Makalah
Oleh:
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis munajatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga
Makalah ini membahas tentang “Perbandingan Mazhab“ . Semoga makalah ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membaca dan mempelajarinya. Sebelumnya
penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis
memohon kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan dimasa depan.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbandingan Mazhab............................................................ 2
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan, pertama dalam Islam terdapat empat mazhab fiqih
yang terkenal. Urutannya: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali. Inilah mazhab yang terkenal dalam
fiqih Islam. kedua, walaupun sudah ada ada empat mazhab tidak berarti bahwa semua syariat Islam
itu telah dibicarakan oleh ke empat mazhab tersebut. Ini berarti, belum tentu pendapat di luar empat
mazhab itu secara otomatis salah. Salah atau tidak mesti menggunakan pijakan dan patokan yang
sudah disepakati yaitu quran dan hadits. Ketiga, barangkali ada baiknya ikhwanfillah mengetahui,
mengapa hanya empat mazhab? Karena hanya empat mazhab yang lolos dari seleksi alam.
Mengapa bisa lolos, sebab imam-imam dari ke empat mazhab ini mempunyai pengikut dan murid-
murid yang rajin mencatat perkataan imamnya yang terus-menerus diwariskan hingga sampai
kepada kita. Imam-imam yang diwariskan ilmu dari imam yang empat itu belum tentu kadarnya
keimanannya di bawah imam yang empat, banyak diantaranya yang juga sangat pandai. Namun
pendapat-pendapat mereka akhirnya dinisbatkan kepada pemberi pendapat yang yang pertama,
B. TUJUAN
Mazhab
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbandingan Mazhab
Harun Nasution seperti dihutip oleh Abuddin Nata, membagi periodesasi huhum
periode taqlid serta hemunduran. 1 Menurut Hudhari Bih, terdapat enam periode
pembinaan Huhum (fiqh) Islam; yahni pertama pada masa Nabi saw; Kedua pada masa
Sahabat besar (Khulafaur Rasyidin); hetiga pada masa. sahabat hecil dan tabi'iin; hingga
berahhirnya abad I Hijriyah; heempat pada masa fiqh menjadi cabang ilmu pengetahuan,
ditandai dengan munculnya imam mahzab hingga berahhirnya abad he-3 hijriyah; helima
pada masa pembinaan huhum hingga berahhirnya Daulah Abbasiyah; dan heenam
Mazhab
1. Kewajiban Muqarin
Melakukan studi perbandingan mazhab ini tidak mudah sehingga tidak semua orang dapat
melakukannya, sebab studi ini akan menentukan sikap setelah menilai pendapat mazhab-mazhab
untuk mengambil yang menurut pandangannya lebih maslahat serta lebih kuat alasannya. Tugas
ini menghendaki agar si muqarin itu hendaklah memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan
pandangan yang objektif disertai pengambilan pendapat mazhab yang benar-benar dapat
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jaharta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet IX, 301
2 Hudhari Bih, Tarihh al-Tasyri' al-Islami, terj. Muh.Zuhri,(Semarang: Darul Ihya, 1980), 4
2
dipertanggung jawabkan atas kebenaran nisbat pendapat itu kepada mazhab yang
diperbandingkan.3 Di samping itu juga perlu didasari oleh sikap toleransi dan objektifitas serta
kesadaran akan tanggung jawabnya. Karena itu, seorang muqarin harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Memiliki sifat ketelitian dalam mengmbil pendapat mazhab dari kitab-kitab fiqih mu’tabar
b. Hendaknya mengmbil/memilih dalil-dalil yang kuat dari setiap mazhab serta tidak mmbatasi
c. Memiliki pengetahuan tentang asal usul dan kaidah yang dijadikan dasar oleh setiap mazhab
d. Mengetahui pendapat-pendapat ulama yang bertebaran dalam kitab-kitab fiqih disertai dalil-
dalilnya, dan harus pula mengetahui cara-cara mereka beristidlal dan dalil-dalil yang mereka
jadikan pegangan.
