Anda di halaman 1dari 11

BULETIN

BULETIN
PALAWIJA
PALAWIJA
VOL.V14
OL.N14
O. N
2:O78–88
. 2, OKTOBER
(OKTOBER
2016
2016)

Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan


Benih Tanaman Aneka Kacang
Pathology and Seed Health Testing Techniques of Legumes

Mudji Rahayu
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Malang
Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101;
email: muji_sings@yahoo.com

NASKAH DITERIMA : 5 MEI 2016; DISETUJUI UNTUK DITERBITKAN: 2 SEPTEMBER 2016

ABSTRAK ABSTRACT
Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu Seed pathology as one of plant diseases (phytopa-
dari penyakit tanaman (fitopatologi), didefinisikan thology) and it is defined as study the abnormal func-
sebagai studi tentang penyakit pada benih untuk tion of seed due to seed-borne pathogens. This science
mengetahui faktor penyebab penyimpangan fungsi benih. is also studying relationship between pathogen and host
Bidang ilmu ini juga mempelajari hubungan antara plant, role of seeds as source of diseases, disease infec-
patogen dan inangnya yaitu peran biji sebagai sumber tious agents, and control measures. Other knowledge is
penyebaran dan penularan penyakit, serta tindakan yang needed to support this science such as microbiology
perlu diambil untuk mengendalikan kerusakan yang and seed technology. Healthy seed means the seed must
diakibatkannya. Diperlukan dukungan pengetahuan lain be free from pathogen infection or contamination.
di antaranya fitopatologi umum, mikrobiologi, dan Seedborne disease on legumes is caused by pathogens
teknologi benih dalam mempelajari patologi benih. Benih i.e. fungi, bacteria, and viruses. Compared to diseases
sehat memiliki arti bahwa biji yang digunakan sebagai infected the vegetative parts of plants such as leaves
benih harus bebas dari infeksi ataupun kontaminasi and stems, the infected seed oftens asymptomatic,
patogen. Patogen yang menginfeksi benih aneka kacang making visual detection was imposible. Infected seeds
terdiri atas beberapa jenis jamur, bakteri, dan virus. can be detected by using the ISTA method. Interna-
Berbeda dengan penyakit pada bagian vegetatif tional Seed Testing Association(ISTA) is an international
tanaman seperti daun dan batang, penyakit benih institute that has developed the seed health testing
seringkali tanpa gejala kerusakan sehingga sulit diketahui methods i.e. conventional detection (dry seed observa-
secara visual. Benih membawa penyakit biasanya tion or dry method, wet method by immersion or ex-
dideteksi dengan metode standar dari ISTA (Seed In- traction of seeds, and incubation using artificial me-
ternational Seed Testing Association), suatu lembaga dia), serological and molecular detections, and seed
resmi di dunia yang menetapkan standar mutu benih growth test under greenhouse condition. Seed health
termasuk pengujian kesehatan benih. Metode pengujian testing is an important procedure in improving the quality
yang umum dilakukan adalah secara konvensional (peme- of seeds, the trading system of seeds, and the crop
riksaan secara visual atau cara kering, cara basah dengan protection againsts diseases. All the works should be
perendaman atau ekstraksi benih, dan inkubasi pada conducted in an accredited laboratory which profes-
media buatan), deteksi secara serologi dan molekuler, sionally managed. In order to produce the healthy le-
serta metode pertumbuhan benih di rumah kaca. Uji gumes seeds, several disease control measures need to
kesehatan benih berperan penting dalam perbaikan mutu be done in field since the initial growth phase until seed
benih (seed improvement), perdagangan benih (seed harvesting (preharvest), and followed during seeds stor-
trade), dan perlindungan tanaman (plant protection). age or distribution (postharvest).
Pelaksana pengujian dapat dilakukan oleh penangkar
Keywords: legumes, seed pathogens, seed health test-
namun sebaiknya dilakukan oleh laboratorium terakre-
ing, disease management.
ditasi yang dikelola secara profesional. Dalam mempro-
duksi benih sehat pada tanaman aneka kacang, perlu
upaya pengendalian penyakit pada tanaman di lapangan PENDAHULUAN
yang dilakukan sejak periode tanaman mulai tumbuh
Patologi benih merupakan salah satu bidang ilmu
hingga panen (prapanen) dan pengendalian di tempat
penyimpanan atau selama distribusi benih (pascapanen). penyakit tanaman (fitopatologi), didefinisikan sebagai
studi tentang penyakit benih untuk mengetahui
Kata kunci: aneka kacang, patogen benih, uji kesehatan faktor penyebab penyimpangan fungsi benih.
benih, pengelolaan penyakit
Bidang ilmu ini juga mempelajari hubungan antara
patogen dan inangnya yaitu peran benih sebagai

80
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

sumber penyebaran dan penularan penyakit, serta umumnya benih setelah dipanen tidak selalu
tindakan yang perlu diambil untuk mengendalikan langsung ditanam oleh petani tetapi sebagian akan
kerusakan yang diakibatkannya. Paul Neergaard disimpan selama jangka waktu tertentu menunggu
adalah bapak patologi benih yang bersama dengan musim tanam yang tepat dan pada periode tersebut
Mary Noble mencetuskan istilah patologi benih di dapat terjadi kerusakan akibat penyakit terbawa
tahun 1940-an (Agarwal dan Sinclair 1997). Dalam benih. Untuk itu diperlukan penanganan benih
mempelajari patologi benih diperlukan dukungan secara baik agar pada saat ditanam kondisi benih
beberapa pengetahuan lain di antaranya adalah masih memadai yaitu memiliki viabilitas, kevigoran,
fitopatologi umum, mikrobiologi, dan teknologi kemurnian dan kesehatan yang baik. Status
benih. kesehatan benih dapat diketahui melalui pengujian
Benih tanaman harus memiliki kemampuan khusus untuk mendeteksi adanya patogen yang
hidup yang tinggi (viabilitas) sebagai calon penerus mungkin terbawa dalam suatu lot benih. Uji
generasi dalam produksi tanaman. Sebagian besar kesehatan benih bukan merupakan ramalan, tetapi
(90%) tanaman pangan menggunakan biji atau suatu metode untuk mendapatkan informasi tentang
benih untuk alat pembiakannya. Dengan demikian kemungkinan adanya suatu risiko penyakit menular
benih harus memiliki mutu tinggi. Petani tanaman melalui benih. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk
pangan, termasuk aneka kacang, seringkali mengenal penyakit-penyakit penting pada benih
mengalami kerugian yang tidak sedikit baik dari segi tanaman aneka kacang, teknis pengujian kesehatan
biaya maupun waktu, akibat penggunaan benih benih sesuai metode standar, dan pengelolaan
bermutu rendah. Pencapaian produksi tanaman penyakit benih.
aneka kacang sangat tergantung pada teknologi maju
dalam budidaya dan kondisi iklim atau cuaca yang PENYAKIT PENTING PADA
mendukung, dan penting untuk memperhatikan BENIH ANEKA KACANG
pemilihan benih bermutu tinggi. Menurut Sutopo
Penyakit terbawa benih memiliki arti penting
(2004) bahwa mutu benih dapat dilihat dari tiga
karena merugikan secara kualitas dan kuantitas
komponen yaitu mutu genetis terkait kemurnian
terhadap produksi tanaman ataupun industri
varietas, mutu fisiologis yaitu memiliki daya
makanan berbahan baku biji. Gejala penyakit benih
kecambah dan vigor yang baik, serta mutu fisik
nampak secara visual ketika benih dikecambahkan,
seperti bernas, ukuran homogen, tidak tercampur
umumnya berupa busuk biji (seed rot), rebah bibit
material lain, dan sehat atau bebas dari hama dan
(damping-off) atau tanaman mati, dan
penyakit. Dalam proses produksi benih bermutu,
menyebabkan turunnya populasi tanaman di
maka sejak awal bercocok tanam harus digunakan
lapangan (Malvick 2002). Kerugian akibat penyakit
bahan bermutu tinggi, dengan kriteria sebagai berikut
benih dapat muncul dalam waktu yang pendek atau
: 1) Benih harus bersih dan bebas dari segala jenis
langsung dan dalam waktu yang lambat atau dampak
kotoran yang tercampur dalam lot benih, 2) Murni
jangka panjang. Kerugian jangka pendek adalah
terdiri satu jenis varietas, tidak tercampur dengan
turunnya daya kecambah, vigor yang lemah, bibit
varietas lainnya, 3) Secara fisik bagus, bernas, warna
atau tanaman muda abnormal bahkan mati, dan
tidak kusam, kulit tidak terkelupas, mulus tidak ada
kerusakan lainnya pada setiap tahap pertumbuhan
bercak, tidak keriput, dan 4) Sehat tidak membawa
tanaman hingga panen dan pascapanen. Kerugian
hama penyakit yang merugikan.
jangka panjang muncul ketika benih didistribusi ke
Fokus pada kriteria ke empat, benih sehat areal luas, maka benih tidak sehat menjadi sumber
memiliki arti bahwa benih harus bebas dari infeksi infeksi baru, terutama di areal yang belum pernah
ataupun kontaminasi penyakit. Kesehatan benih terjangkit penyakit. Menurut Singh et al. (2011)
sangat menentukan kesehatan tanaman supaya penyakit terbawa benih menjadi penting karena dua
memberikan produksi yang berkualitas (Diaz et al. hal yaitu: 1) mengganggu perkecambahan, per-
1998). Benih aneka kacang adalah biji yang tumbuhan dan produktivitas tanaman, dan 2)
mengandung nutrisi tinggi. Biji sejak awal terbentuk menyebarkan penyakit lewat biji dan bibit (seed
pada tanaman induk, sampai periode panen and seedlings disease) melalui infeksi yang
kemudian digunakan sebagai benih yang tumbuh berkembang sistemik atau lokal. Kakde dan Chavan
menjadi tanaman baru ,tidak lepas dari gangguan (2011) menyatakan bahwa penyakit benih
patogen. Semua jenis patogen (jamur, bakteri, dan menyebabkan berubahnya komposisi kimia seperti
virus) dapat menyerang benih dan menggunakan berkurangnya kandungan karbohidrat, protein,
nutrisi yang ada di dalam benih untuk hidupnya. lemak di dalam biji. Berikutnya dinyatakan oleh
Hal ini menyebabkan kerusakan pada benih. Pada Barros et al. (2011) bahwa kontaminasi jamur

