kekuasaan kehakiman untuk menegakkan hukum dan keadilan bagi orang-orang yang
beragama Islam. Secara yuridis formal, yuridis peradilan agama diatur Islam. Menurut
UU No. 7 Tahun 1989, Peradilan Agama hanya berwenang menyelesaikan perkara ;
perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq dan sedekah. Akan tetapi, dengan
diberlakukannya UU No. 3 Tahun 2006, menandai lahirnya paradigma baru peradilan
agama.
1
Asasriwarmi, Peradilan Agama di Indonesia, (Padang : Hayfa Press, 2008), hlm. 88.
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infak
h. Sodaqoh
i. Ekonomi syari’ah
a. Bank syari’ah
b. Lembaga keuangan mikro syari’ah
c. Asuransi syari’ah
d. Reasuransi syari’ah
e. Reksa dana syari’ah
f. Obligasi syari’ah dan surat berharga berjangka menengah syari’ah
g. Sekuritas syari’ah
h. Pembiayaan syari’ah
i. Pegadaian syari’ah
j. Dana pensiun lembaga keuangan syari’ah dan
k. Bisnis syari’ah
Dalam perkara ekonomi syari’ah belum ada pedoman bagi hakim dalam
menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Untuk memperlancar proses
pemeriksaan dan penyelesaian sengketa ekonomi syari’ah, dikeluarkan
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 tentang Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
Syari’ah.2
2
www.advosolo.wordpress.com Hari Sabtu, 15 September 2018 pukul 15.00 WIB.