PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Perbandingan Mazhab
2. Ketentuan-Ketentuan Yang Harus Dipenuhi Orang Yang Mempelajari
Perbandingan Mazhab
3. Untuk Mengetahui Perbandingan Hakikat dan Munculnya Ikhtilaf dalam Fiqih
4. Untuk Mengetahui Perbandingan Sebab-Sebab Terjadinya Ikhtilaf Di Kalangan
Sahabat
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perbandingan Mazhab
Perbandingan mazhab dalam bahasa Arab disebut muqaranah al-madzahib, kata
muqaranah menurut bahasa, berasala dari kata kerja qarana yuarinu muqaranatan yang
berarti mengmpulkan, membandingkan dan menghimpun. Pengertian ini diambil dari
perkataan orang Arab yang berarti menggabungkan sesuatu. Mazhab asal artinya tempat
berjalan, aliran. Dalam istilah islam berarti pendapat paham atau aliran seseorang alim
besar dalam islam yang disebut imam seperti mazhab imam Abu Hanifah dan
sebagainya
1. Ruang lingkup perbandingan mazhab adalah:
Hukum-hkum amaliyah, baik yang disepakati, maupun yang masih
diperseliihkan antara para mujtahid dengan membahas cara berijtihad mereka dan
sumber-sumber hukm yang dijadikan dasar oleh mereka dalam menetapkan
hukum. Dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh para mujtahid bak dari Al-Qur’an
maupun sunah atau dalil lain yang diakui oleh syara Hukm-hukum yang berlaku
di Negara tempat muqarin hidup, baik hukum nasional maupun positif dan hukum
internasional.
2. Tujuan dan manfat mempelajari perbandingan mazhab adalah:
Untuk mengetahui pendapat-pendapat para imam Mazhab dalam berbagai
masalah yang diperselisihkan hkumnya disertai dalil-dalil tau lasan yan dijadikan
dasar bagi setiap pendapat dan cara istibath hukum dari dalilnya oleh mereka.
Untuk mengetahui dasar-dasar dan qaidah-qaidah yan digunakan setiap imam
mazhab (imam mujtahid). Dalam mengistinbathkan hukum dari dalil-dalil.
Dimana setiap imam mujtahid tersebut tidak menyimpang dan tidak keluar dari
dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dengan memperhatikan landasan berpikir para imam mazhab, orang yang
melakukan studi perbandingan mazhab dapat mengetahui bahwa dasar-dasar
mereka pada hakikatnya tidak keluar dari As-Sunnah dan Al-Qur’an dengan
perbedaan interpretasi.
Ikhtilaf dalam islam
Ikhtilaf berarti berselisih tidak sepaham. Sedangkan secara terminology
fiqih ikhtilaf adalah perselisihan paham atau pendapat di kalangan para ulama
2
fiqih sebagai hasil ijtihad untuk mendapatkan dan menetapkan suatu ketentuan
hukum tertentu.
3. Sebab-sebab ikhtilaf
Sebab-sebab ikhtilaf yaitu :
Perbedaan pemahaman tentang lafadz nash.
Perbedaan dalam masalah hadits.
Perbedaan dalam pemahaman dan penggunaan kaidah penggunaan kaidah
lughawiyah nash.
Perbedaan dalam mentarjihkan dalil-dalil yan berlawanan.
Perbedaan tentang qiyas.
Perbedaan dalam penggunaan dalil-dalil hukum.
Perbedaan dalam masalah nash
Perbedaan dalam pemahaman illat hukum.
Mazhab dalam fiqih
Mazhab menurut istilah ada beberpa pendapat dalam memberikan pengertian, yaitu:
a. Menurut Said Ramdani al-Butyi adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang
mujtahid dalam menetapkan suatu hukum islam dari Al-Qur’an dan hadits.
b. Menurut KH. Abdurahman, mazhab dalam istilah islam berarti pendapat atau aliran
seorang alim besar dalam islam yang digelari imam seperti mazhab Imam Abu
Hanifah.
c. Menurut A. Hasan mazhab adalah sejumlah fatwa atau pendapat-pendapat seorang
alim besar urusan agama baik dalam masalah ibadat ataupun lainnya.
3
tanggungjawabnya. Karena itu, seorang muqarin harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
Memiliki sifat ketelitian dalam mengmbil pendapat mazhab dari kitab-kitab fiqih
mu’tabar dan benar-benar dikenal.
Hendaknya mengmbil/memilih dalil-dalil yang kuat dari setiap mazhab serta tidak
mmbatasi diri pada dalil-dalil yang lemah dalam menyelesaikan suatu masalah.
Memiliki pengetahuan tentang asal usul dan kaidah yang dijadikan dasar oleh
setiap mazhab dalam mengambil dan melakukan hukum.
Mengetahui pendapat-pendapat ulama yang bertebaran dalam kitab-kitab fiqih
disertai dalil-dalilnya, dan harus pula mengetahui cara-cara mereka beristidlal dan
dalil-dalil yang mereka jadikan pegangan.
Hendklah muqarin setelah mendiskusikan pendapat mazhab-mazhab tersebut
dengan dalil-dalilnya yang terkuat, mentarjih salah satunya secara objektif, tanpa
dipengaruhi oleh pendapat mazhabnya sendiri yang sudah benar-benar adil tanpa
dipengaruhi apapun selain membela kebenaran dan keadilan semata.
2. Langkah-langkah Kajian dalam Fiqih Muqaran
Seorang peneliti fiqih muqaran idealnya harus menempuh lngkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan masalah yag akan dikaji, umpamanya masalah “hkum bacaan
msmalah” pada awal fatihah di dalam shalat.
b. Mengumpulkan semua pendapat fuqaha yang menyangkut dengan masalah
tersebut dengan meneliti semua kitab-kitab fiqih dalam berbagai mazhab.
c. Mengumpulkan semua dalil dan jihat dalalahnya yang menjadi lanadasan semua
pendapat yang dikutip, baik dalil-dalil itu berupa ayat Al-Qur’an atau As-Sunnah,
ijma dan qiyas aaupun dalil-dalil lain.
d. Meneliti semua dalil, untuk mengetahui dalil-dalil yang dhaif agar dapatr dibuang
dan untuk mengetahui dalil-dalil yang kuat serta shah untuk dianalisa lebih lanjut.
e. Menganalisa dalil dan mendiskusikan jihat jihat didalalahnya, untuk mengetahui
apakah dalil-dalil itu telah tepat digunakan pada tempatnya dan didalalahnya
memang menunjukkan kepada hukum dimaksud, ataukah ada kemungkinn atu
alternative yng lain.
4
g. Untuk mengevaluasi kebenaran-kebenaran pendapat yang terpilih itu, perlu dikaji
sebab-sebab terjadinya pendapat yang pada prinsipnya tidak keluar dari empat
sebab ulama yang akan diuraikan dan seterusnya.
3. Hukum Mengamalkan Hasil Muqaranah Mazahib
Melakukan studi perbandingan mazhab untuk mendapatkan hal yang terkuat dan
mengamalkan hasilnya adalah wajib. Meskipun sebagaian ulama muta’akhirin
berpendapat, bahwa mengamalkan hasil muqaranah akan mengakibatkan perpindahan
mazhab atau talfiq dan tidak dibenarkan. Pendapat dianggap lemah karena tidak
berlandaskan dalil yang kuat. Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak melarang untuk pindah
mazhab.
Hasil studi perbandingan yang terbaik adalah mengamalkan apa yang menurut muqarin
paling kuat dalilnya, baik bagi si muqarin maupun bagi orang yang melakukan studi
perbandingan atau yang sedang meneliti dalil-dalil yang terkuat untuk masalah tertentu.
5
Hikmah adanya Ikhtilaf, yaitu:
1. Niatnya jujur dan menyadari akan bertanggungjawab bersama.
2. Ikhtilaf itu digunakan untuk mengasah otak dan untuk memperluas cakrawala
berpikir.
3. Memberikan kesempatan berbicara kepada lawan atau pihak yang berbeda
pendapat dan bermuamalah dengan manusia lainnya yang menyangkut kehidupan
di sekitar mereka.
Tujuan mengetahui sebab terjadinya ikhtilaf
Mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan pendapat para imam mazhab dan
para ulama fiqih, sangat penting untuk membantu kita, agar keluar dari taqlid buta,
karena kita akan mengetahui dalil-dalil yang mereka pergunakan serta jalan pemikiran
mereka dalam penetapan hukum suatu masalah. Sehingga dengan demikian akan
terbuka kemungkinan untuk memperdalam studi tentang hal yang diperselisihkan,
meneliti sistem dan cara yang lebih baik, serta tepat dalam mengistinbatkan hukum juga
dapat mengembangkan kemampuan dalam hukum fiqih bahkan akan terbuka
kemungkinan untuk menjadi mujtahid.
6
Pada masa Tabi’in kedudukan ijtihad merupakan alat untuk menggali hukum Islam
semain meluas, meskipun prinsip musyawarah sudah kurang berfungsi, karena sulit
untuk dilaksanakan, mengingat ulama sudah mulai terpencar-pencar keeluruh wilayah
islam. Juga disebabkan kaum muslimin telah terpecah belah setelah wafat khalifah
Usman menjadi 3 yaitu: golongan Khawarij, Syiah, dan golongan Jumhur. Semula
perpecahan tersebut hanya mengenai masalah politik dalam pemerintahan islam, namun
kemudian berpengaruh juga terhadap perkmbangan dan perrttumuhan hukum islam,
terutama pada masa sesudahnya. Hal ini disebabkan masalah politik yang berakibat
dalam bidang ijtihad yang akhirnya menimbulkan perbedaan pendapat dalam
menetapkan hukum islam. Walaupun pada hakikatnya masing-masing golongan itu
hampir sama dalam hal pendirianya tntang masalah politik, tetapi mengenai masalah
hukum terdapat perbedaan pendapat dari masing-masing golongan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan kajian ini adalah untuk menghindari ta’asub (fanatik) buta, sehingga
tidak terjadi friksi dengan pihak/golongan lain. Pada prakteknya ternyata memang
banyak friksi di lapangan yang seharusnya tidak mesti terjadi. Hal ini karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi yang benar tentang mazhab-mazhab yang ada.
Semua imam mazhab sepakat bahwa pijakannya tetap Quran dan Hadits, ucapan
mereka tentang ajakan untuk kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadits, walaupun
dengan redaksinya berbeda-beda. Maka seperti imam Syafi’i pernah mengatakan: “jika
sebuah hadits itu shahih, maka itulah mazhabku.” Amatlah mungkin imam yang empat
itu tidak mengetahui adanya hadits shahih selain pendapat (ra'yu) yang mereka miliki.
Karena sarana/prasarana saat itu masih belum semodern sekarang.
Jadi sangat mungkin imam yang satu mengeluarkan pendapat yang bertentangan
dengan hadits shahih. Imam Ibnu Tayimiyah mengatakan, “Amatlah mungkin hadits
tersebut pada waktu itu belum sampai ke telinga sang Imam. Para perawi hadits nabi
jumlahnya sangat banyak dan tinggal tersebar di seluruh jazirah arab sehingga sang
imam bisa saja tidak mengetahui hadits tersebut.” Kita yang hidup sekarang, harus bisa
memaklumi. Biar bagaimanapun juga imam yang empat itu adalah manusia yang mulia
yang kadar keimanannya tidak perlu diragukan lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hasan, M. Ali, Perbandingan Mazhab Fiqih, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
Cet. I, 1997.
[2] Abu Sulaiman, Abd. Al-Wahab Ibrahim, al-Fikr al-Ushuli, Jeddah : Dar al-Syuruq,
Cet. I, 1983.
[3] Ismail, Ahmad satori, Pasang Surut Perkembangan Fiqh Islam, Jakarta : Pustaka
Tarbiatuna, Cet. I, 2003
[4] Khomis, Qasim Abdul Aziz, Aqwal al-Shahabah, Kairo : Maktabah al-Iman, 2002.
[5] Ibid1
[6] Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. III, 2003.
[7] Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Jakarta : UI Press, 2002.
[8] Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang.
[9] Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Mazhab, Jakarta : Logos
9
MAKALAH
TENTANG
PERBANDINGAN MAZHAB
DI SUSUN OLEH:
NAMA : MARDIANSYAH
JURUSAN : PAI
SEMESTER : VIII
10
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis munajatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin
Makalah ini membahas tentang “Perbandingan Mazhab“ . Semoga makalah ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membaca dan
mempelajarinya. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang dapat
membangun demi perbaikan dimasa depan.
penulis
ii 11
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perbandingan Mazhab............................................................ 2
B. Ketentuan-Ketentuan Yang Harus Dipenuhi Orang Yang
Mempelajari Perbandingan Mazhab ...................................... 3
C. Hakikat dan Munculnya Ikhtilaf dalam Fiqih ........................ 5
D. Sebab-Sebab Terjadinya Ikhtilaf Di Kalangan Sahabat ........ 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
12