Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

International Standart Organization (ISO) Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Sudirman Tamin, M.A

Disusun Oleh :
ACENG BADRUZZAMAN
2016920004

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

BAB II : PEMBAHASAN 3

A. Pengertian ISO (International Standart Orgnization) 3

B. Karakterisitik Mutu Pendidikan 5

C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 9

a. Pengertian ISO 9001:2008 11

b. Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 12

c. Prinsip Manajemen Mutu ISO 9001:2008 14

D. Manfaat Penerapan ISO Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan 15

BAB III : PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18

DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini, kemajuan pendidikan merupakan esensi dari pengelolaan

pendidikan melalui pemeliharaan mutu, responsif terhadap tantangan dan antisipatif terhadap

perubahan-perubahan. Mutu sudah menjadi keharusan yang tidak terbantahkan dan

merupakan konsep yang paling manjur dalam menjawab berbagai tantangan-tantangan yang

semakin kompleks. Mutu pendidikan yang diinginkan tidak akan terjadi begitu saja,

melainkan mutu tersebut harus direncanakan. Mutu perlu menjadi sebuah bagian penting

dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya menggunakan pendekatan yang

sistematis dengan menggunakan proses perencanaan yang matang.

Istilah mutu secara tradisional menurut banyak ahli dimaknai sebagai suatu ukuran

penyesuaian produk atau jasa terhadap spesifikasi yang terbatas pada waktunya. Berdasarkan

pandangan tersebut, mutu merupakan sebuah gambaran apakah suatu hal dapat memenuhi

desain yang telah ditetapkan pada kurun waktu tertentu. Definisi ini dimulai dengan

mengukur suatu produk pada waktunya, kemudian suatu pendidikan bermutu tentunya akan

mampu mencapai sasaran kurikulum yang didesain untuk para murid yang telah lulus.1

Sebagai salah satu penyedia layanan publik dalam bentuk jasa, penyelenggara

pendidikan tidak bisa terlepas dari tuntunan model layanan publik lain. Ketika layanan publik

lain mengedepankan kepuasan pelanggan, dunia pendidikan dan penyelenggaran pun harus

mengedepankan hal tersebut. Hal ini juga bagian dari implementasi model pemerintahan

wirausaha milik Osborn yang diadopsi oleh DEPDIKNAS pada tahun 2000. Dalam dunia

pendidikan, untuk mencapai kepuasan pelanggan berarti berbicara peningkatan mutu layanan

suatu lembaga penyelenggaraan pendidikan.

1
Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009. Hlm. 490

1
Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

50 ayat 3 mengamanatkan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus

menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang

pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.2

Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan sudah dilakukan oleh pemerintah atau

inisiatif dari pihak sekolah sendiri. Salah satu bentuk peningkatan mutu pendidikannya adalah

sekolah menerapakan International Standart Organization (ISO). Maka dalam makalah ini

akan dijelaskan tentang International Standart Organization (ISO) dalam peningkatan mutu

pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan International Standart Organization (ISO) ?

2. Bagaimana Karakteristik Mutu Pendidikan ?

3. Bagaimana Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 ?

4. Apa saja manfaat penerapan ISO dalam peningkatan mutu pendidikan ?

2
Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Hlm. 320

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ISO (International Standart Organization)

ISO merupakan badan standarisasi internasional yang menangani masalah standarisasi

untuk barang dan jasa. Badan ini merupakan federasi badan-badan standarisasi dari seluruh

dunia yang berkedudukan di Geneva, Swiss. Keanggotaan Indonesia dalam ISO diwakili oleh

Dewan Standarisasi Nasional (DSN).3

Tujuan dari penerapan ISO adalah untuk mempromosikan arus pertukaran barang dan

jasa internasional melalui pengembangan standarisasi. Sedangkan tujuan riil ISO adalah

meningkatkan kualitas dengan memberikan panduan kepada institusi atau organisasi dengan

kriteria yang dapat mereka pergunakan untuk menetapkan dan mengukur sistem kualitas.4

Sejarah tentang sistem penjaminan mutu ISO berawal dari kondisi perang dunia ke II

yang ingin mendapatkan bahan peledak dengan standar mutu yang bagus. Berawal dari

sinilah kemudian bagian pengadaan barang militer Inggris mengembangkan serangkaian

standar yang secara umum dapat menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam

menyediakan produk bermutu tinggi.

Berdasarkan sejarah perkembangannya, pada mulanya ISO terbentuk guna menjamin

kualitas mutu dari suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan atau menjamin jasa

yang diberikan. Namun seiring perkembangan zaman dan semakin luasnya berbagai hal yang

berkitan dengan wilayah yang harus distandarisasi, maka semakin banyak pula jenis-jenis

standar baru yang ada diimplementasikan pada berbagai negara. Diantara jenis-jenis ISO

adalah sebagai berikut:

1. ISO 9000: dasar kosakata sistem manajemen mutu.


3
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2008. Hlm. 509
4
Dorothea Wahyu Ariani, Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Hlm. 141

3
2. ISO 9001: model sistem jaminan kualitas dalam desain/pengembangan produksi,

instalasi dan pelayanan.

3. ISO 9002: model sistem jaminan kualitas dalam produksi dan instalasi.

4. ISO 9003: model sistem jaminan kualitas dalam inspeksi dan pengujian akhir.

5. ISO 9004: pedoman untuk kinerja peningkatan sistem manajemen mutu.

6. ISO 10005: manajemen mutu, pedoman untuk rencana mutu, pedoman untuk membantu

dalam persiapan, peninjauan, penerimaan, dan revisi rencana mutu.

7. ISO 10006: pedoman mutu dalam proyek, untuk membantu memastikan mutu dari proses

dan produk proyek.

8. ISO 10007: pedoman untuk susunan manajemen.

9. ISO/DIS 10012: persyaratan jaminan mutu untuk pengukuran peralatan.

10. ISO 10013: pedoman untuk mengembangkan manual mutu, Memberikan pedoman

dalam mengembangkan dan memelihara manual mutu.

11. ISO 10014: pedoman untuk pengelolaan ekonomi mutu, Memberikan pedoman pedoman

bagaimana mencapai keuntungan ekonomi dari penerapan manajemen mutu.

12. ISO 10015: pedoman pelatihan. Memberikan pedoman dalam pengembangan,

penerapan, pemeliharaan, dan peningkatan strategi dan sistem pelatihan yang

mempengaruhi mutu produk.

13. ISO 14001: Standar lingkungan. Memberikan pedoman dalam mengelola lingkungan

dengan identifikasi terhadap aspek dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh

kegiatan atau operasi perusahaannya terhadap aspek lingkungan.

14. ISO OHSAS 18001: Standar Keselamatan dan Kesehatan.  Suatu standar internasional

untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat

kerja/perusahaan. Untuk mendorong perusahaan dalam penerapan keselamatan dan

kesehatan kerja dengan melaksanakan prosedur yang mengharuskan organisasi secara

4
konsisten mengidentifikasi dan mengendalikan resiko bahaya terhadap keselamatan dan

kesehatan di tempat kerja; serta memperbaiki kinerja dan citra perusahaan.

15. ISO 19011: Pedoman audit sistem manajemen mutu dan lingkungan. Memberikan

pedoman untuk memverifikasi kemampuan sistem dalam mencapai sasaran mutu.

Standar ini dapat digunakan untuk auditinternal ataupun mengaudit pemasok.

16. ISO 22000: Standar Keselamatan dan Kesehatan Pelanggan. Suatu standar yang berisi

persyaratan sistem manajemen keamanan pangan. Standar ini fokus terhadap

pengendalian dalam sistem dan proses produksi produk makanan dan minuman.5

B. Karakterisitik Mutu Pendidikan

Kedewasaan dalam bekerja menjadi salah satu ciri dari manajemen sekolah yang

bermutu. Tenaga akademik dan staf administratif bekerja bukan karena diancam, diawasi atau

diperintah oleh pimpinan atau atasannya. Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung

jawab akan tugas pokok dan fungsinya. Sikap mental (mind set) tenaga kependidikan di

sekolah menjadi prasyarat bagi upaya meningkatkan mutu. 6 Mutu memiliki 13 karakteristik

sebagai berikut:

1. Kinerja (performa), berkaitan dengan aspek fungsional sekolah, misalnya: kinerja guru

dalam mengajar baik, memberikan penjelasan yang menyakinkan, sehat dan rajin

mengajar, dan menyiapkan bahan pelajaran lengkap. Pelayanan administratif dan edukatif

sekolah baik yang ditandai hasil belajar tinggi, lulusannya banyak, putus sekolah sedikit,

dan yang lulus tepat waktu banyak.

2) Waktu wajar (timelines), selesai dengan waktu yang wajar, misalnya: memulai dan

mengakhiri pelajaran tepat waktu.

5
Rudi Suardi, Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Jakarta: PPM, 2003. Hlm. 33-34
6
Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara: 2008. Hlm. 54

5
3) Keandalan (reability), usia pelayanan prima bertahan lama, misalnya: pelayanan prima

yang diberikan sekolah bertahan dari tahun ke tahun serta mutu sekolah tetap bertahan

dari tahun ke tahun.

4) Daya tahan (durability), yaitu tahan banting, misalnya: meskipun dalam keadaan krisis

moneter sekolah tetap bertahan dan tidak tutup serta siswa dan guru tidak putus asa dan

selalu sehat.

5) Indah (aestetics), misalnya: eksterior dan interior sekolah ditata menarik. Guru-guru

membuat media pendidikan yang menarik serta warga sekolah selalu berpenampilan rapi.

6) Hubungan manusiawi (personal interface), menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan

profesionalisme, misalnya: warga sekolah saling menghormati baik warga intern maupun

ekstern sekolah, demokratis, dan menghargai profesionalisme.

7) Mudah penggunaanya (easy of use), sarana dan prasarana dipakai, misalnya: aturan-

aturan sekolah mudah diterapkan, buku-buku perpustakaan mudah dipinjam dan

dikembalikan tepat waktu.

8) Bentuk khusus (feature), keunggukan tertentu, misalnya: sekolah unggul dengan hampir

semua lulusannya diterima di universitas yang bermutu.

9) Standar tertentu (conformance to specification), memenuhi standar tertentu, misalnya:

sekolah sudah memenuhi standar pelayanan minimal (SPM), sekolah sudah memenuhi

standar minimal ujian nasional atau sekolah sudah memenuhi ISO 9001.

10) Konsistensi (consistency), keajegan, konstan atau stabil, misalnya: mutu sekolah dari

dahulu sampai sekarang tidak menurun seperti harus mengontrol nilai siswa-siswinya.

Warga sekolah konsisten antara perkataan dengan perbuatan.

11) Seragam (uniformity), tidak variasi, tidak tercampur, misalnya: sekolah menyeragamkan

pakaian sekolah dan pakaian dinas. Sekolah melaksanakan aturan, tidak pandang bulu

atau pilih kasih.

6
12) Mampu melayani (serviceability), mampu memberikan pelayanan prima, misalnya:

sekolah menyediakan kotak saran dan saran-saran yang masuk mampu dipenuhi dengan

sebaik- baiknya. Sekolah mampu memberikan pelayanan primanya kepada pelanggan

sekolah sehingga semua pelanggan merasa puas.

13) Ketepatan (accuracy), ketepatan dalam pelayanan, misalnya: sekolah mampu

memberikan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan pelanggan sekolah, guru-guru

tidak salah dalam menilai siswa-siswanya.7

Sebenarnya banyak sekali aspek yang turut menentukan mutu pendidikan di sekolah.

Edward Sallis mengemukakan bahwa yang menentukan mutu pendidikan mencakup aspek-

aspek berikut: “well- mainted building, outstanding teacher, high moral value, excellent

examination results, specialization, the support of parents, business adn local community,

plentiful resources, the application of the leatest technology, strong and purposeful

leadership, the care and concern for pupils and students, a well balanced curriculum, or

some combination of these factors”. (yang menentukan mutu pendidikan mencakup aspek-

aspek sebagai berikut, pembinaan yang terpelihara/berkelanjutan, guru yang luar biasa, nilai-

nilai moral yang luhur, hasil ujian yang gemilang, pengkhususan, dukungan orang tua,

komunitas bisnis, dan komunitas lokal, sumber daya yang berlimpah, penerapan teknolgi

yang mutakhir, kepemimpinan yang tangguh dan berarah tujuan, kepedulian dan perhatian

pada anak didik, kurikulum yang seimbang, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut).8

Di Indonesia perihal penjaminan mutu diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 19/2005

pasal 91 meliputi:

1. Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal wajib melakukan penjaminan

mutu pendidikan.

7
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hlm. 480-482
8
Eti Rochaety, dkk. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hlm. 124

7
2. Penjaminan mutu pendidikan dimaksud ayat 1 bertujuan untuk memenuhi atau

melampaui Standar Pendidikan Nasional.

3. Penjaminan mutu pendidikan dilakukan secar bertahap, sistematis dan terencana dalam

suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk

menentukan kelayakan program atau satuan pendidikan. Apa yang menjadi esensi akreditasi

adalah sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara objektif, adil dan transparan

dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di

seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peraturan pemerintah No. 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mencakup:

1. Standar Kompetensi Lulusan

2. Standar Isi

3. Standar Proses

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

5. Standar Sarana dan Prasarana

6. Standar Pembiayaan Pendidikan

7. Standar Penilaian.

Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen Pemerintah

Indonesia yang diterapkan melauli berbagai kebijakan. Pendidikan nasional merupakan

tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha.

Oleh karena itu, penjaminan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai

pihak.

Tahapan penjaminan mutu pendidikan dimulai dari penetapan standar mutu,

pemenuhan standar, pengukuran dan evaluasi dengan cara pengumpulan data dan analisis,

8
perbaikan dan pengembangan standar dalam meningkatkan mutu pendidikan mengacu pada

satuan mutu pendidikan, yakni Standar Pelayanan Minimal, Standar Nasional Pendidikan dan

Standar Mutu Pendidikan yang melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Menurut Nanang Fattah, secara garis besar proses sistem penjaminan mutu pendidikan

dapat dikategorikan kedalam lima kegiatan utama, yakni: outcome, input, proses, prosedur

operasional standar dan output.9 Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat dalam bagan sistem

penjaminan mutu pendidikan dibawah ini:

Bagan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001

Dalam implementasi manajemen mutu pendidikan, sebuah lembaga pendidikan perlu

mengembangkan standar mutu sekolah sesuai standarisasi persekolahan. Penentuan standar

mutu ini dilakukan dengan elaborasi komponen-komponen mutu pendidikan di sekolah

dengan menganalisis peran dan fungsi sekolah.  Dalam perkembangannya, sekolah

merupakan lembaga pendidikan modern yang berperan sebagai media dalam membantu

9
Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Konteks Penerapan MBS, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012. Hlm. 15

9
keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. Dalam kontek ini, sekolah

diharapkan dapat menyediakan layanan pendidikan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga

dan masyarakat. Hal ini dimaksud agar generasi selanjutnya dapat memiliki kompetensi yang

dibutuhkan dalam menjalani kehidupan, sehingga sekolah memiliki peran dan fungsi dalam

memberikan layanan pendidikan.10

Sistem manajemen mutu dalam konsep lain adalah Total Quality Management (TQM).

TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan

berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.11 

Setiap lembaga yang menerapkan Total Quality Management (TQM) memiliki

perbedaan dengan lembaga yang tidak menerapkan TQM. Hal in terlihat dari sudut pandang

yang ada dalam masing-masing lembaga. Edward Saliis mengemukakan mutu dapat

dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif, mutu dalam percakapan

sehari-hari sebagian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, dalam definisi yang

absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tingggi dan tidak

dapat diungguli.12 Adapun mutu yang relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada

sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya, produk atau layanan akan

dianggap bermutu bukan karena ia mahal dan eksklusif melainkan karena ia memiliki nilai.

Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada input, proses dan output. Hal tersebut

juga dinyatakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang dikutip oleh Mulyasa dalam

bukunya Aminatul Zahroh. Input pendidikan merupakan sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan demi berlangsungnya suatu proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya

sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sedangkan, output pendidikan merupakan kinerja sekolah,

yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses dan perilaku sekolah.13

10
Suryadi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Sarana Panca Karya Nusa, 2009. Hlm. 13
11
Fandy Tjipto dan Dian Anastasia, Total Quality Management (TQM), Yogyakarta: Andi Officet, 1995. Hlm. 4
12
Ibid,. Hlm. 27
13
Aminatul Zahroh, Total Quality Management; Teori dan Praktek Manajemen Untuk Mendongkrak Mutu
Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014. Hlm. 28

10
a) Pengertian ISO 9001:2008

ISO 9000 merupakan suatu seri dari standar-standar internasional untuk sistem

manajemen kualitas, yang menspesifikasikan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk

desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu dengan tujuan untuk menjamin

bahwa pemasok (perusahaan) akan menyerahkan barang dan atau jasa yang memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan.14

Sistem manajemen mutu ISO 9000, merupakan bagian seri sistem manajemen mutu

ISO 9001, 9002, 9003 dan 9004. Sistem manajemen mutu ISO 9000 sebagai petunjuk menuju

pada keseluruhan seri sistem manajemen mutu.Sistem manajemen mutu ISO 9001 sebagai

sistem manajemen mutu paling komprehensif. Berlaku bagi desain dan pengembangan,

produksi pemberian layanan kepada pelanggan, melalui panduan bagaimana proses produksi.

Adapun tulisan 2008 menunjukkan tahun revisi maka yang dimaksud ISO 9001:2008 adalah

sistem manajemen mutu ISO 9001, hasil revisi tahun 2008.

Awalnya, sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 hanya diterapkan dalam dunia

industri manufaktur. Namun, kemudian dunia pendidikan juga merasa perlu untuk

mengimplementasikannya. Pada tanggal 23 Desember 2008, Badan Standar Nasional

menerbitkan persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001 berdasarkan Standar Nasional

Indonesia. Sehingga jika semula masyarakat mengenal sistem manajemen mutu ISO

9001:2000, kini berubah menjadi sistem manajemen mutu 9001:2008.15

Adapun perbedaan antara versi 2000 dengan 2008, secara signifikan lebih menekankan

pada efektivitas proses yang dilaksanakan dalam organisasi atau lembaga tersebut. Jika versi

2000 mengatakan harus dilakukan corrective dan preventive action, maka versi 2008

menetapkan bahwa proses corrective dan preventive action yang dilakukan harus secara

efektif berdampak positif pada perubahan yang terjadi dalam organisasi atau lembaga.16
14
H.E. Sobana, Tips Memahami Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Bandung: CV. Alfabeta, 2012. Hlm. 3
15
Ibid,. Hlm. 12
16
S. Soimatul Ula, Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif, Jogjakarta: Berlian, 2013. Hlm.

11
b) Persyaratan Sistem Manajemen Mutu 9001:2008

Sejalan dengan perkembangannya SMM ISO 9001 yang semula lebih dikenal dengan

SMM ISO 9001:2000, berubah menjadi SMM ISO 9001:2008. Ada delapan persyaratan

SMM ISO 9001 yang saling berkaitan. Persyaratan tersebut adalah17:

Kode Keterangan
RUANG LINGKUP
1 1.1 Umum
1.2 Aplikasi
2 ACUAN NORMATIF
3 ISTILAH DAN DEFINISI
SISTEM MANAJEMEN MUTU
4.1 Persyaratan Umum
4.2 Persyaratan Dokumentasi
4 4.2.1 Umum
4.2.2 Panduan Mutu
4.2.3 Pengendalian Dokumen
4.2.4 Pengendalian Rekaman
TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN
5.1 Komitmen Manajemen
5.2 Fokus Pelanggan
5.3 Kebijakan Mutu
5.4 Perencanaan Mutu
5.4.1 Sasaran Mutu
5.4.2 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
5 5.5 Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi
5.5.1 Tanggung Jawab dan Wewenang
5.5.2 Wakil Manajemen
5.5.3 Komunikasi Internal
5.6 Tinjauan Manajemen
5.6.1 Umum
5.6.2 Masukan Untuk Tinjauan Manajemen
5.6.3 Keluaran Dari Tinjauan Manajemen
MANAJEMEN SUMBER DAYA
6.1 Penyediaan Sumber Daya
6.2 Sumber Daya Manusia
6 6.2.1 Umum
6.2.2 Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian
6.3 Infrastruktur
6.4 Lingkungan Kerja
7 REALISASI PRODUK
7.1 Perencanaan Realisasi Produk
7.2 Proses Yang Berkaitan Dengan Pelanggan

125
17
Vincen Gaspersz, All-in-One Bundle of ISO, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2013. Hlm. 36-38

12
7.2.1 Persyaratan Yang Berkaitan Dengan Produk
7.2.2 Persyaratan Yang Berkaitan Dengan Pelanggan
7.2.3 Komunikasi Pelanggan
7.3 Desain dan Pengembangan
7.3.1 Perencanaan Desain dan Pengembangan
7.3.2 Masukan Desain dan Pengembangan
7.3.3 Keluaran Desain dan Pengembangan
7.3.4 Tinjauan Desain dan Pengembangan
7.3.5 Verifikasi Desain dan Pengembangan
7.3.6 Validasi Desain dan Pengembangan
7.3.7 Pengendalian Perubahan Desain dan Pengembangan
7.4 Pembelian
7.4.1 Proses Pembelian
7.4.2 Informasi Pembelian
7.4.3 Verifikasi Produk Yang dibeli
7.5 Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.1 Pengendalian Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.2 Validasi Proses Produksi dan Penyediaan Jasa
7.5.3 Identifikasi dan Kemampuan Telusur
7.5.4 Hak Milik Pelanggan
7.5.5 Preservasi Produk
7.6 Pengendalian Sarana Pemantauan dan Pengukuran
PENGUKURAN ANALISIS PERBAIKAN
8.1 Umum
8.2 Pemantauan dan Pengukuran
8.2.1 Kepuasan Pelanggan
8.2.2 Audit Internal
8.2.3 Pemantauan dan Pengukuran Proses
8 8.2.4 Pemantauan dan Pengukuran Produk
8.3 Pengendalian Produk Tidak Sesuai
8.4 Analisis Data
8.5 Perbaikan
8.5.1 Perbaikan Berkesinambungan
8.5.2 Tindakan Korektif
8.5.3 Tindakan Pencegahan

13
c) Prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Menurut Vincent Gasperz, ada delapan prinsip dalam sistem manajemen mutu ISO

9001:2008, diantaranya:

1. Fokus Pelanggan

Organisasi tergantung pada pelanggan mereka, oleh karena itu manajemen organisasi

harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan yang akan datang dan giat berusaha

melebihi ekspetasi pelanggan.

2. Kepemimpinan

Pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi untuk

menciptakan dan memelihara lingkungan internal dimana setiap orang dapat melibatkan

dirinya secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3. Keterlibatan Orang

Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi

dan keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka

digunakan untuk manfaat organisasi. Artinya, semua personil yang berada dalam suatu

institusi secara bersama-sama menjalankan pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

4. Pendekatan Proses

Hasil yang diinginkan akan tercapai secara efisien, apabila aktivitas dan sumber-sumber

daya yang berkaitan dikelola sebagai proses. Suatu proses dapat didefinisikan sebagai

integrasi sekuensial dari orang, material, metode, peralatan dalam suatu lingkungan guna

menghasilkan nilai tambah output bagi pelanggan.

14
5. Pendekatan Sistem

Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses yang saling

berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan konstribusi pada efektivitas dan

efisiensi orhanisasi dalam mencapai tujuan-tujuan.

6. Peningkatan Terus Menerus

Peningkatan terus menerus dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi

tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan terus menerus didefiniskan sebagai suatu proses

yang berfokus pada upaya terus menerus dalam meningkatkan efektivitas atau efisiensi

organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu.

7. Pendekatan Fakta Dalam Pembuatan Keputusan

Keputusan yang efektif adalah berdasarkan analisis data dan informasi untuk

menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah kualitas dapat

terselesaikan secara efektif dan efisien. Keputusan manajmen organisasi seyogyanya

ditujukan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem

manajemen mutu.

8. Hubungan Pemasok Yang Saling Menguntungkan

Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung dan suatu hubungan yang

saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan

nilai tambahan.18

D. Manfaat Penerapan ISO Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Manfaat penerapan ISO pada lembaga pendidikan menurut Sendari adalah dengan

diperolehnya sertifikat oleh suatu sekolah, berarti sekolah tersebut terbukti telah

menerapkan sistem penjaminan mutu. Menurut Vincent Gasperz, manfaat penerapan sistem

18
Vincent Gasperz, ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2002. Hlm, 76-83

15
manajemen mutu ISO adalah meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui

jaminan kualitas yang terorganisasi dan sistematik, proses dokumentasi kebijakan, prosedur

dan instruksi yang berkaitan dengan kualitas telah direncanakan dengan baik. Demikian pula

produsen yang telah memperoleh sertifikat ISO secara otomatis terdaftar pada lembaga

registrasi. Jika nama instatnsi telah terdaftar pada lembaga registrasi bertaraf internasional

maka hal itu terbuka kesempatan pasar baru.19

Manfaat lain dari penerapan ISO yaitu memberikan pelatihan secara sistematik kepada

seluruh pegawai melalui seluruh prosedur-prosedur dan instruksi yang terdefinisi secara baik

dan terjadinya perubahan positif dalam hal mutu, karena pimpinan dan pegawai terdorong

untuk mempertahankan sertifikat ISO yang umumnya hanya berlaku selama tiga tahun.20

Secara umum, ada beberapa manfaat penerapan sistem manajmen mutu ISO,

diantaranya:

a) Meningkatkan kepercayaan pelanggan.

b) Jaminan kualitas produk dan proses.

c) Meningkatkan produktivitas lembaga pendidikan.

d) Meningkatkan motivasi, moral dan kinerja semua personil lembaga pendidikan.

e) Meningkatkan hubungan saling menguntungkan dengan supplier dan pelanggan.

f) Meningkatkan komunikasi internal.

g) Meningkatkan image positif lembaga pendidikan.

h) Sistem terdokumentasi.21

19
H.E. Sobana, Tips Memahami Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Bandung: CV. Alfabeta, 2012. Hlm. 18
20
Ibid,. Hlm. 19
21
S. Soimatul Ula, Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif, Jogjakarta: Berlian, 2013. Hlm.
133-134

16
Secara detail manfaat yang diperoleh dengan diterapkan sistem penjaminan mutu

dapat dirasakan baik oleh sekolah maupun warga sekolah.22

1. Manfaat Bagi Sekolah

a) Mendapatkan pengakuan secara internasional mengenai sistem penjaminan mutu.

b) Rework (Pekerjaan Berulang) produk yang gagal mulai berkurang sehingga terjadinya

penghematan dan mengurangi keluhan pemberi tugas.

c) Struktur semakin jelas wewenang serta tanggung jawab kerjanya.

d) Cara kerja semakin tertib, artinya semua tugas ada penanggung jawabnya.

e) File-file penyimpanan data lebih mudah dicari dan terkendali.

f) Dikarenakan seluruh kegiatan proses konstruksi terdokumentasi dan terevaluasi serta

setiap langkah kegiatan dapat ditelusuri, maka jika terjadi ketidak sesuaian prosedur

mudah dicari tindakan perbaikannya.

2. Manfaat Bagi Warga Sekolah

a) Memperoleh kepuasan bekerja dengan adanya sistem yang baik dan berkurangnya

pekerjaan yang ulang.

b) Memperoleh keyakinan bahwa pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan.

c) Memperoleh kejelasan mengenai tugas dan tanggung jawab.

d) Memunculkan personil yang potensial ke permukaan karena adanya sistem yang baik

dan lebih memahami sistem manajemen mutu ISO.

22
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Hlm. 513

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

ISO merupakan badan standarisasi internasional yang menangani masalah standarisasi

untuk barang dan jasa. Badan ini merupakan federasi badan-badan standarisasi dari seluruh

dunia yang berkedudukan di Geneva, Swiss. Keanggotaan Indonesia dalam ISO diwakili oleh

Dewan Standarisasi Nasional (DSN).

Tujuan dari penerapan ISO adalah untuk mempromosikan arus pertukaran barang dan

jasa internasional melalui pengembangan standarisasi. Sedangkan tujuan riil ISO adalah

meningkatkan kualitas dengan memberikan panduan kepada institusi atau organisasi dengan

kriteria yang dapat mereka pergunakan untuk menetapkan dan mengukur sistem kualitas.

Kedewasaan dalam bekerja menjadi salah satu ciri dari manajemen sekolah yang

bermutu. Tenaga akademik dan staf administratif bekerja bukan karena diancam, diawasi,

atau diperintah oleh pimpinan atau atasannya. Mereka bekerja karena memiliki rasa tanggung

jawab akan tugas pokok dan fungsinya. Sikap mental (mind set) tenaga kependidikan di

sekolah menjadi prasyarat bagi upaya meningkatkan mutu.

Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada input, proses dan output. Hal tersebut

juga dinyatakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang dikutip oleh Mulyasa dalam

bukunya Aminatul Zahroh. Input pendidikan merupakan sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan demi berlangsungnya suatu proses. Proses pendidikan merupakan berubahnya

sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sedangkan, output pendidikan merupakan kinerja sekolah,

yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses dan perilaku sekolah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Dorotha Wahyu. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif, Jakarta:
Ghalia Indonesia

Danim, Sudarwan. 2008. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara

Fattah, Nanang. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dalam Konteks Penerapan MBS,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Gasperz, Vincen. 2013. All-in-One Bundle of ISO, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

_____________. 2002. ISO 9001:2000 and Continual Quality Improvement, Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

Mulyono. 2009. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz


Media

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. 2009. Education Management; Analisis Teori dan
Praktik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Rochaety, Eti, dkk. 2008. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Suardi, Rudi. 2003. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000:2000, Jakarta: PPM

Suryadi. 2009. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: PT. Sarana Panca Karya Nusa

Sobana, H.E. 2012. Tips Memahami Sistem Manajemen Mutu ISO 9001, Bandung: CV.
Alfabeta

Tjipto, Fandy dan Dian Anastasia. 1995. Total Quality Management (TQM), Yogyakarta:
Andi Officet

Ula, S. Soimatul. 2013. Buku Pintar Teori-Teori Manajemen Pendidikan Efektif, Jogjakarta:
Berlian

Usman, Husaini. 2008. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara

Zahroh, Aminatul. 2014. Total Quality Management; Teori dan Praktek Manajemen Untuk
Mendongkrak Mutu Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

19

Anda mungkin juga menyukai