Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBAGIAN MAZHAB DALAM


ILMU TAUHID
Disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Tauhid
Dosen Pengampu : ASNI MUNTE, S.Ag

DISUSUN OLEH :

NAILA FADILA
KELAS SEMESTER IA

STAIS AL-IKHLAS SIDIKALANG


TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Atas limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
saya bisa menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini sudah kami susun dengan
maksimal dengan bantuan dan pertolongan berbagai pihak sehingga bisa
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang sudah terlibat.

Saya menyadari seutuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat berharap saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sidikalang 10 Desember 2023


Penulis

Naila Fadila

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Makalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Mazhab…………………………………………………………..3

B. Pembagian Mazhab Fiqih................................................................................. 4

C. Ruang Mingkup Mazhab Fiqih ........................................................................ 4

D. Karakteristik Mazhab Fiqih .............................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 11

B. Saran .............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam pada masa Rasulullah SAW masih hidup, apabila terdapat


kekurangan paham terhadap suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan
kepada Rasulullah SAW, sehingga bisa cepat terselesaikan. Kemudian
sepeninggalan Rasulullah SAW, para sahabat menggunakan pengalaman yang
diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika masih hidup.
Ketika sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada Al- Qur’an,
As Sunnah. Seiring perkembangan jaman persoalan semakin bertambah
jumlahnya dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi
permasalahan ditemukan dalam Al-Quran, maupun As Sunnah. Sehingga
dilakukan jalan ijtihad sendiri, termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai
syara’ (hukum Islam). Sehingga seiring perkembangan waktu pun banyak
terjadi perbedaan madzhab.

Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embrio dari
perbedaan madzhab ini terjadi karena adanya perbedaan cara pandang dan
analisis terhadap nash (teks) Al-Qur’an, walaupun semua mempunyai dasar
yang sama yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Namun perbedaan tersebut
dianggap wajar oleh para ulama fiqih. Mazhab menurut ulama fiqih, adalah
sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani oleh seorang ahli fiqih mujtahid,
yang berbeda dengan ahli fiqih lain, yang menghantarkannya memilih
sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu'. Ini adalah pengertian mazhab
secara umum, bukan secara khusus.

Madzhab (bahasa Arab: ; mażhab adalah penggolongan suatu hukum


atau aturan setingkat dibawah firkah, yang dimana firkah merupakan istilah
yang sering dipakai untuk mengganti kata "denominasi" pada Islam. Kata
"mazhab" berasal dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati,
sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak. Sesuatu
dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan Istilah mazhab bisa

1
dimasukkan ke dalam ruang lingkup dan disiplin ilmu apa pun, terkait segala
sesuatu yang didapati adanya perbedaan. Setidaknya ada tiga ruang lingkup
yang sering digunakan istilah mazhab di dalamnya, yaitu mazhab akidah atau
teologi (madzahib i'tiqadiyyah), mazhab politik (madzahib siyasiyah), dan
mazhab fikih atau mazhab yuridis atau mazhab hukum (madzahib fiqhiyyah).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mazhab?
2. Bagaimana pembagian mazhab fiqih?
3. Bagaimana ruang lingkup mazhab fiqih?
4. Bagaimana karakteristik mazhab fiqih?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian mazhab.
2. Untuk mengetahui pembagian mazhab fiqih.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup mazhab fiqih.
4. Untuk mengetahui karakteristik mazhab fiqih.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mazhab
Mazhab menurut bahasa Arab adalah isim makan (kata benda
keterangan tempat) dari akar kata jzahaba (pergi). Jadi, mazhab itu secara
bahasa artinya, ”tempat pergi”, yaitu jalan (ath-tharεq). Sementara menurut
Huzaemah Tahido Yanggo bisa juga berarti am-ra‟yu pnejapat.
Sedangkan secara terminologis pengertian mazhab menurut Huzaemah
Tahido Yanggo, adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh imam
Mujtahid dalam memecahkan masalah, atau mengistinbatkan hukum Islam.
Selanjutnya Imam Mazhab dan mazhab itu berkembang pengertiannya
menjadi kelompok umat Islam yang mengikuti cara istinbath Imam Mujtahid
tertentu atau mengikuti pendapat Imam Mujtahid tentang masalah hukum
Islam. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud mazhab meliputi dua
pengertian:
1. Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-
Qur’an dan hadis.

2. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum
suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.
Sedangkan menurut Muhammad Husain Abdullah, istilah mazhab
mencakup dua hal:

a) sekumpulan hukum-hukum Islam yang digali seorang imam mujtahid;


b) ushul fikih yang menjadi jalan (thariq) yang ditempuh mujtahid itu untuk
menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang rinci.

Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum-


hukum syariat (fikih), harus dipahami bahwa mazhab itu sesungguhnya
juga mencakup ushul fikih yang menjadi metode penggalian (thariqah al-
istinbath) untuk melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan
mazhab Syafi’i, itu artinya adalah, fikih dan ushul fikih menurut Imam
Syafi’i.

3
B. Pembagian Mazhab Fiqh

1. Madzhab Hanafi (80-150 H/ 699-769 M)


Al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi berusia 70 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Abu Hanifah yang nama lengkapnya al-Nu’man ibn Tsabit
ibn Zuthi (80-150 H). Ia dilahirkan di kufah, ia lahir pada zaman dinasti
Umayyah tepatnya pada zaman kekuasaan Abdul malik ibn Marwan.
Pada awalnya Abu hanifah adalah seorang pedagang, atas anjuran al-
Syabi ia kemudian menjadi pengembang ilmu. Abu Hanifah belajar fiqih
kepada ulama aliran irak (ra’yu). Imam Abu Hanifah mengajak kepada
kebebasan berfikir dalam memecahkan masalah-masalah baru yang belum
terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Ia banyak mengandalkan qiyas
(analogi) dalam menentukan hukum. Di bawah ini akan dipaparkan
beberapa contoh ijtihad Abu Hanifah, di antaranya :
• Bahwa perempuan boleh jadi hakim di pengadilan yang tugas
khususnya menangani perkara perdata, bukan perkara pidana.
Alasannya karena perempuan tidak boleh menjadi saksi pidana. Dengan
demikian, metode ijtihad yang digunakan adalah qiyas dengan
menjadikan kesaksian sebagai al-ashl dan menjadikan hukum
perempuan sebagai far’.
• Abu hanifah dan ulama kufah berpendapat bahwa sholat gerhana
dilakukan dua rakaat sebagaimana sholat ’id tidak dilakukan dua kali
ruku’ dalam satu rakaat.

Madzhab hanafi berkembang karena kegigihan murid-muridnya


menyebarkan ke masyarakat luas, namun kadang-kadang ada pendapat
murid yang bertentangan dengan pendapat gurunya, maka itulah salah satu ciri
khas fiqih Hanafiyah yang terkadang memuat bantahan gurunya terhadap
ulama fiqih yang hidup di masanya.

Karya besar yang ditinggalkan oleh Imam hanafi yaitu Fiqh Akhbar,

4
Al ‘Alim Walmutam dan Musnad Fiqh Akhbar. Adapun ulama Hanafiyah
menyusun kitab-kitab fiqih, diantaranya Jami' al-Fushulai, Dlarar al-

Hukkam, kitab al-Fiqh dan qawaid al-Fiqh, dan lain-lain.

Murid imam Abu Hanifah yang terkenal dan yang meneruskan


pemikiran-pemikirannya adalah : Imam Abu Yusuf al-An Sharg, Imam
Muhammad bin al-Hasan al-Syaibani, dll.

Adapun yang dijadikan pokok pegangan dalil madzhab hanafi


adalah: Al-Qur'an, as-Sunah, Aqwalus Sahabat, Ijma', Qiyas, Istisan dan
'Urf.

Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah (Irak), kemudian tersebar ke


negara-negara Islam bagian Timur. Dan sekarang ini mazhab Hanafi

merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Mazhab ini
dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, Muslimin
India dan Tiongkok.

2. Madzhab Maliki (93-179 H/ 712-798 M)


Maliki bin Annas bin Malik bin Abu Amr al-Asbahi berusia 86
tahun. Madzhab ini dibangun oleh Maliki bin Annas. Ia dilahirkan di
madinah pada tahun 93 H. Imam Malik belajar qira’ah kepada Nafi’ bin
Abi Ha’im. Ia belajar hadis kepada ulama madinah seperti Ibn Syihab al-
Zuhri. Karyanya yang terkenal adalah kitab al-Muwatta', sebuah kitab
hadis bergaya fiqh. Inilah kitab tertua hadis dan fiqh tertua yang masih kita
jumpai. Dia seorang Imam dalam ilmu hadis dan fiqh sekaligus. Orang sudah
setuju atas keutamaan dan kepemimpinannya dalam dua ilmu ini. Dalam
fatwa hukumnya ia bersandar pada kitab Allah kemudian pada as-Sunnah.
Tetapi beliau mendahulukan amalan penduduk madinah dari pada hadis
ahad, dalam ini disebabkan karena beliau berpendirian pada penduduk
madinah itu mewarisi dari sahabat. Setelah as-Sunnah, Malik kembali ke
qiyas. Satu hal yang tidak diragukan lagi bahwa persoalan-persoalan

5
dibina atas dasar maslahah mursalah.
As-Syafi’i menerima hadis darinya dan belajar ilmu fiqih kepadanya.
Penduduk mesir, maghribi dan andalas banyak mendatangi kuliah-
kuliahnya dan memperoleh manfaat besar darinya, serta menyebar luaskan di
negeri mereka.
Kitab al-Mudawwanah sebagai dasar fiqih madzhab Maliki dan
sudah dicetak dua kali di mesir dan tersebar luas disana, demikian pula
kitab al-Muwatta’. Pembuatan undang-undang di mesir sudah memetik
sebagian hukum dari madzhab Maliki untuk menjadi standar mahkamah
sejarah mesir.
Adapun dapat dismpulkan bahwa yang dijadikan pokok pegangan
dalil madzhab hanafi adalah: Al-Qur'an, as-Sunah, Ijma' Imam Ulama,
Ijma' ulama Madinah, Qiyas, Fatwa sahabat, Maslahah Mursalah, 'Urf,
Sadudz dzari'ah, Istishab dan Istihsan.
Daerah-daerah yang Menganut Mazhab Maliki awal mulanya
tersebar di daerah Madinah, kemudian tersebar sampai saat ini di
Marokko, Aljazair, Tunisi, Libia, Bahrain, dan Kuwait.

3. Madzhab Syafi’i (150-204 H/769-823 M)


Imam Muhammad bin Idris al-Abbas berusia 54 tahun. Madzhab ini
didirikan oleh Imam Muhammad bin Idris al-Abbas. Madzhab fiqih as-
Syafi’i merupakan perpaduan antara madzhab Hanafi dan madzhab Maliki.
Ia terdiri dari dua pendapat, yaitu qaul qadim (pendapat lama) di irak dan qaul
jadid di mesir. Madzhab Syafi’i terkenal sebagai madzhab yang paling hati-
hati dalam menentukan hukum.
Syafi’i pernah belajar Ilmu Fiqh beserta kaidah-kaidah hukumnya di
mesjid al-Haram dari dua orang mufti besar, yaitu Muslim bin Khalid dan
Sufyan bin Uyainah sampai matang dalam ilmu fiqih. Imam Syafi’i mulai
melakukan kajian hukum dan mengeluarkan fatwa-fatwa fiqh bahkan
menyusun metodelogi kajian hukum yang cenderung memperkuat posisi
tradisional serta mengkritik rasional, baik aliran madinah maupun kufah.
Dalam kontek fiqihnya Syafi’i mengemukakan pemikiran bahwa hukum

6
Islam bersumber pada Al-Quran dan Sunah serta Ijma’ dan apabila
ketiganya belum memaparkan ketentuan hukum yang jelas, beliau
mempelajari perkataan-perkataan sahabat dan baru yang terakhir
melakukan qiyas dan istishab. Di antara karya-karya Imam Syafi’i, yaitu :

• Ar-Risalah: merupakan kitab ushul fiqih yang pertama kali disusun.

• Al-Umm: isinya tentang berbagai macam masalah fiqih berdasarkan pokok-


pokok pikiran yang terdapat dalam kitab ushul fiqih.

Mazhab Syafi’i sampai sekarang dianut oleh umat Islam di: Libia,
Mesir, Indonesia, Pilipina, Malaysia, Somalia, Arabia Selatan, Palestina,
Yordania, Libanon, Siria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Cina, Rusia dan
Yaman.

4. Madzhab Hambali (164-241 H/ 783-860 M).

Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani berusia 77 tahun.


Madzhab ini didirikan oleh Ahmad bin Hanbal bin Hilal asy-Syaibani.
Lahir di Baghdad 164 H dan wafat di kota yang sama th 241 H. Dikenal
dengan nama imam almuhadditsin karena banyaknya hadis yang
dikumpulkan dan dihafalnya, kumpulan hadisnya ini dikenal dengan
musnad Imam Ahmad.

Adapun prinsip madzhabnya adalah al-Qur’an, as-Sunnah, fatwa sahabat


yang tdk diperselisihkan, dan qiyas. Ia tidak mengakui adanya ijma,
karena menurutnya tidak mungkin ada ijma, karena demikian
banyaknya perbedaan pendapat dalam masalah furu. Awal perkembangannya,
mazhab Hambali berkembang di Bagdad, Irak dan Mesir dalam waktu
yang sangat lama. Pada abad XII mazhab Hambali berkembang terutama
pada masa pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Pada masa sekarang
ini menjadi mazhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai
penganut terbesar di seluruh Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak.

7
C. Ruang Lingkup Mazhab Fiqh
Mazhab-mazhab yang telah tumbuh dan berkembang yang
menjadi pegangan masyarakat, ternyata memiliki metode atau cara-cara
yang berbeda satu sama lain dalam melakukan istimbat hukum. Perbedaan
tersebut berkisar pada perbedaan pola piker para imam mazhab, serta
sistematika sumber hyang digunakan, juga latar belakang imam tersebut yang
kemudian berimplikasi pada berbedanya produk hukum yang dihasilkan.
Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan pemahaman terhadap nash dan
karakteristiknya.
Daerah atau tempat imam itu tinggal juga menjadi sebab
mendasar terjadinya ikhtilaf pada dalil-dalil dan masalah yang sama,
sehingga itu juga menjadi bahasan yang menarik dalam perbandingan
mazhab ini. Bidang kajian perbandingan mazhab ialah seluruh masalah
fiqh yang didalamnya terdapat dua pendapat atau lebih. Sedangkan
masalah-masalah fiqh yang terjadi ijma' atau ittifa, maka masalah tersebut
tidak termasuk dalam kajjian perbandingan mazhab.
Secara eksplisit dapat kami kemukakan bahwa ruang lingkup
pembahasan perbandingan mazhab meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh para mujtahid, baik dari al-qur’an,
alhadits atau dalil-dalil syara’ lainnya.
2. Metode atau cara mereka berijtihad dan cara beristimbat dari sumber-
sumber hukum yang mereka jadikan dasar dalam menetapkan hukum.
3. Latar belakang para mujtahid itu sendiri, latar belakang timbulnya suatu
mazhab dan perbedaan-perbedaan yang kemudian muncul di tengah-
tengah mazhab yang ada.
4. Pola pemikiran para imam mazhab, hal-hal yang mempengaruhinya seperti
sisitematika sumber hukum, sistem istidlal masing-masing mazhab.
5. Kondisi sosiologis serta hukum-huum yang berlaku di tempat dimana para
muqarin hidup

8
D. Karakteristik Mazhab Fiqh

• Imam Abu hanifah lebih mengedepankan rasionalitas atau logika/ Ro'yun.


ehingga apabila terdapat seseorang yang sering meminta rasionalitas
dalam memcahkan suatu persoalan, maka kembalilah kepada Imam Abu
Hanifah.

• Imam Malik Bin Anas lebih sering kepada hadist, apabila sebuah hadist
mengatakan dan atau menjelaskan sebuah perkara A, maka pelaksanaanya
pun seperti A. Beliau pernah ditanya tentang logika, ”Wahai Imam Malik,
apa pendapatmu dari segi akal? kata Imam Malik: Kalau ingin bertanya
tentang logika/ Ro'yun, maka tanyakanlah kepada Imam Abu Hanifah
jangan tanya kepada saya”. Karena beliau lebih cenderung memahami
persoalan dari tekstual hadsitnya. Sehingga apabila para pembaca hendak
mengambil persoalan yang sumbernya langsung dari hadist, maka kembali
lah kepada Imam Malik bin Anas.

• Imam Asy Syafi’i memiliki ke khasan, diamana beliau menghafal hadist


dan mendalami bahasa Arab, beliau tidak hanya sekedar mendalami
bahasa Arab, akan tetapi beliau langsung masuk ke dalam kampung Arab
atau ke Badui, dimana daerah ini adalah daerah yang paling fasih bahasa
Arabnya, sampai beliau merupakan satu-satunya di antara imam 4
Madzhab yang memiliki diwan, yang di dalamnya terdapat puisi-puisi
berbahasa Arab yang berisi nasehat-nasehat, diwan ini bernama Diwan al
Imam Asy Syafi'i. Beliau juga dikenal sebagai ahli qias atau analogi,
sehingga hadist dapat dipahami, fiqih beliau juga faham, bahasanya kuat
dan termasuk analogi beliau sangat kuat. Adapun dalam penetapan hukum
sebuah perkara, beliau lebih memilih perkara yang lebih banyak
pahalanya. Sebagaimana pendapat beliau dalam membaca basmalah
sewaktu sholat, apakah di jahrkan atau dibaca secara sirri, beliau
berpendapat bahwa bacaan basmalah dijahrkan ketika sholat jahr (Subuh,
Madhrib, Isya’) dan disirkan ketika sholat sir (Dzhuhur, Ashar).

• Adapun Imam Ahmad bin Hambal sering mengambil pertengahan,

9
apabila Imam Malik berpendapat dan Imam Syafi’i berpendapat, maka
Imam Ahmad mengambil pertengahannya. Seperti halnya dalam bacaan
Bismillah ketika sholat, Imam yang satu membaca Jahr dan Imam yang
satu membaca Sir, sedangkan Imam Ahmad membaca dengan tidak
Jahr dan tidak Sir. Begitu juga halnya ketika Qunut, Imama Abu Hanifah
Tidak melakukan Qunut, dan Imam Syafi’i Qunut, diambil yang
pertengahan yaitu ketika ada kejadian, dan apabila tidak ada kejadian dia
tidak Qunut lagi, yaitu Qunut Eazilah, itulah Imam Ahmad bin Hambal.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-
Qur’an dan hadis. Diantara mazhab fiqih adalah Madzhab Hanafi (80-150 H/
699-769 M), Madzhab Maliki (93-179 H/ 712-798 M), Madzhab Syafi’i (150-
204 H/769-823 M), serta Madzhab Hambali (164-241 H/ 783-860 M).
Bidang kajian perbandingan mazhab ialah seluruh masalah fiqh yang
didalamnya terdapat dua pendapat atau lebih. Sedangkan masalah-masalah fiqh
yang terjadi ijma' atau ittifa, maka masalah tersebut tidak termasuk dalam
kajjian perbandingan mazhab.

Secara eksplisit dapat kami kemukakan bahwa ruang lingkup


pembahasan perbandingan mazhab meliputi hal-hal sebagai berikut: dalil- dalil
yang dijadikan dasar oleh para mujtahid, baik dari al-qur’an, alhadits atau dalil-
dalil syara’ lainnya. Serta metode atau cara mereka berijtihad dan cara
beristimbat dari sumber-sumber hukum yang mereka jadikan dasar dalam
menetapkan hukum

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dan tentunya jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan


2, Laduni Alifatama, 2018.
2. Nawang Wulandari, Belajar Bahasa Arab Asyik dan Menyenangkan
3, CV. Laduni Alifatama, 2020
3. Musthofa Amin dan Ali Al-Jarim (Surabaya Al-Hidayah, 1990)
4. Muhammad Maftuin Sholeh Nadhom Imrithi (Surabaya Al-Hidayah,
1989) hlm. 135
5. Muhammad Maftuhin Sholch, as-Shafa, 2010).

12

Anda mungkin juga menyukai