Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ILMU FIKIH

“Perbandingan Mazhab”

Dosen : Dr.H.Abd.Rauf Muh.Amin,Lc,M.A

DISUSUN OLEH :

1. DIVA ZAKNI (20200122002)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas makalah ini untuk mata
kuliah Ilmu Fikih dengan judul “Perbandingan Mazhab”
Adapun isi dari makalah ini mohon maaf karena ketidaksempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah ini, kami harap agar dapat
di maklumi.
Kami jauh dari kata sempurna dan ini merupakan Langkah yang baik dari
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan
kami, maka kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan membuatnya makalah ini dapat membawa pemahaman,
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Samata, 15 Oktober 2022

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………….......i

Daftar Isi …………………………………………………………………ii

I Pendahuluan:

A. Latar Belakang ………………………………………...……….....1


B. Rumusan masalah .………………………..………………...…….1
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………...….2

II Pembahasan: Perbandingan Mazhab

A. Pengertian mazhab ………………………………………….…….3


B. Perbandingan mazhab sebagai ilmu dan metode ………………....5
C. Tujuan penyajian perbandingan mazhab …………………..……..8
D. Ruang lingkup perbandingan mazhab …………………………....10
E. Urgensi perbandingan mazhab dalam beribadah ………………...12
F. Sejarah ilmu perbandingan mazhab ……………………………...15

III Penutup

 Kesimpulan ………………………………………..……………...16

IV Daftar Pustaka ……………………………………………………..….17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah

Fiqh sangat luas pembahasannya baik dalam menentukan

hukum maupun dalam praktek kesehariannya. Di dalam menentukan

hukum banyak terjadi perbedaan-perbedaan pendapat para fuqaha,

perbedaan tersebut menimbulkan perbandingan hasil ijtihad mereka.

Perbandingan hasil ijtihad para fuqaha tersebut dikenal dengan nama

perbandingan mazhab.

Perbandingan mazhab merupakan pendapat-pendapat para

mujtahid dalam menentukan berbagai masalah. Perbandingan

mazahab memuat hal-hal yang bertalian tentang kedudukan ijtihad

dalam islam yang didalamnya juga terdapat kajian-kajian tentang

sebab-sebab timbulnya perbedaan pendapat tentang hukum Islam dan

hikmah serta implikasinya dalam kehidupan bermasyarakat

B.     Rumusan masalah

1.Jelaskan pengertian tentang perbandingan mazhab ?

2.Bagaimana tujuan penyajian perbandingan mazhab & ruang

lingkupnya?

3.Bagaimana urgensi perbandinngan mzhab dalam beribadah?

4.Bagaimana sejarah dalam perbandingan mazhab?

1
C. Tujuan Penulisan

1.Menjelaskan tentang perbandingan mazhab

2.Menjelaskan tujuan penyajian dan memaparkan tentang ruang

lingkup dalam perbandingan mazhab

3.Memaparkan urgensi perbandingan mazhab dalam beribadah

4.Mengetahui tentang sejarah dalam perbandingan mazhab

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MADZHAB

Kata madzhab merupakan istilah Arab yang terserap oleh bahasa

Indonesia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ia diartikan sebagai

“halauan atau aliran mengenai hukum fiqih yang menjadi ikutan umat

Islam, dan juga golongan

pemikir yang sepaham di teori, ajaran atau aliran tertentu di bidang ilmu,

cabang kesenian dan lainnya yang berusaha untuk memajukan hal itu”.

Cyril Glasse mengartikan madzhab sebagai sistem pemikiran dan

sebuah pendekatan intelektual, ia juga erat berkaitan dengan aliran-aliran

hukum Islam. Sedangkan dalam bahasa Arab sendiri, madzhab diambil

dari kata “dzahaba- yadzhabu- dzahban- wa dzuhuban- wa madzhaban

yang berarti pendapat (opinion), jalan, metode atau sesuatu yang diikuti.

Dari bahasa inilah kemudian berkembang makna lain, seperti kepercayaan

(belief), ideologi, doktrin, paham, ajaran dan aliran atau organisasi dalam

hukum. Sesuatu dikatakan madzhab bagi seseorang jika cara/jalan tersebut

menjadi ciri khasnya.

3
Menurut para ulama dan ahli yang dinamakan madzhab adalah manhaj

(metode) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian,

kemudian orang yang menjalaninya menjadikan madzhab sebagai

pedoman yang jelas batasan- batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di

atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Sedangkan secara istilah, madzhab diartikan paham atau aliran pikiran

yang merupakan hasil ijtihad seorang mujtahid tentang hukum dalam

Islam yang digali dari ayat al-Quran atau Hadits yang dapat diijtihadkan.

Ahamad Djazuli merinci lebih jauh bahwa madzhab adalah aliran-

aliran dalam fiqih yang disebabkan oleh terjadinya perbedaan

penggunaaan metode sehingga berakibat pada perbedaan pendapat dan

membentuk kelompok pendukung (murid imam) sebagai penerus

Imamnya dan terus berkembang menjadi madzhab tertentu.

Perbandingan madzhab juga upaya untuk menghindari fanatik

buta (ta’asub). Hal ini karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi

yang benar tentang mazhab-mazhab yang ada. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam mengkaji perbandingan mazhab. Pertama, dalam

Islam terdapat empat mazhab fiqih yang terkenal. seperti Hanafi, Maliki,

Syafi’i dan Hanbali. Kedua, walaupun sudah ada ada empat mazhab tidak

berarti bahwa semua syariat Islam itu telah dibicarakan oleh ke empat

mazhab tersebut. Ini berarti, belum tentu pendapat di luar empat mazhab

itu secara otomatis salah.

4
Salah atau tidak mesti menggunakan pijakan dan patokan yang sudah

disepakati yaitu quran dan hadits. Ketiga, kenapa hanya empat madzhab

yang kita kenal? Karena hanya empat mazhab ini mempunyai pengikut-

pengikut/murid-murid yang rajin mencatat perkataan imamnya yang terus-

menerus diwariskan hingga sampai kepada kita.

B. PERBANDINGAN MADZHAB; SEBAGAI ILMU DAN METODE

Istilah perbandingan madzhab merupakan terjemahan dari kata

“muqaranah al- madzahib”. Dalam perkembangan keilmuan, dikenal juga

istilah “fiqih muqaran”. Para ahli telah berupaya untuk mendefinisikan

istilah tersebut.

Pengertian muqaranah al-madzahib dan fiqh muqaran oleh para ahli:

1. Wahab Afif mengartikan bahwa perbandingan madzhab adalah “ilmu

pengetahuan yang membahas pendapat-pendapat fuqaha beserta dalil-

dalilnya mnegenai masalah-masalah, baik yang disepakati maupun yang

diperselisihkan dengan membandingkan dalil masing-masing pendapat

yang paling kuat”.

2. Abdurrahman mengartikan bahwa perbandingan madzhab adalah “ilmu

yang memperbandingkan satu madzhab dengan madzhab lainnya. Karena

di antara madzhab-madzhab tersebut terdapat perbedaan”.

5
3. Huzaemah Tahido Yanggo mendefinisikan perbandingan madzhab

sebagai ilmu pengetahuan yang membahas pendapat-pendapat fuqaha

(mujtahidin) beserta dalil-dalinya mengenai berbagai masalah, baik yang

disepakati (ijmak), maupun yang diperselisihkan (ikhtilaf) dengan

membandingkan dalil masing-masing, yaitu dengan cara mendiskusikan

dalil-dalil yang dikemukakan oleh mujtahidin untuk menemukan pendapat

fuqaha yang paling kuat.

4. Syaikh Mahmoud Syaltout menjelaskan bahwa istilah perbandingan

madzhab adalah identik dengan istilah fiqih muqaran, yaitu

“mengumpulkan pendapat para imam mujtahid berikut dalil-dalinya

tentang suatu masalah yang diperselisihkan dan membandingkan serta

mendiskusikan dalil-dalil tersebut untuk menemukan pendapat yang paling

kuat dalilnya”.

5. Muslim Ibrahim juga menyamakan antara muqaranah al-madzahib

dengan istilah fiqh muqaran. Ia mendefinisikannya sebagai “suatu ilmu

yang mengumpulkan pendapat-pendapat suatu masalah ikhtilafiyyah fiqih,

mengumpulkan, meneliti dan mengkaji serta mendiskusikan dalil masing-

masing pendapat secara objektif, untuk dapat mengetahui pendapat yang

terkuat, yaitu pendapat yang didukung oleh dalil- dalil yang terkuat, dan

paling sesuai dengan jiwa, dasar dan prinsip umum syariat Islam”.

Metode perbandingan madzhab adalah suatu metode yang para fuqaha

berusaha mencari masalah yang diperselisihkan.

6
Langkah dari metode perbandingan madzhab adalah sebagai berikut:

1. Mengutip pendapat-pendapat para fuqaha dari berbagai madzhab yang

diambil dari kitab-kitab madzhab, terutama pendapat yang dianggap paling

kuat;

2. Mengutip dalil-dalil yang digunakan para fuqaha, baik dari al-Quran, as-

Sunnah, qiyas dengan syarat dalil-dali tersebut yang paling kuat;

3. Mengidentifikasi faktor yang menjadi pemicu dari perbedaan pendapat

tersebut;

4. Mengkritisi kuat atau lemahnya pendapat dan dalil yang dikemukakan

masing- masing fuqaha;

5. Menarik kesimpulan dan memilih pendapat yang terkuat dalilnya serta

cocok untuk diterapkan.

Berbeda dengan Syafi’iyah dan Hanafiyah, menurut Malikiyah sabda

Rasul di atas adalah bahwa tidur yang membatalkan wudhu adalah bukan

kondisi/keadaan tidurnya, tetapi menurut Malikiyah mudhtaji’ (berbaring)

di sana adalah kualitas tidurnya, karena pada umumnya orang yang

tidurnya berkualitas pada kondisi berbaring. Tidur yang berkualitas adalah

tidur yang nyenyak. Sehingga orang yang tidur duduk tapi berkualitas

tidurnya dapat membatalkan wudhu’nya, sebaliknya orang yang tidur

berbaring tetapi tidak berkualitas tidak membatalkan wudhunya.

7
Hampir sama dengan Malikiyah, Hanabilah juga berpendapat

bahwa tidur yang membatalkan wudhu adalah bukan pada kondisi

/keadaan tidurnya tetapi menurut beliau tidur yang membatalkan wudhu

adalah dilihat dari kuantitasnya (berapa lama dia tidur). Sehingga tidur

duduk pun dapat membatalkan wudhu jika dia tidur berjam-jam dalam

waktu yang cukup lama. Sebaliknya tidur berbaring jika sebentar tidak

membatalkan wudhu.

Dengan demikian, perbedaan tersebut tidak perlu ada yang

diperselisihkan, karena semua pendapat tersebut dapat dianggap benar

sesuai dengan ijtihad mereka dan kita yang mengetahui alas an perbedaan

tersebut sangat rasional. Oleh karena itu, perbandingan madzhab

mengungkap alasan-alasan para ulama kenapa mereka berbeda pendapat,

dan mereka sangat menerima perbedaan tersebut. Tetapi kenapa

masyarakat Indonesia justru perbedaan tersebut diperselisihkan bahkan

mengakibatkan perselisihan.

C. TUJUAN PENYAJIAN PERBANDINGAN MADZHAB

Setidaknya ada dua tujuan dari penyajian perbandingan madzhab,

yaitu tujuan praktis dan akademis. Tujuan praktis adalah tujuan yang dapat

dirasakan baik oleh pembanding (muqarin) maupun masyarakat secara

umum. Sedangkan tujuan akadmis adalah tujuan yang berguna pada

pengembangan ilmiah, penelitian dan pembentukan hukum.

8
Tujuan praktis penyajian perbandingan madzhab antara lain sebagai

berikut:

1. Mempelajari dalil-dalil ulama dalam menyampaikan suatu masalah

fiqhiyyah (ijtihadiyyah) seorang muqarin mendapat keuntungan ilmu

pengetahauan secara sadar dan meyakinkan akan ajaran agamanya.

2. Menimbulkan rasa puas dalam mengamalkan suatu hukum sebagai hasil

dari perbandingan berbagai pendapat para imam madzhab

3. Menimbulkan rasa saling menghormati dan menghargai atas perbedaan

pendapat. Perbedaan yang ada bukan dijadikan ajang permusuhan dan

perselisihan, tetapi sabagai tawaran alternatif untuk memberikan

kemudahan dan menyelesaikan persoalan dan realitas hidup.

4. Memberikan kesadaran pada masyarakat bahwa perbedaan adalah

sunnatullah yang tidak bisa dihindari di mana pun.

Sedangkan tujuan akademik adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pendapat, konsep, teori, dasar, kaidah, metode, teknik dan

pendekatan yang digunakan oleh tiap imam madzhab fiqh dalam menggali

hukum Islam dan penetapan hukumnya.

2. Mengetahui betapa luasnya pemahaman ilmu fiqih dan betapa luasnya

khazanah hukum Islam yang diwariskan para imam madzhab

9
D. RUANG LINGKUP PERBANDINGAN MAZHAB

Ruang lingkup perbandingan madzhab adalah seluruh masalah

fiqih yang di dalamnya terdapat perbedaan pendapat. Oleh karenanya,

masalah fiqih yang sudah ijma’ dan terdapat satu pendapat saja bukan

menjadi objek kajian perbandingan madzhab. Ruanglingkup perbandingan

madzhab mencakup pada materi fiqih, pendapat ulama, dalil, metode dan

sumber yang digunakan. Materi fiqih terdiri dari fiqih ibadah, fiqih

muamalah, fiqih mawarits, fiqih munakahat, fiqih jinayat dan fiqih

siayasah.

Dengan demikian perbedaan madzhab yang shahih bukanlah

merupakan perbedaan dalam masalah Aqidah yang menjadikan umat

terbagi menjadi beberapa firqah (kelompok). Ulama-ulama madzhab fiqih

sunni (dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah) semuanya adalah

pengikut satu manhaj ‘Aqidah. Aqidah mereka adalah ‘aqidah Ahlus

Sunnah wal Jam’ah. Sedangkan selain mereka adalah firqoh-firqoh yang

menyimpang dari jalur seperti Khawarij dan Mu’tazilah. Jadi dikalangan

ulama Ahlus Sunnah tidak ada perbedaan madzhab dalam aqidah. Semua

sahabat berada dalam satu cara dalam aqidah, tetapi mereka berbeda

pendapat dalam masalah furu’.

Bagi seorang peneliti, seyogyanya memperhatikan bahwa tidak

semua masalah furu’ termasuk dalam apa yang dinamakan madzhab fiqih.

10
Hukum-hukum yang tidak ada peluang perbedaan pendapat karena

dalilnya qath’i (qath’i dari segi tsubut dan dilalah), seperti kewajiban

shalat lima waktu, puasa bulan Ramadlan, zakat, Shalat Zhuhur empat

raka’at, Shalat Maghrib tiga raka’at dan lain-lain, tidak boleh disandarkan

kepada madzhab seseorang. Maka tidak bisa dikatakan bahwa Madzhab

Abu Hanifah berpendapat bahwa shalat Zhuhur hukumnya wajib,

Madzhab Malik berpendapat bahwa puasa Ramadlan hukumnya wajib,

Madzhab Syafi’i berpendapat bahwa khamar hukumnya haram.

Oleh karena itu, masalah-masalah yang disepakati tidak bisa

disandarkan sebagai madzhab seseorang, meskipun dalilnya bersifat

zhanni (zhanni dari segi tsubut dan dilalah). Seorang wanita menikahkan

bibi dari jalur bapak maupun ibunya sudah menjadi kesepakatan sebagai

sesuatu yang haram dikalangan Ahlus Sunnah wa al-jama’ah, meski

dalilnya khabar (hadits) ahad.

Beliau menyebutkan diantara hal-hal yang disepakati. Untuk

hukum seperti hukum witir. Untuk sebab seperti zawal (tergelincirnya

matahari) dan melihat bulan. Untuk syarat seperti haul (satu tahun) syarat

untuk zakat dan thaharah syarat untuk shalat. Untuk penghalang seperti

haidl menjadi penghalang mengerjakan puasa dan shalat, gila dan tidak

sadar menjadi penghalang seseorang dikenai taklif. Adapun yang

dimaksud oleh beliau dengan argumen-argumen untuk menetapkan sebab-

sebab, syarat-syarat dan hal-hal yang menghalanginya adalah semua bukti

dan ketetapan yang dijadikan dasar oleh para hakim.

11
Contohnya dua orang saksi untuk persengketaan harta, empat orang saksi

untuk kasus zina, kesaksian dari yang bersangkutan dalam hal-hal tersebut

jika tidak ada pernyataan menarik kembali. Semua hal-hal di atas tidak

termasuk dalam hal yang dinamakan madzhab, karena sudah disepakati.

E. URGENSI PERBANDINGAN MADZHAB DALAM BERIBADAH

Memperbandingkan madzhab untuk mendapatkan dalil yang

terkuat dan pendapat yang lebih cocok diterapkan adalah suatu kewajiban

dan mengamalkannya pun suatu kewajiban

Hukum yang didapatkan dari hasil perbandingan, tak lain merupakan hasil

penelitian yang objektif, sedang mengamalkan yang terkuat dalilnya

adalah wajib

Yang harus dipenuhi orang yang mempelajari perbandingan mazhab:

1. Kewajiban Muqarin

Melakukan studi perbandingan mazhab ini tidak mudah sehingga tidak

semua orang dapat melakukannya, sebab studi ini akan menentukan sikap

setelah menilai pendapat mazhab-mazhab untuk mengambil yang menurut

pandangannya lebih maslahat serta lebih kuat alasannya. Tugas ini

menghendaki agar si muqarin itu hendaklah memiliki ilmu pengetahuan

yang luas dan pandangan yang objektif Di samping itu juga perlu didasari

oleh sikap toleransi dan objektifitas serta kesadaran akan

tanggungjawabnya.

12
Karena itu, seorang muqarin harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1. Memiliki sifat ketelitian dalam mengambil pendapat mazhab dari kitab-

kitab fiqih mu’tabar dan benar-benar dikenal.

2. Hendaknya mengambil/memilih dalil-dalil yang kuat dari setiap

madzhab serta tidak membatasi diri pada dalil-dalil yang lemah dalam

menyelesaikan suatu masalah.

3. Memiliki pengetahuan tentang asal usul dan kaidah yang dijadikan dasar

oleh setiap mazhab dalam mengambil dan melakukan hukum.

4. Mengetahui pendapat-pendapat ulama yang bertebaran dalam kitab-

kitab fiqih disertai dalil-dalilnya, dan harus pula mengetahui cara-cara

mereka beristidlal dan dalil-dalil yang mereka jadikan pegangan.

5. Hendaklah muqarin setelah mendiskusikan pendapat mazhab-mazhab

tersebut dengan dalil-dalilnya yang terkuat, mentarjih salah satunya secara

objektif, tanpa dipengaruhi oleh pendapat mazhabnya sendiri yang sudah

benar-benar adil tanpa dipengaruhi apapun selain membela kebenaran dan

keadilan semata.

2. Langkah-langkah Kajian dalam Fiqih Muqaran

Seorang peneliti fiqih muqaran idealnya harus menempuh langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menentukan masalah yag akan dikaji, umpamanya masalah “hukum

bacaan basmalah” pada awal fatihah di dalam shalat.

13
2. Mengumpulkan semua pendapat fuqaha yang menyangkut dengan

masalah tersebut dengan meneliti semua kitab-kitab fiqih dalam berbagai

mazhab.

3. Mengumpulkan semua dalil dan jihat dalalahnya yang menjadi

lanadasan semua pendapat yang dikutip, baik dalil-dalil itu berupa ayat Al-

Qur’an atau As-Sunnah, ijma dan qiyas aaupun dalil-dalil lain.

4. Meneliti semua dalil, untuk mengetahui dalil-dalil yang dhaif agar dapat

dibuang dan untuk mengetahui dalil-dalil yang kuat serta shah untuk

dianalisa lebih lanjut.

5. Menganalisa dalil dan mendiskusikan jihat jihat didalalamnya, untuk

mengetahui apakah dalil-dalil itu telah tepat digunakan pada tempatnya

dan didalalamnya memang menunjukkan kepada hukum dimaksud,

ataukah ada kemungkinn alternative yang lain.

6. Menelusuri hikmah-hkmah yang terkandung di belakang perbedaan itu,

untuk dimanfaatkan sebagai rahmat Allah SWT.

7. Untuk mengevaluasi kebenaran-kebenaran pendapat yang terpilih itu,

perlu dikaji sebab-sebab terjadinya pendapat yang pada prinsipnya tidak

keluar dari empat sebab ulama

3. Hukum Mengamalkan Hasil Muqaranah Mazahib

Melakukan studi perbandingan mazhab untuk mendapatkan dalil yang

terkuat dan mengamalkan hasilnya adalah wajib

14
F. SEJARAH ILMU PERBANDINGAN MADZHAB

Sejarah menunjukkan sebagian kaum muslimin telah menyadari

bahwa kemunduran yang melanda dirinya merupakan akibat dari

perpecahan umat. Oleh karena itu, mereka mulai menyerukan persatuan

dan menyingkirkan sebab-sebab yang menimbulkan perpecahan.

Langkah pertama yang diambil untuk mewujudkan kembali

persatuan umat ialah melakukan pendekatan antar madzhab. Pendekatan

inilah yang dijadikan pertimbangan oleh para ulama al-Azhar dalam

pengambilan keputusan perluasan pengkajian perbandinagn fiqh.

Langkah untuk mendekatkan antar madzhab ini dilakukan untuk

menjernihkan akidah sebagai dasar untuk kekuatan Islam. Penjernihan

yang dimaksud adalah penafian ajaran Islam dari berbagai unsur

penyelewengan dan pemahaman sesat yang disebabkan oleh fanatisme

madzhab, suku, dan ras.

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tujuan kajian ini adalah untuk menghindari ta’asub (fanatik) buta,

sehingga tidak terjadi friksi dengan pihak/golongan lain. Pada prakteknya

ternyata memang banyak friksi di lapangan yang seharusnya tidak mesti

terjadi. Hal ini karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang benar.

Semua imam mazhab sepakat bahwa pijakannya tetap Quran dan

Hadits, ucapan mereka tentang ajakan untuk kembali kepada Al-Quran dan

Al-Hadits, walaupun dengan redaksinya berbeda-beda. Maka seperti imam

Syafi’i pernah mengatakan: “jika sebuah hadits itu shahih, maka itulah

mazhabku.” Amatlah mungkin imam yang empat itu tidak mengetahui

adanya hadits shahih selain pendapat (ra'yu) yang mereka miliki.Karena

sarana/prasarana saat itu masih belum semodern sekarang.

Perbandingan madzhab diangggap sebagai suatu ilmu yang mandiri

yang memiliki ontology, epistemology dan aksiologi tersendiri.

Perbandingan madzhab adalah salah satu cabang dari fiqih muqaran. Fiqh

muqaran sendiri memiliki empat buah cabang, yaitu muqaranah al-

madzahab fi al-fiqh dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan

“perbandingan madzhab”, muqaranah al-madzahbi fi ushul al-fiqh (ushul

fiqih perbandingan), muqaranah asy-syara’i (perbandingan syariah) dan

muqaranah fi al- qawanin al-wadh’iyyah ( “perbandingan hukum”).

16
DAFTAR PUSTAKA

Drs.H. Maradingin, MA. 2020. “Pengantar Perbandingan Mazhab”,

http://repository.uinsu.ac.id/8657/1/PR%20Pengantar%20Perbandingan

%20Mazhab%2090hlm.pdf, diakses pada 16 Oktober 2022 pukul 16.20

17

Anda mungkin juga menyukai