Anda di halaman 1dari 30

NAMAA: SYAH REJEKI SARAGIH

215310029

AGT C

TUGAS PRATIKUM METOLOGI PENELITIAN

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN TOMAT DI DATARAN TINGGI DAN RENDAH

Pengertian

Hama
Hama adalah orgamisme yang menggangu dan menyerang apapun dari
sesuatu yang dibudidayakan sehingga  dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan yang menimbulkan kerugian secara nilai ekonomis, hama dapat
menyerang apapun pada budidaya pertanian, peternakan dan perikanan. 

Umumnya hama bisa dilihat secara kasat mata baik itu berupa mamalia (kera, tikus,
kelinci, dll), serangga (ulat, wereng, belalang, dll), ikan (ikan predator) burung (pipit,
bangau dll) dan molusca (keong mas).

Hewan yang dikategorikan hama ditempat satu, belum tentu menjadi hama ditempat
yang lain, contohnya "banyaknya populasi kelinci di benua Australia akibatnya kelinci
menjadi hama", beda hal nya ketika kita jalan-jalan ke Lembang Bandung
Jawabarat, "kelinci dibudidayakan sebagai mata pencarian penduduk disana". dalam
hal ini tidak semua hama menjadi hama, jika ada langkah untuk
membudidayakannya.

Penyakit

Penyakit tanaman dapat diartikan ganguan terhadap tanaman yang disebabkan oleh
pathogen dan non pathogen yang menyebabkan terganggunya proses pertumbuhan pada
bagian-bagian tertentu dari tanaman yang tidak dapat berjalan sesuai fungsinya dengan
normal dan dengan baik sehingga menghambat pertumbuhan pada tanaman.

Penyebaran penyakit phatogen dapat melalui jamur, bakteri, riketsia. Miklopasma,


spiroplasma dan hama yang membawa virus.
Hama tanaman tomat dataran tinggi

a. Ulat buah

Ulat buah (Helicoverpa armigera atau Heliothis armigera) menyerang daun, bunga dan buah
tomat. Ulat ini membuat lubang pada buah tomat secara berpindah-pindah. Buah yang
dilubangi akanmengalami infeksi dan membusuk.

Panjang tubuh ulat buah sekitar 4-5 cm dengan permukaannya berkutil dan dtumbuhi bulu.
Warna ulat ini bervariasi dari mulai hijau, hijau kekuningan, kecoklatan hingga hitam. Pada
bagian samping tubuh terdapat garis bergemlombang dengan warna yang lebih terang.
Bentuk ngengatnya memiliki panjang 2 cm, dengan warna sayap bagian luar coklat dan
bagian dalamnya putih.

Gejala serangan

 Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang sudah tua.
Buah tomat yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga
menyerang pucuk tanaman dan melubangi cabang-cabang tomat.

Tanaman inang lain

 Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas.
Tanaman inang lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.

Pengendalian

a).   Kultur teknis

 Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan September terserang ringan
oleh larva H. armigera.
 Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099.
 Penanaman tanaman perangkap tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat.
 Sistem tumpangsari tomat dengan jagung dapat mengurangi serangan H. armigera.

b).   Pengendalian fisik / mekanis

 Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang terserang H. armigera.


 Pemasangan perangkap feromonoid seks  untuk ngengat H. armigera sebanyak 40
buah / ha.

c).    Pengendalian hayati

 Pemanfaatan musuh alami seperti : parasitoid telur H. armigera yaitu Trichogramma


sp., parasitoid larva  yaitu Eriborus argenteopilosus, dan virus HaNPV sebagai
patogen penyakit larva H. armigera.
d).   Pengendalian kimiawi

 Bila ditemukan ulat buah ≥ 1 larva / 10 tanaman contoh, dapat diaplikasikan


insektisida yang efektif dan diizinkan, antara lain piretroid sintetik (sipermetrin,
deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida mikroba (spinosad), dan patogen
penyakit serangga H. armigera HaNPV 25 LE.

Ulat buah dikendalikan dengan memungut manual ulat dan telurnya kemudian dibakar. Jaga
kebersihan kebun dari gulma dan semak belukar. Dalam bentuk ngegat bisa dikendalikan
dengan perangkap ultraviolet. Untuk penyemprotan gunakan jenis insektisida.

b. Ulat tanah

Ulat tanah menyerang pangkal batang dan tangkai daun. Batang yang terkena gigitan ulat
tanah akan mudah patah dan mati. Selain itu, larva ulat buah menyerang permukaan daun
pada tanaman tomat yang masih muda. Serangan ulat tanah biasanya menghebat di awal
musim kemarau.

Bentuk tubuh ulat tanah lebih pendek dari ulat buah, panjangnya sekitar 2 cm. Warna ulkat
tanah coklat tua dengan garis-garis dibagian sampingnya. Larva ulat buah berkembang dan
bersembunyi di bawah permukaan tanah hingga kedalaman 10 cm. Larva akan keluar pada
malam hari dan mulai menggiti tanaman tomat.

Morfologi/Bioekologi

 Umumnya ngengat Famili Noctuidae menghindari cahaya matahari dan bersembunyi


pada permukaan bawah daun.  Sayap depan berwarna dasar coklat keabu-abuan
dengan bercak-bercak hitam.  Pinggiran sayap depan berwarna putih.  Warna dasar
sayap belakang putih keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan
berkisar 16 -19 mm dan lebar 6 - 8 mm. Ngengat dapat hidup paling lama 20 hari.
Apabila diganggu atau disentuh, ngengat menjatuhkan diri pura-pura mati.
Perkembangan dari telur hingga serangga dewasa rata-rata berlangsung 51 hari.
 Telur diletakkan satu-satu atau dalam kelompok. Bentuk telur seperti kerucut
terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5 mm. Seekor betina dapat
meletakkan 1.430 - 2.775 butir telur. Warna telur mula-mula putih lalu berubah
menjadi kuning, kemudian merah disertai titik coklat kehitam-hitaman pada
puncaknya. Titik hitam tersebut adalah kepala larva yang sedang berkembang di
dalam telur. Menjelang menetas, warna telur berubah menjadi gelap agak kebiru-
biruan. Stadium telur berlangsung 4 hari.
 Larva menghindari cahaya matahari dan bersembunyi di permukaan tanah kira-kira
sedalam 5 - 10 cm atau dalam gumpalan tanah. Larva aktif pada malam hari untuk
menggigit pangkal batang.  Larva yang baru keluar dari telur berwarna kuning
kecoklat-coklatan dengan ukuran panjang berkisar antara 1 - 2 mm. Sehari kemudian
larva mulai makan dengan menggigit permukaan daun.  Larva mengalami 5 kali ganti
kulit.  Larva instar terakhir berwarna coklat kehitam-hitaman.  Panjang larva instar
terakhir berkisar antara 25 - 50 mm.  Bila larva diganggu akan melingkarkan
tubuhnya dan tidak bergerak seolah-olah mati.  Stadium larva berlangsung sekitar 36
hari.  Pembentukan pupa terjadi di permukaan tanah.
 Hama ulat tanah tersebut menyebar di daerah sentra produksi tomat.Gejala serangan

Larva aktif pada malam hari untuk mencari makan dengan menggigit pangkal batang.
Pangkal batang yang digigit akan mudah patah dan mati. Di samping menggigit pangkal
batang, larva yang baru menetas, sehari kemudian juga menggigit permukaan daun. Ulat
tanah sangat cepat pergerakannya dan dapat menempuh jarak puluhan meter.  Seekor larva
dapat merusak ratusan tanaman muda.
Tanaman inang lain
Selain menyerang tanaman tomat, ulat tanah juga menyerang tanaman jagung, padi,
tembakau, tebu, bawang, kubis, kentang dan sebagainya.

Pengendalian
a).  Kultur teknis

 Pengolahan tanah yang baik untuk membunuh pupa yang ada di dalam tanah.
 Sanitasi dengan membersihkan lahan dari gulma yang juga merupakan tempat
ngengat A. ipsilon meletakkan telurnya.

b).  Pengendalian fisik / mekanis

 Pengendalian secara fisik dengan mengumpulkan larva dan selanjutnya dimusnahkan.


