Anda di halaman 1dari 9

PERBEDAAN HAMA DAN PENYAKIT

I.PERBEDAAN HAMA DAN PENYAKIT

Hama dan penyakit, keduanya merupakan penyebab terjadinya kerusakan. Akan tetapi bila
dilihat dari penyebab dan hasil kerjanya, maka antara hama dan penyakit memiliki perbedaan.

1.HAMA
Hama adalah perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian tanaman lainnya sehingga
tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati.
Ciri ciri hama antara lain sebagai berikut :
1.Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
2.Umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan sebagainya)
3.Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga tanaman menjadi mati atau
tanaman tetap hidup tetapi tidak banyak memberikan hasil.
4.Serangga hama biasanya lebih mudah diatasi karena hama tampak oleh mata atau dapat dilihat
secara langsung.

2.PENYAKIT
Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanaman sehingga tanaman tidak
bereproduksi atau mati secara perlahan lahan.
Ciri ciri penyakit antara lain sebagai berikut :

1.Penyebab penyakit sukar dilihat oleh mata telanjang


2.Penyebab penyakit antara lain mikroorganisme (virus, bakteri, jamur atau cendawan) dan
kekurangan zat tertentu dalam tanah.
3.Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman mati secara perlahan lahan.

JENIS HAMA DAN CARA PENANGGULANGANNYA

1. Tikus

Gejala serangan :

1. Tikus menyerang berbagai tumbuhan.


2. Menyerang di pesemaian, masa vegetatif, masa generatif, masa panen, tempat
penyimpanan.
3. Bagian tumbuhan yang disarang tidak hanya biji bijian tetapi juga batang tumbuhan
muda.
4. Tikus membuat lubang lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak
semak.

Pengendaliannya :
1. Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap
tikusnya.
2. Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
3. Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan
pula sehingga tidak ada kesempatan bigi tikus untuk mendapatkan makanan setelah
tanaman dipanen.
4. Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun,
yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus.
Peracunan ini sebaiknya dilakukna sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu
penggunaan racun harus hati hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan
manusia.

2. Wereng

Gejala serangan :

1. Menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang lubang.


2. Daun dan batang kemudian kering, dan pada akhirnya mati.

Pengendaliannya :

1. Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun
dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup
wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 2 bulan.
2. b. Pengandalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba
laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss
lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia
octomaculata.
3. Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain
tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa
sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Gejala serangan :

1. Menghisap butir butir padi yang masih cair.


2. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat.
3. Kulit biji iu akan berwarna kehitam hitaman.
4. Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan
dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama.
5. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji biji yang sudah mengeras, yaitu dengan
mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
6. Faktor faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain
sebagai berikut.
Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
Penanaman tidak serentak

Pengendaliannya :

1. Menanam tanaman secara serentak.


2. Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak
menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
3. Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
4. Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
5. Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba
laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
6. Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.

4. Ulat

Gejala serangan :

1. Aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari.
2. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.

Pengendaliannya :

1. Membuang telur telur kupu kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
2. Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan
bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
3. Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan
menggunakan pertisida.

5. Tungau

Gejala serangan :

1. Tungau (kutu kecil) bisaanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun
tersebut.
2. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak bercak kecil kemudian daun akan
menjadi kuning lalu gugur.

Pengendaliannya :

1. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun daun yang terserang hama
pada suatu tempat dan dibakar.

6. Lalat bibit (Atherigona exigua, A. Oryzae)


Gejala serangan :

1. Lalat bibit meletakkan telur pada pelepah daun padi pada senja hari.
2. Telur menetas setelah dua hari dan larva merusak titik tumbuh. Pupa berwarna kuning
kecoklatan terletak di dalam tanah. Setelah keluar dari pupa selama 1 minggu menjadi
imago yang siap kawin.
3. Hama ini menyerang terutama pada kondisi kelembaban udara tinggi.

Pengendaliannya :

1. Pengendaliannya diutamakan pada penanaman varitas yang tahan.

7. Anjing tanah atau orong-orong (Gryllotalpa hirsuta atau Gryllotalpa African

Gejala serangan :

1. Hidup dibawah tanah yang lembab dengan membuat terowongan.


2. Memakan hewan-hewan kecil (predator), tetapi tingkat kerusakan tanaman lebih besar
dari pada manfaatnya sebagai predator.
3. Nimfa muda memakan humus dan akar tanaman, imago betina sayapnya berkembang
setengah, yang jantan dapat mengerik di senja hari.

