Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) dibawah
permukaan tanah, mengiri ruang pori batuan dan berada dibawah water table. Akuifer
merupakan suatu lapisan, formasi atau kumpulan formasi geologi yang jenuh air yang punya
kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta
bentuk dan kedalamannya terbentuk ketika terbentuknya cekungan air tanah. Cekungan air tanah
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrologis, tempat semua kejadian hidrologis
seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Air menutupi
hampir 71% permukaan tanah, air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimia organisme
hidup, sehingga sangat esensial (Haridjaja, 2013).
Kadar air tanah diukur berdasarkan kebutuhan harian yang ditentukan oleh besarnya
evapotranspirasi pada hari tersebut. Pengukuran dilakukan dengan cara setiap hari memberikan
air kedalam polibag dengan jumlah yang sama misalnya 1000 ml, kemudian dibiarkan sampai
seluruh air gravitasi turun, sedangkan air yang terikat pada tanah menjadi air kapasitas lapang
(Ichsan, dkk. 2010).
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk
memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi dimana reaksi kimia dalam tanah hanya
berlangsung bila terdapat air. Pelepasan suatu unsur-unsur hara dari mineral primer terutama
juga karena pengaruh air, dimana yang kemudian mengangkutnya ke tempat lain atau pencucian
unsur hara. Sebaliknya, kemampuan air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan
untuk mencuci garam-garam yang berada dalam tanah (Hanafiah 2014).
Sebagaian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini harus
tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setap tumbuhan berbeda.
Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan lainnya. Air
merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan untuk semua kehidupan.
Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama terus-menerus sama dengan presipitasi
(hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci (650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air
dibagikan tidak merata oleh curah hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke lainnya
(Hanafiah, 2014).
Bedasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pratikum pengamatan kadar air tanah
karena kita ingin mengetahui kandungan air pada tiap lapisan. Dan juga kita ingin memahami
lebih detail mengenai kandungan air dalam tanah karena kandungan air sangat berpengaruh pada
kesesuaian tanah untuk diolah.
B. Tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kadar air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Dimana kadar air tanah adalah selisih dari
masukan air melalui inflitrasi. Ditambah kondensasi oleh tanaman dan adsorbsi oleh tanah
dikurangi kehilagan air melalui evaportranspirasi, aliran permukaan, perkolasi dan rembesan
literal, dimana adsorbsi air oleh tanah dan masukya air kedalam tanah dipengaruhi oleh tekstur,
struktur dan porositas tanah sehingga air yang masuk tergantung dari tanah (Hanafiah, 2014).
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat
kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran
tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air
dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C-
110 °C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan
udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak
melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Penentuan kandungan air dalam
tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak
jenuh (Gusli 2015).
Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air
tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari Jenuh atau retensi maksimum, yaitu
kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana
tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara
meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah
kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya. Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air
tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah (Hanafiah 2014).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah
bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada
tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi
(penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum
tanah atau lapisan tanah (Rayes, 2014).
Kadar air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir seluruhnya
berasal dari udara dan atau atmosfer terutama di daerah tropis air hujan itu dapat merembes ke
dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya mengalir di permukaan tanah sebagai
aliran permukaan tanah. Air infiltrasi tadi bila dalam jumlah banyak dan terus merembes
kedalam tanah secara vertikal dan meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi,
yang akhirnya sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu menjadi air
tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah yang tersedia
bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan pemberian air pada tanaman
atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan air. Dalam hal
ini nilai-nilainya sangat ditentukan terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi
mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai teksttur yang kasar
nilainya akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air
tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah hujan
turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam
keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh dengan air. Jika terjadi penambahan air
lebih lanjut, maka akan terjadi penurunan air gravitasi yang bergerak lurus terus kebawah
(Hanafiah, 2014).
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan kandungan air
pada tanaman lapang dikurangi dengan presentase keadaan tanah pada titik layu permanen.
Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukn terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang
lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus, sebaliknya tekstur tanah yang kasar nilainya akan
lebih rendah dibandingkan dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air tanah maksimum
adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah setelah hujan turun dengan
sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam keadaan terisi
oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh (Hanafiah, 2014).
Dengan tersedianya kadar air di dalam tanah, maka proses pertumbuhan tanaman akan
berlangsung dengan baik. Sebab air tanah dapat bekerja sebagai pelarut dan pembawa ion-ion
hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman. Selain itu juga sebagai pemicu reaksi kimia dalam
penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi pertumbuhan
tanaman. Kadar air juga menopang aktivitas mikroba dalam merombak unsur hara serta sebagai
pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah. Dimana oksigen yang berada dalam tanah ini juga
dibutuhkan bagi tanaman dalam pertumbuhannya. Kadar air tanah dapat menjadi stabilisator
temperatur tanah serta mempermudah dalam pengolahan tanah yang cocok untuk pertanian
(Defriyanto, 2015).
Menurut Astiningrum, (2015), kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
1. sebagai unsur hara tanaman, tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari udara
untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
2. air sebagai pelarut, segala sesuatu di dalam tanah selalu dapat larut di dalam air, terutama
jika air tersebut mengandung asam-asam atau basa-basa. Kelarutan merupakan ukuran
kekuatan stabilitas suatu kristal, suatu garam dapat larut dalam air jika daya tarik-menarik
ion-ion terhadap molekul-molekul air lebih kuat dibandingkan daya tarik menarik ion-ion
yang satu terhadap ion yang lainnya. Kemampuan air dalam melarutkan sebagian bahan
mempunyai arti penting pada pembentukan tanah dan pertumbuhan tanaman.

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

B. Prosedur Kerja

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Perhitungan kebutuhan air tanaman ditentukan dengan prosedur berikut:


No Prosedur
1 Penetapan Volume dan Berat Tanah
a. Jarak tanam 25 cm x 25 cm
Luas permukaan tanah = 20 x 20 = 625 cm2
b. Kedalaman jelajah akar 25 cm
Volume jelajah akar = 625 cm2 x 25 cm =15.625 cm3
c. Berat Jenis Tanah (Bji) = 1,3 g/cm3
(BTKo) Bobot Tanah Kering Oven = 1,3 x 10000 = 13000 g
2 Penetapan Kebutuhan Air
a. Kadar kering udara 20%
BTKu = (BTKo/100) x (100 + KaKu)
= 0,01 x 13000 x (100+20)
= 15600 g
b. Kadar air pada kapasitas lapang 55%
BTKL= 0,01 x BTKo x (100 + KaKL)
= 0,01 x 13000 x (100+55)
= 20150 g
c. Bobot air yang digunakan untuk mengkapasitaslapangkan 14000 g tanah
kering oven adalah 20150 – 15600 = 4550 g = 4550 mL
3 Penentuan Tebal Evapotranspirasi Harian
a. Bobot tanah dalam polybag setelah mengalami penguapan 2 hari 3265 g
Air hilang (V) = 4000 – 3265 = 735 g atau 735 mL
b. Diameter polybag 25 cm (jari-jari 12,5 cm)
Luas permukaan polybag yang menguapkan air:
= πr2 = 3,1425 x (12,5)2 cm2
= 491,016 cm2
Volume = πr2 x tebal, maka:
t = V/πr2
t = 735/491,016 = 1,4968 cm = 11,4968 mm (2 hari)
c. Tebal Evapotranspirasi Harian, maka:
= 11,4968 mm/2
= 5,7484 mm

B. Pembahasan

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Astiningrum, Murti. 2015. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Magelang: Fakultas Pertanian


Universitas Tidar.
Cahyono, Ongko. 2014. Ilmu Tanah. Surakarta: Universitas Tugas Pembangunan.
Darwis. 2017. Pengelolaan Air Tanah. Pustaka AQ. Yogyakarta.
Defriyanto. 2015. Sifat Fisik Tanah dan Tingkat Kepekaan Erosinya Pada Kawasan Karst
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin Makassar.
Hanafiah. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Palembang.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Haridjaja. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode
Alhricks, Drainase Bebas, Dan Pressure Plate Pada Berbagai Tekstur Tanah Dan
Hubungannya Dengan Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal
Tanah Lingkungan. Vol. 5, No. 2, hal. 52-59.
Ichsan, Cut Nur, dkk. 2010. Respon Kedelai Kultivar Kipas Putih dan Wilis Pada Kadar Air
Tanah Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil [Versi elektronik]. Jurnal
Agrista, 14(1): 25-29.
Rayes, Mochtar Lutfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai