Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Tentang
MADHZAB-MADHZAB HUKUM ISLAM

Dosen Pembimbing : Muhammad Ilham, MH

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 12
ALHAFIZ ARYA A.
IMELLITA SURI AMANDA

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
2023 M / 1445 H

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Dalam makalah “Madhzab-Madhzab Hukum Islam” penulis bermaksud menjelaskan
secara detail permasalahan tersebut. Adapun tujuan selanjutnya adalah untuk memenuhi salah
satu syarat tugas mata kuliah Filsafat Hukum Islam.
Akhir kata tak ada gading yang tak retak, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penulis dalam menyelesaikan tugas ini.

Bengkalis, November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Pembuatan Makalah..........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Madzhab.......................................................................................2
B. Sejarah Perkembangan Madzhab...................................................................2
C. Sebab-Sebab Terjadinya Perbedaan Madzhab...............................................6
D. Empat Mazhab yang Masyhur dalam Hukum Islam......................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melaksanakan perintah agama, umat Islam tentu harus berlandaskan pada aturan
dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ada begitu banyak ibadah, dan tata caranya, yang mendasari
lahirnya ilmu fiqih, yaitu ilmu tentang hukum dan tata cara melakukan ibadah yang
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hukum mengatur halal dan haram, sunat dan makruh,
tata cara sholat, cara bersuci dan sebagainya.
Dalam agama Islam terutama dalam hal fiqih mengenal adanya Mazhab. Mazhab yaitu
sesuatu yang menjadi pendapat imam atau ahli agama tentang hukum suatu perkara baik
dalam urusan agama, masalah ibadah ataupun permasalahan lainnya. Ada banyak Mazhab
dalam perkembangannya, namun ada empat Mazhab yang paling masyhur, yaitu Mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Mayoritas umat Islam Indonesia menganut Mazhab
Syafi'i, hal tersebut tidak lepas dari peran penyebar Islam pertama kali ke Indonesia yang
juga menganut Mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi’i memiliki pengaruh besar dalam tradisi hukum
Islam di Indonesia.
Perbedaan paham disini lebih condong ke arah hukum furu’iyah, karena dalam
penetapan hukum itu diperhatikan masa dan musim, keadaan alam dan tempat, adat kebiasaan
dan lain sebagainya. Hinga sekarang 4 madzhab itulah menjadi pegangan umat muslim di
dunia ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat dalam kajian ini adalah
1. Apa pengertian madzhab?
2. Bagaimana sejarah perkembangan madzhab?
3. Apa sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab?
4. Apa empat mazhab yang masyhur dalam hukum islam?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian madzhab
2. Untuk mengetahui sejarah perkembangan madzhab
3. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab
4. Untuk Mengetahui empat mazhab yang masyhur dalam hukum islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Madzhab
Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy (kata sifat)
dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil madhy
“dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi.1 Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya, “tempat
pergi”, yaitu jalan (ath-thariq).2
Sedangkan menurut istilah ada beberapa rumusan: Menurut M. Husain Abdullah,
madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali
dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang
mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam tentang hukum
suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang kaidah-kaidah istinbathnya.3
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid dalam
memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa disimpulkan pula
bahwa mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam
mujtahid; (2) ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

B. Sejarah Perkembangan Madzhab


1. Periode Pertumbuhan(Abad ke 0-1 H)
a. Madzhab Pada Masa Rasulullah
Bila diruntut ke belakang, mahzab fiqih itu sudah ada sejak zaman Rosulullah SAW,
Madzhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad (pendapat) para sahabat dalam
memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum islam adalah hanya al-Quran
dan Hadits, sehingga ketika para sahabat terjadi perselisihan dan berijtihad masing-
masing; maka mereka langsung melaporkan masalah tersebut kepada Rosulullah.4 Pada
periode ini, Madzhab hanyalah sebuah pendapat atau Ijtihad para sahabat dalam

