Anda di halaman 1dari 14

“MAKALAH AGAMA"

“integrasi ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum


(Islamisasi ilmu)”

Disusun oleh:

ELISABET ( 194110251)

Kelas : Agroteknologi 3D

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

TA 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul
" integrasi ilmu agama dengan ilmu tahuan umum ( islamisasi ilmu) sehingga bisa menyesuaikan
dengan tepat pada waktunya

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pekanbaru, Desember 2020


 DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ........................................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan .....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3

1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................................................ 3

Bab II Pembahasan .....................................................................................................................

2.1 Pengertian integrasi ilmu.........................................................................................4

2.2Model-model integrasi ilmu.....................................................................................4

2.3 Islamisasi ilmu (Ismail faruqi dan Muhammad naquib al-attas..............................4

2.4 pohon ilmu (Imam Suprayogo)...............................................................................4

2.5 iman memandu ilmu...............................................................................................4

2.6 Ilmu memandu amal/roda ilmu( Nanat Fatah Nasir)..............................................4

Bab III Penutup ..........................................................................................................................

3.1 Kesimpulan………………………………………………….………..….…....................

3.2 Daftar pustaka....................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan oleh
kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah
ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
sebuah konsep bahwa ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-orang barat
apabila mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan
dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.[1]
Disamping itu terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari negara-negara barat
dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler oleh karenanya ilmu tersebut harus ditolak, atau
minimal ilmu pengetahuan tersebut harus dimaknai dan diterjemahkan dengan pemahaman
secara islami. Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil dari pembacaan manusia
terhadap ayat-ayat Allah swt, kehilangan dimensi spiritualitasnya, maka berkembangkanlah ilmu
atau sains yang tidak punya kaitan sama sekali dengan agama. Tidaklah mengherankan jika
kemudian ilmu dan teknologi yang seharusnya memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi
kehidupan manusia ternyata berubah menjadi alat yang digunakan untuk kepentingan sesaat yang
justru menjadi “penyebab” terjadinya malapetaka yang merugikan manusia.[2]
Dipandang dari sisi aksiologis ilmu dan teknologi harus memberi manfaat sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia. Artinya ilmu dan teknologi menjadi instrumen penting dalam setiap proses
pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia seluruhnya.
Dengan demikian, ilmu dan teknologi haruslah memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
kehidupan manusia dan bukan sebaliknya.[3]
Untuk mencapai sasaran tersebut maka perlu dilakukan suatu upaya mengintegrasikan ilmu-ilmu
umum dengan ilmu-ilmu keislaman, sehingga ilmu-ilmu umum tersebut tidak bebas nilai atau
sekuler. Pendekatan interdisciplinary dan inter koneksitas antara disiplin ilmu agama dan umum
perlu dibangun dan dikembangkan terus-menerus tanpa kenal henti.
Buka masanya sekarang disiplin ilmu –ilmu agama (Islam) menyendiri dan steril dari kontak dan
intervensi ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu kealaman dan begitu pula sebaliknya
1.2 Rumusan masalah

Permasalahan yang penting diajukan adalah bagaimana mengintegrasikan atau menyatukan ilmu-
ilmu keislaman dengan ilmu-ilmu umum.
1.3 Tujuan Penulis

Mahasiswa dapat memahami ilmu agama dan ilmu umum dan mahasiswa diharapkan mampu
untuk dapat menyatukan ilmu umum dengan ilmu agama sehingga dalam kehidupan sehari-hari
kita mampu mengaplikasikan ilmu ilmu yang kita pelajari dari ilmu agama dengan ilmu hukum
sehingga kita dapat menyelaraskan atau menyimbangkan ilmu-ilmu yang tidak pelajari
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian integrasi ilmu

Di dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta mengartikan kata integrasi
dengan penyatuan supaya menjadi suatu kebulatan atau menjadi utuh. Integrasi merupakan usaha
untuk menjadikan dua atau lebih hal menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Ilmu dalam bahasa indonesia merupakan terjemahan dari bahasa Inggris science yang berarti
mengetahui dan belajar, maka ilmu dapat berarti usaha untuk mengetahui atau mempelajari
sesuatu yang bersifat empiris dan melalui suatu cara tertentu. Menurut James Conant (Fatah
Santoso, 2004: 24) ilmu adalah suatu deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan
satu sama lain, yang tumbuh sebagai hasil eksperimen serta observasi, dan berguna untuk
diamati serta dieksperimentasikan lebih lanjut.
Lebih lanjut, terminologi (istilah) ilmu merupakan sesuatu yang memiliki beragam makna.
Menurut The Liang Gie ilmu dapat dibedakan menurut cakupannya. Pertama, ilmu merupakan
sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu
kebulatan. Dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumum-umumnya. Adapun
dalam arti yang kedua ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari satu pokok soal tertentu misalnya antropologi, geografi, sosiologi. Tulisan ini
menempatkan pemahaman ilmu pada arti yang pertama.
Ilmu dapat pula dibedakan berdasarkan maknanya, yaitu pengetahuan, aktivitas dan metode.
Dalam arti pengetahuan, dikatakan bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari
pengetahuan. John G. Kemeny menggunakan istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang
dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah.
Ilmu dalam bahasa Arab berasal dari kata ‘alima yang berarti ‘tahu’. Dalam bahasa Inggris di
sebut science berasal dari perkataan Latin scientia yang diturunkan dari kata scire yang berarti
mengetahui (to know) atau belajar (to learn). Dalam arti yang kedua ini ilmu dipahami sebagai
aktifitas, sebagaimana dikatakan Charles Singer bahwa ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan. Sebagai aktifitas, ilmu melangkah lebih lanjut pada metode.
Titus mengatakan bahwa banyak orang mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu
metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat membuktikan kebenarannya.
Ilmu tasawuf merupakan salah satu daripada cabang ilmu agama Islam yang utama yakni ilmu
Tauhid (Ushuluddin) dan ilmu Fiqih. Jika dalam ilmu Tauhid mempelajari mengenail I’tiqad
(kepercayaan) seperti I’tiqad (kepercayaan) mengenai hal Ketuhanan, kerasulan, hari akhir,
ketentuan qadla’ dan qadar Allah dan sebagainya, dan ilmu Fiqih tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ibadah yang bersifat lahir, maka ilmu Tasawuf ini membahas mengenai hal yang
berkaitan dengan akhlak, amalan ibadah, budi pekerti, taubat, sabar, dan lain-lainnyaIlmu
tasawuf dikenal juga dengan sebutan ilmu sufisme. Singkatnya, ilmu tasawuf atau sufisme ini
ialah ilmu yang mempelajari atau mengetahu bagaimana cara untuk mensucikan jiwa,
membangun akhlaq yang baik dan benar secara lahir dan bathin, serta demi memperoleh
kebahagian yang kekal.
Sesuai kesepakatan para alim ulama dan para pengkaji ilmu tasawuf, menyatakan bahwa dasar
daripada ilmu tasawuf ialah zuhud; yakni merupakan implimentasi atau penerapan daripada
nash-nash Al-Qur’an dan hadist, yang berlandaskan kepada akhirat dan usaha untuk
menjauhkan diripada kesenangan dunia yang berlebihan agar terbentuk diri yang suci dan
bertawakkal kepada Allah SWT, mengharap ridha serta takut kepada ancaman dan larangan
Allah.

2.2 Model-model integrasi ilmu

Tulisan ini membahas tentang integrasi keilmuan Islam, hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu-ilmu umum di satu sisi dengan ilmu-ilmu agama di
sisi lain. Yang kemudian berimplikasi luas terhadap aspek-aspek kependidikan di lingkungan
umat Islam, baik yang menyangkut cara pandang umat terhadap ilmu dan pendidikan,
kelembagaan pendidikan, kurikulum pendidikan, maupun psikologi umat pada umumnya. Mode-
model integrasi keilmuan dapat berupa model IFIAS, ASASI, Islamic Worldview, Struktur
Pengetahuan Islam, Model Bucaillisme, Integrasi Keilmuan Berbasis Filsafat Klasik, Integrasi
Keilmuwan Berbasis Tasawuf, Integrasi Keilmuwan Berbasis Fiqh, Model Kelompok Ijmali,
Model Kelompok Aligarh. Kata Kunci : Model, integrasi, ilmu Abstract: This paper discusses the
integration of Islamic scholarship, it is motivated by scientific dualism or dichotomy between
general sciences on the one hand with the religious sciences on the other. Which then broad
implications for aspects of education in the Muslim community, both involving the community
perspective on science and education, educational institutions, educational curricula, as well as
people in general psychology. Fashion-model of integration of science can be IFIAS models,
RIGHTS, Islamic Worldview, Islamic Knowledge Structure, Model Bucaillisme, Scientific-
Based Integration Classical Philosophy, Integration-Based Science of Sufism, Integration-Based
Science of Fiqh, Ijmali Group Model, Model Group Aligarh. Keywords: Model, integration,
science
2.3 islamisasi ilmu ( Ismail faruqi dan Muhammad naquibAl-attas

Menurut Al-Faruqi, Islamisasi ini dicanangkan sebagaibentuk respon adanya problem pada ilmu
pengetahuan. Persinggungan yang terjadiantara Islam dan Barat menyebabkan sebagian kaum
muslimin silau oleh kemajuanbarat. umat islam disini seakan mencoba menirukan gaya hidup
dan cara berfikirbarat. Dari perilaku ini mencerminkan umat Islam menerima westernisasi
dengan sukarela.

Selain itu, umat islam nampak kesulitan untuk meresponpergerakan westernisasi yang massif,
sehingga umat islam mengalami malaisme. Malaismesendiri merupakan kondisi dimana umat
Islam dalam keadaan lemah, lesu, dantidak dapat bangkit. Dengan latar belakang tersebut, Al-
Faruqi menawarkanislamisasi yang mampu menyentuh ranah sosial guna menyelesaikan krisis
yangdialami umat Islam.

Menurut Al-Faruqi, islamisasi merupakan upaya untukmemahami dan membangun kembali ilmu
pengetahuan sosial dan alam.yang didalamnyaterdapat unsur keislaman, sehingga mengubah
orientasi menjadi sejalan denganorientasi Islam. Dan setiap disiplin ilmu haruslah ditumbuhkan
prinsip-prinsipislam yang metodologinya dijiwai oleh worldview tauhidi.

Dari definisi tersebut, Al-Faruqi memberi penekananterhadap tauhid sebagai titik pusat yang
menjadi poros perputaran kehidupan.Namun, di definisi tersebut terdapat missing link, yaitu
hilangnya bagian manayang perlu di islamisasikan. Missing link tersebut terletak pada disiplin
ilmu,sedangkan objek islamisasi tidak terbatas pada ilmu pengetahuan semata. Missinglink ini
juga terletak pada proses islamisasi tersebut, yang mana prosesmembangun kembali bangunan
keilmuwan tanpa mengeluarkan unsur non-islami akanmenjadikan bangunan keilmuwan tidak
kokoh.

Langkah dalam metode islamisasi Al-Faruqi ialahmenuang kembali seluruh khazanah sains barat
dalam kerangka Islam, yaitupenulisan kembal buku-buku teks dan berbagai disiplin ilmu dengan
wawasanajaran Islam. Dalam metode tersebut, Al-Faruqi tidak memilah-milah ataumemfilter
ilmu yang akan di islamkan terlebih dahulu seperti yang dilakukanoleh Al-Attas, sehingga hal
tersebut menyebabkan ilmu yang dihasilkan tidakkokoh.

Proses islamisasi yang dibawa oleh Al-Faruqi inimenggunakan pendekatan tauhidi. Hal tersebut
diperlukan untuk menjadi pembatasdan asas, sehingga proses islamisasi tetap berjalan sesuai
dengan worldview Islamdan bermuara pada Allah. Konsep tauhid ini terdiri dari Lima kesatuan.
Pertama,keesaan tuhan. Yang mana proses islamisasi ilmu mengerahkan tentang
hubunganrealitas yang dikaji dengan hukum tuhan.

Kedua, keesaan ciptaan. Keesaan ciptaan ini berdasarkanpada adanya keterikatan dan kesatuan
yang integral. Ketiga, kesatuan kebenarandan pengetahuan, yang mana kebenaran ini bersumber
dari realitas yang bersumberdari tuhan yang melewati wahyu. Keempat, kesatuan hidup, yaitu
hukum alam danhukum moral yang berjalan harmonis. Kelima, kesatuan manusia, karena subjek
dantarget islamisasi adalah manusias
Islamisasi muncul karena kekhawatiran intelektual Muslim yang melihat umat Islam berada
dalam krisis akibat penerapan ilmu pengetahuan Barat yang berbass sekuler. Konsep sekuler
dalam ilmu pengetahuan tidak sesuai dengan umat Islam karena memisahkan agama dari ilmu.
Intelektual Muslim yang gencar mengagas Islamisasi adalah syed Muhammad Naquib Al-Attas
dan Isma’il Raji Al-Faruqi. Keduanya sama-sama beranggapan bahwa ilmu pengetahuan Barat
tidak bebas nilai karena berisi ide-ide, nilai-nilai dan doktrin dari kebudayaan dan peradaban
Barat. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang, konsep, dan langka-langkah
dalam proses Islamisasi ilmu menurut pandangan Syed Muhammad Naquib Al-Attas dan Isma’il
Raji Al-Faruqi. Makalah ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode
kualitatif.
Kata kunci: Islamisasi, Al-Attas, Al-Faruqi.ang.4 Pohon ilmu ( Imam suprayogo)

2.4 Pohon ilmu (Imam suprayogo)


Pada pohon ilmu tersebut, ilmu-ilmu yang terdapat di dalamnya ada yang bersifat fardh ‘ain dan
ada yang bersifat fardh kifayah. Mulai dari akar, batang, dahan, ranting dan daun-daunnya.
B. Sekilas Mengenal Prof. DR. H. Imam Suprayogo
Prof. DR. H. Imam Suprayogo Lahir di Trenggalek 2 Januari 1951. Beliau adalah Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang sekaligus Guru Besar Fakultas Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Malang.Lulusan SDN Trenggalek (1964), SMPN Trenggalek (1967) dan SMAN
Trenggalek (1970) di kota kelahirannya ini adalah alumni Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Malang yang berhasil meraih gelar doktornya dari Universitas Airlangga Surabaya (1998) dalam
bidang sosiologi.Sebelum menjabat di almamaternya, pernah menjadi Pembantu Rektor I
Universitas Muhammadiyah Malang (1983 - 1996) dan Wakil Direktur Pascasarjana
UMM (1996).

Pendekatan ini diperkenalkan oleh salah satu perguruan tinggi negeri yakni UIN Maliki Malang.
Prof. Dr. H. Imam Suparyogo, ialah pencetus dari pendekatan pohon ilmu ini. Beliau adalah
rektor UIN Malik Malang, pendekatan ini dibuat seiring perubahan dari ilmu pengetahuan
digambarkan seperti pohon. Ia terdiri dari akar (yang tidak terlihat oleh mata secara langsung,
terutama akar tunjang dalam suatu pohon), batang, cabang, ranting, daun, bunga, kulit batang,
dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti bangunan suatu gedung yang di
dalam bangunan itu terdiri dari fondasi (yang tidak terlihat oleh mata secara langsung), pilar,
atap, dan sebagainya. Ilmu pengetahuan juga digambarkan seperti struktur yang di dalam struktur
itu terdapat unsur-unsur atau elemen-elemen yang
masing-masing elemennya merupakan bagian terkait yang tidak dapat dipisahkan antara
elemennya dan berfungsi saling menguatkan dalam suatu sistem ilmu pengetahuan.
Pohon, bangunan, atau struktur ilmu pengetahuan itu menurut Naya Sujana (dalam Suyanto (ed .)
, 2005: terdiri atas unsur atau elemen: (i) realitas; (ii) gejala; (iii) tanda; (iv) symbol; (v) istilah;
(vi) pengertian; (vii) nilai dan norma; (viii) konstruk; (ix) konsep; (x) preposisi; (xi) argumentasi;
(xii) hipotesis; (xiii) teori; (xiv) dalil; (xv) aksioma; dan (xvi) paradigma.
Konsep Pohon Ilmu UIN Maliki Malang
Ilmu yang dikembangkan di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang bersumber dari al-Qur’an dan
hadis nabi. Petunjuk al-Qur’an dan hadis yang masih bersifat konseptual selanjutnya
dikembangkan lewat kegiatan eksperimen, observasi dan pendekatan ilmiah lainnya. Ilmu
pengetahuan yang berbasis pada al-Qur’an dan al-Sunnah itulah yang dikembangkan oleh UIN
Maliki Malang. Jika menggunakan bahasa kontemporer UIN Maliki Malang berusaha
menggabungkan ilmu agama dan ilmu umum dalam satu kesatuan. Sesungguhnya UIN Malang
tidak sepaham dengan dengan siapa saja yang mengkategorikan ilmu agama dan ilmu umum.
Sebab kategorisasi itu terasa janggal atau rancu. Istilah umum adalah lawan kata dari khusus.
Sedangkan agama, khusnya islam tidak tepat dikategorikan sebagai ajaran yang bersifat khusu.
Sebab, lingkup ajarannya begitu luas dan bersifat universal, menyangkut berbagai aspek
kehidupan. Jika keduanya dipandang sebagain ilmu yang bersumber dari wahyu, sedang ilmu
umum berasal dari manusia.

