Anda di halaman 1dari 13

Metode Pengujian Kesehatan Biji (Benih)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Praktikum Pengantar Teknologi Pertanian

Oleh
Kelompok : 3
Ku Nadhila Amirah

(151510501115)

Irham Lithus Gaffar Amin

(151510501099)

Nova Novitasari

(151510501111)

Athfin Rosyid Ali

(151510501112)

Siti Nur Aini

(151510501123)

Fany Dwi Irfansyah

(151510501127)

Nasriyah Hidayatus Sholeha (151510501129)


Husnul Khotimah

(151510501150)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih merupakan biji yang digunakan untuk tujuan penanaman atau budidaya
yang diperoleh dari perkembangan tanaman secara generatif. Menurut Widajati
dkk. (2013), benih adalah bagian tanaman atau tanaman yang digunakan untuk
memperbanyak atau mengembangbiakkan tanaman. Benih merupakan awal
sebelum tanaman mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta memproduksi
hasil. Kualitas benih menentukan hasil yang diperoleh dalam usaha tani atau
budidaya tanaman. Benih yang bermutu, berperan penting dalam menunjang
keberhasilan usaha pertanian.
Indrawanis dkk. (2014), mengatakan bahwa mutu benih ada tiga macam yaitu
mutu fisik, mutu fisiologis, dan mutu genetik. Mutu benih dari sisi mutu fisik,
yaitu berupa mutu fisik yang terlihat dari fisiknya yang bersih dari kotoran yang
terbawa dari lapang dan memiliki ukuran yang seragam. Mutu fisiologis benih
dapat dilihat dari daya kecambah, kecepatan tumbuh, dan kesamaan tumbuh atau
keserempakan tumbuh. Mutu genetik ditunjukkan dengan keseragaman genetik
benih dan tidak tercampur dengan verietas lain.
Mutu atau kualitas benih dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu kebenaran
varietas, kemurniaan benih, daya hidup (daya kecambah dan kekuatan tumbuh)
serta bebas dari hama dan penyakit tanaman. Mutu benih dengan kata lain dapat
dilihat secara fisik dan fisiologis serta genetik melalui kondisi benih sebenarnya
baik sebelum tanam maupun setelah disebar atau di tanam. Hal tersebut dapat
dilihat dengan melihat kebenaran varietas, kemurnian benih dan terbebas dari
serangan OPT, daya kecambah serta kekuatan tumbuh dari benih seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Kebenaran varietas dan kemurnian benih
mempengaruhi kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh pada benih dengan
uji kesehatan benih melalui metode salah satunya dengan rizobakteri (Sutariati,
2014).
Benih dapat mengalami kerusakan yang disebabkan adanya proses pasca
panen yang dipegaruhi oleh faktor lingkungan benih tersebut. Lingkungan

