Perlindungan Tanaman
Dosen Pengasuh: : Ir.Sulhaswardi,MP
Jamur ini merupakan patogen utama yang sering ditemukan pada tanaman padi serta menginfeksi
bagian akar, batang, pelepah, daun, dan buah (Semangun, 1996).Berdasarkan hasil pengamatan
secara mikroskopis dapat dilihat bahwa makrokonidia memiliki sekat mulai dari satu sekat hingga
lima sekat, berbentuk seperti bulan sabit dantidak berwarna (Gambar 1). Menurut Juanda (2007),
jamur anggota spesies Fusariumsp. memiliki konidia yang tidak berwarna, dengan dinding yang
tebal, dan letaknya pada ujung atau di tengah hifa. Makrokonidia melengkung panjang dengan
ujung mengecil dan mempunyai sekat antara 1-10 atau lebih, sedangkan mikrokonidia berbentuk
pendek dan tidak bersekat atau bersekat satu.Gambar 1. Makrokonidia Fusariumsp.Vauzia dkk. (2011)
menyatakan bahwa jamur anggota spesies Fusariumsp. yang terdapat di dalam tanah akan meyerang
bagian akar tanaman (rizosfer),selanjutnya akan merambat ke bagian atas seperti batang, daun, bunga, dan
buah. Jamur inidapat bertahan secara alami di dalam tanah dan akar-akar tanaman. Jamur ini juga
dapat menginfeksi akar yang luka. Perkembangan klamidospora dirangsang oleh keadaan akar yang
lemah, serta akar yang luka akan menghasilkan asam amino dan glutamin yang dapat mendorong
pertumbuhan spora. Daun tanaman akan menjadi layu setelah terinfeksi antara 2-3 minggu
setelah.2.Helminthosporiumsp. Vauzia dkk. (2011) menyatakan bahwa jamur anggota spesies
Fusariumsp. yang terdapat di dalam tanah akan meyerang bagian akar tanaman (rizosfer),selanjutnya
akan merambat ke bagian atas seperti batang, daun, bunga, dan bua
2. Helminthosporium sp.
spora anggota spesies Helminthosporium sp. Mudah menyebar melalui udara. Sporulasi jamur ini terjadi
dipermukaan tanaman yang terinfeksi kemudian spora lepas terbawa angin sampai ke permukaan tanaman
yang lain, spora akan melakukan penetrasi awal, kemudian membentuk bercak dan berkembang. Satu
bercak dapat menghasilkan 100-300 spora, sehingga menyebabkan penyakit hawar dan ini sangat
berpotensi berkembang dengan cepat pada area sawah. Jamur ini dalam bentuk miselum dorman mampu
bertahan selama satu tahun pada sisa tanaman yang telah mati, sehingga dapat menyerang secara sporadik
yang serius terutama pada tanaman yang bervarietas rentan.
3. Rhizoctonia sp., Berdasarkan hasil pengamatan di bawah mikroskop terlihat jamur anggota spesies
Rhizoctonia sp. memiliki lebih dari satu konidia dengan bentuk yang tidak teratur tanpa sekat.
4. Cercospora oryzae
Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis terlihat bahwa hifa dari jamur Cercospora oryzae
bercabang dan tidak lurus, bersekat, berwarna agak gelap dan konidi bentuknya panjang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Streets (1972) bahwa jamur Cercospora oryzae mempunyai konidiofor berwarna lebih
gelap dan konidia dihasilkan berurutan pada sel ujung yang mengalami pertumbuhan baru.
Berdasarkan diagnosa awal yang telah dilakukan, penyakit yang menyerang tanaman padi di sawah
penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat
diduga merupakan penyakit layu daun yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp., penyakit
hawar daun yang disebabkan oleh jamur Helminthosporium sp., penyakit hawar pelepah
daun yang disebabkan oleh jamur Rizochtonia sp., dan penyakit bercak daun coklat sempit
yang disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae.
3. “IDENTIFIKASI GULMA TANAMAN PADI (Oryza sativa L. var. Ciherang)
SUMATARA SELATAN”.
Gulma merupakan tumbuhan yang kehadirannya tidak dikehendaki oleh manusia. Keberadaan
gulma menyebabkan terjadinya persaingan antara tanaman utama dengan gulma. Gulma yang
tumbuh menyertai tanaman budidaya dapat menurunkan hasil baik kualitas maupun kuantitasnya
(Widaryanto, 2010). Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang kuat dalam memperebutkan
CO2, air, cahaya matahari dan nutrisi. Pertumbuhan gulma dapat memperlambat pertumbuhan
tanaman (Singh, 2005). Beberapa penelitian terkait gulma adalah Brown dan Brooks (2002) yang
menyatakan bahwa gulma menyerap hara dan air lebih cepat dibanding tanaman pokok. Gulma
berpengaruh langsung pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Persaingan antara gulma dan
tanaman dalam mengambil unsur hara dan air dalam tanah dan penerimaan cahaya matahari untuk
proses fotosintesis, menimbulkan kerugian dalam produksi baik kualitas maupun kuantitas.
Hasil penelitian ditemukan gulma sebnyak 6 famili yang terdiri dari 15 spesies. Gulma dapat
digolongkan berdasarkan sifat morfolonginya, yaitu gulmaberdaun sempit (grasses), gulma
teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves) dan gulma pakis-pakisan (ferns)
(Barus, 2003). Jumlah ini tergolong banyak jika dibandingkan dengan beberapa penelitian
lainnya seperti 13 spesies gulma pada tanaman padi di Kecamatan Pauh, Kota Padang
(Miranda, 2011), spesies gulma ditemukan di lahan sawah padi di Kecamatan Baleendah,
Bandung (Antalina, 2012). Perbedaan ini dikarenakan teknik pemeliharan dan varietas padi
yang berbeda. Pada penelitian ini diketahui bahwa gulma yang paling banyak ditemukan pada
lahan persawahan Kecamatan Rimau Kabupaten Banyuasin adalah famili Poaceae yang
terdiri dari 5 spesies. Sedangkan golongan gulma yang paling sedikit ditemukan adalah famili
Onagraceae hanya satu jenis.
Golongan gulma teki (sedges) terdapat pada famili Cyperaceae yang terdiridari
Cyperus roduntus L., Cyperus compressus, Eleocharis palustris L., Frimbristylis miliacea
L. Vahl. (Caton, 2011). Ciri morfologi daun pada gulma golongan tekimenyerupai
golongan gulma berdaun sempit, namun memiliki ciri batang yang khas yaitu mendong
(hanya terdiri dari satu ruas yang panjang) dan juga berbentuksegitiga (Barus, 2003).
Gulma teki mempunyai senyawa allelopati menyebabkan tanaman budidaya sulit
tumbuh (Siregar, dkk., 2017). Golongan gulma berdaun lebar, terdapat pada famili
Asteraceae, Capparideceae, Euphorbiaceae, Onagraceae yang terdiri dari beberapa
spesies, yaituAgeratum conyzoides L., Crassocephalum crepidioides, Cleome
rutidisprema DC., Phylanthus naruri L., Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven. (Caton,
2011). Ciri khas padagolongan ini terletak pada ukuran daun yang melebar dan tanaman
tumbuh tegakatau menjalar (Barus, 2003).Berdasarkan hasil identifikasi gulma,
didapatkan 15 spesies yang tergolong kedalam 6 famili. Famili Poaceae paling banyak
ditemukan sebagai gulma tanaman padi di Kecamatan Rimau, Sumatera Selatan.
Untuk menagani hama penyakit dan gulma pada tanaman padi, maka perlu
dilakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir
mengenai pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan
ekologi yang bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan
memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan
koordinasi pengelolaan. Karena PHT merupakan suatu sistem pengendalian yang
menggunakan pendekatan ekologi, maka pemahaman tentang biologi dan ekologi hama
dan penyakit menjadi sangat penting
Demikianlah Pemaparan atau kesimpulan yang dapat saya berikan terkait
jurnal Hama, Penyakit dan Gulma Pada tanaman Padi, semoga berkenan Atas
Perhatiannya saya ucapkan terima Kasih Banyak…