Anda di halaman 1dari 8

Wereng coklat (Nilaparvata lugens)

sampai saat ini masih dianggap sebagai hama utama pada pertanaman padi karena
kerusakan yang diakibatkan cukup luas dan hampir terjadi pada setiap musim pertanaman.
Kerusakan yang disebabkan dapat terjadi secara langsung maupun secara tidak langsung.
Secara langsung karena kemampuan serangga wereng coklat menghisap cairan jaringan
tanaman padi sehingga tanaman menjadi kering dan akhirnya mati. Secara tidak langsung karena
seranggawereng coklat dapat menjadi vektor virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa.
Gejala yang tampak dari serangan wereng coklat dapat terlihat dari daun yang
menguning kemudian tanaman mengering dengan cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal
dengan istilahhopperbum. Dalam suatu hamparan gejala hopperbum terlihat sebagai bentuk
lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran wereng coklat yang dimulai dari satu titik
kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran. Dalam keadaan seperti ini
populasi wereng coklat biasanya sudah sangat tinggi.
Langkah-langkah pencegahan hama wereng coklatsecara umum dapat dilakukan dengan
cara menggunakan variatas tahan, penanaman padi serempak dengan jarak tanam yang tidak
terlalu rapat, pergiliran varietas dan pengendalian dengan insektisida.
Namun dengan melihat gejala kerusakan yang diakibatkan pada tanaman padi dipetakan
sawah yang dapat mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, maka pemberantasan hama ini
perlu

dilakukan

dengan

cara

preventif,

kuratif

dan

represif.

Tindakan

preventif

bersifat pencegahan dengan cara melakukan pengamatan di lahan pertanaman padi. Tindakan
kuratif adalah tindakan pengendalian hama wereng coklat dengan cara menggunakan
insektisida yang direkomendasikan. Tindakan ini bukan merupakan langkah pencegahan lagi
tetapi merupakan langkah pembasmian. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan
insektisida berbahan aktif buprofen, BPMC, fipronil, amitraz, bupofresin, karbofuran,
karbosulfan, metalkarb, MIPCI, propoksur atau liarnetoksan dan imidakloprid. Tindakan ini
dilakukan jika hama wereng sudah merupakan kejadian luar biasa di mana dalam satu wilayah
petakan/hamparan hama ini sudah mengakibatkan kerusakan secara masal. Tindakan yang dapat

seluruh tanaman, memilih varietas unggul baru yang lebih tahan serangan wereng dan
melakukan pergiliran atau rotasi tanaman (padi-palawija).
Siklus hidup wereng coklat dibagi dalam 3 fase yaitu fase telur, nimpa dan serangga
dewasa(imago). Wereng coklat betina meletakan telur didalam pelapah dan tulang daun. Pada 79 hari setelahnya, telur tersebut menetas dan menjadi nimpa.Nimfa inilah fase yang paling
berbahaya. Nimfa itu kemudian merusak tanaman dengan cara memakan dan menghisap cairan
yang ada dalam tanaman padi. Nimfa itu sendiri terbagi atas 5 instar. Instar pertama
berwarna putih dan selanjutnya berubah coklat. Pada usia 13-15 hari, nimfa berkembang menjadi
serangga dewasa
helicoverpa armigera
Klasifikasi
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Ngengat betina muncul sehari lebih dahulu dari pada ngengat jantan. Ngengat jantan mudah
dibedakan dari ngengat betina karena ngengat betina mempunyai pola bercak-bercak berwarna
pirang tua, sedang ngengat jantan tidak mempunyai pola seperti itu. Nisbah kelamin jantan dan
betina 1 : 1. Daur hidup H. armigera dari telur hingga ngengat mati berkisar antara 52 - 58 hari.
Ngengat betina meletakkan telur satu persatu pada pucuk daun, sekitar bunga dan cabang. Telur
berbentuk bulat dan berwarna putih agak kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kuning
tua dan ketika akan menetas terlihat adanya bintik hitam. Stadium telur berkisar antara 10 - 18
hari dan persentase penetasan telur berkisar 63 - 82 persen.
Stadium larva berkisar antara 12 - 23 hari. Ketika baru keluar dari telur,
larva berwarna kuning muda dan tubuhnya berbentuk silinder. Larva muda kemudian
berubah warna dan terdapat variasi warna dan pola antar sesama larva. Larva H.

armigera terdiri dari lima instar, instar pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima, masingmasing berumur 2 - 3 hari, 2 - 4 hari 2 - 5 hari, 2 - 6 hari dan 4 - 7 hari.
Pupa dibentuk di dalam tanah. Pupa yang baru terbentuk berwarna kuning, kemudian berubah
kehijauan dan akhirnya berwarna kuning kecoklatan. Lama stadium pupa 15 - 21 hari. Hama ulat
buah tersebut menyebar di daerah sentra produksi tomat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi.
Gejala
Larva H. armigera melubangi buah tomat baik buah muda maupun yang sudah tua. Buah tomat
yang terserang akan busuk dan jatuh ke tanah. Kadang-kadang larva juga menyerang pucuk
tanaman dan melubangi cabang-cabang tomat.
Tanaman inang lain
Tanaman inang utama ulat buah adalah tomat, tembakau, jagung, dan kapas. Tanaman inang
lainnya misalnya kentang, kubis, kacang-kacangan.
Pengendalian
a) Kultur teknis . Pengaturan waktu tanam. Tomat yang ditanam pada bulan September terserang
ringan oleh larva H. armigera.
b) Penanaman varietas toleran, seperti LV 2100 dan LV 2099. Penanaman tanaman perangkap
tagetes (Tagetes erecta) di sekeliling tanaman tomat. Sistem tumpangsari tomat dengan jagung
dapat mengurangi serangan H. armigera.
c) Pengendalian fisik/mekanis. Mengumpulkan dan memusnahkan buah tomat yang terserang H.
armigera. Pemasangan perangkap feromonoid seks untuk ngengat H. armigera sebanyak 40 buah
/ ha.
d) Pengendalian hayati. Pemanfaatan musuh alami seperti parasitoid telur H. armigera yaitu
Trichogramma sp., parasitoid larva yaitu Eriborus argenteopilosus, dan virus HaNPV sebagai
patogen penyakit larva H. armigera.
e) Pengendalian kimiawi. Bila ditemukan ulat buah ? 1 larva / 10 tanaman contoh, dapat
diaplikasikan insektisida yang efektif dan diizinkan, antara lain piretroid sintetik (sipermetrin,
deltametrin), IGR (klorfuazuron), insektisida mikroba (spinosad), dan patogen penyakit serangga
H. armigera HaNPV 25 LE

. Penggerek buah dan tunas (Helicoverpa armigera Hubn)


Klasifikasi
Filum : Arthropoda
class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Helicoverpa
Spesies: Helicoverpa armigera
Bioekologi
Helicoverpa armigera merupakan family Noctuide. Telur berwarna putih kemudian berubah
menjadi coklat (Gambar 1). Larva (Gambar 2) terdari dari enam instar. Instar pertama berukuran
1-3 mm dengan warna kepala coklat kehitaman atau kuning keputihan. Tubuh berwana gelap.
Instar kedua memilki panjang 4-7 mm, instar tiga 8-13 mm, instar empat 14-23 mm, instar lima
24-28 mm, dan instar enam 29-30+ mm. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval . Imago
memilki rentang sayap 30-45 mm,sayap depan berwarna coklat atau coklat kemerahan. Sayap
belakang berwarna pucat dengan margin terluar gelap.
Suhu optimum H.armigera adalaah 25C. H.armigera meletakan telur pada daun dan bunga
secara sendiri-sendiri atau berkelompok. Setelah 4-6 hari telur menetas. Larva memakan daun,
dan buah. Stadia larva berlangsung selama 14 hari yang terdiri dari enam larva. Larva yang
menyerang buah cabai menggorok ke dalam buah. Setelah itu larva menuju tanah den masuk ke
dalam tanah sedalam 10 cm. Stadia pupa berlangsung selama 10-12 hari. Imago mampu hidup
selama 10 hari. H.armigera dapat meletakan 1000 telur selama hidupnya. Imago mengkonsumsi
nektar untuk kebutuhan pakannya.
Gejala
Daun kubis yang terserang larva H. armigera berlubang-lubang. Bila serangan cukup tinggi,
banyak daun kubis yang berlubang sehingga menurunkan kualitas kubis. Tanaman inang H.
armigera adalah sorghum, kentang, tomat, jagung, tembakau, kapas, dan kacangkacangan.
Pengendalian
a) Pengendalian Secara Mekanis. Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan sanitasi buah
cabai dan bagian tanaman yang terinvestasi H.armigera (telur dan larva). Bagian tanaman yang
di ambil di bakar.
b) Pengendalian Secara Biologi. Pengendalian secara biologi dapat dilakukan dengan
memanfaatkan parasitoid dan entomopathogen. Parasitoid yang dapat dimanfaatkan diantara lain
adalah Microplitis, Trichogramma dan Telenomus, Netelia, Heteropelma dan Ichneumon.
Parasitoid tersebut memparisiti larva dan pupa H.armigera. Entomopathogen yang dapat
dimanfaatkan adalah nucleopolyhedrovirus (NPV). NPV diaplikasikan dengan disemprotkan ke

tanaman dengan dosis 250-500ml (1ml/litre)/hektar 2-3 kali dengan interval 10 hari.
Penyemprotan dilakukan pada malam hari. Selain itu dapat memanfaatkan Bakteri berspora
Bacilus thuringensis dan jamur metarizium.
c) Pengendalian Kimiawi. Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan feromon
sex sintetik. H.armigera yang tertarik adalah Imago jantan. Feromon sex berbentuk seperti karet.
Feromon tersebut dimasukan kedalam suatu tempat Yang di bagian dasarnya terdapat air atau
insektisida. Pengendalian dengan menggunakan insektisida nabati dapat digunakan Neem oil,
karena neem oil bersifat sistemik terhadap tanaman. Neem oil bekerja dengan menghambat
hormon ecdyson yang berperan dalam penggatian kulit serangga. Bila serangan sudah sangat
berat dapat digunakan insektisida sintetik sistemik seperti karbofuran.

Klasifikasi Riptortus linearis


Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini
menyerang polong kedelai. Menurut Anonymous (2010) dalam Wahyu (2010), klasifikasi kepik
penghisap polong kedelai ini adalah:

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Insecta

Ordo

: Hemiptera

Famili

: Alydidae

Genus

: Riptortus

Spesies

: Riptortus linearis

Ciri khas serangga ini terdapat pada stadia imago, yaitu adanya garis putih kekuningan pada
sepanjang sisi badannya. Imago Riptortus linearis bertubuh memanjang dan berwarna kuning
coklat. Jumlah imago yang hidup sebanyak 50 ekor. Imago memiliki sayap sehingga bisa terbang.
Perbedaan antara imago jantan dan betina dapat terlihat pada bagian abdomen. Pada abdomen
betina terdapat garis segitiga berwarna putih, sedangkan pada jantan hanya ada garis memanjang
berwarna putih. Jika sudah berisi telur, serangga betina memiliki abdomen yang membesar dan
menggembung pada bagian tengah, sedangkan abdomen jantan lurus ke belakang. Rata-rata lama
stadium imago adalah 29,3 13,75 hari. Lama perkembangan Riptortus linearis dari telur hingga
imago membutuhkan waktu 64,48 hari.

Biologi Riptortus linearis

Kepik polong kedelai Riptortus linearis memiliki tipe metamorfosis paurometabola yaitu terdiri
dari telur, nimfa, dan imago. Telur R. linearis berbentuk bulat dan berwarna coklat. Siklus hidup
Riptortus linearis meliputi stadium telur, nimfa yang terdiri atas lima instar, dan stadium imago.
Imago (Gambar 1a) berbadan panjang dan berwarna kuning kecokelatan dengan garis putih
kekuningan di sepanjang sisi badannya (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan
Suharsono, 2005). Imago datang pertama kali di pertanaman kedelai saat tanaman mulai
berbunga dengan meletakkan telur satu per satu pada permukaan atas dan bawah daun. Seekor
imago betina mampu bertelur hingga 70 butir selama 4 47 hari. Imago jantan dan betina dapat
dibedakan dari bentuk perutnya, yaitu imago jantan ramping dengan panjang 11 13 mm dan
betina agak gemuk dengan panjang 1314 mm.

Telur Riptortus linearis berbentuk bulat dengan bagian tengah agak cekung, ratarata berdiameter
1,20 mm. Telur berwarna biru keabuan kemudian berubah menjadi cokelat suram (Gambar 1b).
Setelah 67 hari, telur menetas dan membentuk nimfa instar I selama 3 hari (Gambar 1c). Pada
stadium nimfa, Riptortus linearis berganti kulit (moulting) lima kali. Setiap berganti kulit terlihat
perbedaan bentuk, warna, ukuran, dan umur.

Nimfa instar pertama berubah warna dari kemerah-merahan menjadi kekuning-kuningan, sedang
instar kedua berubah menjadi coklat tua. Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima berubah dari
kemerah-merahan menjadi coklat tua dan akhirnya menjadi hitam. Nirnfa instar pertama dan
kedua sangat aktif bergerak dan mencari makan; dalam keadaan kenyang beristirahat pada
tempat-tempat yang tersembunyi . Nimfa instar ketiga, keempat dan kelima tidak seaktif instar
pertama dan kedua . Instar keempat dan kelima sangat lambat gerakannya, dan lebih banyak
beristirahat . Stadia nimfa berkisar antara 16-23 hari, dengan rata- rata 19 hari. Instar pertama 1-3
hari, instar kedua 2-4 hari, instar ketiga 2-6hari, instar keempat 3-6 hari dan instar kelima 5-8
hari. Rata-rata panjang tubuh nimfa instar I adalah 2,60 mm, instar II 4,20 mm, instar III 6 mm,
instar IV 7 mm, dan instar V 9,90 mm (Tengkano dan Dunuyaali 1976 dalam Prayogo dan
Suharsono, 2005). Nimfa maupun imago mampu menyebabkan kerusakan pada polong kedelai

dengan cara mengisap cairan biji di dalam polong dengan menusukkan stiletnya. Tingkat
kerusakan akibat Riptortus linearis bervariasi, bergantung pada tahap perkembangan polong dan
biji. Tingkat kerusakan biji dipengaruhi pula oleh letak dan jumlah tusukan pada biji (Todd dan
Turnipseed 1974 dalam Prayogo dan Suharsono, 2005).

Gambar 1. Hama pengisap polong kedelai Riptortus linearis; (a) imago, (b) telur, (c) nimfa instar
I, dan (d) nimfa instar V (Prayogo dan Tengkano 2003, tidak diterbitkan dalam Prayogo dan
Suharsono, 2003).

Gejala Serangan Riptortus linearis

Kepik menyerang dengan cara menghisap polong sehingga menjadi kosong atau kempis (biji
tidak terbentuk) dan polong muda akan gugur. Sedangkan polong tua yang diserang kepik ini
menyebabkan biji keriput dan berbintik-bintik kecil berwarna hitam, selanjutnya biji tersebut
akan membusuk (Puput, 2007).

Hama ini menyerang polong dan menghisap isinya. apabila polong yang diserang telah berisi
akan tampak bintik-bintik hitam, dan jika polong tersebut terbuka akan tampak biji kehitamhitaman, kosong, dan gepeng. pemberantasan kepik polong sama dengan penggerek polong.
Oleh karena itu, pemberantasan penggerek polong berarti juga pemberantasan kepik. Pada
polong muda menyebabkan biji kempis dan kadang-kadang polong gugur. Serangan yang terjadi
pada fase pertumbuhan polong menyebabkan biji dan polong kempis, kemudian mengering.
Serangan yang terjadi pada fase pengisian biji menyebabkan biji busuk dan menghitam.
Serangan polong tua menyebabkan adanya bintik hitam pada biji. Imago mulai datang di
pertanaman sejak pembentukan bunga, Akibat serangannya menyebahkan biji dan polong
kempis, polong gugur, biji menjadi busuk, berwarna hitam; kulit biji keriput, dan adanya bercak
coklat pada kulit biji. Periode kritis tanaman terhadap serangan pengisap polong adalah stadia
pengisian biji.

Riptortus linearis adalah kepik pengisap polong yang dominan di pertanaman kedelai dan dapat

menyebabkan kehilangan hasil sampai 80% bila tidak dilakukan pengendalian. Selama ini petani
menggunakan pestisida atau bahan kimia lainnya untuk mengatasi masalah tersebut. Namun
pemakaian yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan juga
menjadikan produk tanaman berbahaya untuk dikonsumsi.
Pemanfaatan musuh alami hama pengisap polong, cendawan Entomopatogen Verticillium lecanii,
sebagai bioinsektisida memiliki kelebihan selain membunuh nimfa dan kepik dewasa, juga
efektif mengendalikan telur hama. Cendawan ini mudah dibiakkan secara massal dan aman bagi
lingkungan.

Pengendaliannya , prinsip pengendalian hama secara terpadu atau PHT merupakan suatu cara
pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam
rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan masih menjadi
alternative utama dalam pengendalian hama kepik penghisap polong. Penggunaan pestisida
merupakan alternative terakhir yang apabila serangan hama kepik hijau telah melampaui batas
ambang kendali yaitu bila telah ditemukan kerusakan polong lebih dari 2% atau terdapat
sepasang kepik dewasa per tanaman saat tanaman kedelai berumur lebih dari 45 hari setelah
tanam. Adapun komponen pengendalian hama pengisap polong kedelai adalah dengan cara
sebagai berikut :
Tanam serempak dalam tidak lebih dari 10 hari.
Pergiliran tanaman bukan inang.
Pengumpulan kepik dewasa ataupun nimfa untuk dimusnahkan.
Menjaga kebersihan lahan dari tanaman penganggu atau gulma.
Menggunakan pestisida apabila serangan telah melampaui batas ambang kendali

Anda mungkin juga menyukai