dalilnya yang terkuat, mentarjih salah satunya secara objektif, tanpa dipengaruhi oleh
pendapat mazhabnya sendiri yang sudah benar-benar adil tanpa dipengaruhi apapun selain
Seorang peneliti fiqih muqaran idealnya harus menempuh lngkah-langkah sebagai berikut:
3 Hasan, M. Ali, Perbandingan Mazhab Fiqih, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1997.
4 Abu Sulaiman, Abd. Al-Wahab Ibrahim, al-Fikr al-Ushuli, Jeddah : Dar al-Syuruq, Cet. I, 1983
3
a. Menentukan masalah yang akan dikaji, umpamanya masalah “hukum bacaan msmalah” pada
b. Mengumpulkan semua pendapat fuqaha yang menyangkut dengan masalah tersebut dengan
c. Mengumpulkan semua dalil dan jihat dalalahnya yang menjadi landasan semua pendapat
yang dikutip, baik dalil-dalil itu berupa ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah, ijma dan qiyas
d. Meneliti semua dalil, untuk mengetahui dalil-dalil yang dhaif agar dapat dibuang dan untuk
mengetahui dalil-dalil yang kuat serta shah untuk dianalisa lebih lanjut.
e. Menganalisa dalil dan mendiskusikan jihat jihat didalalahnya, untuk mengetahui apakah
dalil-dalil itu telah tepat digunakan pada tempatnya dan didalalahnya memang menunjukkan
kepada hukum dimaksud, ataukah ada kemungkinn atu alternative yng lain.
g. Untuk mengevaluasi kebenaran-kebenaran pendapat yang terpilih itu, perlu dikaji sebab-
sebab terjadinya pendapat yang pada prinsipnya tidak keluar dari empat sebab ulama yang
Melakukan studi perbandingan mazhab untuk mendapatkan hal yang terkuat dan
mengamalkan hasilnya adalah wajib. Meskipun sebagian ulama muta’akhirin berpendapat, bahwa
mengamalkan hasil muqaranah akan mengakibatkan perpindahan mazhab atau talfiq dan tidak
5 Ismail, Ahmad satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka Tarbiatuna, Cet. I, 2003
4
dibenarkan. Pendapat dianggap lemah karena tidak berlandaskan dalil yang kuat. Al-Qur’an dan
Hasil studi perbandingan yang terbaik adalah mengamalkan apa yang menurut muqarin paling kuat
dalilnya, baik bagi si muqarin maupun bagi orang yang melakukan studi perbandingan atau yang
Sementara orang menyangka, bahwa perbedaan pendapat dalam masalah fiqih adalah
karena semata-mata pendapat pribadi orangnya, sehingga munncullah mazhab dan pendapat-
pendapat. Anggapan orang yang keliru didukug pula oleh sikap orang-orang yang “fanatic buta”
terhadap mazhab dan mengangkat pendapat mazhb lebih tinggi dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, di
satu pihak dan pihak lain hampir semua kitab “matan” tidak menyebutkan sandaran pendapat Al-
Syaikh Muhamad al-madaniyah dalam bukunya Asbab Ikhtilaf al-Fuqaha, membagi sebab-sebab
4. Sebab-sebab yang khusus mengenai penggunaan dalil-dalil di luar Al-Qur’an dan sunnah
Rasul.
6 Khomis, Qasim Abdul Aziz, Aqwal al-Shahabah, Kairo : Maktabah al-Iman, 2002.
5
b. Perbedaan dalam menilai periwayatan hadits.
2. Ikhtilaf itu digunakan untuk mengasah otak dan untuk memperluas cakrawala berpikir.
3. Memberikan kesempatan berbicara kepada lawan atau pihak yang berbeda pendapat dan
Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan para ulama
fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar keluar dari taqlid buta, karena kita akan
mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan serta jalan pemikiran mereka dalam penetapan
hukum suatu masalah. Sehingga dengan demikian akan terbuka kemungkinan untuk memperdalam
studi tentang hal yang diperselisihkan, meneliti sistem dan cara yang lebih baik, serta tepat dalam
mengistinbatkan hukum juga dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum fiqih bahkan akan
Tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama, bahwa perkataan sahabat yan tidak hanya
berdasarkan pkiran semata-mata adalah menjadi hujjah bagi umat islam. Hampir semua ahli ushul
(fiqih) menyatakan hal serupa ketika membahas tentang mazhab sahabat (fatwa sahabat).
7 Ibid
6
Adapun yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah perkataan sahabat yang semata-mata
berdasarkan hasil ijtihad mereka sendiri dan para sahabat tidak dalam satu pendirian, contoh
Umar bin Khattab berkata, bahwa iddah wanita hamil yang ditinggal mati adalah ia sampai ia
melahirkan sedangkan menurut Ali bin Abi Thalib adalah melewati dua masa, yaitu masa
melahirkan dan melewati 4 bulan 10 hari. Perbedaan pendapat ini terjadi karena Allah SWT
menetapkan iddah wanita hamil yang diceraikan adalah sampai melahirkan dan iddah wanita hamil
yang ditinggal mati suaminya adalah 4 bulan 10 hari tanpa perincian yang jelas
Pada masa Tabi’in kedudukan ijtihad merupakan alat untuk menggali hukum Islam semain meluas,
meskipun prinsip musyawarah sudah kurang berfungsi, karena sulit untuk dilaksanakan,
mengingat ulama sudah mulai terpencar-pencar keeluruh wilayah islam. Juga disebabkan kaum
muslimin telah terpecah belah setelah wafat khalifah Usman menjadi 3 yaitu: golongan Khawarij,
Syiah, dan golongan Jumhur. Semula perpecahan tersebut hanya mengenai masalah politik dalam
pemerintahan islam, namun kemudian berpengaruh juga terhadap perkmbangan dan perrttumuhan
hukum islam, terutama pada masa sesudahnya. Hal ini disebabkan masalah politik yang berakibat
dalam bidang ijtihad yang akhirnya menimbulkan perbedaan pendapat dalam menetapkan hukum
islam. Walaupun pada hakikatnya masing-masing golongan itu hampir sama dalam hal
pendirianya tntang masalah politik, tetapi mengenai masalah hukum terdapat perbedaan pendapat
8 Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2003.
9 Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI Press, 2002
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan kajian ini adalah untuk menghindari ta’asub (fanatik) buta, sehingga tidak terjadi
friksi dengan pihak/golongan lain. Pada prakteknya ternyata memang banyak friksi di lapangan
yang seharusnya tidak mesti terjadi. Hal ini karena ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang
Semua imam mazhab sepakat bahwa pijakannya tetap Quran dan Hadits, ucapan mereka tentang
ajakan untuk kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadits, walaupun dengan redaksinya berbeda-
beda. Maka seperti imam Syafi’i pernah mengatakan: “jika sebuah hadits itu shahih, maka itulah
mazhabku.” Amatlah mungkin imam yang empat itu tidak mengetahui adanya hadits shahih selain
pendapat (ra'yu) yang mereka miliki. Karena sarana/prasarana saat itu masih belum semodern
sekarang.
Jadi sangat mungkin imam yang satu mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan
hadits shahih. Imam Ibnu Tayimiyah mengatakan, “Amatlah mungkin hadits tersebut pada waktu
itu belum sampai ke telinga sang Imam. Para perawi hadits nabi jumlahnya sangat banyak dan
tinggal tersebar di seluruh jazirah arab sehingga sang imam bisa saja tidak mengetahui hadits
tersebut.” Kita yang hidup sekarang, harus bisa memaklumi. Biar bagaimanapun juga imam yang
empat itu adalah manusia yang mulia yang kadar keimanannya tidak perlu diragukan lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Abu Sulaiman, Abd. Al-Wahab Ibrahim, al-Fikr al-Ushuli, Jeddah : Dar al-Syuruq, Cet. I, 1983
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jaharta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet IX, 301
Hasan, M. Ali, Perbandingan Mazhab Fiqih, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Cet. I, 1997.
Hudhari Bih, Tarihh al-Tasyri' al-Islami, terj. Muh.Zuhri,(Semarang: Darul Ihya, 1980), 4
Ibid
Ismail, Ahmad satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka Tarbiatuna, Cet.
I, 2003
Khomis, Qasim Abdul Aziz, Aqwal al-Shahabah, Kairo : Maktabah al-Iman, 2002.
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet.
III, 2003.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI Press,
2002
9
10