tersebut berupa lingkungan biotik dan abiotik benih dimana interaksinya mampu
mengakibatkan kerusakan pada benih dan tidak terpenuhinya mutu benih yang
berkualitas. Benih dapat mengalami kerusakan baik selama proses penyimpanan
maupun dalam proses penanaman, hal tersennut dapat disebabkan oleh lingkungan
alam maupun oleh OPT yang menyerang benih. Pegujian kesehatan benih
diperlukan untuk mengetahui kualitas dan keadaan benih apakah sehat atau rusak
(Kobarsih dkk., 2011). Salah satu benih yang dapat terserang OPT benih adalah
benih padi. OPT yang dimaksud adalah semua golongan patogen seperti jamur,
bakteri, virus, insekta, dan nematoda yang dapat terbawa benih sehingga
menyebabkan kerusakan. Patogen golongan jamur yang menjadi patogen penting
benih padi adalah Helminthosporium oryzae dan Piricularia oryzae.
Pengujian benih meliputi pengujian atas kemurnian benih, variabilitas dari
varietas lain, kotoran yang ada pada benih, daya tumbuh, tingkat kekerasan benih,
kadar air. Hasil dari pengujian benih dinyatakan dalam persentase, sehingga dapat
mengetahui mengenai kualitas suatu benih. Persentase benih semakin besar maka
menyatakan kualitas suatu benih tinggi. Menurut Makmur dalam Jumin (2014),
jenis benih unggul yang dihasilkan dari pemulia sampai siap untuk disebarluaskan
antara lain, benih penjenis, benih dasar, benih pokok, dan benih sebar. Benih dasar
merupakan benih yang dihasilkan oleh instansi pemulia sehingga langsung
tersertifikasi. Benih dasar merupakan merupakan benih yang identitas genetiknya
terjaga dengan baik dan merupakna sumber benih dari semua benih sebar. Benih
pokok merupakan benih turunan dari benih dasar yang kemurnian dan identitas
genetiknya terjaga untuk menghasilkan benih pokok. Benih sebar merupakan
turunan dari benih dasar dan benih pokok yang dapat langsung digunakan untuk
memproduksi tanaman.
Pengujian benih dapat dilakukan dengan tiga cara atau metode, antara lain,
metode pemeriksaan biji kering dimana dalam prakteknya menggunakan
stereomikroskopik dengan persebaran 50 sampai 60 kali dan cahaya yang baik.
Metode ini menguji kualitas benih dengan memeriksa tingkat kontaminasi benih
dengan kotoran dan mengamati terhadap gejala penyakit pada benih. Metode yang
kedua yaitu pencucian biji, metode ini dilakukan dengan menggoyangkan biji

selama beberapa waktu tertentu (20-30 menit) kemudian diamati dengan


mikroskop atau disentrifungial. Metode ini menguji kualitas benih dengan
mendeterminasi jamur yang melekat atau tumbuh pada permukaan biji. Metode
yang ketiga yaitu metode inkubasi, metode yang menguji kualitas benih dengan
media kertas, agar, batu bata, tanah, pasir, serta growing on test, seperti halnya
dengan metode uji kesehatan benih yang lain, metode inkubasi bertujuan untuk
mengetahui kemurnian benih dan kesehatan benih yang terbebas atau terserang
OPT benih.
Benih padi yang sehat dan bermutu adalah benih padi yang bernas atau penuh
berisi. Mutu atau kualitas padi dapat diuji dengan cara perendaman benih dalam
larutan air dan garam. Larutan air dan garam tersebut juga dimasukkan telur
mentah untuk mengetahui apakan larutan tersebut dapat digunakan sebagai media
penguji kualitas benih atau tidak, apabila telur sudah mengapung ke atas
permukaan larutan maka dapat digunakan sebagai media penguji. Benih padi yang
dilakukan pengujian ke dalam larutan, apabila tenggelam ke dasar larutan maka
benih tersebut dapat dikategorikan bagus dan sehat (Purwasasmita dan Sutaryat,
2012).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami akan melakukan pengamatan
dan penerapan melalui kegiatan praktikum mengenai metode uji kesehatan biji
(benih).
1.2 Tujuan
1. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk
keperluan pertanaman.
2. Mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih.
3. Mengevaluasi usaha-usaha pengendalian penyakit di lapangan dalam rangka
mencegah penyakit yang ditularkan ke biji.
4. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional
sehingga dapat mengetahui penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
5. Mengkarantina tumbuh tumbuhan untuk mencegah keluar masuknya patogen
yang membahayakan.
BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengantar Teknologi Tanaman acara 1 yang berjudul Metode
Pengujian Kesehatan Benih (Biji) dilaksanakan pada hari Minggu 24 Maret 2016
pukul 07.00 WIB - selesai di UPT Agrotechnopark Jubung-Jember.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Benih (biji padi) 50-100 gr
2.2.2 Bahan
1. Timba
2. Kantong plastik
3. stereomikroskopik atau kaca pembesar
4. Kamera
5. ATK
6. Worksheet
2.3 Cara Kerja
1. Membuat kelompok (5-7 orang)
2. Menguji kesehatan benih dengan cara pemeriksaan biji kering.
3. Mengambil biji padi secara sampling sebanyak 50-100 gr/kelompok, dan
melakukan pemeriksaan secara kering.
4. Memeriksa biji dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) bernas
tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) tidak bercak, (4) ada tidaknya kotoran, (5)
jamur dipermukaan biji, (6) sklerotia, dsb. Menghiting jumlah dan persentase
dari masing-masing parameter tersebut, dan membuat dokumentasi.

BAB 3. HASIL
3.1 Tabel hasil pengamatan metode pengujian kesehatan biji (benih)

PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)


Parameter
Uraian
Persentase
Dokumentasi
Bernas
- Jumlah benih padi yang 1. 83%
Tidaknya Biji

bernas sebanyak 83 biji

Padi

- Jumlah benih padi yang

2. 17%

tidak bernas sebanyak 17


biji

Warna Biji

- Biji yang berwarna coklat 1. 82%


muda sebanyak 82 biji

2. 15%

- Biji yang berwarna coklat 3. 3%


keputihan sebanyak 15 biji
- Biji yang berwarna coklat
hitam sebanyak 3 biji

Biji Bercak

- Biji bercak sebanyak 3 biji

1. 3%

Ada Tidaknya
Kotoran

Jamur
Dipermukaan

Biji
Sklerotia

BAB 4. PEMBAHASAN

Benih adalah biji yang digunakan untuk tujuan penanaman atau budidaya
yang diperoleh dari perkembangan tanaman secara generatif. Benih juga dapat
diartikan

bagian

tanaman

yang

digunakan

untuk

memperbanyak

atau

mengembangbiakkan tanaman. Benih merupakan awal sebelum tanaman


mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta memproduksi hasil (UndangUndang Sistem Budi Daya Tanaman dalam Pitojo, 2003). Kualitas benih
menentukan hasil yang diperoleh dalam usaha tani atau budidaya tanaman.
Kualitas benih mempengaruhi proses fisiologis tanaman, terutama mutu fisiologis
dari benih itu sendiri, karena mutu fisiologis benih menentukan daya kecambah,
kecepatan tumbuh, dan kesamaan tumbuh atau keserempakan tumbuh. Mutu
genetik dari benih juga mempengaruhi proses fisiologis benih. Benih yang berasal
dari gen yang sama, akan mengalami pertumbuhan yang serempak dan seragam,
namun apabila benih yang akan ditanam tercampur dengan varietas lain, maka
dlam pertumbuhan tidak serempak sehingga mempengaruhi pemeliharaan dan
waktu panen, juga akan mempengaruhi hasil produksi.
Uji kesehatan benih merupakan kegiatan menguji benih apakah terserang
atau terbebas dari OPT terbawa benih. Uji kesehatan benih terdapat beberapa
macam metode tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan diamati,
jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan tujuan dari pengujian. Menurut
Widajati (2013), macam-macam metode uji kesehatan benih ada dua, yaitu
metode tanpa inkubasi dan metode setelah inkubasi. Metode tanpa inkubasi
merupakan metode pengujian kesehatan benih tanpa adanya perlakuan khusus
seperti perlakuan dengan suhu tertentu, melainkan dapat dilakukan dengan
pengamatan langsung dan dengan perendaman benih. Metode pengamatan
langsung terhadap benih, tanpa bantuan peralatan atau dengan menggunakan alat
pembesar maupun mikroskop, sedangkan metode dengan perendaman benih,
benih direndam dalam interval waktu tertentu kemudian benih dibelah dan
dibasahi dan diletakkan di atas kertas basah untuk dilihat adanya gejala penyakit,
dan lain sebagainya. Metode yang kedua yaitu metode setelah inkubasi, metode
setelah inkubasi merupakan metode pengujian benih dimana benih terlebih dahulu
disimpan pada suatu ruangan atau lemari khusus dengan suhu tertentu yang

dinamakan sebagai proses inkubasi. Pada umumnya proses inkubasi adalah sekitar
7 sampai 8 hari pada suhu 202C. Proses inkubasi tersebut dimaksudkan untuk
merangsang sporulasi cendawan agar dapat terlihat, dapat juga dengan bantuan
lampu NUV (Near Ultra Violet) dan pemberian larutan klorin 1-2 % sebelum diuji
untuk menghindari kontaminasi mikroba saprofit selama proses inkubasi dan
pengujian. Pengamatan terhadap benih setelah inkubasi dapat dilakukan dengan
beberapa metode antara lain, metode blotter, metode agar, metode pengujian pada
media pasir, growing plants, dan metode pengujian serologi. Metode blotter
digunakan untuk memeriksa kesehatan benih dengan mengamati tanda patogen.
Metode ini digunakan untuk membedakan jenis cendawan yang ada pada benih,
metode ini juga dapat mengidentifikasi patogen cendawan dengan cepat dan tepat
karena setiap tanaman menunjukkan karakteristik yang berbeda pada masingmasing varietas pada benih, seperti bentuk spesifik dari konidiospora, dan lain
sebagainya. Metode kedua yang dapat dilakukan setelah inkubasi adalah metode
agar. Metode agar merupakan metode dalam uji kesehatan benih dengan melihat
proses tumbuhnya sporulasi atau adanya gejala serangan patogen. Metode
pengujian dengan media pasir digunakan untuk memberikan informasi mengenai
keadaan benih yang lebih mendekati pertumbuhan benih di lahan tanam.
Perbedaan dengan metode yang lain, metode ini memerlukan waktu yang agak
lama, kurang lebih dua minggu. Metode growing plants merupakan metode untuk
mengetahui gejala penyakit pada benih dengan melakukan penyemaian langsung
setelah itu mengidentifikasi adanya bakteri, cendawan tau virus yang terbawa
benih. Metode yang terakhir dalam tahap pengujian setelah inkubasi adalah
metode pengujian serologi. Metode pengujian serologi merupakan metode
pengujian benih dengan menguji reaksi biokimia pada benih di laboratorium.
Kelebihan metode ini yaitu lebih sensitif dan spesifik dalam mendeteksi virus dan
juga lebih efisien dalam hal waktu.
Pengujian kesehatan benih penting dilakukan karena untuk mengetahui
keadaan kesehatan benih apakah terbebas atau terserang OPT terbawa benih yang
dapat mengganggu fisiologis tanaman dan hasil produksi tanaman. Widajati

(2013) menyatakan bahwa pengujian kesehatan benih mempunyai arti penting,


karena inokulum yang trebawa benih akan berkembang menjadi penyakit yang
dapat menyerang tanaman pada areal tanam yang dapat menurunkan hasil
produksi tanaman dan nilai komersilnya. Pengujian kesehatan benih juga penting
untuk melakukan sertifikasi benih, karena pada umumnya benih-benih yang
didatangkan dari daerah baru kemungkinan akan menularkan penyakit yang
dibawa oleh benih tersebut, sehingga diperlukan sertifiaksi kesehatan benih untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit dari benih satu ke yang lain. Pengujian
kesehatan benih juga dapat menjelaskan alasan mengapa suatu benih memiliki
persentase daya tumbuh tertentu atau penyebab buruknya pertumbuhan benih di
areal tanam. Hasil pengujian kesehatan benih juga dapat menjadi acuan untuk cara
yang akan di perlakukan pada suatu lot benih dalam upaya eradikasi patogen yang
terbawa benih serta mengurangi resiko penularan penyakit.
Benih padi dapat terinfeksi patogen atau yang biasa disebut patogen
terbawa benih. Patogen penting benih padi yang mempengaruhi mutu benih padi
disebabkan oleh jamur misalnya Drechslera oryzae atau pada saat ini disebut
Helminthosporium oryzae. Drechslera oryzae atau Helminthosporium oryzae yang
terbawa benih menimbulkan kerusakan berupa bercak-bercak kecil berwarna
coklat tua, dimana akan mempengaruhi daya tumbuh dan kecambah benih, bahkan
juga dapat menyebabkan biji semai busuk dan mati. Drechslera oryzae atau
Helminthosporium oryzae yang menyerang biji dalam batas normal, biji akan
tetap berisi dan dapat berkecambah, namun dalam ambang batas abnormal atau
serangan yang berat maka akan menyebabkan biji berwarna coklat tua
sepenuhnya. Biji yang sakit pada umumnya ditunjukkan dengan beledu hitam atau
kuning yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur. Pyricularia oryzae juga
merupakan patogen terbawa benih padi. Pyricularia oryzae menyerang benih padi
yang menyebabkan benih padi menunjukkan gejala atau ciri morfologi bercakbercak kecil bulat serta berwarna coklat kehitaman (Semangun, 1991).
Berdasarkan tabel hasil pengamatan metode pengujian biji (benih) dengan
beberapa parameter antara lain bernas tidaknya biji padi, warna biji, biji bercak,
ada tidaknya kotoran, jamur dipermukaan biji, dan sklerotia diperoleh beberapa

data yaitu untuk parameter bernas tidaknya padi, dari 100 biji atau benih yang
diuji terdapat 83 benih padi yang bernas dengan persentase 83%, sedangkan untuk
benih padi yang tidak bernas sebanyak 17 benih padi dengan persentase 17%.
Parameter warna biji dalam pengujian benih padi diperoleh, dari 100 benih yang
diuji terdapat 82 benih padi yang berwarna coklat muda dengan persentase 82%,
dan biji yang berwarna coklat keputihan sebanyak 15 benih padi dengan
persentase 15%, serta 3 benih padi yang berwarna coklat hitam dengan persentase
3%. Pengujian kesehatan biji (benih) untuk parameter biji bercak, dari 100 benih
padi yang diuji terdapat 3 benih yang terdapat bercak dengan persentase 3%.
Pengujian kesehatan biji (benih) untuk parameter ada tidaknya kotoran, jamur
dipermukaan biji dan sklerotia, dari 100 benih padi, tidak ditemukan benih padi
yang terkontaminasi kotoran, jamur dipermukaan biji, serta sklerotia.

BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang berjudul Metode Pengujian Biji (Benih) dapat


disimpulkan bahwa :
1. Pengujian benih penting dilakukan untuk mengetahui apakah benih yang kaan
dibudidayakan terserang atau terbebas dari patogen terbawa benih.
2. Menguji kesehatan benih dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
metode pengujian tanpa inkubasi dan setelah inkubasi.
3. Dari praktikum yang telah dilakukan pada pengujian benih padi, dari 100 benih
padi yang diuji benih padi bernas yaitu 83% dan yang tidak bernas yaitu 17
benih dengan persentase 17%,
4. Benih padi yang terserang patogen terbawa benih yaitu sebanyak 18 benih
dengan persentase 18% dengan rasio bercak keputihan 15% dan bercak hitam
3%.
5.2 Saran Praktikum
Pada praktikum acara 1 yang berjudul Metode Pengujian Biji (Benih), saya
menyarankan bahwa untuk kegiatan praktikum selanjutnya, sebaiknya dalam
pemberangkatan ke lokasi praktikum perlu dikoordinir dengan baik agar praktikan
tidak bingung dalam hal kendaraan menuju lokasi dan setiap praktikan sudah
dipastikan ada kendaraan untuk menuju lokasi praktikum. Sebaiknya ada asisten
laboratorium yang mendampingi pemberangkatan praktikan ke lokasi praktikum,
agar praktikum dapat berjalan dengan efisien tanpa adanya kendala kendaraan dan
keterlambatan akibat kendala kendaraan untuk menuju ke lokasi praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Indrawanis, E, Ezward, C., dan Mashadi. 2014. Pengkajian Varietas terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Irigasi di Desa

Petapahan Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi. Green


Swarnadwipa, 5(1):63-70.
Jumin, H.B. 2014. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Purwasasmita, M. dan Sutaryat, A. 2012. Padi SRI Organik Indonesia. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Rahayu, S., Wanita, Y.P., dan Kobarsih, M.. 2011. Penyimpanan Benih Padi
Menggunakan berbagai Jenis Pengemas. Agrin, 15(1):36-43.
Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sutariati, G.A.K., Zula`aiza, Darsan, S., LD, Kasra, M.A., Wangadi, S. dan Mudi,
L. 2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal untuk Meningkatkan Vigor dan
Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Agroteknos,
4(1):10-17.
Widajati, E., Murniati, E., Palupi, E.R., Kartika, T., Suhartanto, M.R., dan Qadir,
A. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor : IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai