Anda di halaman 1dari 3

DOKTRIN DAN PRINSIP AHLUSSUNAH WAL JAMA’AH

DOKTRIN

 Islam, iman, ihsaan (trilogi agama)


- Trilogi saling melengkapi satu sama lain
- Q.S Al-Baqarah 208
- “hakikat islam adalah aktifitas badaniah (lahir) dalam menjalankan kewajian
agama, hakikat iman adalah aktifitas hati dalam kepasrahan dan hakikat ihsan
adalahaktifitas ruh dalam penyaksian (musyâhadah) kepada Allah”
- Doktrin keimanan teologis
- Keislaman: fiqh
- Keihsanan: tasawuf
DOKTRIN KEIMANAN (Keimanan: ilmu tauhid, aqidah, kalam)
- Pengertian iman secara bahasa dan istilah
- Doktrin keimanan termanifestasi ke dalam bidang tauhid (teologi/kalam)
- Aswaja berpedoman pada akidah islamiyah yang dirumuskan oleh abu hasan al-asyari
dan abu manshur al-maturidi
- Aswaja lahir sebagai sekte moderat diantara dua paham ekstrim antara paham
jabariyah di satu pihak dengan qadariyah dan muktazilah di pihak lain (hal 67)
 ASWAJA meyakini bahwa makhluk memiliki kebebasan kehendak (ikhtiyar)
namun tidak memiliki kuasa (qudrah) perbuatan selain sebatas kasb (upaya).
Dalam keyakinan ASWAJA, secara dhahir manusia adalah ‘kuasa’ (memiliki
qudrah), namun secara batin, manusia adalah majbûr (tidak memiliki qudrah
apapun).
 keimanan seseorang tidak dianggap hilang dan menjadi kafir, dengan
melakukan kemaksiatan. Seseorang yang melakukan maksiat ataupun bid’ah,
sementara hatinya masih teguh meyakini dua kalimat syahadat, maka
ASWAJA tidak akan menvonis sebagai kafir, melainkan sebagai orang yang
sesat (dhalâl) dan durhaka. ASWAJA sangat berhati-hati dan tidak gampang
dalam sikap takfîr (mengkafirkan). Karena memvonis kafir seseorang yang
sejatinya mukmin kan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Rasulullah saw.
bersabda: Ketika seseorang berkata kepada saudaranya: “wahai seorang yang
kafir”, maka salah satunya benar-benar telah kafir. (HR. Bukhari)
 Keimanan seseorang akan hilang dan menjadi kafir (murtad) apabila
menafikan wujud Allah, mengandung unsur syirik yang tidak dapat dita’wil,
mengingkari kenabian, mengingkari hal-hal yang lumrah diketahui dalam
agama (ma’lûm bi adldlarûri), dan mengingkari hal-hal mutawâtir atau
mujma’ ‘alaih yang telah lumrah diketahui. Tindakan yang menyebabkan
seseorang dikategorikan kafir bisa meliputi ucapan, perbuatan atau keyakinan,
yang mengandung unsur-unsur di atas ketika telah terbukti (tahaqquq) dan
tidak bisa dita’wil.

DOKTRIN KEISLAMAN
- Doktrin keislaman termanifestasi ke dalam bidang fiqh
- Berpedoman pada salah satu dari empat madzhab fiqh (maliki, hambali, hanafi,
syafii)
- Alasan berpedoman pada empat madzhab di atas
 Otentisitas madzhab
 Metodologi relatif tawazun karena mensinergikan antara dalil aqli dan naqli
 Dinilai paling moderat karena mengambil jalan tengah antara kaum rasionalis
dan tekstualis
- Aswaja memadukan dalil alquran, hadis, ijma, qiyas yang dijadikan tendensi
penggalian hukum.
- Alquran dijadikan sebagai sumber utama ini artinya bahwa apabila terdapat masalah
kehidupan yang mereka hadapi terlebih dahulu harus dikembalikan kepada alquran
sebagai pemecahannya. Apabila masalah tersebut terdapat pemecahannya dalam
alquran maka selesailah sudah permasalahan tersebut. Hal tersebut sama halnya
dengan hadits ijma qiyas.
- Aswaja melegalkan taqlid bahkan mewajibkannya bagi umat yang tidak memiliki
kapasitas dan kualifikasi keilmuan yang memungkinkan melakukan ijtihad. Taqlid
hanya haram bagi umat yang benar-benar memiliki kapasitas dan piranti ijtihad
sebagaimana yang dikaji dalam kitab Ushul Fiqh.
DOKTRIN KEIHSANAN
- Pengertian ihsan dalam hadits nabi
- Manifestasi dari ihsan adalah tasawuf / akhlak
- Aswaja berpedoman pada konsep tasawuf akhlaqi atau amali, yang dirumuskan oleh
Imam Aljunaid Albaghdadi dan Alghazali.
- Pembatasan hanya kepada kedua tokoh ini tidak berarti menafikan tokoh-tokoh
tasawuf falsafi dari kelompokk aswaja
- Dari uraian di atas, dapat di mengerti bahwa kelompok yang masuk kategori
ASWAJA meliputi ahli tauhid (kalam), ahli fiqh (syariat), ahli tasawuf (akhlak) dan
bahkan ahli hadits (muhadditsîn).
- Doktrin-doktrin aswaja bisa didapati sebuah metodologi pemikiran (4T)
- Manhajul fikr aswaja senantiasa menghindari sikap-sikap tatharruf (ekstrim).

Anda mungkin juga menyukai