Anda di halaman 1dari 29

METODE PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Praktikum


Pengantar Teknologi Pertanian Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Nilasari Dewi, S.Hut., M.Si

Disusun oleh:
1. Dea Ayu Puspitasari (201510501026)
2. Muhammad Eqik Pratama (201510501047)
3. Novita Firdausi (201510501005)
4. Husnul Khotimah (201510501130)
5. Mahardika Safitri (201510501121)

PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beras adalah salah satu makanan pokok terpenting bagi lebih dari setengah
populasi dunia dan memengaruhi mata pencaharian dan ekonomi beberapa miliar
orang, dan ditanam di hampir semua wilayah tropis dan subtropis di dunia (IRRI
2006). Melihat pentingnya beras sebagai kebutuhan pangan, oleh karena itu
diperlukan upaya peningkatan produktivitas tanaman padi. Budidaya padi
terkadang mengalami kendala, salah satunya yaitu penyakit.
Benih adalah unit dasar dalam memproduksi tanaman. Sejumlah besar
tanaman bergantung pada benih untuk keturunan berikutnya (Srivasta S, et al
2020). Penyakit pada tanaman padi salah satunya bersumber dari benih yang
digunakan. Kualitas dari benih yang ditanam mempunyai pengaruh kritis terhadap
tanaman untuk berkembang dan untuk mencapai potensi hasil penuh dan nilai
mereka (McGee 1995). Penyakit yang ditularkan melalui benih tidak hanya
menjadi penyebab patogen baru mempengaruhi kuantitas atau kualitas hasil panen
tetapi juga mencemari tanah secara permanen (Anselme 1981).
Benih bermutu merupakan benih yang memiliki varietasnya benar, murni,
mutu genetis, mutu fisiologis, dan mutu fisik yang tinggi sesuai dengan standard
mutu pada kelasnya (Widajati E, et al 2013). Benih yang bermutu fisik tinggi
terlihat dari penampilan fisiknya yang bersih, cerah, bernas, dan ukuran seragam
(Ningsih et al 2018). Keuntungan menggunakan benih bermutu adalah 1)
menghindarkan kerugian waktu, tenaga, dan biaya, 2) menghasilkan produk yang
tinggi sesuai varietas, 3) tanaman tumbuh cepat dan serempak (Widajati E, et al
2013). Benih memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kuantitas
maupun kualitas pertanian. Oleh karena itu, benih bermutu harus dalam kondisi
sehat dan terhindar dari patogen tular-benih seperti jamur, bakteri, maupun virus
patogen. Benih menjadi sasaran patogen penyebab penyakit terutama cendawan
karena kaya akan sumber makanan bagi sejumlah organisme. Cendawan patogen
yang terbawa pada benih dapat mengubah bentuk dan warna benih, hilangnya
daya kecambah dan vigor, mengurangi hasil prduksi tanaman, serta patogen ikut
terbawa pada benih yang tumbuh, sehingga menyebabkan berkembangnya
penyakit pada tanaman (Hanif A dan Susanti R 2019). Benih membawa penyakit
biasanya dideteksi dengan metode standar dari ISTA (Seed International Seed
Testing Association), suatu lembaga resmi di dunia yang menetapkan standar
mutu benih termasuk pengujian kesehatan benih. Metode pengujian yang umum
dilakukan adalah secara konvensional (pemeriksaan secara visual atau cara kering,
cara basah dengan perendaman atau ekstraksi benih, dan inkubasi pada media
buatan), deteksi secara serologi dan molekuler, serta metode pertumbuhan benih
di rumah kaca. Uji kesehatan benih berperan penting dalam perbaikan mutu benih
(seed improvement), perdagangan benih (seed trade), dan perlindungan tanaman
(plant protection).

1.2. Tujuan

Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui jenis patogen


yang dibawa oleh benih. Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk
berbagai tujuan antara lain :
a. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan keberbagai tempat
untuk keperluan pertanaman.
b. Mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
c. Mengevaluasi usaha usaha pengendalian penyakit dilapangan dalam
rangka mencegah penyakit yang ditularkan ke biji.
d. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional
sehingga dapat mengetahui penyebaran patogen terutama yang terbawa
biji.
e. Karantina tumbuh tumbuhan untuk mencegah keluar masuknya patogen
yang membahayakan.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan tempat


Pelaksanaan Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian dengan acara
Metode Pengujian Kesehatan Benih dilakukan pada hari Selasa, 2 Maret 2021
pukul 11.00 – 13.30 di Jl. Gatot Subroto No. 41, Mangunharjo, Mayangan,
Probolinggo.

2.2. Alat dan Bahan


2.2.1. Alat
1. Timbangan
2. Baskom plastik
3. Toples plastik
4. Handphone (Kamera)
2.2.2. Bahan
1. Benih Padi
2. Air

2.3. Cara kerja


1. Membuat kelompok (5 – 7 orang/ kelompok atau menyesuaikan)
2. Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian kesehatan benih dengan
cara pemeriksaan biji kering
3. Ambilla biji padi secara sampling sebanyak 100 gr dan lakukan pemeriksaan
secara kering
4. Pemeriksaan biji dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut : (1) bernas
tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) biji bercak, (4) ada tidaknya kotoran, (5)
jamur dipermukaan biji, (6) sklerotia
5. Hitunglah berapa jumlahnya dan persentaseya dari masing-masing parameter
6. Buatlah dokumentasinya
BAB 3. HASIL

Tabel 1. Pelaksanaan Praktikum dan Pengamatan Metode Pengujian Kesehatan


Biji (Benih)
PEKERJAAN PENGUJAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Parameter Uraian Persentase Dokumentasi
Bernas Dari 3.772 benih padi Biji Bernas:
Tidaknya terdapat 2.714 benih 2.714/3.772 ×
Biji Padi yang bernas dan dalam 100%
kondisi yang baik, 953 = 71, 951%
benih dalam kondisi Biji Tidak
tidak bernas Bernas:
(mengapung) 953/3.772 ×
100%
= 25,265%
Warna Biji Dari total keseluruhan
benih sebanyak 3.772,
yang menunjukkan
benih tidak sehat
seperti warna hijau
tidak ada/0
Biji Bercak Dari 3.772 benih padi Biji Bercak:
terdapat 92 benih yang 92/3.772 ×
memiliki bercak- 100%
bercak hitam pada = 2,439%
permukaan kulitnya
Ada Ada kotoran seperti -
Tidaknya jerami dan debu
Kotoran

Jamur Dari 3.772 benih padi Jamur pada


Dipermukaan terdapat 7 benih padi Permukaan
Biji yang pada Biji:
permukaannya terdapat 7/3.772 ×
jamur. Hal ini dapat 100%
terlihat dari permukaan = 0,186%
kulit benih yang putih
Sklerotia Dari 3.772 benih padi Sklerotia:
terdapat 6 benih yang 6/3.772 ×
pada kulit terdapat 100%
sklerotia. Hal ini dapat = 0,159%
terlihat dari kulit benih
yang berwarna cokelat
kehitaman dan terdapat
miselium
BAB 4. PEMBAHASAN

Pelaksanaan praktikum dan pengamatan metode pengujian kesehatan biji


(benih) padi menggunakan 100 gr benih padi atau sebanyak 3.772 benih padi.
Parameter pengamatan pada praktikum ini meliputi bernas tidaknya biji padi,
warna biji, biji bercak, ada tidaknya kotoran, jamur di permukaan biji dan
sklerotia. Menurut Sifa et al (2020) uji kesehatan benih perlu dilakukan untuk
mendapatkan benih bebas dari kontaminasi jamur patogen. Ketika benih yang
ditanam terinfeksi patogen lalu tumbuh menjadi kecambah dan tanaman, hal
tersebut akan menyebabkan tanaman menjadi tidak sehat, sehingga akan
mempengaruhi produktivitas tanaman (Hausufa dan Rusae dalam Sifa et al,
2020).
Persyaratan terpenting untuk memproduksi tanaman pangan yang baik
dilakukan dengan pemilihan benih bermutu tinggi yang nantinya menghasilkan
varietas bermutu tinggi, bebas penyakit dan dapat disesuaikan dengan area
pertumbuhan. Seed borne patogen atau patogen yang terbawa oleh benih adalah
setiap patogen penyebab infeksi yang berasosiasi dengan benih dan mempunyai
potensi untuk menyebabkan penyakit. Menurut Hamim et al, (2014) Sebagai
contoh umum patogen yang banyak menyerang benih adalah jenis cendawan.
Cendawan termasuk dalam jamur parasit yang umumnya akan menyerang benih
pada permukaannya. Seed borne disease atau penyakit yang terbawa oleh benih
adalah suatu suatu penyakit dimana patogen penyebabnya terbawa dipermukaan,
di dalam atau bersama benih. Penyakit terbawa benih disebabkan oleh biji yang
membawa patogen. Oleh sebab itu, benih merupakan input yang penting dan
tergolong murah maka harus memperhitungkan kemurnian dan kesehatan benih.
Benih yang disimpan dalam waktu yang lama dapat pula mengembalikan penyakit
lama jika benih tersebut ditanam (Amodu et al, 2015).
Parameter bernas tidaknya benih padi digunakan untuk mengetahui
kualitas benih melalui pengujian dengan menggunakan larutan air dan garam.
Ketika benih dimasukkan kedalam larutan tersebut dan tenggelam, hal tersebut
menunjukkan bahwa benih tersebut adalah benih bernas. Benih bernas sendiri
adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Sedangkan benih tidak bernas adalah
benih hampa atau kosong dan ketika dimasukkan kedalam larutan tersebut akan
terapung. Berdasarkan hasil praktikum terhadap 100 gr benih padi atau sebanyak
3.772 benih padi yang diamati terdapat 2.714 benih padi bernas dengan presentase
71,951% dan 953 benih padi tidak bernas dengan presentase 25,265%.
Mutu kesehatan benih juga dapat diidentifikasi berdasarkan warna dari
benih itu sendiri. Berdasarkan hasil praktikum terhadap 100 gram benih padi atau
sebanyak 3.772 benih padi, benih padi tersebut memiliki warna kuning tua
keemasan. Menurut Irine dan Triono (2017) pada umumnya padi varietas lokal
memiliki bentuk gabah panjang dan gemuk dengan warna kuning. Benih padi
yang memiliki warna kuning menunjukkan kualitas benih yang baik. Benih
tersebut siap untuk dikelola baik dikonsumsi maumpun di tanam lagi. Dari
keseluruhan benih yang diamati tidak ada benih yang tidak sehat seperti berwarna
hijau dengan presentase 0%.
Pada 3.772 benih padi yang diamati ditemukan 92 benih padi dengan
presentase 2,439% yang memiliki bercak-bercak hitam pada permukaan kulitnya.
Adanya indikasi bercak-bercak hitam pada permukaan kulit padi tersebut dapat
menunjukkan indikasi benih padi yang tidak sehat. Kondisi tersebut dapat
disebabkan oleh patogen-patogen yang menyerang benih. Menurut Siti dan
Syamsudin (2012) patogen-patogen yang terdapat pada biji dapat menimbulkan
berbagai macam kerusakan. Kerusakan yang ditimbulkan bervariasi, tergantung
patogen, macam biji, dan lingkungannya. Salah satu gejala benih yang terserang
bakteri yaitu warna permukaan benih menjadi hitam kecokelatan serta ditemukan
adanya bercak pada permukaan benih.
Hasil pengamatan parameter ada tidaknya kotoran pada benih padi
terdapat kotoran yang terdiri dari jerami padi dan debu. Jerami adalah tanaman
padi yang telah diambil dari buahnya atau gabah, sehingga hanya tersisa batang
dan daun. Jerami padi tersebut tergolong limbah pertanian, oleh sebab itu jerami
padi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Menurut Harahap dkk (2020)
Jerami padi merupakan salah satu dari sekian banyak sumber bahan organik yang
tersedia dengan jumlah yang cukup besar. Akan tetapi pemanfaatan jerami padi
selama ini hanya digunakan pada tanah sawah saja. Sedangkan debu pada benih
padi merupakan partikel yang sangat kecil dimana yang disebarkan melalui angin.
Dilihat dari hasil pengamatan parameter jamur dipermukaan biji terdapat 7
benih padi dari 3.772 benih padi yang permukaannya terdapat jamur dan memiliki
persentase 0,186%. Hal tersebut dapat terlihat dari permukaan benih yang
berwarna putih. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil,
berkembang biak melalui spora seksual dan aseksual, tidak membelah diri sama
seperti bakteri, dan ciri khasnya mempunyai miselium atau menyerupai masa
jalinan benang (hifa) yang berisi inti sempurna (Sastrahidayat, 2017). Menurut
Syamsidi dan Djauhari (2012) jamur dapat menyerang berbagai tanaman lewat
biji yang meliputi bermacam-macam kelas, suku, marga dan jenis. Masing-masing
jenis jamur dengan bentuk serangan yang berbeda-beda dan sangat menimbulkan
kerugian ekonomi yang berbeda-beda pula. Jamur yang biasanya terbawa oleh
benih padi dari lapangan antara lain Rhizopus, Fusarium, Aspergillus, Curvularia,
Penicillium, Alternaria, dan Pyricularia. Dari beberapa jamur, pada hasil
pengamatan parameter jamur dipermukaan biji adalah Rhizopus. Jamur tersebut
merupakan kelompok jamur tular benih yang banyak ditemukan di daerah
penanaman padi baik sawah maupun lahan kering, dan dapat menimbulkan
penyakit tanaman padi sejak di lapangan, juga dapat menginfeksi benih dalam
penyimpanan. (Ibeabuchi dan Olawuni dalam Sobianti dkk, 2020). Pencegahan
dan pengendalian penyakit tular benih pada padi dapat dilakukan dengan cara
seleksi dan perlakuan benih. Seleksi benih dilakukan dengan memilih benih yang
bagus dan bermutu secara fisik. Selain itu, upaya untuk mendapatkan benih bebas
dari kontaminasi jamur patogen perlu dilakukan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan pengujian kesehatan benih. Uji kesehatan benih
dilakukan dengan teknik isolasi, dilanjut dengan identifikasi. Menurut Sobianti
dkk (2020) Deteksi dan identifikasi merupakan kegiatan penting dalam
pengelolaan penyakit tanaman, karena dengan diketahuinya status kesehatan benih
dan identitas patogen terbawa benih akan dapat ditentukan strategi pengendalian
lebih awal dan tepat waktu untuk mencegah terjadinya penyebaran, epidemi, dan
kehilangan hasil (Cram dan Fraedrich dalam Sobianti, 2020).
Hasil pengamatan parameter sklerotia terdapat 6 benih padi dari 3.772
benih padi yang pada kulit terdapat sklerotia yang memiliki persentase 0,159%.
Hal tersebut dapat terlihat dari kulit benih yang berwarna cokelat kehitaman dan
terdapat miselium. Sklerotia (kumpulan dari miselium) merupakan struktur jamur
untuk bertahan hidup, terbentuk pada infeksi yang berlangsung lama, berwarna
coklat muda kemudian berubah menjadi coklat kehitaman. Menurut Chairudin
dkk (2018) Sclerotium rolfsii merupakan salah satu jamur patogen yang dapat
menyebabkan beberapa penyakit mematikan dan cukup berbahaya pada tanaman
maupun benih karena dapat bertahan hidup sangat lama dalam bentuk sklerotia.
Jamur dapat berkembang pesat pada kondisi lembab seperti di bawah rumpun padi
yang rapat dan bisa juga tanaman yang dipupuk berat dengan pupuk N. Tanaman
yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala berupa bercak pada pelepah daun
terutama terdapat pada selubung daun. Apabila kondisi lembab bercak tersebut
dapat terjadi di daun. Bercak tampak coklat kemerahan menjadi putih kelabu
dengan pinggiran berwarna coklat. Bercak berbentuk bulat lonjong dan akhirnya
menyebar secara meluas dan kondisi yang memungkinkan pelepah daun dapat
menjadi busuk sehingga memengaruhi pembentukan biji (bila serangan terjadi
sebelum bulir berisi) dan menyebabkan tanaman mati (Harahap dan Tjahjono
dalam Fajarfika, 2021). Penyakit ini juga menyebabkan tanaman menjadi mudah
rebah dan gabah kopong atau tidak berisi.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengujian kesehatan benih dilakukan secara kering dengan beberapa
parameter yaitu bernas-tidak bernas biji, warna biji, biji bercak, ada
tidaknya kotoran, jamur dipermukaan biji, dan sklerotia.
2. Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil benih, yakni
faktor genetik (berasal dari dalam benih) dan faktor eksternal (berasal dari
luar benih).
3. Terdapat berbagai macam patogen yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan kualitas benih padi, seperti patogen yang terbawa benih langsung dan
berasosiasi di dalam benih maupun patogen dari benih lain yang bisa
menularkan ke benih yang sehat. Patogen yang banyak menyerang benih
adalah jenis cendawan atau jamur.
DAFTAR PUSTAKA

Amodu, U. S., B. O. Aku. 2015. Seed-Borne Diseases and Nigeria Agriculture.


Agriculture and Veterinary Sciences. 2(3B): 243 – 252.
Bolanle T.E.A, Yahuza L.A, Mustapha S.B, Ali A, Sulaiman. 2019. Seed Health,
Quality Test, and Control of Seed-borne Fungi of Some Improved and
Local Cultivars of Rice (Oryza sativa L.) in Kano, Northwestern
Nigeria. Journal of Tropical Crop Science 6(3) : 145 – 152
Chairudin., Yanti, L. A., Zalukhu, P. 2018. Pengaruh Varietas Kacang Tanah
(Aracis hypogaea L.) Dan Dosis Pengapuran Terhadap Penyakit
Busuk Batang Sclerotium rolfsii Sacc. Pada Lahan Gambut. Jurnal
Agrotek Lestari. 5(1).
Fajarfika, R. 2021. Potensi Trichoderma spp. Dalam Pengendalian Penyakit
Hawar Pelepah Padi (Rhizoctonia solani) Secara In Vivo. Jurnal
Agrotek Tropika. 9(1) : 1-8
Hamim, I., D. C. Mohanto, M. A. Sarker, dan M. A. Ali. 2014. Effect of Seed
Borne Pathogens on Germination of Some Vegetable Seeds.
Phytopathology and Pest Management. 1(1): 34 – 51.
Hanif A, Susanti R. 2019. Inventarisasi dan Identifikasi Cendawan Patogen
Terbawa Benih Jagung (Zea mays L.) Lokal Asal Sumatera Utara
dengan Metode Blotter Test. Jurnal Pertanian Tropik. 6(2): 311-318.
Kartika T, Murniati E, Palupi ER, Qadir A, Suhartanto MR, Widajati E. 2013.
Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor : IPB Press.
Harahap, F. S., dkk. 2020. Pengaruh Pemberian Abu Sekam Dan Kompos Jerami
Padi Terhadap Sifat Kimia Tanah Ultisol Pada Tanaman Jagung
Manis. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 7(2): 315-320.
Ningsih NNDR, Raka IGN, Siadi IK, Wirya GNAS. 2018. Pengujian Mutu Benih
Beberapa Jenis Tanaman Hortikultura yang Beredar di Bali. E-Jurnal
Agroteknologi Tropika. 7(1): 64-72.

Rahayu M. 2016. Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan Benih Tanaman


Aneka Kacang. Bulletin Palawija. 14(2): 78-88.
Rasminah SC, Djauhari S. 2012. Seed Pathology: Penyakit Benih. Malang: UB
Press
Sastrahidayat, I. R. 2017. Penyakit Tumbuhan Yang Disebabkan Oleh Jamur.
Malang: Universitas Brawijaya Press.
Sobianti S, Soesanto L, Hadi S. 2020. Inventarisasi Jamur Patogen Tular-Benih
Pada Lima Varietas Padi. Agricultural Journal. 3 (1) : 2
Srivastava S, Kumar R, Bindal S, Singh V.P, Rana M, Singh J.P, Sinha A. 2020.
Ancient, Mid-Time, and Recent History of Seed Pathology. Seed-
Borne Diseases of Agricultural Crops: Detection, Diagnosis &
Management, https://doi.org/10.1007/978-981-32-9046-4_4
Sultana, T., Bashar, M. and Shamsi, S. 2020. Pathogenic Potentiality of Fungi
Isolated from Seeds of Twenty BRRI Released Rice Varieties (Oryza
Sativa L.).Biores Comm. 6(1), 810-814.
Syamsidi, C. S. R., Djauhari, S. 2012. Seed Pathology: Penyakit Benih. Malang:
Universitas Brawijaya Press.
Prabhandaru I, Bagus IS. 2017. Respon Perkecambahan Benih Padi (Oryza sativa
L.) Varietas Lokal SiGadis Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Jurnal Sains
dan Seni ITS. 6 (2) : 48
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai