Anda di halaman 1dari 30

Mu’ammar,S.Sos.I, M.Pd.

I
 Fiqh sangat luas pembahasaanya baik dalam menentukan hukum maupun dalam praktek

kesehariannya. Di dalam menentukan hukum banyak terjadi perbedaan-perbedaan pendapat

para fuqaha, perbedaan tersebut menimbulkan perbandingan hasil ijtihad mereka.

Perbandingan hasil ijtihad para fuqaha tersebut dikenal dengan nama perbandingan

mazhab.

 Perbandingan mazhab merupakan pendapat-pendapat para mujtahid dalam menentukan

berbagai masalah. Perbandingan mazhab memuat hal-hal yang bertalian tentang kedudukan

ijtihad dalam Islam, yang didalamnya juga terdapat kajian-kajian tentang sebab-sebab

timbulnya perbedaan pendapat tentang hukum Islam dan hikmah serta implikasinya dalam

kehidupan bermasyarakat.
1. Apa yang dimaksud mazhab dan
perbandingan (muqoranah) mazhab serta
apa ruang lingkup pembahasannya?
2. Apa tujuan dan manfaat mempelajari
perbandingan mazhab?
3. Apa hukum mengamalkan hasil muqaranah
(perbandingan) mazhab?
 Secara etimologi ‫ مذهب‬berasal dari shigoht
masdar mim (kata sifat) dan isim makan
(kata yang menunjukan tempat) yang diambil
dari fi’il madhy ‫ ذهب‬yang artinya pergi, bisa
juga berarti ‫ الرأي‬artinya pendapat.
 secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah
Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan
oleh imam Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau
mengistinbatkan (penetapan) hukum Islam

 Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang


pengertiannya menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti
cara istinbath Imam Mujtahid tertentu atau mengikuti
pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum Islam.

 Kok Ikut imam mujtahid kok tdk nabi muhammad?


 Muhammad lebih utama dari imam mujtahid.. Tabiit tabbiin
 Mengapa tidak merujuk langsung nabi muhammad
Ulama warosatul ambbiyah
Nabi itu belum atau tdak merinci konsep secara sistematis
Nabi hanya memberi isayarat secara ijmali (global) tdak tafsili
Ketidakmampuan kita untuk menyelami sumber-sumber ushul
Bannyak masalah yang belum dirinci oleh qur’an hadist adanya
hanya di kitab imam mujtahid
Menghargai kesinambungan sanad ilmu para ulama mujtahid
1. - Menurut Said Ramadhany al-Buthy, mazhab adalah
jalan pikiran (paham/pendapat) yang ditempuh oleh
seorang mujtahid dalam menetapkann suatu hukum
Islam dari al-Qur’an dan Hadits.
2. - Menurut K. H. E Abdurrahman, mazhab dalam istilah
Islam berarti pendapat, paham aliran seorang alim besar
dalam Islam yang digelari Imam seperti mazhab Imam
Abu Hanifah, mazhab Imam Ahmad Ibn Hanbal, mazhab
Imam Syafi’I, mazhab Imam Malik, dan lain-lain.
3. - Menurut A. Hasan, mazhab yaitu sejumlah fatwa atau
pendapat-pendapat seorang alim ulam besar dalam
urusan agama baik dalm masalah ibadah maupun masalah
lainnya.
1. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode
yang ditempuh oleh seorang Imam Mujtahid
dalam menetapkan hukum suatu peristiwa
berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadits.
2. mazhab ialah fatwa atau pendapat seorang
Imam Mujtahid tentang hukum suatu
peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan
Hadits
 Jadi, Mazhab ialah pokok pikiran atau dasar yang
digunakan oleh Imam Mujtahid dalam memecahkan
masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam. Kemudian
Imam Mazhab dan Mazhab itu berkembang pengertiannya
menjadi kelompok uamat Islam yang mengikuti cara
istinbath hukum semakin kokoh dan meluas, sesudah masa
itu muncul mazhab-mazhab dalam bidang hukum Islam ,
baik dari golongan ahli hadits maupun ahli ra’yi
 Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih
telah muncul banyak mazhab fiqih. Menurut
Ahmad Satori Ismail , para ahli sejarah fiqh
telah berbeda pendapat sekitar bilangan
mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan
para ahli sejarah fiqh mengenai berapa
jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang
pernah ada.
1. Imam Abu Sa’id al-Hasan bin Yasar al-Bashry (wafat 110 H).

2. Imam Abu Hanifah al-Nu’man bin Tsabr bin Zauthy (wafat 150 H).

3. Imam Auza’iy Abu Amr Abd. Rahman bin Amr bin Muhammad (wafat 175 H).

4. Imam Sufyan bin Sa’id bin Masruq al-Tsury (wafat 160 H).

5. Imam al-Laits bin Sa’ad (wafat 175 H).

6. Imam Malik bin Anas al-Ashabahy (wafat 198 H).

7. Imam Sufyan bin Uyainah (wafat 198 H).

8. Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’I (wafat 204 H).

9. Imam Ahmad Ibnu Hanbal (wafat 241 H).

Dan masih banyak lagi mazhab yang dibina oleh para Imam Mazhab yang tidak mashur dan tidak

banyak pengikutnya.
 yaitu : mazhab hanafi, Maliki, Syafii,
Hambali, Zaidiyah, Imamiyah dan Ibadiyah.
Adapun mazhab-mazhab lainnya telah tiada .
 Secara lughot perbandingan berasal dari bahasa
Arab ‫ مقارنة المذاهب‬yaitu mengumpulkan,
membandingkan dan menghimpun. Sedangkan
menurut istilah ulam fiqh:
 “Perbandingan mazhab adalah mengumpulkan
pendapat para Imam Mujtahidin dengan dalil-
dalilnya tentang suatu masalah yang
diperselisihkan padanya, kemudian
membandingkan dalil-dalilnya satu sama lainnya,
agar Nampak setelah dimunaqasyahkan
pendapat mana yang terkuat dalilnya”.
 Jadi, Perbandingan mazhab adalah ilmu
pengetahuan yang membahas pendapat-
pendapat fuqaha’ beserta dalil-dalinya
mengenai berbagi masalah, baik yang
disepakati, maupun yang diperselisihkan
dengan membandingkan dalil masing-masing
yaitu dengan cara mendiskusikan dalil-dalil
yang dikemukakan oleh mujtahidin untuk
menemukan pendapat yang paling kuat
dalilnya.
 Objek pembahasan dari perbandingan
mazhab adalah membandingkan, baik
permasalahanya maupun dalil-dalilnya.
1. Hukum-hukum amaliyah, baik yang disepakati,
maupun yang masih diperselisihkan antara para
Mujtahid, dengan membahas cara berijtihad
mereka dan sumber-sumber hukum yang dijadikan
dasar oleh mereka dalam menetapkanhukum.
2. Dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh para
mujtahid, baik dari al-Qur’an maupun sunnah, atau
dalil-dalil lain yang diakui oleh syara’.
3. Hukum-hukum yang berlaku dinegara tempat
muqarin hidup, baik hukum nasional/positif,
maupun hukum internasional.
1. Untuk mengetahui pendapat-pendapat para Imam mazhab (para Imam mujtahid) dalam berbagai masalah yang diperselisihkan

hukumnya disertai dalil-dalil atau alasan-alasan yang dijadikan dasar bagi setiap pendapat dan cara-cara istinbath hukum dari

dalilnya oleh mereka.

2. Untuk mengetahui dasar-dasar dan qaidah-qaidah yang digunakan setiap Imam Mazhab (Imam Mujtahid) dalam mengistinbath

hukum dari dalil-dalilnya, dimana setiap Imam Mujtahid tersebut tidak menyimpang dan tidak keluar dari dalil-dalil al-Qur'an

at’u as-Sunnah.

3. Dengan memperhatikan landasan berfikir para Imam Mazhab, orang yang melakukan studi perbandingan mazhab dapat

mengetahui, bahwa dasar-dasar mereka pada hakikatnya tidak keluar dari Nushush al-Qur’an dan as-Sunnah dengan

perbedaan interprestasi, atau mereka mengambil Qiyas, Mashalah Mursalah, Istihsab, atau prinsip-prinsip umum dalam nash-

nash syariat Islam dalam menyelesaikan semua persoalan yang hidup dala masyarakat, baik ibadah maupun mu’amalah, yang

dalil-dalil ijtihad itupun digali dari nash-nash al-Qur’an dan Sunnah.

 )‫ (رواه البيهقى عن ابن عمر‬.‫اخِتَالُف ُأَّمِتْي َرْح َم ٌة‬

“Perbedaan pendapat dari umatku (ulama) adalah rahmat”. (HR. al-Baihaqy dari Ibnu Umar).
 Dalam melakukan studi perbandingan
madzhab untuk mendapatkan dalail yang
terkuat dan mengamalkan hasilnya adalah
wajib. Meskipun sebagian ulama muta’akhirin
berpendapat bahwa mengamalkan hasil
muqaranah akan mengakibatkan perpindahan
mazhab atau talfiq dan tidak dibenarkan.
Pendapat mereka dianggap lemah karena
tidak berdasarkan dalil yang kuat. Al-Qur’an
dan as-Sunnah.
‫َوَم ا َج َع ل َع َلْي ُكم ِفي الِّد يِن ِم ْن َخ َرٍج‬.
“Dan Dia (Allah) tidak sekali-kali menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan”.
 Hasil studi dari muqarin adalah mengamalkan
dalil yang paling kuat, baik bagi muqarin
sendiri maupun bagi orang yang melakukan
studi perbandingan atau yang sedang meneliti
dalil-dalil yang terkuat untuk masalah
tertentu. Hukum yang didapat dari hasil
perbandingan itu merupakan hasil yang
objektif dan terkuat dalilnya, oleh sebab itu
wajib mengamalkannya. Dengan sikap seperti
ini kita akan merasakan tujuan dan hikmah
atau manfaat dari studi perbandingan
tersebut.
 Islam tidak mewajibkan umatnya untuk bertaklid dan
mengikat diri pada pendapat suatu mazhab, melainkan
memerintahkan untuk mengikuti hukum-hukum yang
diambil dari sumbernya yang kuat, kecuali bagi orang-
orang awam yang belum atau tidak bisa membedakan
mana dalil yang terkuat dan mana yang tidak, yang
penting baginya mengamalkan hukum yang ditetapkan
mazhab tertentu yang menjadi panutannya.
 Orang yang enggan mengamalkan hukum hasil muqaranah,
bagaikan orang yang enggan memakan buah yang lebih
bergizi, karena belum terbiasa, padahal ia
membutuhkannya.
1. Memiliki sifat teliti dalam mengambil mazhab dari kitab fiqih
mu’tabar dan benar-benar dikenal, bahwa pendapat itu memang
benar pendapat Ashhab al-Mazhabib. Kemudian hendaknya
mengambil dari pendapat mazhab tersebutyang terkuat dalilnya
dan tidak mengambil yang lemah dalilnya supaya mudah
menolaknya.
2. Mengambil dan memilih dalil-dalil yang terkuat dari setiap azhab
serta tidak membatasi diri pada dalil-dalil yang lemah dan
menyelesaikan suatu masalah.
3. Memiliki pengetahuan tentang ushul dan kaidah yang dijadikan
dasar oleh setiap mazhab dalam mengambil dan menentukan
hukum.
4. Mengetahui pendapat-pendapat ulama yang bertebaran dalam
kitab-kitab fiqih disertai dalil-dalilnya dan harus pula
mengetahui cara-cara mereka beristidlal dan dalil-dalil yang
mereka jadikan pegangan.
5. Hendaklah muqarin setelah mendiskusikan pendapat mazhab-
mazhab tersebut dengan dalil-dalil yang terkuat, mentarjih salah
satunya secara objektif.
 Perbedaan pemahaman tentang lafadz
nash.
 Perbedaan dalam masalah hadits.
 Perbedaan dalam pemahaman dan
penggunaan kaidah penggunaan kaidah
lughawiyah nash.
 Perbedaan dalam mentarjihkan dalil-dalil
yan berlawanan.
 Perbedaan tentang qiyas.
 Perbedaan dalam penggunaan dalil-dalil
hukum.
 Perbedaan dalam masalah nash
 Perbedaan dalam pemahaman illat hukum.
 membagi sebab-sebab ikhtilaf itu kepada
empat macam, yaitu:
1. Pemahaman Al-Qur’an dan sunnah
rasul.
2. Sebab-sebab khusus tentang sunnah
rasul.
3. Sebab-sebab yang berkenaan dengn
aqidah-aqidah ushuliyah atau fiqhiyah.
4. Sebab-sebab yang khusus mengenai
penggunaan dalil-dalil di luar Al-Qur’an
dan sunnah Rasul.
 Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan
pendapat para imam mazhab dan para ulama
fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar
keluar dari taqlid buta, karena kita akan
mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan
serta jalan pemikiran mereka dalam penetapan
hukum suatu masalah. Sehingga dengan
demikian akan terbuka kemungkinan untuk
memperdalam studi tentang hal yang
diperselisihkan, meneliti sistem dan cara yang
lebih baik, serta tepat dalam mengistinbatkan
hukum juga dapat mengembangkan kemampuan
dalam hukum fiqih bahkan akan terbuka
kemungkinan untuk menjadi mujtahid
 Ikhtilaf di sekitar Fatwa Sahabat
Tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama,
bahwa perkataan sahabat yan tidak hanya berdasarkan
pkiran semata-mata adalah menjadi hujjah bagi umat
islam. Hampir semua ahli ushul (fiqih) menyatakan hal
serupa ketika membahas tentang mazhab sahabat
(fatwa sahabat).
Adapun yang masih diperselisihkan leh para ulama
adalah perkataan sahabat yang semata-mata
berdasarkan hasil ijtihad mereka sendiri dan para
sahabat tidak dala satu pendirian, contoh perbedaan
pendapat dikalangan sahabat antara lain:
Umar bin Khattab berkata, bahwa iddah wanita hamil
yang ditinggal mati adalah ia sampai ia melahirkan
sedangkan menurut Ali bin Abi Thalib adalah melewati
dua masa, yaitu masa melahirkan dan melewati 4 bulan
10 hari.
 Perbedaan pendapat ini terjadi karena Allah
SWT menetapkan iddah wanita hamil yang
diceraikan adalah sampai melahirkan dan iddah
wanita hamil yang ditinggal mati suaminya
adalah 4 bulan 10 hari tanpa perincian yang
jelas.
 Pada masa Tabi’in kedudukan ijtihad
merupakan alat untuk menggali hukum Islam
semain meluas, meskipun prinsip
musyawarah sudah kurang berfungsi, karena
sulit untuk dilaksanakan, mengingat ulama
sudah mulai terpencar-pencar keeluruh
wilayah islam. Juga disebabkan kaum
muslimin telah terpecah belah setelah wafat
khalifah Usman menjadi 3 yaitu: golongan
Khawarij, Syiah, dan golongan Jumhur.
 Semula perpecahan tersebut hanya
mengenai masalah politik dalam
pemerintahan islam, namun kemudian
berpngaruh juga terhadap perkmbangan
dan perrttumuhan hukum islam, terutama
pada masa sesudahnya. Hal ini disebabkan
masalah politik yang berakibat dalam
bidang ijtihad yang akhirnya menimbulkan
perbedaan pendapat dalam menetapkan
hukum islam. Walaupun pada hakikatnya
masing-masing golongan itu hampir sama
dalam hal pendirianya tntang masalah
politik, tetapi mengenai masalah hukum
terdapat perbedaan pendapat dari
masing-masing golongan.
 1. Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
 ahl al-Ra’yi; kelompok ini dikenal pula dengan Mazhab
Hanafi
 ahl al-Hadis terdiri atas : 1. Mazhab Maliki, 2. Mazhab
Syafi’I, 3. Mazhab Hambali
 2. Syi’ah
 Syi’ah Zaidiyah
 Syi’ah Imamiyah
 3. Khawarij
 4. Mazhab-mazhab yang telah musnah
 Mazhab al-Auza’i
 Mazhab al-Zhahiry
 Mazhab al-Thabary
 Mazhab al-Laitsi
1. Menentukan masalah yag akan dikaji, umpamanya
masalah “hkum bacaan msmalah” pada awal fatihah di
dalam shalat.
2. Mengumpulkan semua pendapat fuqaha yang
menyangkut dengan masalah tersebut dengan meneliti
semua kitab-kitab fiqih dalam berbagai mazhab.
3. Mengumpulkan semua dalil dan jihat dalalahnya yang
menjadi lanadasan semua pendapat yang dikutip, baik
dalil-dalil itu berupa ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah,
ijma dan qiyas aaupun dalil-dalil lain.
4. Meneliti semua dalil, untuk mengetahui dalil-dalil yang
dhaif agar dapatr dibuang dan untuk mengetahui dalil-
dalil yang kuat serta shah untuk dianalisa lebih lanjut.
5. Menganalisa dalil dan mendiskusikan jihat
jihat didalalahnya, untuk mengetahui apakah
dalil-dalil itu telah tepat digunakan pada
tempatnya dan didalalahnya memang
menunjukkan kepada hukum dimaksud,
ataukah ada kemungkinn atu alternative yng
lain.
6. Menelusuri hikmah-hikmah yangterkandung
di belakang perbedaan itu, untuk
dimanfaatkan sebagai rahmat Allah SWT.
7. Untuk mengevaluasi kebenaran-kebenaran
pendapat yang terpilih itu, perlu dikaji
sebab-sebab terjadinya pendapat yang pada
prinsipnya tidak keluar dari empat sebab
ulama yang akan diuraikan. Dan seterusnya
 Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat kita
pahami bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam bukanlah suatu fenomena baru, tetapi semenjak
masa Islam yang paling dini perbedaan pendapat itu
sudah terjadi. Perbedaan terjadi adanya ciri dan
pandangan yang berbeda dari setiap mazhab dalam
memahami Islam sebagai kebenaran yang satu. Untuk
itu kita umat Islam harus selalu bersikap terbuka dan
arif dalam memendang serta memahami arti
perbedaan, hingga sampai satu titik kesimpulan bahwa
berbeda itu tidak identik dengan bertentangan –
selama perbedaan itu bergerak menuju kebenaran –
dan Islam adalah satu dalam keragaman

Anda mungkin juga menyukai