Pengendaliannya :

1. Pengendaliannya diarahkan pada pengolahan tanah yang baik agar terowongan rusak.

8. Uret (Exopholis hypoleuca, Leucopholis rorida, Phyllophaga helleri)

Gejala serangan :

1. Uret yang merusak tanaman padi terdiri dari spesies Exopholis hypoleuca, Leucopholis
rorida, Phyllophaga helleri
2. Perkembangan hidup ketiga uret tersebut sama yaitu dari telur larva (uret) pupa
imago (kumbang).
3. Kumbang hanya makan sedikit daun-daunan dan tidak begitu merusak dibanding uretnya.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian diarahkan pada sistem bercocok tanam yang baik agar vigor tanaman baik.

9. Ganjur (Orseolia oryzae)

Gejala serangan :
1. Hama ganjur sejenis lalat ordo Diptera. Ngengat betina hanya kawin satu kali seumur
hidupnya, bertelur antara 100-250 telur. Telur berwarna coklat kemerahan dan menetas
setelah 3 hari.
2. Larva makan jaringan tanaman diantara lipatan daun padi, pertumbuhan daun padi jadi
tidak normal.
3. Pucuk tanaman menjadi kering dan mudah dicabut. Masa larva selama 6 12 hari. Siklus
hidup keseluruhan 19 26 hari.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian diarahkan pada penanaman varietas yang resisten, penggenangan areal


pertanaman sesudah panen agar pupanya mati.

10. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) dan hama putih palsu
(Cnaphalocrosis medinalis)

Gejala serangan :

1. Pengorok daun atau hama putih (Nymphola depunctalis) menyerang daun padi sejak
dipesemaian hingga dilapang.
2. Daun padi yang telah dikorok menjadi putih, tinggal kerangka daunnya saja.
3. Larva bersifat semi aquatik, memanfaatkan air sebagai sumber oksigen.
4. Larva membuat gulungan/kantung dari daun padi kemudian menjatuhkan diri ke air.
Larva berwarna hijau, perkembangan sampai menjadi pupa 14 20 hari. Stadia pupa 4
7 hari.

Pengendaliannya :

1. Meniadakan genangan air pada pesemaian sehingga larva tidak dapat memanfaatkan air
sebagai sumber oksigen.
2. Lalat Tabanidae dan semut Solenopsis gemitata merupakan musuh alami.
JENIS PENYAKIT DAN CARA PENANGGULANGANNYA

21. Penyakit Rebah Kecambah (Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp.)

Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk
seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh.
3. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 %
drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 8,5.

Pengendaliannya :

1. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan.


2. Disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan.
3. Pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida netalaksil 3 g/liter air Mankozep (2 3
g/liter air), Benomil 2 3 g/liter air dan Propanokrab Hidroklorida 1 2 ml/l air.

22. Penyakit Lanas (disebabkan cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan)

Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal
batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur
tanaman bersekat-sekat.
3. Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati.
4. Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya
lebih coklat dibanding daun normal.

Pengendaliannya :

1. Melakukan sanitasi pengolahan tanah yang matang, memperbaiki drainase, penggunaan


pupuk kandang yang telah masak.
2. Rotasi tanaman minimal 2 tahun dan menggunakan varietas tahan seperti Coker 48,
Coker 206 NC85, DB 102, Speight G-28, Ky 317, Ky 340, Oxford 1, dan Vesta 33.
3. Dengan penyemprotan fungisida pada pangkal batang dengan menggunakan fungisida
Mankozeb 2 3 g/liter air, Benomil 2 -3 g/liter air, Propanokarb Hidroklorida 1 2 ml
air dan bubur bordo 1 2 %.

23. Virus Penyakit Kerupuk (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV).

Gejala serangan :

1. Penyakit ini menyerang pada tembakau.


2. Daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun
menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.

Pengendaliannya :

1. Memberantas vektor lalat putih (Bemisia tabaci) dengan insektisida dimetoat atau
imedakloprid.

24. Kutu Daun Tembakau (Myzus persicae)

Gejala serangan :

1. Kutu ini merusak tanaman tembakau.


2. Menghisap cairan daun tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat.
3. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan
ditumbuhi cendawan berwarna hitam.
4. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan
mengurangi mutu dan harga.
5. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan
maningkatkan total nitrogen daun.
6. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan
kerugian 22 28 % pada tembakau flue-cured.

Pengendaliannya :

1. Mengurangi pemupukan N dan melakukan penyemprotan insektisida yaitu apabila lebih


besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu tembakau (setiap koloni sekitar 50 ekor
kutu).
2. Pestisida yang digunakan yaitu jenis imidaklorid.

25. Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang diserang berukuran panjang 8 cm, dengan gejala masak awal, yaitu
belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva.
2. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak
berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Selain itu buah jika digoyang tidak
berbunyi.

Pengendaliannya :

1. Karantina; yaitu dengan mencegah masuknya bahan tanaman kakao dari daerah terserang
PBK
2. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga
memudahkan saat pengendalian dan panen
3. Mengatur cara panen, yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali)
lalu buah dimasukkan dalam karung sedangkan kulit buah dan sisa-sisa panen dibenam
4. Menyelubungan buah (kondomisasi), caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan
cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah
serangan hama helopeltis dan tikus
5. Cara kimiawi: dengan Deltametrin (Decis 2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Buldok
25 EC dengan volume semprot 250 l/ha dan frekuensi 10 hari sekali.

26. Kepik penghisap buah (Helopeltis spp)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang terserang tampak bercak-bercak cekung berwarna coklat kehitaman
dengan ukuran bercak relatif kecil (2-3 mm) dan letaknya cenderung di ujung buah.
2. Serangan pada buah muda menyebabkan buah kering dan mati, tetapi jika buah tumbuh
terus, permukaan kulit buah retak dan terjadi perubahan bentuk.
3. Bila serangan pada pucuk atau ranting menyebabkan daun layu, gugur kemudian ranting
layu mengering dan meranggas.

Pengendaliannya :

1. Pengendalian yang efektif dan efisien sampai saat ini dengan insektisida pada areal yang
terbatas yaitu bila serangan helopeltis <15 % sedangkan bila serangan >15% penyemprot-
an dilakukan secara menyeluruh.
2. Dikendalikan secara biologis, menggunakan semut hitam. Sarang semut dibuat dari daun
kakao kering atau daun kelapa diletakkan di atas jorket dan diolesi gula.

27. Penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora)

Gejala serangan :

1. Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau
pangkal buah.
2. Disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan, dan biasanya
penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi
dengan kondisi lembab.

Pengendaliannya :

1. Sanitasi kebun, dengan memetik semua buah busuk lalu membenamnya dalam tanah
sedalam 30 cm.
2. Kultur teknis, yaitu dengan pengaturan pohon pelindung dan lakukan pemangkasan pada
tanaman-nya sehingga kelembaban di dalam kebun akan turun.
3. Cara kimia, yaitu menyemprot buah dengan fungisida seperti :Sandoz, cupravit Cobox,
dll. Penyemprotan dilakukan dengan frekuensi 2 minggu sekali; (4) penggunaan klon
tahan hama/penyakit seperti: klon DRC 16, Sca 6,ICS 6 dan hibrida DR1.

28. Antraknosa (Penyebab jamur C. capsici)

Gejala serangan :

1. Menyerang pada tanaman cabe


2. Adanya bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair.
3. Lamakelamaan busuk tersebut akan melebar membentuk lingkaran konsentris.
4. Dalam waktu yang tidak lama maka buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan
membusuk.
5. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan.
6. Penyebarannya tidak hanya melalui sentuhan antara tanaman saja melainkan juga bisa
karena percikan air, angin, maupun melalui vektor.

Pengendaliannya :

1. Dengan kultur teknis yang baik.


2. Dapat juga dilakukan pembersihan atau pembuangan bagian tanaman yang sudah
terserang agar tidak menyebar.
3. Selain dengan cara budidaya yang baik, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara
selektif .
4. Disarankan agar menanam benih cabe yang memiliki ketahanan terhadap penyakit
pathek.
5. Secara kimia, pengendalian penyakit ini dapat disemprot dengan fungisida bersifat
sistemik yang berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan
aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Mankozeb
seperti Victory 80WP.

Anda mungkin juga menyukai