Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“MADZHAB FIQIH”

Dosen Pengampu : Dr. Hendri k, S.HI,. M.SI.

Disusun Oleh :

Muhammad Rizki (12320114728)

Muhammad Zainal (12320110794)

Muhammad Supandi (12320114721)

PRODI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas hidayah-Nya,


penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MADZHAB FIQIH” ini.
Makalah ini merupakan tugas kelompok penulis selaku Mahasiswa Universitas
Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau, makalah ini insyaAllah akan penulis
paparkan (presentasikan) dalam acara perkuliahan mata kuliah FIQIH dengan
dosen pengampu: Muhammad Dr. Hendri k, S.HI,. M.SI.

Dan makalah yang berjudul “MADZHAB FIQIH” akan membahas


mengenai: Faktor-faktor lahirnya madzhab fiqih, Madzhab fiqih sunni, Imam
madzhab pada aliran sunni, Madzhab fiqih syi’ah, Imam madzahab fiqih pada
aliran syi’ah, dan madzhab fiqih yang sudah hilang.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya


bagi penulis pribadi dan pada umumnya kepada rekan-rekan mahasiswa. Kritik
dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan khususnya dari Bapak Dosen
dan umumnya pada seluruh rekan mahasiswa.

Pekanbaru, 09 November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Masala...........................................................................................2
BAB II................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Faktor-Faktor Lahirnya Madzhab Fiqih....................................................3
2.2 Madzhab Fiqih Sunni................................................................................4
2.3 Imam Madzhab-Madzhab Fiqih Dalam Aliran Sunni...............................6
2.4 Madzhab Fiqih Syiah...............................................................................10
2.5 Imam Madzhab-Madzhab Fiqih Dalam Aliran Syia’h............................13
2.6 Madzab Fiqih Yang Sudah Hilang...........................................................16
BAB III................................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..............................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fiqih memiliki pembahasan yang sangat luas, baik dalam menentukan


hukum maupun dalam praktek kesehariannya. Di dalam menentukan hukum
banyak terjadi perbedaan-perbedaan pendapat para fuqaha, perbedaan tersebut
menimbulkan perbandingan hasil ijtihad mereka. Perbandingan hasil ijtihad
para fuqaha tersebut dikenal dengan nama perbandingan mazhab.

Dalam islam terdapat empat mazhab fiqih yang terkenal. Urutannya:


Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali, itulah mazhab yang terkenal dalam fiqih
islam. Meskipun sudah ada empat mazhab bukan berarti bahwa semua syariat
islam itu telah dibicarakan oleh keempat mazhab tersebut. Jadi, belum tentu
pendapat di luar empat mazhab itu secara otomatis salah. Karena selain dari
mazhab-mazhab tersebut ada juga mazhab syi’ah dan mazhab yang telah
hilang. Salah atau benarnya mesti menggunakan pijakan dan patokan yang
sudah disepakati yaitu Al-Qur’an dan Hadist.

Mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbathkan hukum Islam. 1
Adapun mazhab yang akan dibahas dalam tulisan ini yaitu Mazhab Sunni,
Mazhab Syi’ah, dan mazhab yang telah hilang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman factor-faktor lahirnya madzhab fiqih?
2. Apa yang dimaksud dengan madzhab sunni?
3. Siapa saja Iman madzhab pada aliran sunni?
4. Apa yang dimaksud dengan madzhab fiqih?
1
Nafiul Lubab dan Novita Pancaningrum, Mazhab: Keterkungkungan Intelektual Atau
Kerangka Metodologis (Dinamika Hukum Islam) dalam Jurnal YUDISIA, Vol. 6, No. 2, Desember
2015, h. 396-397.

1
5. Siapa saja Imam madzhab fiqih dalam aliran syi’ah?
6. Apa saja madzhab fiqih yang sudah hilang

1.3 Tujuan Masala


1. Untuk mengetahui bagaiman factor-faktor lahirnya madzhab fiqih.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan madzhab sunni.
3. Untuk mengetahui siapa saja Iman madzhab pada aliran sunni.
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan madzhab fiqih.
5. Untuk mengetahui aiapa saja Imam madzhab fiqih dalam aliran syi’ah.
6. Untuk mengetahui pa saja madzhab fiqih yang sudah hilang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Faktor-Faktor Lahirnya Madzhab Fiqih

Perbedaan yang muncul dikalangan Ulama' hingga melahirkan mazhab-


mazhab, dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: Perbedaan sumber Hukum,
Metode,dan lingkungan2.

a. Sumber Hukum
Jumhur ulama' dalam tradisi ushul fikih, mengakui adanya empat
dalil hukum yang disepakati, yaitu: al-Qur'an, Sunnah, Ijma' dan Qiyas.
Keempatnya kemudian dikenal dengan dalil al-muttafaq alaiha. Dua yang
pertama merupakan sumber primer, sementara ijma' dan Qiyas merupakan
derivasinya. Kendati keempatnya merupakan dalil hukum yang disepakati,
namun ada pengakuan yang berbeda dari masing-masing kelompok
mengenai otoritas keempatnya.
Hadis, misalnya, diakui oleh semua mazhab. Namun, ketika
pengakuan itu diarahkan kepada persoalan detail, muncul perbedaan.
Hadis ahad, menurut ulama Syafi'iyyah adalah hadis yang bisa dijadikan
hujjah dan sandaran hukum, namun tidak demikian menurut ulama'
Hanfiyyah. Menurutnya, hadis jenis ini tidak memiliki otoritas untuk
menjadi sumber hukum. Perbedaan akan pengakuan hadis ahad ini,
kemudian membawa implikasi munculnya perbedaan produk hukum dari
masing-masing mazhab.