1
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos, 1997), hal 71
2
M.Husain Abdullah, Al-Wadhih fi Usul al-Fiqh, (Beirut: Darul Bayariq, 1995), hal 196
3
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996) hal 79
4
Ayang Utriza Yakin, Sejarah hukum Islam, (Bandung : Grafika Intermedia,2014), hal 24
2
memahami sebuah kasus, lalu sahabat melaporkan kepada Rosul akan kasus tersebut,
sehingga Rosulullah SAW langsung memutuskan kasus tersebut apakah salah satu yang
benar atau keduanya benar. Madzhab secara sistematis belum terbentuk, hanya
berbentuk pendapat-pendapat para sahabat dan ijtihad-ijtihadnya yang kemudian
disampaikan kepada Rosulullah.
b. Madzhab Pada Masa Shahabat
Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring dengan meninggalnya
Rosulullah SAW; karena ketika di zaman Rosulullah para Sahabat menemukan sebuah
masalah, akan tetapi setelah wafatnya Rosulullah, Para sahabat masing-masing
memiliki pendapatnya. Misalnya pendapat Aisyah ra, pendapat Ibn Mas’ud ra, pendapat
Ibn Umar. Masing-masing memiliki kaidah tersendiri dalam memahami nash Al-
Qur’an Al-Karim dan sunnah, sehinga terkadang pendapat Ibn Umar tidak selalu
sejalan dengan pendapat Ibn Mas’ud atau Ibn Abbas. Tapi semua itu tetap tidak bisa
disalahkan karena masing-masing sudah melakukan ijtihad.5
Para sahabat melihat Rasulullah Saw mengerjakan suatu tindakan, sebagian sahabat
menafsirkannya sebagai tindakan qurbah (ibadah), sedangkan sebagian yang lain
menyimpulkannya sebagai tindakan mubah (biasa). Contohnya, para sahabat melihat
Nabi Shallalahu Alaihi wa Sallam melakukan lari-lari kecil saat thawaf. Oleh karena
itu, mayoritas mereka berpendapat hal tersebut adalah sunnah dalam tawaf. Sedangkan
Ibnu Abbas, mengintepretasikan tindakan beliau sebagai kebetulan karena ada motivasi
yang muncul.6
Rasulullah SAW mengerjakan ibadah haji dan orang-orang menyaksikannya. Sebagian
sahabat berpendapat bahwa beliau mengerjakan ibadah haji secara tamattu’, sementara
sebagian sahabat yang lain menganggapnya mengerjakan ibadah haji secara qiran.
Sebagian sahabat lain menyangka beliau mengerjakan ibadah haji secara ifrad.7
c. Madzhab Pada Masa Tabiin
Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang tujuh orang yaitu;
Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim ibn Muhammad, Kharijah ibn Zaid,
Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan dan Ubaidillah. Dari kalangan tabiin ada ahli fiqh
yang juga cukup terkenal; Ikrimah Maula Ibn Abbas dan Atha’ ibn Abu Rabbah,
Thawus ibn Kiisan, Muhammad ibn Sirin, Al-Aswad ibn Yazid, Masruq ibn al-A’raj,

