Maka perhatikanlah pendapatku, selama pendapatku
itu sesuai al-Qur’an dan al-Sunnah. Dan selama pendapatku itu tidak sesuai dengan
al-Qur’an dan al-Sunnah, maka tinggalkanlah”.
3. Imam al-Syafi’i: “Apabila engkau menemukan dalam kitab (pendapat)-ku
menyelisihi Sunnah Rasulullah Saw, maka katakanlah (ikutilah) yang disampaikan
Rasulullah Saw dan tinggalkan apa yang aku katakana (pendapatku) itu”.
4. Imam Ahmad bin Hamal: “Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada
Imam Malik, Imam Syafii, Imam Auza’I dan Imam al-Tsauri. Namun ambillah
(ikutilah) dari mana mereka (para imam itu) mengambil yaitu (al-Qur’an dan
Hadits)” untuk itu mereka tidak bermazhab karena mereka langsung mengambil
hukum langsung dari Al-Qur'an dan hadist...bukan berarti muhamadiyah menafikan 4
imam Mazhab tersebut.