b. Metodologi

2
Lihat, Muh. Zuhri, Op. Cit, hlm. 74; Sementara menurut Musthafa Sa'id al-khin, ada
delapan penyebab muncul ikhtilaf fi al-furu, yaitu: ikhtilaful Qiro'at, 'adamul ith-thila' ala al-hadits,
asy-syakk fi tsubut al-hadits, ikhtilaf fi fahmin nass, ta'arudul adillah, 'adamu wujud an-nass, dan
ikhtilaf fi al-qowa'id al-ushuliyyah. LihatMuhammad Sa'id al-Khin, Atsarul Ikhtilaf fil Qowa'idil
Ushuliyyahfi Ikhtilafil Fuqoha, (ttp: Muassasah ar-Risalah, tt), hlm. 34-117. Sementara
Fathurrohman Djamil menyebut ada 5 (lima) faktor, yaitu: Perbedaan sumber Hukum, Perbedaan
Kaidah, Lokasi, situasi dan kondisi serta pandangan dan metode. Lihat. Fathurrohman Djamil,
Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: LOGOS, 1999), hlm., 108-111

3
Perbedaan metode istimbat hukum juga membawa dampak
munculnya perbedaan mazhab. Dalam cakupan metodologi, misalnya,
adanya pola pemahaman nass yang berbeda antara ulama' sunny dengan
kelompok zahiryYang pertama menggunakan metode istimbat yang
melibatkan akal dalam berinteraksi dengan nass, sementara yang kedua
cenderung 'menafikan' peran akal. Perabedaan ini pada gilirannya
melahirkan mazhab yang berbeda sebagai manifestasi perbedaan metode
istimbat hukum yang dipakai.3
c. Lingkungan
Lingkungan yang berbeda juga memberikan pengaruh bagi
munculnya mazhab. Hijaz sebagai daerah yang relatif statis dengan pola
perkembangan sosial yang lamban memiliki warna hukum yang berbeda
dengan Iraq, misalnya. Yang disebut terakhir ini merupakan wilayah
'metropolitanyang dinamis dengan keragaman budaya di dalamnya.
Perbedaan antara Hijaz dan Iraq ini, pada gilirannya juga turut
memberikan kontribusi bagi lahirnya mazhab di daerah masing-masing".

2.2 Madzhab Fiqih Sunni

Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah

Dalam kitab Al-Mausu'ah al-Arabiyah al-Muyassarah sebuah Ensiklopedi


ringkas memberikan definisi Ahlussunnah sebagai berikut:

“Ahlussunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten semua


jejak-langkah yang berasal dari Nabi Muhammas SAW. dan membelanya.
Mereka mempunyai pendapat tentang masalah agama baik yang fundamental
(ushul) maupun divisional (furu). Sebagai bandingan Syi'ah, diantara mereka
ada yang disebut "Salaf", yaitu generasi awal mulai dari para Sahabat, Tabi'in
dan Tabi'ut Tabi'in dan ada juga yang disebut "Kholaf" yakni generasi yang
datang kemudian Diantara mereka ada yang toleransinya luas terhadap peran

3
Muh. Zuhri, Op. Cit., hal. 75

4
akal, dan ada pula yang membatasi peran akal secara ketat. Diantara mereka
juga ada yang bersikap reformatif (mujadiddun) dan diantaranya lagi bersikap
konservatif (muhafidhun)Golongan ini merupakan mayoritas umat Islam”
(Ghorbal et.al, 1965:278)

Dari definisi ini, jelas bahwa Ahlussunnah wal Jama'ah itu tidak hanya
terdiri dari satu kelompok aliran, tetapi ada beberapa sub-aliran. Karena itu, Dr.
Jalal M. Musa yang dikutip oleh M. Tholhah Hasan mengatakan bahwa istilah
Ahlussunnah wal Jama'ah ini menjadi rebutan banyak kelompok, masing-
masing membuat klaim bahwa dialah Ahlussunnah wal Jama'ah dan
dimasukkannya kata “al-Jama'ah” dalam istilah ini karena mereka
menggunakan “Ijma” dan “Qiyas” sebagai dalil-dalil syari'ah yang
fundamental, disamping al-Quran dan Sunnah Rasul (Hasan, 2005: 3-4).

Dalam kajian Ilmu Kalamistilah Ahlussunnah wal Jama'ah ini sudah


banyak dipakai sejak masa Sahabat sampai generasi-generasi berikutnya.
Istilah ini biasanya digunakan untuk membedakan kelompok ini dari kelompok
lain seperti Syi'ah, Khawarij, Murji'ah, dan Mu'tazilah, dan para Imam Mazhab
Fiqh seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam as-Syafi'I, dan
Imam Ibnu Hambal dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlussunnah, sebelum
munculnya Imam Asy'ari dan Imam al-Maturidi sebagai tokoh Mutakallimin
(ahli Ilmu Kalam) dari kalangan Ahlussunnah pada abad ke-3 H.

Sebagai tambahan dari penjelasan diatas, penggunaan istilah


Ahlussunnah wal Jama'ah juga didasarkan pada beberapa hadis yang
menyatakan bahwa umat Islam setelah masa Nabi akan terpecah menjadi 73
golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Satu golongan yang
selamat menurut sabda Nabi tersebut, terdiri atas mereka yang melaksanakan
Sunnah Nabi dan para Sahabatnya.

2.3 Imam Madzhab-Madzhab Fiqih Dalam Aliran Sunni

5
Di kalangan Sunni terdapat beberapa madzhab yang masyhur, yaitu hanafi,
maliki, syafi’i dan hambali.

1. Madzhab Hanafi (80-150 H/ 699-769 M)


Al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi berusia 70 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya al-Nu’man ibn Tsabit
ibn Zuthi (80-150 H). Ia dilahirkan di kufah, ia lahir pada zaman dinasti
Umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul malik ibn Marwan.
Berbicara tentang Mażhab Hanafi kita tidak akan bisa lepas dari nama
imam AbuHanifah, karena pemikiran beliau yang jenius dan cerdas dalam
ilmu fiqh menjadi cikal bakal lahir dan berdirinya Mażhab Hanafi. Bahkan
sampai Imam Syafi’i berkata “tidak ada seorang wanita dan laki-laki yang
mengungguli akal Abu Hanifah”.4
Pada awalnya Abu hanifah adalah seorang pedagang, atas anjuran al-
Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Abu Hanifah belajar fiqih
kepada ulama aliran irak (ra’yu). Imam Abu Hanifah mengajak kepada
kebebasan berfikir dalam memecahkan masalah-masalah baru yang belum
terdapat dalam Al-Qur’an dan alSunnah. Ia banyak mengandalkan qiyas
(analogi) dalam menentukan hukum.
Karya besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar, Al
‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar. Adapun ulama Hanafiyah
menyusun kitab-kitab fiqih, diantaranya Jami’ al-Fushulai, Dlarar al-
Hukkam, kitab al-Fiqh dan qawaid al-Fiqh, dan lain-lain.
Murid imam Abu Hanifah yang terkenal dan yang meneruskan
pemikiranpemikirannya adalah: Imam Abu Yusuf al-An Sharg, Imam
Muhammad bin alHasan al-Syaibani, dll.
Adapun yang dijadikan pokok pegangan dalil madzhab hanafi adalah:
AlQur'an, as-Sunah, Aqwalus Sahabat, Ijma', Qiyas, Istisan dan 'Urf.
Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar ke
negaranegara Islam bagian Timur. Dan sekarang ini mazhab Hanafi

4
Ali Fikri, Kisah kisah para imam Mazhab, (Yogyakarta, Mitra pustaka, t.th), h.45.

6
merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Mazhab ini
dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, Muslimin
India dan Tiongkok.
Seorang ahli fikih yang cukup besar dan memiliki pengaruh yang luas
dalam pemikiran hukum-hukum Islam. Sebagaimana cerita dari
Muhammad Abu Zahroh, bahwa imam Hanafi adalah seorang ahli fikih
dan ulama yang lebih sering menggunakan ra’yu, atau lebih cenderung
rasional dalam pemikiran ijtihadnya. Kecenderungan rasionalis dalam
fikihnya Imam Abu Hanifah banyak dipengaruhi sosiokultural dan
kebudayaan yang berkembang di Iraq, karena pada waku itu Iraq sebagai
kota tempat berkembangnya cabang-cabang ilmu, sehingga banyak
diskusi-diskusi keilmuan yang dilakukan oleh para ulama termasuk Imam
Abu Hanifah.5
2. Madzhab Maliki (93-179 H/ 712-798 M)
Maliki bin Annas bin Malik bin Abu Amr al-Asbahi berusia 86 tahun.
Madzhab ini dibangun oleh Maliki bin Annas. Ia dilahirkan di madinah
pada tahun 93 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’ bin Abi Ha’im.
Ia belajar hadis kepada ulama madinah seperti Ibn Syihab al-Zuhri.
Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta’, sebuah kitab hadis
bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadis dan fiqh tertua yang masih kita
jumpai. Dia seorang Imam dalam ilmu hadis dan fiqh sekaligus. Orang
sudah setuju atas keutamaan dan kepemimpinannya dalam dua ilmu ini.
Dalam fatwa hukumnya ia bersandar pada kitab Allah kemudian pada as-
Sunnah. Tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk madinah dari pada
hadis ahad, dalam ini disebabkan karena beliau berpendirian pada
penduduk madinah itu mewarisi dari sahabat.
Setelah as-Sunnah, Malik kembali ke qiyas. Satu hal yang tidak
diragukan lagi bahwa persoalan-persoalan dibina atas dasar maslahah
mursalah. As-Syafi’i menerima hadis darinya dan belajar ilmu fiqih
kepadanya. Penduduk mesir, maghribi dan andalas banyak mendatangi
5
Moenawir Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali,
(Jakarta: Bulan Bintang), h. 30.

7
kuliah-kuliahnya dan memperoleh manfaat besar darinya, serta menyebar
luaskan di negeri mereka.
Kitab al-Mudawwanah sebagai dasar fiqih madzhab Maliki dan sudah
dicetak dua kali di mesir dan tersebar luas disana, demikian pula kitab al-
Muwatta’. Pembuatan undang-undang di mesir sudah memetik sebagian
hukum dari madzhab Maliki untuk menjadi standar mahkamah sejarah
mesir.
Daerah-daerah yang Menganut Mazhab Maliki awal mulanya tersebar
di daerah Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di Marokko,
Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.
3. Madzhab Syafi’i (150-204 H/769-823 M)
Imam Muhammad bin Idris al-Abbas berusia 54 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris al-Abbas. Madzhab fiqih as-
Syafi’i merupakan perpaduan antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.
Ia terdiri dari dua pendapat, yaitu qaul qadim (pendapat lama) di irak dan
qauljadid di mesir.
Madzhab Syafi’i terkenal sebagai madzhab yang paling hati-hati dalam
menentukan hukum. Syafi’i pernah belajar Ilmu Fiqh beserta kaidah-
kaidah hukumnya di mesjid al-Haram dari dua orang mufti besar, yaitu
Muslim bin Khalid dan Sufyan bin Uyainah sampai matang dalam ilmu
fiqih. Imam Syafi’i mulai melakukan kajian hukum dan mengeluarkan
fatwa-fatwa fiqh bahkan menyusun metodelogi kajian hukum yang
cenderung memperkuat posisi tradisional serta mengkritik rasional, baik
aliran madinah maupun kufah.
Dalam kontek fiqihnya Syafi’i mengemukakan pemikiran bahwa
hukum Islam bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah serta Ijma’ dan apabila
ketiganya belum memaparkan ketentuan hukum yang jelas, beliau
mempelajari perkataan-perkataan sahabat dan baru yang terakhir
melakukan qiyas dan istishab. Di antara karya-karya Imam Syafi’i, yaitu:
 Ar-Risalah: merupakan kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun.

8
 Al-Umm: isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan
pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam kitab ushul fiqih.
Imam Syafi’i tidak penah berfikir untuk membuat sebuah mazhab,
hukum, atau pendapat-pendapat pribadi khusus yang terpisah dari
pendapatnya imam Maliki. Gagasan untuk membuat mazhab fikih sendiri
baru muncul setelah beliau meninggalkan kota Baghdad pada
kunjungannya yang pertama yaitu pada tahun 184 H. sebelum itu beliau
dianggap sebagai pengikut imam Maliki.6
Mazhab Syafi’i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di: Libia,
Mesir, Indonesia, Pilipina, Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina,
Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Cina, Rusia dan
Yaman.
4. Madzhab Hambali (164-241 H/ 783-860 M).
Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani berusia 77 tahun. Madzhab
ini didirikan oleh Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani. Lahir di
Baghdad 164 H dan wafat di kota yang sama th 241 H. Dikenal dengan
nama imam almuhadditsin karena banyaknya hadis yang dikumpulkan dan
dihafalnya, kumpulan hadisnya ini dikenal dengan musnad Imam Ahmad.
Adapun prinsip madzhabnya adalah al-Qur’an, as-Sunnah, fatwa
sahabat yang tidak diperselisihkan, dan qiyas. Ia tidak mengakui adanya
ijma, karena menurutnya tidak mungkin ada ijma, karena demikian
banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah furu.
Awal perkembangannya, mazhab Hambali berkembang di Bagdad,
Irak dan Mesir dalam waktu yang sangat lama. Pada abad XII mazhab
Hambali berkembang terutama pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz
As Su’udi. Pada masa sekarang ini menjadi mazhab resmi pemerintahan
Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab,
Palestina, Siria dan Irak.
2.4 Madzhab Fiqih Syiah

6
Abdul Aziz Asy-Syinawi, Biografi Empat Imam Mazhab, (Cikumpa: Fathan Media Prima), h.
462.

9
Bebagai macam literatur menjelaskan tentang munculnya Syi'ah. Ada yang
mengatakan Syi'ah sudah ada sejak sepeninggalan Nabi Muhammad saw yaitu
ketika terpilihnya abu bakar sebagai khlifah pengganti Nabi Muhammad saw
yang telah meninggal dunia. Sedang beberapa literature lain mengatakan
Syi'ah muncul waktu perang shiffin, yaitu perang antara khalifah ali bin abu
thalib dengan bani ummaiyah.
Semula aliran yang lebih pada segi politik, yaitu dukungan kepada ahlu
bait tapi lama kelamaan berubah lebih kea rah teologis. Berbagai macam hal
terjadi sehingga Syi'ah terpecah menjadi beberapa sekte-sekte yang
kesemuanya memiliki perbedaan tersendiri.
Walaupun demikian Syi'ah tetap kuat dan menyebar hingga Indonesia.
Perkembangan yang tak disangka-sangka, yang semula dikira hanya sebuah
isu kini menjadi nyata.
Syi'ah (Bahasa Arab Bahasa Persia) ialah salah satu aliran atau mazhab
dalam Islam. Syi'ah menolak kepemimpinan dari tiga Khalifah Sunni pertama
seperti juga Sunni menolak Imam dar Imam Syi’ah.
Syi'ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut
seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas
suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang
menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib sangat utama di antara para sahabat dan
lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin,
demikian pula anak cucunya sepeninggal beliau. 7 Syi'ah, dalam sejarahnya
mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu. Syi'ah
mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan
mazhab.
Secara khusus, Muslim Syi'ah berpendapat bahwa Ali bin Abi Thalib, yaitu
sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW dan kepala keluarga Ahlul Bait,
adalah penerus kekhalifahan setelah Nabi Muhammad SAW. yang berbeda.
dengan khalifah lainnya yang diakui oleh Muslim Sunni. Muslim Syi'ah

7
Abdur Razak dan Rosihan Anwar, lIm Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2, hal.
89

10
percaya bahwa Ali dipilih melalui perintah langsung oleh Nabi Muhammad
SAW, dan perintah Nabi berarti wahyu dari Allah.
Perbedaan antara pengikut Ahlul Bait dan Abu Bakar menjadikan
perbedaan pandangan yang tajam antara Syi'ah dan Sunni dalam penafsiran
Al-Qur'an. Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh
perawi Hadits dari Muslim Syi'ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait,
sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan
Tanpa memperhatikan perbedaan tentang khalifah, Syi'ah mengakui
otoritas Imam Syi'ah (juga dikenal dengan Khalifah Ilahi) sebagai pemegang
otoritas agama, walaupun sekte-sekte dalam Syi'ah berbeda dalam siapa
pengganti para Imam dan Imam saat ini.8
Kaum Syi'ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para
pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al 'adl, an nubuwah, al imamah dan al
ma'ad.
a) At tauhid
Kaun Syi'ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat
bergantung semua makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan
juga tidak serupa dengan makhluk yang ada di bumi ini. Namun, menurut
mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang merupakan sifat
yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim
(mengetahui). qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak),
mudrik (cerdik, berakal), qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan
kekal). mutakallim (berkata-kata) dan shaddiq (benar). Sedangkan sifat
kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang merupakan
sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara
tersusun dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu,
berhajat kepada sesuatu dan merupakan tambahan dari Dzat yang telah
dimilikinya, 9

8
Sayyid Muhibudin al-khotib, Mengenal Pokok-pokok Ajaran Syi’ah Al-Imamiyah. (Surabaya
PT bina ilmu, 1984), hal 25
9
Abdur Razak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2,
hal.94

11
b) Al ‘adl
Kaum Syi'ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha
Adil. Allah tidak pernah melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan
buruk yang lainnya. Allah tidak melakukan sesuatu kecuali atas dasar
kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut kaum Syi'ah semua
perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu yang
akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah Swt adalah
baik. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan
Tuhan yaitu Tuhan selalu melakukan perbuatan yang baik dan tidak
melakukan apapun yang buruk. Tuhan juga tidak meninggalkan sesuatu
yang wajib dikerjakanNya.
c) An nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi'ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak
berbeda halnya dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah
mengutus nabi dan rasul untuk membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu
memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka yang melakukan amal
shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-mereka
yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi'ah
berpendapat bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang.
Nabi terakhir adalah nabi Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling
utama dari seluruh Nabi yang ada.
d) Al-Imamah
Bagi kaun Syi'ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan
agama sekaligus dalam dunia la merupakan pengganti Rasul dalam
memelihara syari'at, melaksanakan hudud (had atau hukuman terhadap
pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta ketentraman
umat. Bagi kaum Syi'ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah
seorang imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah
pemimpin yang ilegal dan tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan
Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali pemerintahan Ali Bin Abi Thalib)
adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam dianggap

12
ma'sum. terpelihara dari dosa sehingga iamam tidak berdosa serta perintah,
larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat
ataupun dikritik.
e) Al-Ma'ad
Secara harfiah al ma'dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud
disini adalah akhirat. Kaum Syi'ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat
itu pasti terjadi. Menurut keyakinan mereka manusia kelak akan
dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan dikembalikan ke
asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula
manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah
dilakukan selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saat itu juga
Tuhan akan memberikan pahala bagi orang yang beramal shaleh dan
menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.

2.5 Imam Madzhab-Madzhab Fiqih Dalam Aliran Syia’h


Mazhab di kalangan syiah ini terdapat dua madzhab fiqih, yaitu Zaidiyah
dan Ja’fariah. Namun yang masih berkembang kini hanyalah madzhab
Ja’fariah dan Syi’ah Imamiyah.
1. Mazhab Syi’ah Imamiyah
Mazhab ini dinisbahkan kepada Imam Ja’far ash-Shadiq bin
Muhammad al Baqir bin Ali bin Zainal Abidin bin al Husain bin Ali bin
Abu Thalib, beliau dilahirkan di Madinal pada tahun 699 M/ 80 H dan
meninggal di Madinal pada tahun 148 H. Beliau diberi gelar Ash- Shadiq
karena beliau tidak pernah berdusta.10
Semua golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini sepakat,
bahwa imam pertama adala Ali bin Abi Thalib, kemudia secara
berturutturut Hasan, Husein, Ali bin Husein, Muhammad al- Baqir, dan
Ja’far alShadiq. Sesudah itu mereka berbeda pendapat mengenai siapa
pengganti imam Ja’far al- Shadiq.11
10
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’ (Sejarah Legistasi Hukum Islam), Jakarta: AMZAH,
2011, h. 210.
11
Saleh A. Nahdi, Masalah Imam Mahdi, Surabaya: Raja Pena, 1966, h. 47.

13
Dalil, paham Imamah didasarkan pada Q.S. Yunus (10): 35 dan Q.S.
Al- Maidah (5): 55. Adapun hadis yang menjadi dasar dokrin imamah
adalah hadis gadir yang dikumandangkan Nabi ketika haji wada’, yang
dikutip langsung sebagai dalil untuk mendukung hak Ali atas khilafah.12
Dalam menentukan suatu hukum, mazhab Syiah Imamiyah mempunyi
beberapa sumber hukum, antara lain:
a. Al- Qur’an
Menurut para peawi Syiah Imamiyah (Ikhbariyun), tidak boleh
mengamalkan zhahirnya al-qur’an. Sedangkan mayoritas Syiah Imamiyah
(Ushuliyun), mengatakan bahawa zhair al-qur’an sebagai hujjah, namun
tidak boleh mengamalkannya tanpa merujuk kepada riwayat para imam
mereka.13
b. Al- Sunnah
Menurut Syiah Imamiyah menyatakan bahwa semua imam makshum.
Menurut mereka hadis tidak akan naik kepada shahih jika perawinya
bukan kelompok Imam Itsna ‘Asyariyah dalam semua tingkatan. Maka
dari itu apabila periwayatnya tidak bermazhab Imamiyah, maka
kedudukan hadisnya dhaif. Atas dasar itulah mereka menolak semua hadis
dari tiga Khulafaur Rasyidin pertama meskipun hadis tersebut shahih.
Selain itu juga mereka tidak menerima riwayat para sahabat, thabi’in, para
imam hadis dan fuqoha yang tidak menganut akidah Imamiyah Itsna
‘Asyariyah.

c. Ijma’
Ijma’ menurut mazhab Syiah Imamiyah ini harus tudak bertentangan
dengan kelompok Imamiyah dan dua belas imam mereka. Menurut mereka
ijma’ ini tidak menghiraukan mujtahid dari umat Nabi Muhammad SAW.

12
Ibn Abi al- Hadid, Syarh Nahj al- Balagah, Jilid II (ttp: Dar al-Rayd al Hadisah, tth). h. 21-
26.
13
Ali Ahmad A-Salus, Ensiklopedia Sunnah Syiah (Studi Perbandingan Hadis dan Fikih),
Jakarta: Al- Kautsar, 2001, h. 238.

14
hanya hanya memandang sebagai mujtahid orang yang dekat dengan dua
belas imam dan jika imam itu tidak ikut serta ke dalam orang-orang yang
melakukan ijma’, maka syaratnya ijma’ tersebut harus sebagai penjelas
dan pendapat imam.
d. Akal
Menurut Syiah Imamiyah ini akal adalah hukum yang berdiri sendiri.
Contohnya, hukum tentang wajibnya menolak mudharat, mustahilnya
menganggap kuat suatu pendapat tanpa dalil yang menguatkannya, dan
buruknya menjatuhkan siksa tanpa ada penjelasan.14
2. Mazhab Ja’fariyah
Abu ‘Abdullah Ja’far ibn Muhammad al- Baqir ibn ‘Ali Zayna Abidin
ibn Husayn ibn Ali ibn Talib al- Hashimi al- ‘Alawi al- Madani al-Sadiq. 15
Ia dilahirkan pada tahun 80 H/699 M.16 Imam Ja’far dikenal sebagai ahli
fikih selain itu juga beliau juga menguasai ilmu filsafat, tasawuf, kimia
dan kedokteran.
Perkembangan mazhab ja’fari ini menurut Mhmud Syihabi yang
dirujuk oleh Dahal terbagi menjadi dua periode utama. Periode pertama
adalah periode penetapan hukum, yang dimulai dari diutusnya Muhammad
sebagai Rasul sampai wafatnya beliau pad atahun 11 H/ 632 M. Periode
keuda adalah periode interpretasi hukum, yakni dari tahun 11 H/ 632 M
sampai sekarang.
Periode interpretasi tersebut dibagi menjadi emapat tahap utama,
yaitu, tahap pertama, pada era para sahabat Nabi (11-93 H/ 632-711 M).
tahap kedua terjadi pada era penggantian Nabi hingga masa “keghaiban
kecil” Imam Mahdi (260 H/ 873 M). Pada periode kedua ini dibagi lagi
menjadi dua fase, yaitu masa Imam Muhammad al- Baqir serta Imam
Ja’far al-Sadiq, dan fase pasca Imam Ja’far al- Sadiq. Tahap ketiga, pada
era para wakil khusus yaitu pada tahun 260-329 H/873-940 M. Terakhir
14
Ali Ahmad As- Salus, Ensiklopedia Sunnah Syiah, 241-250.
15
Shibab al-Din Abu al-Fadl Ahmad ibn ‘Ali ibn Hajar al-‘Asqalani, Tahdhin al-Tahdhib, jilid I
(t.tp: Dar al- Kitab al-Islami, t.th), h.103.
16
Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam (Ringkas), terj. Ghufron A. Mas’adi, ed. 1, Jakarta:
Grafindo Persada, 1999, h. 189.

15
tahapan keempat yakni pada era keghaiban besar, pada tahun 329 H/940 M
sampai sekarang.
Memasuki fase baru mazhab Ja’fari ini terpecah menjadi dua aliran,
yakni aliran Akhbari, yaitu aliran para ahli hadis yang tidak mau
menggunakan rasio dan aliran Ushuli yang melakukan upaya penggalian
hukum dengan menggunakan rasio.17

2.6 Madzab Fiqih Yang Sudah Hilang


1. Mazdhab-Auza’i
Al-‘Auzai adalah pendiri madzhab al-Auza’i, dan seorang faqih
terkemuka di Syam. Ia juga merupakan ulama pertama penulis hadits di
Syam (Syiria). Ia hidup sezaman dengan Imam Abu Hanifah, dan seorang
ulama besar yang menolak qiyas. Nama Abdurrahman bin Umar Al
Auza’i. Ia lahir di Syam. Masa kecilnya sangat menderita, karena
disamping termasuk orang miskin, juga anak yatim. Ibunya mengajak
berpindah-pindah dari suatu kota ke kota lainnya.
Al-Auza’i kecil adalah seorang yang cerdas dan sabar. Pada usia 10
tahun ia sudah hapal al-Qur’an dan menguasai beberapa ilmu keagamaan.
Gurunya banyak sekali dari kalangan tabi’in yang terkenal: Atha’
Ibn Rabbah, Qatadah, Ibn Syihab Az-Zuhry dan lain-lain. Pada usia 25
tahun, ia menjadi mufti (pemberi fatwa agama) bersama-sama dengan
tokoh-tokoh ulama tua lainnya. Jabatan mufti ini dipegangnya sampai ia
meninggal (usianya hampir 70 tahun) pada tahun 157 H. Selama waktu itu
ia sibuk menjawab masalah-masalah keagamaan (kurang lebih 70.000
masalah), yang telah diselesaikan secara argumentatif.
Ia adalah seorang imam besar, teristimewa dalam bidang fiqih dan
hadits, yang ahli ibadah, khusu’ dalam shalat, ahli puasa, suka
menghindari perbuatan-perbuatan dosa, lebih banyak tafakur, dengan
berdiam diri di Kufah. Dalam shalatnya sangat khusu’, sehingga tempat
sujudnya sering basah. Ia juga tidak pernah takut apabila seseorang berada
17
Dani Muhtada, Ja’far Al- Sadiq dan Paradigma Mazhab Ja’fari, Vol. 25, No. 1, April 2015,
Universitas Negeri Semarang: Al- Ahkam, h. 67-68.

16
dalam kekeliruan, dan hal ini dilakukannya dengan memberi nasehat
kepada khalifah Ja’far alManshur, ketika berkunjung ke Syam. Ia
mempunyai banyak murid, antara lain: Sufyan ats-Tsaury, Imam Malik dan
lain-lain.
Pemikiran al-Auza’i dan madzhabnya dapat dilihat dalam kitab
fiqih yang disusun oleh Ibn Jarir Ath Thabary (w. 310 H / 923 M) yang
berjudul Ikhtilaf Al-Fuqaha dan kitab Al-‘Umm karya Imam Syafi’i.
Dalam Al Umm, Imam Syafi’I menggemukakan perdebatan antara Imam
Abu Hanifah dan alAuza’i, serta antara Imam Abu Yusuf dan al-Auza’i.
Madzhab al-Auza’i bertahan hampir 2 abad. Pernah menjadi
rujukan dan pedoman muslim Spanyol (Andalusia) selama hampir 60
tahun, sebelum akhirnya terdesak oleh Madzhab Maliki.
2. Madzhab ats-Tsauri
Nama lengkapnya adalah: Sufyan bin Said bin Masruq bin Rafi’
bin Abdillah bin Muhabah bin Abi Abdillah bin Manqad bin Nashr bin Al-
Harits bin Tsa’labah bin Amir bin Mulkan bin Tsur bin Abdumanat Adda
bin Thabikhah bin Ilyas. Para ahli sejarah sepakat bahwa beliau lahir pada
tahun 77 H. Ayahnya adalah seorang ahli hadits ternama, yaitu Said bin
Masruq Ats-Tsauri. Ayahnya adalah teman Asy-Sya’bi dan Khaitsamah bin
Abdurrahman. Keduanya termasuk para perawi Kufah yang dapat
dipercaya. Mereka adalah termasuk generasi Tabi’in.
Beliau dilahirkan di Kufah pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul
Malik. Dan beliau keluar dari Kufah tahun 155 H dan tidak pernah
kembali lagi. Beliau juga meriwayatkan dari guru-guru yang berasal dari
Kufah, yang diantaranya adalah: Ziyad bin Alaqah, ‘Ashim AlAhwal,
Sulaiman At-Tamimi, Hamaid Ath-Thawil, Ayyub, Yunus bin Ubaid,
Abdul Aziz bin Rafi’, Al-Mukhtar bin Fulful, Israil bin Abi Musa, Ibrahim
bin Maisarah, Habib bin Asy-Syahid, Khalid Al-Hadza’, Dawud bin Abi
Hind dan Ibnu ‘Aun. Beliau diakui oleh para ulama sebagai seorang
mujtahid mutlak. Hanya beliau tidak mendapat pengikut yang banyak dan

17
madzhabnya kemudian lenyap. Imam Sufyan meninggal pada bulan
Sya’ban tahun 161H.
3. Madzhab al-Laits
Pendiri madzhab ini adalah Abdul Harist al–Laits Ibnu Sa’ad al-
Fahmy. Sebagai seorang intelektual, ia sangat terkenal pada masanya,
terutama di daerah Mesir. Kapasitasnya dan keunggulan pengetahuan al-
Laits diakui oleh Imam Syafi’i. Al-Laits ini menguasai lebih mendalam di
bidang fiqih dari pada Malik. Namun begitu, para murid dan pengikut
Imam Laist ini tidak memiliki dedikasi dan visi dalam mengembangkan
madzhabnya.
4. Madzhab Zhahiri
Pendiri madzhab ini ialah Abu Sulaiman Daud Ibn Ali al-Asfahani
yang kemudian dikenal dengan nama Daud adh-Dhahiri. Sebagai
intelektual pada mulanya ia kepincut dan menganut madzhab Syafi’i. Ia
amat teguh memegang hadist. Setelah belajar pada Ishaq Ibnu Rahawaih,
salah seorang fuqaha madrasah al-Hadist pada tahun 233 H, Daud adh-
Dhahiri mulai menentang Madzhab Syafi’i. Ini dilakukan Daud lantaran
madzhab Syafi’i menggunakan qiyas dan memandangnya sebagai sumber
hukum. Untuk menyatakan ketidaksukaannya pada madzhab Syafi’i ini,
Daud berkata, ‛Saya telah mempelajari dalil-dalil yang digunakan oleh
Imam Syafi’i untuk menentang istihsan‛.
Prinsip madzhab ini adalah menyakini sepenuhnya arti yang diamnbil
dari al-Qur’an dan al-Hadist dan menolak arti karena bertentangan dengan
agama bukanhanya penggunaan bebas opini pribadi yang sudah menjadi
kebiasaan sebelum Syafi’i, bahkan kegunaan analogi dan berfikir
sistematis yang Syafi’i sudah pegang. Misalnya, al-Qur’an melarang riba
dan banyak hadist menyatakan bahwa nabi melarang tambahan jumlah dan
penundaan penyampaian barang barter atau barang dagangan: jual beli
emas dan lain lain. Bagaimanapun juga, madzhab Dhariri menolak
membeberkan pengaturan terhadap barang barang yang tersebut dalam
hadits hadits.

18
Pada kasus-kasus ini madzhab ini tampaknya kurang menuntut, tetapi
dalam hal ini tampak lebih keras daripada madhab-madhab lainnya. Ia
membolehkan mengamalkan prinsip abstrak tanpa memperhitungkan
konsekuensi. Tidak terlalu banyak pertentangan, abstrak yang ditolak
madhab ini (Dhariri) sebagai metode-metode teknik membicarakan hukum
yang mereka putuskan secara subyektif dan sekehendak hati ada usaha
terakhir mereka tidak mampu berbuat tanpa deduksi dan kesimpulan dari
teks-teks yang terbukti benar, tetapi mereka mencoba mengetengahkan
konklusi mereka, seperti tercantum dalam teks mereka sendiri. Aksioma
madhab Dhahiri lainnya, ialah bahwa satusatunya ijma’ yang sah menurut
hukum ialah ijma’dari para sahabat nabi.
5. Madzhab Thabari
Madzhab Thabari didirikan oleh Imam At-Thabari (wafat
310H/923M). Beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah dan
ahli tafsir mulamula dia mempelajari fikih Syafi’i dan Malik serta fikih
ulama Khufah, kemudian membentuk mazdhab sendiri yang berkembang
di Baghdad. Di antara pengikutnya ialah Abul Farj an-Nahrawy. Mazdhab
Thabari lenyap pada abad ke-5 Hijriyah. Kitab-kitab yang ditinggalkannya
di antaranya: Tharik at-Thabari, tafsir at-Thabari dan Ikftilaful Fuqaha. Di
antara pendapat beliau yaitu membolehkan wanita menjadi hakim.18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
18
M. Noor Harisudin, M. Fil. I, Pengantar Ilmu Fiqih, Surabaya: Pena Salsabila,2014, h.105-
109.

19
Perbedaan yang muncul dikalangan Ulama' hingga melahirkan mazhab-
mazhab, dilatarbelakangi oleh beberapa hal, yaitu: Perbedaan sumber Hukum,
Metode,dan lingkungan.

Dalam kajian Ilmu Kalamistilah Ahlussunnah wal Jama'ah ini sudah


banyak dipakai sejak masa Sahabat sampai generasi-generasi berikutnya.
Istilah ini biasanya digunakan untuk membedakan kelompok ini dari
kelompok lain seperti Syi'ah, Khawarij, Murji'ah, dan Mu'tazilah, dan para
Imam Mazhab Fiqh seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam
as-Syafi'I, dan Imam Ibnu Hambal dikenal sebagai tokoh-tokoh Ahlussunnah,
sebelum munculnya Imam Asy'ari dan Imam al-Maturidi sebagai tokoh
Mutakallimin (ahli Ilmu Kalam) dari kalangan Ahlussunnah pada abad ke-3 H.
Di kalangan Sunni terdapat beberapa madzhab yang masyhur, yaitu hanafi,
maliki, syafi’i dan hambali.
Bebagai macam literatur menjelaskan tentang munculnya Syi'ah. Ada yang
mengatakan Syi'ah sudah ada sejak sepeninggalan Nabi Muhammad saw yaitu
ketika terpilihnya abu bakar sebagai khlifah pengganti Nabi Muhammad saw
yang telah meninggal dunia. Sedang beberapa literature lain mengatakan
Syi'ah muncul waktu perang shiffin, yaitu perang antara khalifah ali bin abu
thalib dengan bani ummaiyah. Mazhab di kalangan syiah ini terdapat dua
madzhab fiqih, yaitu Zaidiyah dan Ja’fariah. Namun yang masih berkembang
kini hanyalah madzhab Ja’fariah dan Syi’ah Imamiyah.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat untuk menambah wawasan para
pembaca dan juga pemakalah, semoga dapat bermanfaat. Saran yang
membangun sangat kamibutuh kan untuk memperbaiki makalah ini agar
lebih baik lagi. Sesungguhnya kekurangan itu datangnya dari kami dan
kesempurnaan itu hanya lah milik Allah SWT. Terimakasih

20
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Abdul Aziz. 1996.Ensiklopedi Hukum Islam. Ichtian Baru: Jakarta.

21
Khallaf, Abdul Wahab. 1994. Ilmu Ushul Fiqh. Dina Utama Semarang (Toha
Putra group): Semarang.

Yusuf, Muhammad dkk. 2005. Fiqh & Ushul Fiqh. Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga: Yogyakarta

Zahrah, Muhammad Abu. 2007. Ushul Fiqih. Pustaka Firdaus: Jakarta Zuhri,

Muh.1996. Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah. Rajagrafindo: Jakarta.

Tahdzibul Lughah, 3/61, karya Azhari dan Tajul Arus, 5/405, karya Az-Zabidi.
Dinukil dari kitab Firaq Mu'ashirah, 1/31, karya Dr. Ghalib bin 'Ali Al-Awaji

Al-khotib, Sayyid Muhibudin, Mengenal Pokok-pokok Ajaran Syi'ah Al-


Imamiyah, Surabaya PT bina ilmu, 1984

Abu Zahrah, Muhammad Aliran Politik Dan Aqidah Dalam Islam, Jakarta: Logos
Publishing House, 1996

Nasir, Sahilun, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan


Perkembangannya, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010

Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,


Jakarta: UI-Press, 1986

Razak, Abdur dan Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, Bandung: Puskata Setia, 2006

22

Anda mungkin juga menyukai