Sebaiknya dilakukan pada senja – malam hari, dan larva biasanya dijumpai di
permukaan tanah sekitar tanaman yang terserang.

c). Pengendalian hayati

 Pemanfaatan musuh alami : parasitoid larva A. ipsilon yaitu Goniophana heterocera,


Apanteles (= Cotesia) ruficrus, Cuphocera varia dan Tritaxys braueri. Predator
penting adalah Carabidae. Patogen penyakit yang sering menyerang A. ipsilon adalah
jamur Metharrizium spp. dan Botrytis sp. serta nematoda Steinernema sp. (lihat
Lampiran....).

d). Pengendalian kimiawi

 Apabila serangan ulat tanah tinggi, dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida
yang efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian (lihat Lampiran....) antara lain
aplikasikan Sipermetrin pada tanah di sekeliling tanaman tomat.

Ulat bisa dikendalikan dengan memunguti larva pada sore atau malam hari. Larva biasanya
berkumpul di permukaan tanah. Pengolahan tanah yang baik bisa menekan perkembangan
ulat tanah. Bila serangan menghebat bisa disemprot dengan insektisida.
c. Kutu daun hijau

Kutu daun hijau (Aphis sp.) merupakan vektor pembawa virus. Jadi, tanaman tomat
yang dihinggapi kutu ini kan terkena penyebaran virus. Ukuran panjang kutu hijau sekitar 2
mm. Ada yang bersayap dan tidak bersayap. Kutu yang bersayap warna kepala dan dadanya
coklat hingga kehitaman, bagian perutnya biasanya berwarna hijau kekuningan. Kutu yang
tidak bersayap berwarna hijau kekuningan.

Daun yang terserang kutu hijau bervariasi, daun menjadi keriting dan kerdil, bentuknya
melengkung ke bawah. Bisa juga daun menyempit seperti pita. Warna daun mozaik dan daun
menjadi rapuh. Gejala Kutu daun ini menyerang tunas dan daun muda dengan cara
menghisap cairan tanaman sehingga helaian daun menggulung.  Koloni kutu ini berwarna
hitam, coklat atau hijau kekuningan tergantung spesiesnya.  Kutu menghasilkan embun madu
yang melapisi permukaan daun sehingga merangsang jamur tumbuh (embun jelaga). Di
samping itu, kutu juga mengeluarkan toksin melalui salivanya sehingga timbul gejala kerdil,
deformasi dan terbentuk puru pada helaian daun. Di antara kutu daun yang menyerang
tanaman jeruk, kutu daun coklat dan hitam merupakan yang terpenting karena kutu tersebut
merupakan penular virus penyebab penyakit Tristeza. Bioekologi Secara umum kutu
berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk seperti buah per, mobilitas rendah dan
biasanya hidup secara berkoloni.

Mengendalikan Kutu Daun

1. Membuat Pesnab Kutu Daun Menggunakan Biji Mimba

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain ; biji mimba 1 kg, serai 1 kg, lengkuas 1 kg, air
bersih 10 liter. Cara membuat ; semua bahan dihaluskan atau diblender. Kemudian masukkan
ke dalam wadah dan larutkan dengan air bersih 10 liter. Panaskan larutan tersebut dengan api,
tetapi jangan sampai mendidih. Kemudian dinginkan dan disaring. Encerkan dengan air,
perbandingan 1 : 15, semprotkan ke tanaman.

2. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Tembakau

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : tembakau 200 gram, biji lerak 10 buah, labu siam
3 buah, air 1 liter. Tembakau direndam dengan air panas 500 ml, biarkan 1 malam. Biji lerak
dan labu siam dihaluskan, masukkan ke dalam wadah dan tambahkan air 500 ml, rendaman
tembakau diperas dan masukkan ke wadah yang berisi bahan-bahan lain. Biarkan selama 24
jam. Saring dan gunakan 100 ml larutan tersebut dicampur dengan air 5 liter kemudian
disemprotkan ketanaman.

3. Membuat Pestisida Organik Kutu Daun Menggunakan Daun Mimba


Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : daun mimba segar 1 kg, air bersih 10 liter.
Lumatkan daun mimba dengan cara ditumbuk atau diblender. Kemudian di masukkan
kedalam wadh bersama 10 liter air. Biarkan selama 24 jam. Saring dan semprotkan
ketanaman

5. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Srikaya

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : biji srikaya 25-30 gram dan air bersih 1 liter. Biji
srikaya ditumbuk hingga halus, kemudian dicampurkan dengan 1 liter air, aduk hingga
tercampur rata. Saring larutan dan semprotkan ke tanaman.

6. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Daun Pepaya

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : daun pepaya segar 1 kg dan air bersih 10 liter.
Haluskan daun pepaya, ditumbuk atau diblender. Rendam selama 24 jam menggunakan 10
liter air. Saring dan semprotkan ke tanaman.

7. Membuat Pestisida Organik Kutu Daun Menggunakan Biji Jarak

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : biji jarak 1 kg dan air 2 liter. Hancurkan biji jarak
hingga halus, masukkan kedalam wadah berisi air 2 liter dan panaskan selama 10 menit.
Setelah dingin disaring, tambahkan 10 liter air kemudian semprotkan ke tanaman.

8. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Sirih Hutan

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : duan sirih hutan segar 1 kg, umbi bawang merah 3
buah, serai 5 batang dan air bersih 10 liter. Cara membuat, lumatkan semua bahan hingga
halus, tambahkan 10 liter air dan aduk hingga tercampur rata. Saring larutan dan semprotkan
ke tanaman.

9. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Ajeran

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 1 gelas biji ajeran, 1 liter air, deterjen secukupnya.
Cara membuat : Biji ajeran direbus dengan 1 liter air hingga mendidih selama 5 menit Cara
aplikasi : Setelah dingin disaring kemudian ditambahkan 1 liter air dan deterjen 1 sendok teh,
semprotkan ketanaman

10. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Tanaman Ajeran

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 1-2 batang tanaman ajeran (batang, daun dan biji),
2 liter air dan deterjen. Cara membuat : Tanaman ajeran dirajang kecil-kecil dan direndam 2
liter air selama 24 jam. Cara aplikasi : Peras dan saring, semprotkan ketanaman

11. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Bawang Putih

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 100 gram bawang putih, 50 ml minyak sayur, 1
liter air, deterjen 1 sendok teh. Cara membuat : Tumbuk bawang putih hingga halus,
campurkan minyak sayur dan diamkan 24 jam. Kemudian disaring dan campurkan deterjen.
Cara aplikasi : Camprkan larutan pesnab dengan air bersih, perbandingan 1:19. Aduk rata dan
semprotkan ke tanaman

12. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Bengkuang

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 500 gr biji bengkuang kering, 20 liter air, 1 sendok
makan deterjen. Cara membuat : Biji bengkuang dihaluskan, rendam selama 2 hari.
Kemudian disaring dan campurkan deterjen. Cara aplikasi : Semprotkan ke tanaman

13. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Mimba dan
Cabai Merah

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 15 buah cabai merah, 200 gram biji mimba kering,
4 liter air, deterjen secukupnya Cara membuat : Lumatkan cabai dan biji mimba, rendam
selama 24 jam. Kemudian disaring Cara aplikasi : Tambahkan deterjen secukupnya dan
semprotkan ke tanaman.

14. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Mimba, Cabai
dan Daun Srikaya

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 25 gram cabai merah kering, 100 gram daun
srikaya, 50 gram biji mimba, air secukupnya. Cara membuat ; giling cabai kemudian rendam
dengan 500 ml air selama 24 jam. Giling biji mimba, rendam dengan 500 ml air selama 24
jam. Lumatkan daun srikaya dan rendam selama 24 jam dengan 500 ml air. Saring masing-
masing rendaman dan satukan, aduk rata. Campurkan larutan tersebut dengan 10 liter air, dan
semprotkan ke tanaman

15. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Cabai Rawit,


Bawang Putih dan Jeruk Asam

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 100 gram cabai rawit, 3 buah umbi bawang putih,
3 buah jeruk asam. Cara membuat ; semua bahan ditumbuk atau diblender hingga halus,
rendam dengan air 2 liter selama satu malam. Kemudian disaring dan tambahkan 13 liter air,
semprotkan ke tanaman.

16. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Jahe, Cabai Rawit
dan Bawang Putih

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 500 gram jahe segar, 100 gram cabai rawit merah,
5 siung bawang putih. Semua bahan ditumbuk halus/dilumatkan dalam wadah terpisah.
Semua bahan dilrendam dengan 30 liter air selama kurang lebih 1 jam. Kemudian disaring
dan

disemprotkan ke tanaman.

17. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Umbi Gadung


Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 500 gram umbi gadung, 10 liter air bersih dan
deterjen secukupnya. Cara membuat : Umbi gadung diblender atau ditumbuk halus kemudian
diperas. Tambahkan air dan deterjen secukupnya. Cara aplikasi : Semprotkan pada tanaman

18. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Umbi Gadung dan
Daun Mimba

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 1 kg umbi gadung, 1 kg daun mimba, 20 liter air
dan deterjen secukupnya. Cara membuat : Semua bahan dihaluskan/dilumatkan, rendam
dengan air selama 24 jam. Kemudian disaring. Cara aplikasi : Tambahkan deterjen
secukupnya dan semprotkan ketanaman

19. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Biji Mahoni

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : 50 gram biji mahoni, 50 gram tembakau. Cara
membuat ; biji mahoni di tumbuk halus kemudian direndam 500 ml air selama 1 malam.
Tembakau direndam dalam wadah terpisah dengan 500 ml air panas selama 1 malam. Saring
kedua larutan dan campurkan dengan 10 liter air. Semprotkan ketanaman pada pagi atau sore
hari.

20. Membuat Pestisida Nabati Kutu Daun Menggunakan Kenikir, Pandan


dan Tembakau

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain : Tembakau 100gr, Kenikir 100gr, Pandan 100gr,
Kemangi 100gr, Cabe rawit 100gr, Kunyit 100 gr, Bawang Putih 100gr. Cara membuat :
Semua bahan di blender dan di rendam dengan 5 liter air selama 24 jam. Kemudian di saring,
semprotkan ke tanaman dengan dosis 300 ml larutan pesnab/1 liter air.

Untuk menekan perkembangan hama ini bisa dengan penggunaan mulsa plastik perak, kutu
hijau tidak menyukai pantulan sinar matahari. Penyemprotan bisa memanfaatkan insektisida.
e. Lalat putih

Lalat putih (Bemisicia tabaci) atau disebut juga kutu kepul memiliki ciri berwarna putih,
permukaan tubuhnya dilapisi tepung putih. Panjang lalat ini kurang lebih 1 mm, rentangan
sayapnya sekitar 2 mm.

Tanaman tomat yang terserang lalat putih akan terlihat seperti terselubungi tepung putih. Bila
disentuh tepung putih tersebut akan berhamburan. Akibat serangan hama ini pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat dan kerdil. Daun akan mengecil dan menggulung ke atas.

Perkembangan hama ini bisa dikendalikan dengan penggunaan mulsa jerami atau mulsa
kuning. Selain itu bersihkan areal tanaman liar disekitar kebun. Penyemprotan bisa
menggunakan insektisida.

f. Lalat buah

Lalat buah (Bactrocera sp.) panjang badannya sekitar 8 mm dengan sayap transparan warna
tubuhnya hijau kehitaman. Dalam bentuk belatung muda berwarna putih, menjelang tua
menjadi kekuningan panjangnya sekitar 1 cm. Belatung ini terletak dalam daging buah.

Buah tomat yang terserang lalat buah menjadi busuk, bila dibuka terdapat belatung. Pupa
lalat buah hidup dipermukaan tanah. Untuk mengendalikan hama ini, adalah dengan
melakukan pengolahan tanah yang benar. Balik tanah dengan dicangkul atau dibajak, dan
biarkan terkena sinar matahari selama beberapa hari hingga pupua lalat mati.

Pengendalian lalat buah :

Kontrol Fisik.

Prinsip dari kontrol fisik adalah menyediakan barrier (penghalang) antara buah inang
dan lalat buah betina yang siap meletakkan telurnya ke buah inang. Metode yang paling
banyak digunakan adalah pembungkusan buah (fruit wrapping) atau pengantongan buah
(fruit bagging) sebelum buah mencapai tahap kematangan yang menjadi target infestasi lalat
buah. Bungkus atau kantong biasanya terbuat dari kertas koran/surat kabar atau kertas semen
dibuat rangkap. Sekali lagi, menurut Vijaysegaran (1997, Fruit fly research and development
in Tropical Asia) pembungkusan ini ditujukan untuk mencegah lalat buah betina yang hendak
meletakkan telurnya ke buah. Di Indonesia, teknik ini terbukti cukup ampuh untuk mencegah
infestasi lalat buah betina pada buah belimbing. Metode ini juga sangat ramah lingkungan,
cukup efektif dipakai pada beberapa tanaman seperti mangga, jambu air dan jambu biji.
Bahkan sebenarnya metode ini telah lama dipakai oleh masyarakat Indonesia dalam
melindungi buah di kebunnya dari serangan hama dan mencegahnya dari “tangan usil”.

Kontrol Budidaya. Kontrol budidaya mencakup kegiatan produksi di lapang namun tidak
termasuk aplikasi penyemprotan insektisida. Kegiatan produksi di lapang antara lain (1)
meningkatkan kapasitas produksi saat populasi lalat buah masih rendah; (2) menanam
tanaman yang tidak menjadi inang bagi lalat buah; (3) sanitasi lapang yang teratur; dan (4)
memanen lebih awal sebelum terjadi infestasi lalat buah.
Kontrol Biologi. Termasuk dalam metode ini yaitu penggunaan agen kontrol biologi seperti
preadator dan parasitoid. Penggunaan musuh alami dirasakan mampu menekan populasi lalat
buah secara aman, permanen dan ekonomis. Namun sayangnya, teknik ini belum digunakan
secara luas di Indonesia. Beberapa predator lalat buah antara lain laba-laba, semut, kumbang
carabid, kepik pengisap atau assassin bugs, kumbang penjelajah atau staphylinid beetles
(misalnya tomcat), lygaeid bugs dll.

Kontrol Perilaku Hama.

Kontrol ini mencakup (1) teknik penggunaan warna, bentuk dan bebauan untuk
merangsang atau menarik lalat buah, misalnya dengan pemasangan perangkap lalat buah
yang dilengkapi atraktan berupa Methyl Eugenol (ME) ataupun Cue-lure; (2) male
annihilation, yaitu dimaksudkan untuk mengurangi populasi lalat buah jantan hingga level
terendah sehingga dapat mencegah lebih banyak perkawinan lalat buah jantan dengan lalat
buah betina. Di Indonesia teknik ini diterapkan melalui pembuatan wooden block berukuran 5
cm x 5 cm x 1 cm yang direndam dengan campuran methyl eugenol dan pestisida yang
mengandung fipronil dengan perbandingan 4:1; dan (3) penyemprotan protein bait. Protein
bait mengandung campuran atraktan dan racun yang digunakan untuk membunuh lalat buah
betina sehingga bisa menekan populasi lalat buah secara efektif. Protein bait berperan sebagai
food attractant bagi lalat buah betina yang berguna untuk mematangkan telur.

Kontrol Genetika.

Metode yang dipakai adalah Sterile Insect Release Method (SIRM) yaitu eradikasi
lalat buah dengan membuat jantan mandul dengan teknik sterilisasi menggunakan Cobalt-60
atau Cesium-137. Jantan yang telah dibuat mandul tersebut dilepas lalu dipantau
perkembangan populasinya. Meskipun efektif, metode ini sangat mahal dan memerlukan
penanganan para ahli. Metode ini telah diterapkan di Kume Island – Okinawa, Jepang dan
berhasil mengeradikasi Melon Fly.

Kontrol Kimia.

Pemakaian insektisida semestinya dikurangi mengingat dampaknya yang sangat


berbahaya bagi lingkungan, begitu pula dengan residunya. Oleh karena itu penggunaan
insektisida hanya bersifat darurat dan sementara serta sesuai rekomendasi berdasarkan
Peraturan Menteri Pertanian mengenai pestisida.
Pendekatan Integrated Pest Management atau Pengelolaan Hama Terpadu. Stretegi ini
mencakup beberapa teknik yang telah disebutkan sebelumnya antara lain male annihilation,
pemasangan perangkap lalat buah, penyemprotan protein bait, sanitasi dan budidaya. Di
Indonesia, pendekatan IPM atau PHT telah diterapkan pada tanaman pangan, namun belum
banyak diterapkan pada komoditas hortikultura. Baru-baru ini telah dilakukan sebuah
pendekatan baru dari pengembangan IPM atau PHT yaitu Area-Wide Management (AWM)
terhadap lalat buah pada tanaman mangga di Kabupaten Indramayu. Pelaksanaan AWM di
Indramayu dianggap berhasil menurunkan populasi lalat buah B.papayae maupun B.
carambolae yang menyerang tanaman mangga hingga mencapai level terendah.
Hama Tomat di Dataran Rendah

Tomat adalah tanaman yang berasal dari daerah pegunungan di Amerika latin hingga
Amerika selatan. Dewasa ini di Indonesia banyak ditanam jenis tanaman tomat yang adaptif untuk
ditanam di dataran rendah. Banyak variatas yang sudah dilepas, beberapa perusahaan produsen
tomat diantaranya adalah PT. East West Seed Indonesia, PT. Tanindo, PT. Benih Citra Asia dll.

Potensi produksi tanaman tomat di dataran rendah memang jauh dibanding produksi tanaman yang
ada di dataran tinggi. Hal ini dikarenakan kesesuaian genetik dan adanya hama-penyakit tanaman.

Berikut adalah contoh beberapa OPT dan tips pengendalian secara hayati:

1. Ulat penggerek buah Helicoverpa sp

Hama Penggerek Buah Tomat ( Helicoperva asmigera ) – Tanaman ini dapat di jumpai
atau dapat tumbuh di atas ketinggian 1-1600 m dpl, yang di sukai tanaman ini adalah tanah
yang gembur dan subur, dan tanaman ini sangat tidak menyukai air hujan  secara langsung
dan tidak menyukai sinar matahari yang terik, tanaman ini memiliki batang yang  bercabang-
cabang, dan berbulu halus dengan warna nya yang putih, dan daun yang majemuk,berumpun.
Dan akar tanaman ini memiliki akar tunggal dan akar serabut yang tumuh di sekililing akaar
tunggal nya, dimana akar serabut nya lah yang mempunyai fungsi untuk menyerap beberapa
nutrisi untuk kelangsungan hidup nya.

Dari pengenalan hama dan gejala serangan bahwa hama penggerek buah tomat pada tanaman
tomat ini menimbulkan buah berlubang, biasanya kepala hama muncul di permukaan lubang.
Tipe mulut Helicorpeva asmigera ini mempunyai tipe mulut penggigit dan mempunyai
metamorfosis tidak sempurna serta pengamatan kami bersumber dari herbarium basah.

Morfologi

Morfologi penggerek buah tomat (Helicoverpa armigera) terdiri atas caput, thorax, abdomen,
mulut, mata, tungkai thorax, dan tungkai semu. Penggerek buah tomat (Helicoverpa
armigera) merupakan ordo lepidoptera karena larva merupakan pemakan tumbuh-tumbuhan
dan menjadi hama-hama yang serius pada tanaman budidaya, bahkan beberapa ada yang
bersifat predator serangga lain, dan ada satu family (Epipyropidae) yang hidup sebagai
ektoparasitoid pada hemiptera.

Siklus Hidup

Siklus hidup penggerek buah tomat (Helicoverpa armigera) berkisar selama 2 sampai 3
minggu yang dimulai dari telur, larva, imago dan lalat induk (Ngengat) Mula-mula ngengat
betina meletakkan telurnya pada permukaan bawah daun atau buah tanaman tomat yang
sudah tua kemudian telur berubah menjadi larva instar I, larva instar II, Larva Instar III, (dan
pada saat larva inilah hama ini menyerang buah tomat dari dalam dan buah akan mengalami
pembusukan) dan setelah kurang lebih 7 hari larva akan menjadi imago, dan kemudian
menjadi lalat dewasa. Selanjutnya lalat muda dan lalat dewasa siap bertelur.
Gejala

Gejala serangan yang ditimbulkan larva lalat tomat diperoleh bahwa pada buah tomat yang
terserang larva ini tampak buah tomat membusuk sebagian dan kadang pada buah terdapat
lubang-lubang kecil dan disekitar lubang tersebut membusuk warna buah pucat tidak normal.

Pengendalian

Pengendalian serangga hama in dapat dilakukan dengan pengambilan larva dibuah tomat dan
mematikannya, konservasi musuh alaminya berupa parasitoid telur Trichogramma nana
Zehntn.

ulat melubangi buah, sebelum buah habis ulat sudah pindah pada buah disebelahnya demikian
seterusnya hingga dalam satu tandan buah habis. Lubang yang ditinggalkan menyebabkan buah
terinfeksi bakteri pembusuk.
ulat melubangi batang muda, akibatnya bagian dalam batang berongga dan menakibatkan putusnya
pembuluh angkut. Sehingga batang seperti patah.

Pengendalian Efektif Hama Penggerek Tomat Hingga Stadia Telur

Insektisida DuPont™ Lannate® 25 WP dengan racun kontak dan perut pada serangga atau
melalui daun/bagian tanaman yang dimakan serangga, sangat efektif dan cepat
mengendalikan serangan hama penggerek buah pada tomat hingga ke telur serangga.

Hama penggerek buah tomat merupakan hama utama yang menyerang daun, bunga dan buah.
Hama ini membuat lubang di hampir semua bagian tomat sehingga busuk dan menurunkan
kualitas serta kuantitas produksi buah tomat.

Insektisida Lannate® 25 WP hadir sejak tahun 1978, efektif dan cepat mengendalikan hama
penggerek buah tomat Heliothis sp. Dengan racun kontak dan perut serta knock down effect-
nya dapat mengendalikan serangga dalam waktu 15 menit. Dengan dosis rekomendasi 1.5 -
3.0 g/L yang diaplikasikan 5 kali per musim tanam, dapatkan produktivitas dan kualitas
terbaik tanaman.

Keunggulan

1. Berdaya kendali luas, dapat mengendalikan hama dari ordo Lepidoptera, Hemiptera dan
Thysanoptera.

2. Ampuh mengendalikan di segala stadia serangga hama mulai telur, larva, hingga serangga
hama dewasa.

Lannate® 25 WP juga dapat digunakan pada tanaman tomat, bawang merah, kubis, tembakau,
kacang-kacangan dan lain-lain.

Gunakan Lannate® 25 WP dengan dosis dan waktu aplikasi sesuai dengan yang tertera pada
petunjuk penggunaan dan gunakan alat pelindung diri saat aplikasi berlangsung

Pengendalian secara hayati bisa menggunakan mikroba ST+ (Serratia marcescent)  yang
merupakan musuh alami dari ulat, dilakukan pada saat ulat masih dalam tahap awal
perkembangan sehingga ulat masih berada di sekitar daun atau belum menggerek
batang/buah.
2. Erwinia sp

Merupakan bakteri yang menyerang pada hampir semua fase tanaman. biasanya pada kelembaban
tinggi, bakteri ini mudah menyerang. Serangan terjadi secara mendadak hampir tanpa gejala.
serangan akan menurun seiring dengan turunnya kelembaban.

Erwinia carotovora merupakan bakteri gram negatif sekaligus pathogen mematikan yang
menyebabkan penurunan signifikan pada produktivitas tanaman. Bakteri ini menyebabkan
penyakit busuk pada beberapa tanaman sayuran seperti wortel, kentang, ketimun, bawang
merah, tomat, selada, dan tanaman hias seperti anggrek dan lain-lain. 
Penyebarannya dapat melalui tanaman yang sudah tertular, siput ataupun melalui serangga.
Bakteri Erwinia carotovora menyebabkan kematian sel melalui kerusakan dinding sel.
Beberapa spesies bakteri ini antara lain Erwinia carotovora sub spesies carotovora (Ecc),
Erwinia chrysanthemi, dan Erwinia carotovora sub spesies atroseptica (Eca), yang
menyebabkan penyakit tanaman sayuran penting di seluruh dunia.

Kondisi Lingkungan yang Disukai Bakteri Erwinia

 Banyak sisa-sisa ranting tertular yang banyak berserakan di lahan,


 Adanya belatung bawang sebagai vector pembawa penyakit dan hama siput kecil
yang dapat melukai umbi,
 Adanya luka pada tanaman yang menyebabkan bakteri ini mudah masuk
 Kondisi cuaca yang panas dan basah dengan sedikit hujan akan memicu bakteri ini
untuk menyerang tanaman.

Bisa dikendalikan dengan penyemprotan agens antagonis Pe Ef, atau dikenal sebagai bakterisida
hayati.

3. Bercak daun bakteri


Tanaman yang terserang terlihat agak layu, karena penyakit ini menyerang pembuluh yang ada di
daun. Bisa diobati dengan cara hayati dan sangat efektif terutama menggunakan agens antagonis Pe
Ef.

Pencegahan dan Pengendalian

 Persiapan lahan yang baik atau sterilisasi lahan sebelum penanaman sangat
diperlukan, salah satu agen hayati yang baik untuk sterilisasi lahan misanya
Decoprima
 Jika memungkinkan gunakan Bio Dekomposer hayati seperti Decoprima 1 minggu
sekali sejak penanaman agar tidak terserang,
 Dainase atau peredaran keluar masuk air harus bagus.
 Mengendalikan hama-hama pembawa bakteri seperti siput kecil, lalat, belatung, agar
tidak menginfeksi tanaman
 Hindari luka pada tanaman ketika menanam terutama jika daerah sekitar telah terlihat
tanda-tanda serangan penyakit ini,
 Singkirkan segera tanaman yang sudah terinfeksi,
 Setelah panen singkirkan sisa-sisa tanaman dan bakar,
 Rotasi tanaman dengan yang tahan terhadap bakteri Erwinia seperti kedelai, kacang,
dan  kangkung.
 Semprotkan secara rutin dengan interval 1 minggu sekali fungisida yang dianjurkan
seperti Bion-M sebagai pencegahan
4. Thrips

daun tampak keriting dan agak menggulung, dengan permukaan bagian bawah daun berwarna
keperakan tanda bekas hisapan. Warna kekuningan diduga tanaman sudah terinfeksi virus gemini.

Morfologi/Bioekologi

Trips dewasa berukuran + 1 mm, berwarna kuning pucat, coklat atau hitam.  Semakin rendah
suhu suatu lingkungan warna trips biasanya lebih gelap.  Trips jantan tidak bersayap,
sedangkan yang betina mempunyai dua pasang sayap yang halus dan berumbai.  Hama ini
berkembang biak secara partenogenesis atau dapat menghasilkan telur tanpa melalui kawin
terlebih dahulu.  Telur yang dihasilkan dapat mencapai 80 – 120 butir.  Imago dapat hidup
sampai 20 hari.
Siklus hidup hama trips sekitar 3 minggu.  Di daerah tropis siklus hidup tersebut bisa lebih
pendek (7 - 12 hari), sehingga dalam satu tahun dapat mencapai 5 – 10 generasi.  Trips
dewasa dapat hidup sampai 20 hari.
Telur trips berbentuk oval.  Telur diletakkan secara terpisah-pisah di permukaan bagian
tanaman atau ditusukkan ke dalam jaringantanaman oleh alat peletak
telur.
Nimfa berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan, tidak bisa
terbang tetapi hanya meloncat-loncat saja.  Penyebaran dari satu
tanaman ke tanaman lain berlangsung sangat cepat dengan bantuan
angin.
Pupa terbentuk setelah melewati beberapa instar nimfa.  Pupa banyak dijumpai di bagian
daun atau di dalam tanah di sekitar tanaman.
Hama trips tersebut menyebar di daerah sentra produksi bawang merah di Sumatera, Jawa
dan Sulawesi.

Gejala serangan

Nimfa atau trips dewasa menyerang tanaman bawang


dengan menggaruk jaringan daun dan mengisap cairan
selnya, terutama daun yang masih muda. Nimfa paling
suka dengan daun yang masih muda atau kuncup daun.
Karena itu, hama ini banyak ditemui di kuncup-kuncup daun.  Gejala yang ditimbulkan
adalah daun mula-mula bernoda putih mengkilat seperti perak, kemudian menjadi kecoklat-
coklatan dengan bintik hitam.  Biasanya serangan akan hebat apabila hujan rintik-rintik dan
suhu di atas normal dengan kelembaban di atas 70 persen.  Pada musim hujan lebat atau suhu
yang dingin sekali, hama ini akan musnah dengan sendirinya.  Tanaman bawang yang
terserang berat, seluruh daun memperlihatkan warna putih, sehingga hama ini sering disebut
hama putih. Tanaman bawang yang terserang akan menyebabkan umbi yang kecil dengan
kualitas rendah.
Sering dijumpai hama trips bersembunyi di bagian umbinya.  Apabila keadaan tersebut
terjadi di saat menjelang panen, maka hama ini dapat terbawa umbi ke tempat penyimpanan
dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang merah.

Tanaman inang lain

Tanaman bawang merah dan jenis tanaman bawang yang lain merupakan tanaman inang
utama bagi trips spesies ini. Tanaman inang yang lain adalah kentang, cabe, tomat, waluh dan
bayam.
 
Cara pengendalian
Pengendalian secara bercocok tanam, penyiraman tanaman bawang terserang, pada siang hari
untuk menurunkan suhu di sekitar pertanaman dan menghilangkan nimfa trips yang
menempel pada daun.
Pengendalian fisik, dengan cara pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat
sebanyak 80 – 100 per hektar.
Pengendalian biologi, memanfaatkan musuh alami trips yaitu predator kumbang macan
Coccinellidae.
Pengendalian kimia, dengan menggunakan insektisida yang diizinkan oleh Menteri Pertanian.
secara hayati pengendalian Thrips bisa memakai agensia hayati Lexi (Lecanicilium lecani)

Perkembangan Thrips yaitu dari telur, menjadi nimfa, dan imago/dewasa. Telur diletakkan
pada mesophyll. Perkembangan dari telur ke nimfa memerlukan waktu 9 hari. Nimfa 
berwarna kuning pucat. Dewasa / imago panjang tubuh 0,8 – 0,9 mm, berwarna kuning
sampai coklat kehitaman, bersayap namun tidak bisa terbang. Serangan terberat hama Thrips
adalah saat musim kemarau.

Cara Pengendalian : Melakukan pengamatan pada daun mudasecara rutin tiap 5 hari sekali
pada 10 tanaman sampel. Pengendalian secara mekanis dengan memasang perangkap warna
kuning sebanyak 4 sampai 5 perangkap untuk lahan seluas 1000 m2.

Pengendalian dengan agens hayati menggunakan MOSA BN dengan bahan aktif jamur
Beauveria bassiana. Penyemprotan dilakukan sore hari dengan dosis 2,5 gram per liter atau
30 gram per tangki isi 14 liter air. Saat dicampur dengan air ditambahkan gula  2 sendok atau
Molase.

Penyemprotan dengan insekisida Nabati/Botanik dengan bahan aktif Metilanol 100 g/l. Dosis
penyemrotan 1 – 1,5 ml/l atau 10 ml /tangki 14 liter.
5. Spodoptera litura

Ulat menyebabkan kerusakan mekanis pada tanaman, dan juga ulat ini menyerang semua fase
tanaman. Selain tomat, ulat jenis ini juga merupakan hama dari banyak jenis tanaman.

Pengendalian secara hayati bisa menggunakan mikroba ST+ (Serratia marcescent) yang merupakan


musuh alami dari ulat, dilakukan pada saat ulat masih dalam tahap awal perkembangan.

Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)


(Ordo : Lepidoptera,
Famili : Noctuidae)

Morfologi /Bioekologi

 Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap
belakang berwarna keputihan dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang
sejauh 5 kilometer.
 Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang
tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing
berisi 25 – 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau bagian
tanaman lainnya, tertutup bulu seperti beludru.
 Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung / bulan sabit warna
hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dan dorsal
terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat
tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. (Gambar 5.)
 Larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya. Ulat menyerang
tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang
lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah
besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah, perbedaannya hanya
pada tanda bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap
memanjang. Umur 2 minggu panjang ulat sekitar 5 cm.
 Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
 Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang
terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Seekor ngengat betina dapat
meletakkan telur 2.000 – 3.000 telur.

Gejala Serangan

 Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut
merusak tulang daun. Gejala serangan pada buah ditandai dengan timbulnya lubang
tidak beraturan pada buah tomat. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,
menyerang secara serentak berkelompok. Serangan berat menyebabkan tanaman
gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat, umumnya terjadi pada musim
kemarau. Gambar : (Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

Tanaman Inang

 Hama ini bersifat polifag, selain tomat juga menyerang kubis, cabai, buncis, bawang
merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, jagung, tebu, jeruk, pisang,
tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida,
Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp.

Pengendalian

a).  Kultur teknis

 Sanitasi lahan dari gulma,


 Pengolahan tanah yang intensif.

b).  Pengendalian fisik / mekanis

 Pembutitan, mengumpulkan larva atau pupa  dan bagian tanaman yang terserang
kemudian memusnahkannya,
 Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2
minggu.
c). Pengendalian hayati

 Pemanfaatan musuh alami seperti :  patogen Sl-NPV (Spodoptera litura – Nuclear


Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, nematoda Steinernema sp., predator
Sycanus sp.,  Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp.,
 Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp

d).  Pengendalian kimiawi

 Dalam hal cara lain tidak dapat menekan populasi hama, digunakan insektisida yang
efektif, terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian apabila berdasarkan hasil
pengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan
12,5 % per tanaman contoh

penyakit tomat dataran rendah


1. Layu Fusarium

Gejala layu fusarium pada awal serangan dapat ditandai dengan adanya tanaman yang tiba-
tiba layu dan akan segar kembali pada sore hari dan pagi hari dan akhirnya mati. Layu
fusarium disebabkan oleh cendawan patogen Fusarium oxysporum. Cendawan ini pada
awalnya menyerang akar dan lama kelamaan menyerang seluruh bagian tanaman.

Pencegahan

Dapat dilakukan dengan cara menggunakan benih yang tahan terhadap cendawan Fusarium
oxysporum. Budidaya menggunakan mulsa plastik untuk menjaga kelembaban tetap stabil.
Cendawan Fusarium oxysporum. berkembang dengan cepat pada musim hujan dengan
kondisi kelembaban tinggi. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan agens
hayati Trichoderma sp., mencabut dan membuang serta memusnahkan tanaman terserang.

2. Bercak Daun

Bercak Daun disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici, pada daun yang terserang
terdapat bintik-bintik bulat dan berwarna hitam kecoklatan. Lama kelamaan daun menguning
dan akhirnya rontok.

 Bercak daun alternaria, merupakan jenis penyakit yang biasa menyerang pada tanaman
tomat. Penyakit ini menyerang pada bagian daun, batang, dan buah tomat. Indkasi dari
serangan, yaitu bercak berwarna coklat berbentuk lonjong atau lingkaran. Sedangkan pada
buah yang terserang permukaanya kempot, pecah dan ukuranya membesar.

Cara pengendalianya, yaitu sanitasi lahan, pergilran tanaman yang bukan sejenis, dan
lakukan penyemprotan dengan fungisida.
Pengendalian

Menjaga kebersihan areal budidaya dan penggunaan mulsa plastik pada musim hujan. Pada
musim hujan disarankan untuk menanam dengan jarak tidak terlalu rapat agar sirkulasi lancar
dan dapat mengurangi kelembaban. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida berbahan aktif mankozeb, antracol, saromyl, score, atau starmyl. 

3. Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Gejalanya terlihat jika pucuk tanaman layu atau daun tua menguning. Jika batang dipotong
akan terlihat cairan berwarna susu seperti lendir. Penyakit ini umumnya akan
menyerang tanaman tomat di dataran rendah saat musim hujan. Menyebabkan kelayuan dan
pada tingkat serangan yang berat akan mematikan keseluruhan tanaman tomat.

 Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum E.F. Smith ), merupakan bakteri yang


menyebabkan kelayuan pada seluruh bagian tanaman. Indikasi dari tanaman yang terserang
layu bakteri, yaitu daun muda layu sedangkan daun tua menguning pada akhirnya rontok dan
mati.

Apabila batang dipangkas terus dimasukan ke dalam gelas bening berisi air jernih akan
terlihat mengeluarkan cairan berwarna coklat susu dan berlendir. Cara pengendalianya, yaitu
penggunaan benih yang resisten terhadap cendawan tersebut, cabut dan musnahkan tanaman
yang terserang penyakit tersebut.

Selanjutnya pergiliran tanaman yang bukan sejenis dan sanitasi lahan. Selain itu juga akan
lebih efektif jika menyemprotkan baterisida, seperti agrimicyn, plantomycin, atau agrept

Pengendalian

Pergiliran tanaman bukan sejenis dan menggunakan benih yang tahan terhadap
bakteri. Secara kimia dapat dilakukan penyemprotan dengan bakterisida. Hindari membuat
genangan pada daerah pertanaman tomat. Genangan air ini mempercepat penyebaran patogen
penyakit.

 
4. Mosaik

Penyakit mosaik ditandai dengan adanya warna seperti mosaik pada daun dan menyebabkan
kekerdilan 

Pengendalian

Mencabut dan membakar tanaman yang terserang agar tidak menular.

5. Busuk Buah

Ada dua macam cendawan penyebab busuk buah pada tomat. Yang pertama penyakit busuk
buah pada tomat disebabkan oleh cendawan Thanatephorus cucumeris. Gejala terlihat dengan
adanya bercak kecil berwarna coklat pada buah tomat, lama kelamaan membesar dan cekung,
buah menjadi busuk lalu rontok.

Yang kedua disebabkan oleh cendawan Colletotrichum coccodes. Gejalanya terdapat bercak
kecil bulat dan berair, yang lama-lama menjadi cekung. Terdapat bercak ungu pada pangkal
buah dekat tangkai buah.

Pengendalian

dilakukan dengan pergantian tanaman, menjaga kebersihan dan membuang serta


memusnahkan buah yang terserang. Penyemprotan fungisida dilakukan jika serangan parah,
dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb atau kaptafol.

6. Busuk Daun

Penyebab penyakit busuk daun adalah cendawan Phytophthora infestans. Gejala awal terlihat
adanya bercak basah berwarna hitam pada ujung daun, dan meluas keseluruh bagian daun
sampai tangkai daun. Penyakit ini mudah menyebar, terlebih pada saat musim hujan dengan
kelembaban tinggi.

 Busuk daun, merupakan jenis patogen yang sering menginfeksi tanaman tomat. Munculnya
P. Infestans sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan curah hujan. Penyebaran patogen
ini melalui angin, air, maupun serangga. Penyakit ini akan berkembang dengan pesat pada
kondisi lingkungan yang mendukung, yaitu pada suhu rendah dan kelembaban tinggi.

Indikasi tanaman yang terserang penyakit ini, yaitu daun terdapat bercak- bercak kecil
berwarna hijau kelabu dan agak basah serta lembek. Apabila cuaca sangat lembab serangan
pada daun akan melebar dan warna daun berubah menjadi coklat lalu mati. Bercak dikelilingi
spora berwarna putih. Pada umumnya gejala akan nampak pada tanaman yang telah berumur
1 bulan.
Untuk pengendalian tanaman, yaitu dengan melakukan upaya sanitasi, penggunaan bibit yang
bebas dari penyakit, dan rotasi tanaman yang bukan sejenis. Selain itu lakukan penyemprotan
fungisida antracol, score, atau starmly.

Pengendalian

Membuang bagian tanaman yang terserang agar tidak menular. Pencegahan dapat dilakukan
dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb, antracol, score atau
starmyl.

7. Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV)

Atau virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari
Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, seperti halnya keriting bule pada tanaman
cabe. Tanaman yang terinfeksi akan terlihat gejala daun muda mengkerut atau keriting dan
berwarna kuning. Sedangkan pada daun tua tidak mengalami penyusutan. Vektor utama virus
ini adalah kutu kebul.

Belum ada bahan kimia yang mampu membasmi virus ini. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara mencabut tanaman terserang dan membakarnya. Pengendalian selanjutnya
adalah dengan mengendalikan kutu kebul sebagai vektornya. Kutu kebul dapat diatasi dengan
penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.

8 Layu cendawan (Fusarium oxysporum Schlectendahl )

Layu cendawan, merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh petani. Cendawan ini
menyerang akar tanaman tomat pada bagian pembuluh angkutnya sehingga menimbulkan
warna colat.  Indikasi tanaman yang terserang layu cendawan, yaitu layu pada siang hari, dan
terlihat segar pada waktu pagi dan sore. Daun- daun menguning dan rontok serta akar
tanaman yang terinfeksi membusuk berwarna hitam kecoklatan.

Cara penegendalian penyakit layu cendawan, yaitu melakukan pergiliran tanaman, mencabut
dan memusnahkan tanaman yang terserang. Selain itu kita bisa memberikan fungisida
berbahan aktif propamokarb hidroklarida, metalaksil, atau benomil.

9 Rebah kacambah (Rhizoctonia solani Kuhn)

Rebah kecambah (damping off), merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan
(Rhizoctonia solani Kuhn). Penyakit ini muncul karena penggunaan pupuk kompos maupun
kandang yang belum masak. Untuk itu supaya cendawan penyebab penyakit tersebut mati,
maka upayakan supaya pupuk kandang telah masak dan siap untuk digunakan.
Indikasi dari serangan cendawan tersebut, yaitu luka pada pangkal batang sehingga patah,
layu, dan bagian yang terserang akan mudah mati. Cara pengendalianya, yaitu buat bedengan
supaya lebih tinggi dan perbaiki drainase, perlakuan benih dengan fungisida agar benih
resisten terhadap cendawan penyakit.

Selanjutnya gunakan pupuk kandang yang telah masak dan sanitasi ingkungan. Selain itu kita
bisa menyemprotkan fungisida pada tanaman yang belum rebah. Contoh fungisida yang
digunakan seperti Delsen MX- 200 atau Altan 50 WP dengan interval 7hari sekali.

penyakit tomat dataran tinggi


1 Layu Fusarium

Gejala layu fusarium pada awal serangan dapat ditandai dengan adanya tanaman yang tiba-
tiba layu dan akan segar kembali pada sore hari dan pagi hari dan akhirnya mati. Layu
fusarium disebabkan oleh cendawan patogen Fusarium oxysporum. Cendawan ini pada
awalnya menyerang akar dan lama kelamaan menyerang seluruh bagian tanaman.

Pencegahan

Dapat dilakukan dengan cara menggunakan benih yang tahan terhadap cendawan Fusarium
oxysporum. Budidaya menggunakan mulsa plastik untuk menjaga kelembaban tetap stabil.
Cendawan Fusarium oxysporum. berkembang dengan cepat pada musim hujan dengan
kondisi kelembaban tinggi. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan agens
hayati Trichoderma sp., mencabut dan membuang serta memusnahkan tanaman terserang.

2 Bercak Daun

Bercak Daun disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici, pada daun yang terserang
terdapat bintik-bintik bulat dan berwarna hitam kecoklatan. Lama kelamaan daun menguning
dan akhirnya rontok.

 Bercak daun alternaria, merupakan jenis penyakit yang biasa menyerang pada tanaman
tomat. Penyakit ini menyerang pada bagian daun, batang, dan buah tomat. Indkasi dari
serangan, yaitu bercak berwarna coklat berbentuk lonjong atau lingkaran. Sedangkan pada
buah yang terserang permukaanya kempot, pecah dan ukuranya membesar.
Cara pengendalianya, yaitu sanitasi lahan, pergilran tanaman yang bukan sejenis, dan
lakukan penyemprotan dengan fungisida.

Pengendalian

Menjaga kebersihan areal budidaya dan penggunaan mulsa plastik pada musim hujan. Pada
musim hujan disarankan untuk menanam dengan jarak tidak terlalu rapat agar sirkulasi lancar
dan dapat mengurangi kelembaban. Secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
fungisida berbahan aktif mankozeb, antracol, saromyl, score, atau starmyl. 

3 Layu Bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Gejalanya terlihat jika pucuk tanaman layu atau daun tua menguning. Jika batang dipotong
akan terlihat cairan berwarna susu seperti lendir. Penyakit ini umumnya akan
menyerang tanaman tomat di dataran rendah saat musim hujan. Menyebabkan kelayuan dan
pada tingkat serangan yang berat akan mematikan keseluruhan tanaman tomat.

 Layu bakteri ( Pseudomonas solanacearum E.F. Smith ), merupakan bakteri yang


menyebabkan kelayuan pada seluruh bagian tanaman. Indikasi dari tanaman yang terserang
layu bakteri, yaitu daun muda layu sedangkan daun tua menguning pada akhirnya rontok dan
mati.

Apabila batang dipangkas terus dimasukan ke dalam gelas bening berisi air jernih akan
terlihat mengeluarkan cairan berwarna coklat susu dan berlendir. Cara pengendalianya, yaitu
penggunaan benih yang resisten terhadap cendawan tersebut, cabut dan musnahkan tanaman
yang terserang penyakit tersebut.

Selanjutnya pergiliran tanaman yang bukan sejenis dan sanitasi lahan. Selain itu juga akan
lebih efektif jika menyemprotkan baterisida, seperti agrimicyn, plantomycin, atau agrept

Pengendalian

Pergiliran tanaman bukan sejenis dan menggunakan benih yang tahan terhadap
bakteri. Secara kimia dapat dilakukan penyemprotan dengan bakterisida. Hindari membuat
genangan pada daerah pertanaman tomat. Genangan air ini mempercepat penyebaran patogen
penyakit.

 
4 Mosaik

Penyakit mosaik ditandai dengan adanya warna seperti mosaik pada daun dan menyebabkan
kekerdilan 

Pengendalian

Mencabut dan membakar tanaman yang terserang agar tidak menular.

5 Busuk Buah

Ada dua macam cendawan penyebab busuk buah pada tomat. Yang pertama penyakit busuk
buah pada tomat disebabkan oleh cendawan Thanatephorus cucumeris. Gejala terlihat dengan
adanya bercak kecil berwarna coklat pada buah tomat, lama kelamaan membesar dan cekung,
buah menjadi busuk lalu rontok.

Yang kedua disebabkan oleh cendawan Colletotrichum coccodes. Gejalanya terdapat bercak
kecil bulat dan berair, yang lama-lama menjadi cekung. Terdapat bercak ungu pada pangkal
buah dekat tangkai buah.

Pengendalian

dilakukan dengan pergantian tanaman, menjaga kebersihan dan membuang serta


memusnahkan buah yang terserang. Penyemprotan fungisida dilakukan jika serangan parah,
dengan menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb atau kaptafol.

6 Busuk Daun

Penyebab penyakit busuk daun adalah cendawan Phytophthora infestans. Gejala awal terlihat
adanya bercak basah berwarna hitam pada ujung daun, dan meluas keseluruh bagian daun
sampai tangkai daun. Penyakit ini mudah menyebar, terlebih pada saat musim hujan dengan
kelembaban tinggi.

 Busuk daun, merupakan jenis patogen yang sering menginfeksi tanaman tomat. Munculnya
P. Infestans sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan curah hujan. Penyebaran patogen
ini melalui angin, air, maupun serangga. Penyakit ini akan berkembang dengan pesat pada
kondisi lingkungan yang mendukung, yaitu pada suhu rendah dan kelembaban tinggi.

Indikasi tanaman yang terserang penyakit ini, yaitu daun terdapat bercak- bercak kecil
berwarna hijau kelabu dan agak basah serta lembek. Apabila cuaca sangat lembab serangan
pada daun akan melebar dan warna daun berubah menjadi coklat lalu mati. Bercak dikelilingi
spora berwarna putih. Pada umumnya gejala akan nampak pada tanaman yang telah berumur
1 bulan.
Untuk pengendalian tanaman, yaitu dengan melakukan upaya sanitasi, penggunaan bibit yang
bebas dari penyakit, dan rotasi tanaman yang bukan sejenis. Selain itu lakukan penyemprotan
fungisida antracol, score, atau starmly.

Pengendalian

Membuang bagian tanaman yang terserang agar tidak menular. Pencegahan dapat dilakukan
dengan menggunakan varietas yang tahan terhadap penyakit ini. Secara kimiawi dapat
dilakukan dengan penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb, antracol, score atau
starmyl.

7 Tomato Yellow Leaf Curl Virus (TYLCV)

Atau virus kuning-keriting pada daun tanaman tomat merupakan salah satu anggota dari
Virus yang tergolong dalam Suku Geminiviridae, seperti halnya keriting bule pada tanaman
cabe. Tanaman yang terinfeksi akan terlihat gejala daun muda mengkerut atau keriting dan
berwarna kuning. Sedangkan pada daun tua tidak mengalami penyusutan. Vektor utama virus
ini adalah kutu kebul.

Belum ada bahan kimia yang mampu membasmi virus ini. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara mencabut tanaman terserang dan membakarnya. Pengendalian selanjutnya
adalah dengan mengendalikan kutu kebul sebagai vektornya. Kutu kebul dapat diatasi dengan
penyemprotan akarisida berbahan aktif abamectin.

8 Layu cendawan (Fusarium oxysporum Schlectendahl )

Layu cendawan, merupakan salah satu penyakit yang ditakuti oleh petani. Cendawan ini
menyerang akar tanaman tomat pada bagian pembuluh angkutnya sehingga menimbulkan
warna colat.  Indikasi tanaman yang terserang layu cendawan, yaitu layu pada siang hari, dan
terlihat segar pada waktu pagi dan sore. Daun- daun menguning dan rontok serta akar
tanaman yang terinfeksi membusuk berwarna hitam kecoklatan.

Cara penegendalian penyakit layu cendawan, yaitu melakukan pergiliran tanaman, mencabut
dan memusnahkan tanaman yang terserang. Selain itu kita bisa memberikan fungisida
berbahan aktif propamokarb hidroklarida, metalaksil, atau benomil.
9 Rebah kacambah (Rhizoctonia solani Kuhn)

Rebah kecambah (damping off), merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan
(Rhizoctonia solani Kuhn). Penyakit ini muncul karena penggunaan pupuk kompos maupun
kandang yang belum masak. Untuk itu supaya cendawan penyebab penyakit tersebut mati,
maka upayakan supaya pupuk kandang telah masak dan siap untuk digunakan

Indikasi dari serangan cendawan tersebut, yaitu luka pada pangkal batang sehingga patah,
layu, dan bagian yang terserang akan mudah mati. Cara pengendalianya, yaitu buat bedengan
supaya lebih tinggi dan perbaiki drainase, perlakuan benih dengan fungisida agar benih
resisten terhadap cendawan penyakit.

Selanjutnya gunakan pupuk kandang yang telah masak dan sanitasi ingkungan. Selain itu kita
bisa menyemprotkan fungisida pada tanaman yang belum rebah. Contoh fungisida yang
digunakan seperti Delsen MX- 200 atau Altan 50 WP dengan interval 7hari sekali.

1 Cara Mengatasi Penyakit Busuk Daun pada Tanaman Tomat

Pada budidaya tanaman  tomat, busuk daun merupakan salah satu penyakit yang sangat
ditakuti oleh kalangan petani karena mampu menurunkan produksi tanaman tomat secara
drastis. Penyakit busuk daun pada tanaman tomat biasanya disebabkan oleh cendawan
pathogen. Namun ternyata ada juga busuk daun tanaman tomat yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Xanthomonas vesicatoria hanya saja kasus ini lebih jarang terjadi.

Penyebab utama busuk daun tanaman tomat dan yang paling sering adalah karena infeksi
cendawan Phytopthora Infestans. Cendawan ini akan menimbulkan bercak kecoklatan pada
area daun lalu sekitarnya menjadi kuning dan akhirnya sebagian beasar atau bahkan seluruh
daun menjadi busuk. Jika tak segera ditangani penyakit busuk daun dapat mematikan
tanaman tomat.

Cara mengatasi busuk daun pada tanaman tomat ialah dengan menggunakan fungisida kontak
berbahan aktif mancozeb yang disemprotkan 2-4 hari berturut-turut lalu disambung fungisida
sistemik berbahan aktif metalaksil untuk pengobatan dari dalam. Agar tidak terjadi serangan
terlalu parah maka sebelum terjadi serangan sebaiknya anda melakukan langkah pencegahan.

Langkah pencegahan terbaik untuk busuk daun pada tanaman tomat adalah dengan
menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif metalaksil setiap 10 hari sekali dan
menggunakan fungisida kontak mancozeb setiap 5 hari sekali.
2. Cara Mengatasi Penyakit Busuk Buah pada Tanaman Tomat

Penyakit busuk buah pada tanaman bisa disebabkan oleh 3 hama yakni serangga, jamur dan
bakteri patogen. Mari kita ulas lebih lanjut satu per satu.

 Serangga Patogen

Hama serangga penyebab busuk buah tomat yang paling utama adalah lalat buah. Sedang
yang secara tak langsung ialah ulat yang memakan sebagian kulit dan daging buah. Lalat
buah akan menyengat buah dan meninggalkan telurnya yang kemudian akan menetas menjadi
larva dan memakan daging buah dari dalam.

Untuk mengatasi penyakit tanaman tomat karena serangga ini  tentu kita harus menggunakan
insektisida sistemik maupun kontak. Jika anda sudah menemukan gejala serangan, anda harus
segera melakukan penyemprotan insektisida kontak dan sistemik. Untuk kontak sebaiknya
gunakan bahan aktif sipermetrin dan sistemiknya gunakan bahan aktif metomil.

 Jamur Patogen

Hama jamur patogen penyebab busuk buah pada tomat adalah antraknosa. Cendawan ini
memang menyerang banyak jenis tanaman buah. Gejalanya ialah terjadinya bercak (lesi)
busuk berwarna coklat atau kehitaman dengan pola melingkar dan memiliki mata di
tengahnya. Cara mengatasi serangan antraknosa pada tanaman  tomat ialah dengan menanam
benih unggul yang toleran antraknosa serta menentukan tanggal tanam tomat agar panen buah
tidak jatuh di musim penghujan.

Cara mengatasi penyakit tanaman tomat ini adalah jika anda menemui gejala serangan
antraknosa pada tanaman tomat anda maka sebaiknya anda segera menyemprotkan fungisida
berbahan aktif propineb selama 3 hari berturut-turut. Setelah itu semprotkan fungisida
berbahan aktif azol.

 Bakteri Patogen

Banyak sekali jenis bakteri yang menyebabkan busuk buah, namun pada buah tomat karena
posisi buah menggantung maka serangan bakteri tidak akan begitu hebat. Hanya saja bakteri
seperti Xanthomonas vesicatoria yang tadinya hanya menginfeksi daun dan batang, apabila
ada bagian kulit buah yang terluka maka ini bisa menjadi jalan masuk utama bagi bakteri
untuk menginfeksi buah tersebut dan membusukkannya. Hal ini biasanya merupakan tindak
lanjut dari serangan ulat. Untuk mengatasi penyakit tanaman tomat ini anda bisa
menggunakan bakterisida berbahan aktif streptomicin atau tembaga hidroksida.
3. Layu Fusarium

Untuk penyakit layu fusarium merupakan penyakit yang paling susah diatasi jika sudah
terjadi serangan karena hingga saat ini belum ditemukan cara mengatasi penyakit tanaman
tomat yang satu ini. Belum ada Fungisida kontak maupun sistemik yang efektif untuk
mengatasi serangan layu fusarium yang sudah terjadi pada tanaman. Tanaman yang semula
sehat akan nampak layu disiang hari dan sekitar 7 – 10 hari maka tanaman akan mati.

Pencegahan merupakan langkah paling efektif hingga saat ini yakni dengan menerapkan
aplikasi trichoderma pada pupuk dasar bedengan serta melakukan pengkocoran trichoderma
dengan rutin.

4. Bulai Daun (Gemini)

Bukan hanya tanaman cabe dan jagung saja yang mudah terserang bulai daun, namun
tanaman tomat juga berpotensi terserang bulai daun. Gejalanya mirip sekali dengan bulai
daun pada cabe. untuk mencegahnya sebaiknya anda menanam varietas tomat yang tahan
virus gemini. Dan untuk mengobati tanaman yang sudah bulai maka gunakan bahan aktif
hidroksibenzoat.

Anda mungkin juga menyukai