MAZHAB AZ-ZHAHIRI
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam
Dosen Pengampu:
Drs. M. Tabah Rosyadi, M.A.
Disusun Oleh:
Ibnu Fajar
11200970000036
2020
I
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Karena atas kehendak
dan rahmat serta ridla-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
berjudul Mazhab Daud Az-Zhahiri.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dorongan moral dalam penyelesaian susunan
makalah ini. Terutama kepada bapak Drs. M. Tabah Rosyadi, M.A. atas
bimbingan dan pengarahannya serta kesempatan yang telah diberikan kepada
penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
II
Daftar Isi
Kata Pengantar...........................................................................................................I
Daftar Isi.....................................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Mazhab.........................................................................................3
B. Biografi Daud Az-Zhahiri..............................................................................4
C. Sejarah dan Perkembangan Mazhab Az-Zhahri.............................................5
D. Metode Istinbath dan sumber hukum Mazhab Az-Zhahiri............................6
E. Pemikiran Fiqih Daud Az-Zhahiri.................................................................7
F. Tabaqat Mazhab Az-Zhahiri..........................................................................8
G. Karya-Karya Daud Az-Zhahiri .....................................................................9
Daftar Pustaka....................................................................................................12
Lampiran............................................................................................................13
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
1
pendiri nya tetapi diambil juga dari bentuk corak berpikir mazhab tersebut
yang berdasarkan pada zhahir nash saja.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Biografi dari Daud Az-Zhahiri?
b. Bagaimana sejarah dan perkembangan mazhab Az-Zhahiri?
c. Bagaimana karakteristik metode Istinbath dan sumber hukum Mazhab
Az-Zhahiri?
d. Bagaimana pemikiran fiqih dari Daud Az-Zhahiri?
e. Siapa Saja Tabaqat mazhab Az-Zhahiri?
f. Apa saja karya-karya dari Daud Az-Zhahiri?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
b. Untuk mengetahui latar belakang dari mazhab Az-zhahiri
c. Untuk mengetahui tentang biografi mazhab Az-Zhahiri
2
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian Mazhab
Menurut bahasa, mazhab berasal dari bahasa arab yaitu ( ) مذهب, yang berarti jalan
yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang
baik konkrit maupun abstrak. Menurut para ulama dan ahli agama, mazhab adalah
metode yang dibentuk setelah melalui banyak pemikiran dan penelitian, kemudian
orang yang menjalaninya dan dijadikan sebagai pedoman yang jelas batas- batasannya,
bagian-bagiannya dan dibangun diatas prinsip dan kaidah keislaman.
Mazhab menurut ulama fiqih, yaitu sebuah metodologi fiqih khusus yang dijalani
oleh seorang ahli fiqih mujtahid, yang berbeda dengan ahli fiqih lain, dan
menghantarkannya memilih sejumlah hukum dalam kawasan ilmu furu’.
Sedangkan menurut istilah, mazhab adalah jalan atau cara yang telah digariskan
oleh seseorang atau sekelompok orang, baik dalam masalah keyakinan, perilaku,
hukum atau lainnya.
Sejarah telat mencatat bahwa mazhab fiqih dalam islam bukan hanya empat
mazhab saja, tetapi masih banyak ada banyak mazhab yang lainnya. Bahkan
jumlahnya bisa mencapai puluhan, tapi hingga sekarang ini memang hanya empat
mazhab saja yang diketahui oleh kebanyakan orang yaitu Imam Hanafi, Imam Malik,
Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal. Selain empat mazhab tersebut, terdapat
mazhab lainnya seperti mazhab al-Ibadiyyah yang didirikan oleh Jabir bin Zaid,
mazhab al-Zaidiyyah yang didirikan oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin, mazhab az-
Zahiriyyah yang didirikan oleh Daud bin Ali al-Zhahiri, dan mazhab-mazhab lainnya.
Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah adalah empat dari sekian puluh
mazhab yang pernah berkembang di masa kejayaan fiqih dan mampu bertahan hingga
sekarang ini. Di dalamnya terdapat ratusan tokoh ulama ahli yang meneruskan dan
melanggengkan mazhab gurunya, dan masing-masing memiliki pengikut yang
jumlahnya paling besar, serta mampu bertahan dalam waktu yang sangat lama.
3
B. Biografi Mazhab Az-Zhahiri
Pendiri mazhab Az-zhahiri adalah seorang ahli fiqih mujtahid yang bernama
Daud bin Khalaf Al-Asfahani atau yang lebih dikenal dengan nama Daud Az-Zhahiri.
Daud Az-Zhahiri lahir di Kufah pada tahun 200 H/815 M dan wafat di Baghdad pada
tahun 270 H/884 M.
Pada awalnya, Daud Az-Zhahiri mengikuti mazhab syafi’i, walaupun ayahnya
sendiri bermazhab syafi’i. Daud Az-Zahiri sangat tekun dalam mempelajari fiqih dan
ushul fiqih imam syafi’i. Namun tidak lama menganut mazhab syafi’i, Daud az-zahiri
mengkritik dan menentang mazhab syafi’i yang ia pelajari itu. Karena Al-Syafi’i
mempergunakan qiyas dan memandangnya sebagai sumber hukum. Daud Az-Zhahiri
berpendapat bahwa nash-nash yang dipergunakan oleh Ahlurra’yi dalam memandang
qiyas sebagai dasar hukum yaitu berguna di waktu tidak ada nash dari Kitabullah dan
Sunnatur Rasul dan Daud Az-Zhahiri juga berpendapat bahwa apabila tidak
memperoleh dari Al-Qur’an dan Hadist, maka hendaklah di musyawarahkan dengan
para ulama, bukan berpegang kepada pendapat ijtihad sendiri. Setelah itu Daud Az-
Zhahiri keluar dari mazhab Syafi’i dan membangun satu pendirian yang kemudian
menjadi mazhab tersendiri yang dikenal dengan nama madzhab Az-Zhahiri.
Daud az-Zhahiri merupakan salah seorang ulama yang terkenal anti taqlid,
mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui dasar-dasarnya. Menurut Daud az-
Zhahiri, bahwa seseorang yang tidak dapat memahami ajaran Islam sehingga ia tidak
dapat mengetahui maksud-maksud ayat Al-Qur’an dan Hadist, maka sekurang-
kurangnya ia dapat mengetahui apakah ibadah yang akan dikerjakannya itu, benar-
benar berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist atau tidak. Daud az-Zhahiri banyak
mengumpulkan pendapat-pendapat dalam bentuk tulisan dan selanjutnya
dikembangkan oleh murid-murudnya. Mazhab ini tidak dapat berkembang
sebagaimana mazhab-mazhab yang lain, perkembangannya hanya melalui murid-
muridnya saja dan inipun tidak meluas. Madzhab beliau ini dikenal dengan nama
madzhab Dhahiri, karena beliau berpegang kepada dhahir Al-Quran dan As-Sunnah,
tidak menerima adanya ijma’ terkecuali ijma’ yang diakui oleh semua ulama.
Beliau banyak mengarang kitab bercorak zhahiri untuk mendukung pendapat-
pendapatnya. Karya-karya tersebut kemudian dilestarikan oleh putranya, Abu Bakar
Muhammad bin Daud yang memimpin mazhab sepeninggal ayahnya. Daud az-Zhahiri
dikenal sebagai orang saleh, rajin beribadah, dan zuhud sebagaimana ulama pada
4
umumnya. Ia selalu makan dengan makanan seadanya, sekalipun pada hari raya. Jika
ada yang ingin membantunya, maka ia pasti menolak bantuan tersebut
5
D. Metode Istinbath dan Sumber Hukum Mazhab Az-Zhahiri
Dalam sejarah pengkajian hukum islam, terdapat beberapa mazhab fiqih yang
secara umum terbagi menjadi dua yaitu mazhab Sunni dan mazhab Syi’ah. Dikalangan
Sunni terdapat beberapa mazhab yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Zhahiri,
Auza’i, Thabari dan Laits. Sedangkan dikalangan Syi’ah terdapat dua mazhab fiqih
yaitu Zaidiyah dan Ja’fariyah. Diakui bahwasanya, Daud Az-Zhahiri yang sempat
mengagumi imam Syafi’i akhirnya menolak ijtihad tentang mempergunakan qiyas dan
memandangnya sebagai sumber hukum. Kemudian Daud Az-Zhahiri mengemukakan
teori kajian hukum yang lebih menekankan pada pengalaman literatis untuk di
aplikasikan pada kenyataan kehidupan mukallaf.
Dengan demikian, menurutnya sumber hukum islam adalah Al-Qur’an dan
Hadist dan menurutnya juga ijtihad hanya dapat dilakukan untuk mengaplikasikan
pesan ayat pada kehidupan dan perbuatan mukallaf.
Yang menjadi pedoman serta alasan Daud Az-Zhahiri dalam menetapkan suatu
hukum antara lain sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Pegangan utama dari mazhab Zhahiri dalam menetapkan suatu hukum
yaitu dzahir nash-nash yang diambil dari Al-Qur’an. Hujah serta alasan
yang dikemukakan oleh beliau semuanya tertulis lengkap dan dijelaskan
dalam Al-Qur’an. Baik penjelasan secara langsung dari Al-Qur’an itu
sendiri atau dijelaskan dengan Hadist.
2. Hadist
Selain dari Al-Qur’an, Mazhad Az-Zhahiri juga menggunakan dalil dari
makna zhahir nash-nash yang terdapat pada hadist.
3. Ijma’
Mazhab Zhahiri hanya menerima ijma’ sebagai sumber hukum ketika
tidak ada dalil dari nash. Selain itu, ijma’ dapat diterima apabila dengan
syarat tertentu yaitu ijma’ tersebut harus merupakan hasil dari
kesepakatan seluruh ulama dan mujtahid yang ada dan bukan hanya dari
kesepakatan golongan yang ada diwilayah tertentu.
6
4. Ijtihad
Daud Az- Zhahiri juga membuka ruang atau pintu ijtihad, tetapi tidak
menerima segala sumber hukum seperti qiyas, istihsan, maslahah
mursalah, dan metode istinbath lainnya yang didasarkan pada ra’yu.
7
Berikut hasil pemikiran Fiqih dari Daud Az-Zhahiri adalah:
a. Membatasi pengharaman riba pada enam jenis barang yang disebutkan
dalam hadist Nabi Muhammad SAW. Enam jenis barang itu adalah emas,
perak, jelai, gandum, buah kurma dan garam.
b. Orang yang dalam keadaan junub dan tidak mempunyai wudhu boleh
menyentuh Mushaf Al-Qur’an.
8
Qadhi Abu al-Abbas Ahmad bin Muhammad bin Sholih al-Manshuriy:
pengarang kitab “ ” النير.
Tabaqat berikutnya:
al-Qadhi Abul Hasan Abdul Aziz bin Ahmad al-Kharziy
Al-Qadhi Abul Faraj al-Famiy asy-Syiraziy: Imam Mazhab Daud,
darinya fuqaha Syiraz mengambil Mazhab Daud. Ia termasuk tokoh
kalam Mu’tazilah.
Abu Bakar Muhammad bin Bannan.
Setelah fase ini, Mazhab Zhahiri mengalami kemerosotan di Baghdad.
Hanya tinggal sekelompok penganut Zhahiri di Syiraz yang merupakan
sahabat Abul Faraj al-Famiy.
Adapun Ibn Hazm merupakan Faqih Zhahiri di negeri Barat-Islam
(Cordova) dan membuat mazhab Az-Zhahiri mengalami masa
keemasannya.
9
Bab III
Kesimpulan
Menurut bahasa, mazhab berasal dari bahasa arab yaitu ( ) مذهب, yang berarti jalan
yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati. Sedangkan menurut istilah, mazhab adalah
jalan atau cara yang telah digariskan oleh seseorang atau sekelompok orang, baik
dalam masalah keyakinan, perilaku, hukum atau lainnya.
Mazhab Az-Zhahiri dibangun oleh seorang ahli fiqih mujtahid yang bernama
Daud bin Khalaf al-Asfahani atau yang lebih dikenal dengan nama Daud az-Zhahiri.
Daud az-Zhahiri menolak qiyas dan memandangnya sebagai sumber hukum islam.
Daud az-Zhahiri berpendapat bahwa nash Al-Qur’an dan hadist dapat menjawab
segala persoalan dan apabila tidak memperoleh dari Al-Qur’an dan Hadist, maka
hendaklah di musyawarahkan dengan para ulama, bukan berpegang kepada pendapat
ijtihad sendiri. Pedoman serta alasan Daud az-Zhahiri dalam menetapkan suatu hukum
yaitu Al-Qur’an, Hadist, Ijma’ dan ijtihad.
Pemikiran fiqih Daud Az-Zhahiri merupakan pengamalan dari zhahir nash Al-
Qur’an dan Hadist. Daud Az-Zhahiri berpendapat bahwa nash Al-Qur’an dan hadist
dapat menjawab segala persoalan. Jika tidak nash yang menjelaskan suatu masalah,
maka beliau akan menerapkan ijma’. Apabila di ijma’ tidak ada juga, biasanya beliau
menggunakan metode istishab yaitu kaidah bahwa hukum asal sesuatu itu mubah
(boleh). Daud az-Zhahiri menolak metode qiyas, istihsan, sad al-zari’ah, ra’yu dan
ta’lil nushush al-ahkam bi al-ijtihad karena menurutnya semua itu bukan termasuk
dalil ahkam (hukum). Daud Az-Zhahiri juga menolak dalil taqlid.
10
Hasil pemikiran Daud az-Zhahiri adalah sebagai berikut: Daud az-Zhahiri
membatasi pengharaman riba pada enam jenis barang yang disebutkan dalam hadist
Nabi Muhammad SAW, dan orang yang junub boleh menyentuh mushaf Al-Qur’an.
11
Daftar Pustaka
Tim Riset dan Studi Islam. 2015, Ensiklopedia Aliran dan Madzhab di Dunia
Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
12
Lampiran
13