Dalam perspektif bangunan kurikulum, struktur keilmuan yang dikembangkan di UIN Maliki
Malang menggunakan metafora sebuah pohon yang kokoh dan rindang. Sebagaimana layaknya
sebuag pohon menjadi kukuh, berdiri tegak dan tidak mudah roboh dihempas angis jika memiliki
akar yang kukuh dan menghunjam ke bumi. Pohon yang berakar kuat itu akan melahirkan batang
yang kukuh pula. Batang yang kukuh akan melahirkan cabang dan ranting yang kuat serta dan
dan buah yang sehat dan segar.
Pohon dengan ciri-ciri itulah yang dijadikan perumpamaan ilmu yang dikembangkan di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
2.5 iman memandu ilmu
Di lingkungan civitas akademika UIN Bandung, membicarakan “Paradigma wahyu memandu
ilmu” sontak mengingatkan kepada sosok Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir,MS, mantan Rektor
UIN Sunan Gunung Djati Bandung selama dua periode ini (2003-2007 dan 2007-20011). Dia
berusaha memadukan ilmu agama dan ilmu umum yang selama ini dikotomis. Dalam Al-Qur’an
: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS. Ali Imran :
190-19 1). “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya menyembah-Ku”
(QS. Adz Zariyat : 56), harus menjadi pedoman bagi orang-orang yang berakal dalam mengamati
dan menganalisis fenomena alam beserta isinya sebagai ciptaan Allah untuk dimanfaatkan oleh
manusia sekaligus dijadikan sebagai media untuk mengabdi kepada-Nya.
Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof
Nanat mengilustrasikannya dalam “filosofi atau metafora RODA” berikut ini:

Ilustrasi filosofi RODA ini menandakan adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama.
Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan
integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Dalam teori ilmu (theory
of knowledge), suatu pembagian yang amat populer untuk memahami ilmu adalah pembagian
bahasan secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka lokus pandangan keilmuan UIN
Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora sebuah roda. Roda adalah
simbol dinamika dunia ilmu yang memiliki daya berputar pada porosnya dan berjalan melewati
relung permukaan bumi. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang
berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis.
Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang
yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi
perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggungjawab yang
diembannya. Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat
kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara
dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu selalu mentransendesi dirinya dalam upaya
memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan
bangsa seiring dengan perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan
praktis dari keduanya.
Metafora roda sebagai komponen vital sebuah kendaraan melambangkan kesatuan utuh dan
unsur-unsur yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Secara fisik sebuah roda adalah
bagian as (poros), velg (dengan jari-jannya) dan ban luar (ban karet). Tiga bagian ini bekerja
simultan dalam kesatuan yang harmonis, yakni tata kerja roda. Fungsi roda sebagai penopang
beban memiliki cara kerja yang unik yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Ketika
roda itu berputar, maka komponen-komponen yang melekat padanya ikut bekerja sesuai dengan
fungsinya. Jika dihampiri ilustrasi itu antara ilmu dan agama dengan berbagai cara pendekatan
dan pandangan, tampak tidak saling menafikan, melainkan bisa saling mengoreksi dan
memperkaya. Metafora filosofi pengembangan sistem kerja dan semangat akademik UIN Sunan
Gunung Djati Bandung di masa depan mengacu pada rincian “Filosofi Roda” ini sebagai
berikut :
Pertama, as atau poros roda melambangkan titik sentral kekuatan akal budi manusia yang
bersumber dan nilai-nilai ilahiyah, yaitu Allah sebagai sumber dari segala sumber. Titik sentral
ini mencerminkan pusat pancaran nilai-nilai keutamaan yang berasal dari pemilik-Nya (Allah
Swt), sekaligus titik tujuan seluruh ikhtiar manusia. Dengan kata lain tauhidullah sebagai pondasi
pengembangan seluruh ilmu. Sebab itu, ibarat gaya sentrifugal (gaya dari dalam menuju luar)
yang terdapat dalam putaran roda, pancaran semangat inilah yang di isi nilai-nilai ilahiyah
menjadi sumbu kekuatan utama dalam proses integrasi keilmuan UIN. Dari titik inilah
paradigma keilmuan UIN berasal, meskipun dalam perkembangannya dalam dunia ilmu ternyata
tak sepenuhnya ditentukan oleh argumentasi-argumentasi logis, tetapi banyak pula dipengaruhi
unsur sosiologis dan psikologis dengan menampakkan keragaman bentuk yang berbeda dan
problematik.

2.6 ilmu memandu amal/imanroda ilmu (nanat Fatah Natsir)


Peradaban Islam sudah ada sejak abad ke-7 di mana pada abad tersebut, Islam memimpin dunia
ini selama 6 abad. Namun, tiba abad ke 14 Islam mengalami kemunduran hingga abad ke 20.
Kemudian pada abad ke 20 Islam kembali berhasil memimpin peradaban dunia, yaitu sistem
pendidikan wahyu memandu ilmu dan tidak ada pembagian antara ilmu dan agama.

Paradigma Wahyu memandu ilmu sendiri berarti pemanduan, pembimbingan atau pengujian
ilmu oleh Al-Quran dan Al-Hadits. Hal tersebut dipaparkan dalam ontologi, epistemologi, dan
aksiologinya. Ilmu merupakan sumber kewahyuan, hal ini terdapat dalam beberapa ayat Al-
Quran.

Seperti yang disampaikan oleh pemateri, Nanat Fathah Natsir dalam Seminar Nasional Kimia di
Aula Anwar Musaddad, Sabtu (13/05/2017). Bahwasannya Al-Quran menjadi sumber utama
ilmu, di mana ada sekitar 800 ayat berkaitan dengan Sains.

Paradigma epistimologi keilmuan setiap universitas berbeda-beda. UIN Sunan Kalijaga misalnya
menggunakan metafora laba-laba, UIN Maulana Malik Ibrahim menggunakan metafora pohon
ilmu. Sedangkan di UIN Bandung sendiri menggunakan metafora roda.

Metafora roda yang di terapkan di UIN Bandung memiliki makna dimana roda merupakan
komponen vital sebuah kendaraan, melambangkan kesatuan utuh dari unsur-unsur yang saling
menguatkan dan menyerasikan.

Di penghujung seminar, Nanat selaku pemateri menyampaikan bahwa belajar tidak hanya
semata-mata untuk mendapatkan gelar di dunia, namun dijadikan sebagai ibadah sehingga
ketauhidan kita bertambah.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:


1. Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
2. Islamisasi adalah menunjuk pada proses pengislaman, dimana objeknya adalah orang atau
manusia, bukan ilmu pengetahuan maupun objek lainnya.
3. Paradigma integrasi ilmu berarti cara pandang tertentu atau model pendekatan tertentu
terhadap ilmu pengetahuan yang bersifat menyatukan, disebut paradigma integrasi ilmu integratif
atau singkatnya paradigma integrasi ilmu integralistik yaitu pandangan yang melihat sesuatu
ilmu sebagai bagian dari keseluruhan.
4. Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun dalam pada sisi tertentu memiliki
kesamaan. Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan
(ritual), cenderung eksklusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak
terlalu terkait dengan etika, progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan ilmu
berbeda, keduanya memiliki kesamaan, yakni bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan
bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/jaringskripsi.wordpress.com/2009/09/22/menuju-integrasi-ilmu-
ilmu-keislaman-dengan-ilmu-ilmu-umum/amp/
http://abdulmudjib.blogspot.com/2015/10/pengertian-integrasi-ilmu-
aghttps://www.researchgate.net/publication/332854630_Model-
Model_Integrasi_Keilmuan_Perguruan_Tinggi_Keagamaan_Islamripsi.wordpress.com
https://www.kompasiana.com/lulakhizanatulamalia/5e6b01e2d541df63c34fe3f5/islamisasi-ilmu-
pengetahuan-menurut-ismail-raji-al-faruqi
https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/islamika/article/view/366
http://jelapattamban.blogspot.com/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1
https://www.google.com/amp/jurnalposmedia.com/amp/nanat-fathah-natsir-paradigma-wahyu-
memandu-ilmu/
https://uinsgd.ac.id/nanat-fatah-natsir-paradigma-wahyu-memandu-ilmu-dalam-pembidangan-
ilmu-ilmu-keislaman/

Anda mungkin juga menyukai