PRODUKSI BENIH
ACARA IV
PRODUKSI BENIH PADI (UJI KESEHATAN BENIH)
Oleh :
Nama : Muhamad Bilal Fachrozi
NIM : A1D019115
Kelas :E
A. Teori Praktikum
1
B. Tujuan Praktikum
2
II. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu benih padi, larutan klorok
1% (pemutih pakaiaan diencerkan 5x), pasir dan kertas saring, sedangkan alat
yang diperlukan dalam praktikum ini, yaitu cawan petri, wadah plastik, lup (lensa
tangan), kamera, dan alat tulis.
B. Cara Kerja
3
d. Biji dalam cawan petri diatur, tutup cawan petri dan diinkubasikan
selama 7 hari. Jaga kelembabannya dengan menambahkan air steril jika
diperlukan.
e. Mengamati dan mendokumentasikan jumlah biji sehat dan sakit, jumlah
biji sehat yang berkecambah, jumlah biji yang terserang jamur dan yang
terserang bakteri (ditunjukkan adanya lendir bakteri), serta warna koloni
patogen.
3. Pemeriksaan dengan metode growing test
a. Benih padi diambil secara acak sebanyak 20 butir. Untuk mencegah
adanya jamur kontaminan yang bukan sasaran pengujian, benih perlu
disterilkan dahulu dengan merendam benih dalam larutan desifektan
(klorok 1,0% selama 30 detik, diikuti pembilasan 3 kali dengan air steril)
b. Gelas atau wadah plastik disiapkan, isi dengan pasir, siram dengan air
untuk melembabkannya
c. Benih padi ditanam dalam media pasir tersebut dan diinkubasikan selama
14 hari. Jaga kelembabannya dengan menambahkan air steril jika
diperlukan.
a. Mengamati dan mendokumentasikan pertumbuhan benih, hitung jumlah
biji yang mampu dan tidak tumbuh (%), gejala penyakit yang muncul
(baik pada benih yang gagal tumbuh ataupun yang tumbuh tetapi tidak
normal (sakit).
4. Pemeriksaan hama pada benih padi
a. Sebanyak 100 butir benih padi diambil untuk diamati terbawanya hama
dalam benih
b. Diamati (dengan alat kaca pembesar) untuk melihat adanya telur di
permukaan biji, dan adanya lubang (tempat masuk) hama
c. Mendokumentasikan gejala serangan hama dan hitung persentase benih
terserang hama pasca panen
4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
5
menurunnya daya kecambah benih, kerusakan bentuk fisik dan warna benih,
bahkan beberapa mikroorganisme tertentu tidak saja menurunkan kualitas benih,
juga menyebabkan benih yang terinfeksi itu menjadi sangat beracun (Nurdin,
2003).
Cendawan Rhizopus merupakan cendawan gudang atau cendawan pada
tempat penyimpanan. Spora berwarna hitam, sporagiofor bertangkai tumbuh ke
atas dan mengandung ratusan spora dan biasanya dipisahkan dari hifa oleh sebuah
dinding dan sekat. Bentuk spora menyerupai globose sampai oval, konidia
berwarna hitam dan berukuran 5-15μm (Amteme & Tefa, 2018).
Cendawan Fusarium merupakan patogen terbawa benih. Ciri konidia
berbentuk oval, terdiri dari 7 septa berwarna hialin, bagian tengahnnya membesar,
kedua ujung konidia meruncing seperti bulan sabit. Kondisi tempat penyimpanan
yang mendukung menjadi peluang bagi cendawan ini untuk menginfeksi benih
(Amteme & Tefa, 2018). Model penyimpanan tradisional, dengan mengemas
benih dalam beberapa wadah yang tidak memadai serta kondisi lingkungan
mendukung, menjadi salah satu peluang bagi cendawan untuk menginfeksi benih.
Dampak kerugian serangan cendawan pada benih dapat mempengaruhi
kehilangan daya tumbuh ataupun penurunan viabilitas benih (Amteme & Tefa,
2018). Pada proses sertifikasi benih di laboratorium, ISTA rules merupakan acuan
dalam pengujian benih baik untuk pengujian mutu fisik, fisiologis maupun
kesehatannya. Berbagai metode dapat digunakan dalam pengujian kesehatan benih
di laboratorium. Salah satu metode yang cukup sederhana dan mudah namun tetap
mampu memberikan hasil yang cukup akurat dalam pengujian adalah metode
blotter test (Fadhilah et al., 2014). Pengujian kesehatan benih meliputi identifikasi
cendawan dan bakteri terbawa benih. Pengujian cendawan menggunakan metode
blotter test. Pengujian bakteri dilakukan dengan metode plate counting (Ilyas,
2014).
Inkubasi benih pada kertas blotter adalah pengujian kesehatan benih melalui
perkecambahan biji yang sekaligus untuk mendeteksi patogen terbawa benih,
patogen yang terdeteksi biasanya dari jenis jamur. Benih yang diuji
dikecambahkan pada cawan Petri berisi kertas saring, keduanya dalam kondisi
6
steril. Untuk mencegah adanya jamur kontaminan yang bukan sasaran pengujian,
benih perlu disterilkan dahulu dengan merendam benih dalam larutan desifektan
natrium hipoklorit 1,0% selama 30 detik, diikuti pembilasan 3 kali dengan air
suling steril. Prinsip pengujian benih dengan metode inkubasi adalah memberikan
kondisi tumbuh yang optimal bagi mikroorganisme terbawa benih, baik yang ada
di permukaan ataupun yang ada di dalam jaringan benih. Dengan cara tersebut
maka mikroorganisme / patogen terbawa benih, terutama cendawan dan bakteri
dapat terdeteksi dengan mengamati karakteristik pertumbuhan dan struktur
cendawan. Pengujian kesehatan benih dengan metode inkubasi yang sering
dilakukan adalah pengujian dengan media kertas (Blotter-test).
Secara umum cendawan yang ditemukan pada benih padi dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu cendawan yang terbawa dari lapang dan
cendawan yang menyerang ketika benih di penyimpanan. Cendawan yang terbawa
dari lapang yang berhasil ditemukan yaitu dari genus Fusarium dan Alternaria.
Menurut Masniawati (2013) cendawan tersebut sering ditemukan pada benih padi
dan memang terbawa dari lapang. Sedangkan cendawan di penyimpanan yang
ditemukan yaitu dari genus Rhizopus, Penicillium dan Aspergillus. Praktikum
yang dilakukan menghasilkan jumlah biji sehat 17 dan biji sakit 3. biji yang sakit
bewarna hitam. Biji yang berkecambah sebanyak 17 biji.
Growing-on Test pada Media Tanah Steril. Uji ini ditujukan untuk meniru
atau mewakili kondisi lapangan. Pengujian ini dilakukan untuk bakteri patogen
terbawa benih yang membutuhkan waktu inkubasi lama sehingga menghasilkan
gejala pada bibit. Gejala klorosis dan nekrosis. Gejala klorosis dan nekrosis pada
uji inokulasi buatan muncul mulai hari ke-4. Hadianto et al. (2015) melaporkan
bahwa uji inokulasi buatan Xanthomonas oryzae pv. Oryzae pada padi varietas
Inpari menghasilkan gejala nekrosis pada hari ke-4. Gejala yang ditimbulkan yaitu
bercak nekrotik berwarna coklat disekitar tempat inokulasi atau klorosis di
jaringan sekitar tempat inokulasi (Suharti et al., 2017).
7
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan yang berjudul “Uji
Kesehatan Benih”, antara lain:
1. Metode pengujian kesehatan benih yang berkembang saat ini terdiri beberapa
macam dan setiap metode memiliki kepekaan berbeda sesuai jenis patogen
sasaran, jenis benih, dan maksud dari pengujian. Metode pengujian yang lazim
dilakukan dalam deteksi patogen benih adalah pemeriksaan secara kering, cara
basah melalui perendaman, dan cara inkubasi melalui pemeraman pada media
tertentu (metode konvensional yang relatif sederhana dan tidak mahal).
B. Saran
8
V. DAFTAR PUSTAKA
[ISTA] International Seed Testing Association. 2010. International Rules for Seed
Testing Edition 2010. ISTA Co., Switzerland.
Amteme, K., & Tefa, A. (2018). Identifikasi Cendawan Patogen pada Beberapa
Varietas Benih Padi Sawah Berdasarkan Model Penyimpanan. Savana
Cendana, 3(01), 4-7.
Fadhilah, S., Balai Besar, P. T., Wiyono, S., & Surahman, M. (2014).
Pengembangan teknik deteksi Fusarium patogen pada umbi benih
bawang merah (Allium ascalonicum) di laboratorium.
Ilyas, S. (2014). Perlakuan Invigorasi untuk Meningkatkan Mutu Fisiologis dan
Kesehatan Benih Padi Hibrida Intani-2 Selama Penyimpanan. Jurnal
Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 42(3).
Komalasari, I., Pujiarto, D., & Cahyaningrum, H. 2019. Pengujian Mutu Patologis
Benih Padi Di Kalimantan Utara. Pengkajian Pertanian. Vol. 8, No. 2.
Masniawati. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal
Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten
Enrekang, Sulawesi Selatan. Masnal. 1(1): 51-59.
9
VI. LAMPIRAN
10
11