5
Hasan Mahmud, Pengantar Hukum Islam, ( Bandung : Pustaka al-Iman, 2009 ) hal 34
6
Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah perkembangannya, ( Jakarta : Pustaka Lentera Iman, 2013),
hal 47
7
Ahmad Ridho, Hukum Islam dalam Sorotan, ( Jakarta : Pustakan Bina karya Utama, 2015) hal 24
3
Alqamah an Nakha’i, Sya’by, Syuraih, Said ibn Jubair, Makhul ad Dimasyqy, Abu Idris
al-Khaulani.
2. Periode Pembentukan (Abad ke 2-3 H )
a. Mazhab Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah, yang dikenal dengan sebutan Imam Hanafi, mempunyai nama
lengkap: Abu Hanifah Al-Nu’man bin Tsabit bin Zutha Al-Kufi. lahir di Irak pada
tahun 80 Hijriah/699 M, bertepatan dengan masa khalifah Bani Umayyah Abdul Malik
bin Marwan. Beliau digelari dengan nama Abu Hanifah yang berarti suci dan lurus,
karena sejak kecil beliau dikenal dengan kesungguhannya dalam beribadah, berakhlak
mulia, serta menjauhi perbuatan-perbuatan dosa dan keji. Dan mazhab fiqihnya
dinamakan Mazhab Hanafi.8 Salah satu muridnya yang terkenal adalah Muhammad bin
Al-Hassan Al-Shaibani, guru Imam Syafi’i. Melalui goresan tangan para muridnya itu,
pandangan-pandangan Imam Hanafi menyebar luas di negeri-negeri Islam, bahkan
menjadi salah satu mazhab yang diakui oleh mayoritas umat Islam.9
b. Madzhab Imam Malik
Malik bin Anas bin Malik, Imam maliki di lahirkan di Madinah al Munawwaroh.
sedangkan mengenai masalah tahun kelahirannya terdapat perbedaaan riwayat. al-Yafii
dalam kitabnya Thabaqat fuqoha meriwayatkan bahwa imam malik dilahirkan pada 94
H. ibn Khalikan dan yang lain berpendapat bahawa imam Malik dilahirkan pada 95 H.
sedangkan. imam al-Dzahabi meriwayatkan imam malik dilahirkan 90 H. Ia menyusun
kitab Al Muwaththa’, dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun,
selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah. Imam Malik menerima
hadits dari 900 orang (guru), 300 dari golongan Tabi’in dan 600 dari tabi’in tabi’in, ia
meriwayatkan hadits bersumber dari Nu’main al Mujmir, Zaib bin Aslam, Nafi’, Syarik
bin Abdullah, az Zuhry, Abi az Ziyad, Sa’id al Maqburi dan Humaid ath Thawil,
muridnya yang paling akhir adalah Hudzafah as Sahmi al Anshari. Adapun yang
meriwayatkan darinya adalah banyak sekali diantaranya ada yang lebih tua darinya
seperti az Zuhry dan Yahya bin Sa’id. Ada yang sebaya seperti al Auza’i, Ats Tsauri,
Sufyan bin Uyainah, Al Laits bin Sa’ad, Ibnu Juraij dan Syu’bah bin Hajjaj. Adapula
yang belajar darinya seperti Asy Safi’i, Ibnu Wahb, Ibnu Mahdi, al Qaththan dan Abi
Ishaq.

8
Muniroh Mukhtar, Madzhab dan Sejarahnya, ( Pustaka Mghfiroh : 2008) hal 57
9
Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka Bintang Pelajar:2013) , Hal 47
4
c. Mazhab Imam Syafii
Mazhab Syafi’i didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin ldris as-syafi’i. Ia wafat
pada 767 masehi 158 H. Selamahidup Beliau pernah tinggal di Baghdad, Madinah, dan
terakhir di Mesir. Corak pemikirannya adalah konvergensi atau pertemuan antara
rasionalis dan tradisionalis. Imam Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab
Syafi’i. Yang pertama namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid. Di Makkah, Imam
Syafi’i berguru fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ia
mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun. Demi ia merasakan
manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia mulai senang
mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan sya’irnya. Remaja
yatim ini belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin
khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian dia
juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga belajar dari pamannya yang
bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga menimba ilmu dari Sufyan bin
Uyainah. Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki,
Sa’id bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun
semakin menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di
berbagai halaqah ilmu para Ulama’ fiqih sebagaimana tersebut di atas.
d. Mazhab Imam Ahmad
Beliau adalah Abu Abdillah, Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-
Syaibani. Imam Ahmad dilahirkan di ibu kota kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad,
Irak, pada tahun 164 H/780 M. Saat itu, Baghdad menjadi pusat peradaban dunia
dimana para ahli dalam bidangnya masing-masing berkumpul untuk belajar ataupun
mengajarkan ilmu. Dengan lingkungan keluarga yang memiliki tradisi menjadi orang
besar, lalu tinggal di lingkungan pusat peradaban dunia, tentu saja menjadikan Imam
Ahmad memiliki lingkungan yang sangat kondusif dan kesempatan yang besar untuk
menjadi seorang yang besar pula.
e. Beberapa gurunya yang terkenal, di antaranya Ismail bin Ja’far, Abbad bin Abbad Al-
Ataky, Umari bin Abdillah bin Khalid, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin Dinar As-
Sulami, Imam Syafi’i, Waki’ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan bin `Uyainah,
Abdurrazaq, serta Ibrahim bin Ma’qil.10

10
M. Ali Al-Sayis, Fiqih ijtihad Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Nasy’ah al-Fiqh al-Ijtihadi wa
Athwaruhu) terj. M.Muzamil, (Solo: Pustaka Mantiq, 1997), 146.
5
3. Periode Keemasan (Abad ke 3-9 H )
Pada periode ini muncul lah ulama-ulama besar yang menisbatkan diri ke madzhab
tertentu di antaranya : Dari kalangan Syafiiyyah seperti Imam An Nawawi, Imam a-
Muzani, Imam Ibnu hajar al Asqolani, Ibnu hajar al haistami dan lain-lain. Dari
Kalangan Hanafiyyah seperti Imam Abu Yusuf, Imam As syaibani, Imam al Maruzi
dan lain lain. Dari kalangan Hanabilah seperti Imam Ibnu Qoyyim, Ibnu taimiyyah,
Ibnu Rojab dan lain lain. Dari kalangan Malikiyyah seperti Imam Ibnu Qosim, Imam
Syahnun, Imam Ibnu Rusyd dan lain lain.11 Mengenai perbedaan pendapat di kalangan
ulama abad ke 3 -9 telah banyak kitab yang membahasnya, masing masing menguatkan
prndapat Imam mazhabnya, walau tak jarang ada sebagian ulama yang berbeda dengan
imam mazhabnya.
4. Periode Kemunduran ( Abad ke 10 – 13 H )
Pada periode ini, Madzhab mengalami kemunduran karena faktor penjajahan di dunia
islam, dan tidak kuatnya kekuasaan muslim pada saat itu di bawah kepemimpinan
daulah usmaniyyah pada periode akhir.
5. Periode Kebangkitan ( Abad ke 14 – Sekarang )
Pada periode ini, madzhab mengalami kebangkitan kembali, di mulai dengan
munculnya para ulama dengan kitab-kitabnya yang terkenal seperti Syekh Wahbah
Zuhaili, Syekh Muhammad bin Sholeh al Usaimin, Syekh Yusuf al Qordhowi, Syekh
Ali Jum’ah dan lain lain, ada yang masih mengukuti dan selaras dengan metodologi
para Imam madzhab yang empat, adapula yang mulai berusaha keluar dari metodologi
para ulama terdahulu karena pertimbangan zaman.12

C. Sebab-Sebab Terjadinya Perbedaan Madzhab


Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan mazhab itu? Di samping
seperti yang telah sedikit dipaparkan di atas , jawabannya juga berasal dari pertanyaan;
Bagaimana terbentuknya mazhab-mazhab itu sendiri? Menurut Syaihh Taqiyuddin an-
Nabhani. berbagai mazhab itu terbentuk karena adanya perbedaan (ihhtilaf) dalam masalah
ushul maupun furu‘ sebagai dampak adanya berbagai diskusi (munazharat) di kalangan
ulama. Ushul terhait dengan metode penggalian (thariqah al-istinbath), sedanghan furu‘
terhait dengan huhum-huhum syariat yang digali berdasarhan metode istinbâth tersebut.

11
Mahmud Sholah, Hukum Islam dan Perkembangannya, ( Jakarta: Pustaka Iman jama,2004) hal 95
12
Muhammad Fairuz Abadi, Sejarah Perkembangan Mazhab dalam Sorotan, ( Bandung : Pustaka al-
Inabah, 2013), hal 46
6
Menurut Abu Ameenah Bilal Philips, alasan utama adanya perbedaan dalam ketetapan
hukum di kalangan imam mazhab meliputi:
(1) Interpretasi makna kata dan susunan gramatikal
(2) Riwayat hadith, (keberadaannya, kesahihannya, syarat- syarat penerimaan, dan
interpretasi atas teks hadith yang berbeda)
(3) Diakuinya penggunaan prinsip-prinsip tertentu (ijma’’, tradisi, istihsan, dan pendapat
sahabat); dan
(4) Metode-metode qiyas.13
Adapun Muhammad Zuhri, membagi dalam tiga hal penyebab terjadinya ihhtilaf
mazhab:
(1) Berkaitan dengan sumber huhum
(2) Berkaitan dengan metode ijtihad (teori taksin wa taqbih,tema kebahasaan) dan
(3) Adat Istiadat.14
Penyebab terjadinya perbedaan metode penetapan penggalian huhum (thariqah al-
istinbath) di kalangan Imam mujtahid, sebagai konklusi dari berbagai macam pembagian
menurut pendapat tokoh diatas. Dimana bisa disimpulkan secara garis besar meliputi:
Pertama: perbedaan dalam sumber huhum (mashdar al-ahham);
Kedua: perbedaan dalam cara memahami nash dan;
Ketiga: perbedaan dalam sebagian kaidah kebahasaan untuk memahami nash.

D. Empat Mazhab yang Masyhur dalam Hukum Islam


1. Mazhab Hanafi
Nama Imam Hanafi adalah Nu’man bin Tsabit bin Zauthi (80-150 H). Ia adalah pendiri
mazhab Hanafi berasal dari Kufah dan merupakan bangsa Persia. Ia mengalami masa daulah
bani Umaiyah dan daulah Abbasiyah. Ada yang mengatakan beiau termasuk kalangan tabi’in,
tetapi ada juga yang mengatakan beliau termasuk kalangan tabi’ tabi’in. Ia pernah bertemu
dengan Annas bin Malik (sahabat) dan meriwayatkan hadist terkenal, “mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim”.
Mazhab Hanafi dikenal banyak menggunakan ra’yu, qiyas dan istihsan. Dalam
memperoleh suatu hukum yang tidak terdapat didalam nash, kadang-kadang ulama mazhab
ini meninggalkan kaidah qiyas dan menggunakan kaidah istihsan. Alasannya, kaidah qiyas

13
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-usul dan Perhembangan Fiqh: Analisis Historis atas Mazhab,
Dohtrin dan Kontribusi, terj.M.Fauzi Arifin, (Bandung: Nusamedia, 2005), 125
14
Muhammad Zuhri, Huhum Islam dalam lintasan sejarah, (Jaharta: Rajagrafindo Persada, 1996),
73.
7
tidak dapat diterapkan dalam menghadapi kasus tertentu. Akan tetapi, ia mendahulukan qiyas
apabila menemui hadist ahad.
Gaya pengajaran Imam Abu Hanifah adalah dengan cara ialog dan tidak hanya bersifat
penyampaian, namun terkadang beliau memberikan beberapa pertanyaan seputar fiqh kepada
murid-muridnya, kemudian beliau memberikan beberapa dasar untuk menjawab masalah
tersebut, lalu mereka berdialog. Masing-masing orang menyampaikan pendapatnya terkadang
mereka setuju, terkadang tidak dan sesekali mereka bersuara keras. Apabila mereka sudah
mencapai kata sepakat dalam satu masalah, bau sang imam akan mendiktekannya kepada
para murid atau ada murid yang menuliskan untuk sang imam. Tekadang pula terdapat
perbedaan diantara mereka dan tidak menemukan kata sepakat, lalu ditulislah semua
pendapat yang ada dan dengan cara ini lah berdiri mazhab imam Abu Hanifah atas dasar
musyawarah, tukar pendapat, dan diskusi. Dari sini kemudian lahirlah murid-murid sang
imam yang memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian dan ijtihad, padahal mereka
masih dalam tahap belajar dan menuntut ilmu.
Fiqh dikalangan mazhab Abu Hanifah adalah Al-qur’an, Sunnah, Fatwa Sahabat,
Qiyas, Istihsan dan Ijma’. Sumber asli yang digunakan adalah Al-qur’an serta sunnah,
sedangkan yang lainnya merupakan dalil dan metode dalam mengistinbatkan hukum islam
dari kedua sumber tersebut.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki di dirikan oleh Imam Malik bin Anas bin Amir Al-Ashbahi, lahir di
Madinah pada tahun 93 H dari kedua orang tuanya keturunan Arab. Ayahnya berasal dari
kabilah Dzi Ashbah yang ada di Yaman, dan ibunya bernama Aliyah binti Syuraik dari
kabilah Azdi.
Imam Malik mengawali pelajarannya dengan menekuni ilmu riwayat hadits,
mempelajari fatwa-fatwa para sahabat dan dengan inilah beliau membangun mazhabnya.
Imam Malik tidak berhenti sampai disitu, beliau mengkaji setiap ilmu yang ada hubungannya
dengan ilmu syari’at. Beliau memiliki firasat yang tajam dalam menilai orang dan mengukur
kekuatan ilmu fiqh mereka. Beliau pernah berkta “ Ilmu itu adalah agama, maka lihatlah dari
mana klian mengambilnya, saya sudah bertemu dengan tujuh puluh orang yang mengatakan
saya mendengar Rasulullah saw dekat tiang-tiang masjid ini, tiang majid Nabawi, tapi tak
satu pun yang saya ambil. Seandainya salah seorang diantara mereka dimintai menjaga
sebuah rumah, pastilah ia sangat dipercaya namun mereka bukanlah orang yang ahli dalam
periwayatan hadit.

8
Dalam memberi fatwa, imam Malik hanya akan memberi jawaban pada masalah yang
sudah terjadi dan tidak melayani masalah yang belum terjadi, meskipun ada kemungkinan
akan terjadi. Beliau pernah ditanya oleh seseorang tentang masalah yang belum terjadi,
kemudian imam Malik menjawab “ Tanyakan yang sudah terjadi, dan jangan bertanya yang
belum terjadi”.
Dasar fatwa imam Malik adalah kitab Allah, sunnah yang shahih, amliah ahli Madinah,
qiyas dan Mashalih mursalah atau istishlah. Sunnah yang diambil adalah dari para pembesar
hadits Mekah dan Madinah. Adapun amaliah -amaliah ahli Madinah yang diambil adalah
pengamalan para imam sejak zaman Abu Bakar dan Umar. Hadits yang tidak berlaku pada
amaliah mereka terkadang ditolak. Qiyas dijadikan dasar berfatwa ketika tidak terdapat
penjelasan dalam al-qur’an dan hadits. Sementara itu mashalih mursalah kemaslahatan yang
tidak dinilai batal oleh secara syar’ dan tidak disebutkan secara tegas oleh nash.
3. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’i didirikan oleh imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin Al- abbas
bin Syafi’i dari suku Quraisy bertemu nasabnya dengan Rasulullah saw pada Abd Manaf.
Imam Al-Syafi’i lahir di Gaza pada tahun 150 H dan wafat di Mesir tahun 204 H. Ibunya
keturunan Yaman dari Kabilah Azdi dan memiliki jasa yang besar dalam mendidik imam
Syafi’i.
Imam Al-Syafi’i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh, dan hadist sangat diakui oleh ulama
sezaman nya. Ia adalah ulama yang mengumpulkan kaidah-kaidah fiqh secara teratur
kedalam bukunya yang bernama Arrisalah. Karena buku inilah ia dikenal sebagai pencipta
ilmu ushul fiqh. Selain itu ia juga terkenal sebagai pembela sunnah (nashir al-sunnah). Ia
berhujjah dengan zhahir al-qur’an dan sunnah ahad selagi perawinya adil, seklaigus dhabith
dan muttashil kepada Rasulullah saw. Ia tidak mensyaratkan masyhur, sebagaimana
penduduk Irak. Sumber hukum yang digunakan Al-Syafi’i adalah Al-qur’an, sunnah, ijma’,
pendapat- pendapat sahabat, qiyas. Ia menolak istihsan yang digunakan penduduk Irak dan
istishlah yang digunakan oleh imam Malik atau amaliah ahli Madinah. Akan tetapi ia
menerima istidlal.
4. Mazhab Hanbali
Mazhab Hanbali didirikan oleh imam Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal
bin Hilal bin Asad Asy-Syaibani. Beliau lahir di Baghdad pada tahun 164 H dan meninggal di
tempat yang sama pada tahun 241 H.

9
Beliau adalah pakar hadist dan fiqh. Sehubungan dengan itu, Ibrahim Al-Harbi berkata
“saya melihat Ahmad seakan Allah menghimpunkan untuknya ilmu orang-orang terdahulu
dan orang-orang terkemudian.15
Dasar mazhab Hanbali adalah Al-qur’an, Sunnah, fatwa sahabat, ijma’,qiyas, istishab,
maslahah mursalah, dan sadd al-zara’i (menutup kemungkinan bahaya). Imam Ahmad
mengarang kitab Al-Musnad yang memuat lebih dari empat puluh ribu hadist. Ia memiliki
kekuatan hafalan yang luar biasa. Ia menggunakan hadist mursal dan hadist dha’if yang
derajatnya meningkat menjadi hadist hasan.

15
Khon, A. M. (2015). Ikhtisar Traikh Tasyri’.Jakarta: Amzah.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang
digali dari dalil-dalil syariat yang rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul)
yang mendasari pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Periode perkembangan Madzhab : Periode Pertumbuhan ( abad ke 0 – 1 H ), Periode
Pembentukan ( abad ke 1-2 H ), Periode Keemasan ( abad ke 3-9 H), Periode Kemunduran
( abad ke 10-13 H ) dan Periode kebangkitan ( abad ke 14 – sekarang )
Penyebab terjadinya perbedaan metode penetapan penggalian huhum (thariqah al-
istinbath) di kalangan Imam mujtahid, sebagai konklusi dari berbagai macam pembagian
menurut pendapat tokoh diatas. Dimana bisa disimpulkan secara garis besar meliputi:
Pertama: perbedaan dalam sumber huhum (mashdar al-ahham); Kedua: perbedaan dalam cara
memahami nash dan; Ketiga: perbedaan dalam sebagian kaidah kebahasaan untuk memahami
nash.
Mazhab Fiqh muncul sebagai manifestasi dari perkembangan problematika dalam
permasalahan fiqh. Ini tidak terlepas dari pergantian dan perkembangan masa setelah
wafatnya Rasulullah saw. Mazhab fiqh pada mulanya ada banyak, tapi yang masyhur sampai
saat ini ada empat, yaitu: 1) Mazhab Hanafi; 2) Mazhab Maliki; 3) Mazhab Syafi’I; dan 4)
Mazhab Hanbali. Diantara alasan kenapa empat mazhab ini masih eksis sampai hari ini
adalah karena murid-murid imam mazhab ini rajin menulis. Sehingga ijtihad imam mereka
tersimpan di dalam hati dan kitab-kitab mereka. Kemudian imam-imam berikutnya
mensyarah dan mengembangkan lagi kitab- kitab fiqh mazhab mereka.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami uraikan. Saya menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, untuk mengetahuai secara komfrehensif, maka
sangat dibutuhkan beberapa rujukan-rujukan yang yang dapat memberikan pengetahuan
secara mendalam.Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Terimaksih dan
semoga bermanfaat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abas Ubaidillah, Sejarah Perkembangan Imam Mazhab, (Jakarta: Pustaka Bintang


Pelajar:2013)
Abu Ameenah Bilal Philips, Asal-usul dan Perhembangan Fiqh: Analisis Historis atas
Mazhab
Ahmad Hasan, Nasyatul Fiqh al_Islamiy, ( Damaskus : Dar al Hijroh,1996)
Ahmad Ridho, Hukum Islam dalam Sorotan, ( Jakarta : Pustakan Bina karya Utama, 2015)
Ayang Utriza Yakin, Sejarah hukum Islam, (Bandung : Grafika Intermedia,2014)
Dohtrin dan Kontribusi, terj.M.Fauzi Arifin, (Bandung: Nusamedia, 2005)
Hasan Mahmud, Pengantar Hukum Islam, ( Bandung : Pustaka al-Iman, 2009 )
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos, 1997)
Khon, A. M. (2015). Ikhtisar Traikh Tasyri’.Jakarta: Amzah.
M. Ali Al-Sayis, Fiqih ijtihad Pertumbuhan dan Perkembangannya,(Nasy’ah al-Fiqh al-
Ijtihadi wa Athwaruhu) terj. M.Muzamil, (Solo: Pustaka Mantiq, 1997)
M.Husain Abdullah, Al-Wadhih fi Usul al-Fiqh, (Beirut: Darul Bayariq, 1995)
Mahmud Sholah, Hukum Islam dan Perkembangannya, ( Jakarta: Pustaka Iman jama,2004)
Mahmud Sirojuddin, Hukum Islam Sejarah perkembangannya, ( Jakarta : Pustaka Lentera
Iman, 2013)
Muhammad Fairuz Abadi, Sejarah Perkembangan Mazhab dalam Sorotan, ( Bandung :
Pustaka al-Inabah, 2013)
Muhammad Zuhri, Huhum Islam dalam lintasan sejarah, (Jaharta: Rajagrafindo Persada,
1996)
Muniroh Mukhtar, Madzhab dan Sejarahnya, ( Pustaka Mghfiroh : 2008)

12

Anda mungkin juga menyukai