81
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

Tabel 1. Patogen tular benih yang penting pada tanaman aneka kacang

Tanaman inang Jenis patogen (jamur, bakteri, dan virus)

Kedelai Jamur: Macrophomina phaseolina, Fusarium oxysporum, Aspergillus flavus, A. niger, Phoma sp.
dan Sclerotinia sclerotiorum, Cercospora kikuchii, Peronospora manshurica, Microsphaera
diffusa,
Alternaria spp., Cladosporium sp., Verticillium spp., Pythium sp., Phytophthora sp., Curvularia
lunata, Penicillium spp.
Bakteri: Pseudomonas syringae, Xanthomonas axonopodis.
Virus: Soybean Mosaic Virus (SMV), Soybean Stunt Virus (SSV).
Kacang tanah Jamur: Rhizoctonia spp., Fusarium spp., Pythium spp, Rhizopus spp., Penicillium spp.,
Alternaria
spp., Botrytis cinerea, Mucor spp., Curvularia sp., Cladosporium sp., Botryodiplodia
theobromae,
Aspergillus flavus, A. niger, S. rolfsii, S. bataticola, R. solani, Verticillium sp., Mucor sp.,
Rhizopus.
Bakteri: Ralstonia solanacearum.
Virus: Peanut Mottle Virus (PMoV).
Kacang hijau Jamur: Alternaria sp., Fusarium spp., Myrothecium roridum, Drechslera sp., Aspergillus flavus,
A. niger, Macrophomina phaseolina
Sumber: dirangkum dari berbagai sumber.

menghasilkan senyawa mikotoksin dalam biji tua (50 hari) sebesar 2,5–4,5%. Penularan SMV
tanaman pangan sangat membahayakan kesehatan melalui benih mencapai 8% (Rahayu 1989;
manusia dan ternak. Sunartiningsih 1991). Andayanie (2012)
Jamur merupakan jenis patogen dominan yang menyatakan bahwa SMV terdeteksi pada benih
menginfeksi benih tanaman aneka kacang (Tabel kedelai yang ditanam di Ngawi dan Madiun (Jawa
1). Pada kedelai, jamur terbawa benih yang penting Timur).
di antaranya adalah Alternaria spp., Cercospora Pada kacang tanah, jamur penyebab kerusakan
kikuchii, Cladosporium spp., Phomopsis, Fusarium polong seperti Rhizoctonia spp., Fusarium spp.,
spp. dan Verticillium spp. (Villarroel et al. 2004); Pythium spp, Rhizopus spp., Penicillium spp., Asper-
Phytophthora sp. (Malvick 2002); Peronospora gillus spp., Alternaria spp., Botrytis cinerea, Mucor
manshurica dan Microsphaera diffusa masing- spp., Curvularia sp., Cladosporium sp., dan Botryo-
masing menyebabkan penyakit embun bulu atau diplodia theobromae dapat terbawa pada benih
downy mildew dan embun tepung atau powdery (Dharmaputra dan Retnowati 1996; Elwakil dan
mildew (Sweets et al. 2008); serta Phoma sp. El-Metwally 2001), demikian juga Sclerotium rolfsii
penyebab busuk biji yang menjadi kendala serius (Mehan et al. 1995). Aspergillus flavus menurunkan
pada produksi benih kedelai di Amerika Serikat kandungan karbohidrat dan lemak biji kacang tanah
(Jackson et al. 2005; Pathan et al. 2009). Berikutnya (Naikoo et al. 2013); serta merusak protein biji
Ramesh et al. (2013) mengidentifikasi 11 jamur pada (Singare dan Ade 2014). Begum et al. (2013)
benih kedelai yang terpenting adalah Macrophomina menyatakan bahwa benih kacang tanah yang
phaseolina, F.oxysporum, A.flavus, A. niger, Phoma disimpan selama 6 bulan, terjadi serangan A. flavus
sp. dan Sclerotinia sclerotiorum; dan yang kurang 0,25% sangat rendah persentase infeksi ini tetapi
penting F. solani, F. moniliformae, Rhizopus sp., merupakan batas yang dapat ditoleransi karena
Botrytis cinerea dan Cercospora kikuchi. Bakteri berindikasi menurunkan perkecambahan menjadi
terbawa benih kedelai yang penting adalah 71%. Bakteri R. solanacearum penyebab kerusakan
Pseudomonas syringae (disebut juga P. savastanoi) pembuluh batang sehingga timbul gejala layu pada
penyebab hawar daun, dan Xanthomonas kacang tanah, menular melalui benih dengan
axonopodis penyebab pustul (Giesler 2011; Dutta persentase 5–8% (Zeng et al. 1994). Virus PMoV
et al. 2014). Virus pada benih kedelai yang atau Peanut Mottle Virus menyebabkan penyakit
merugikan adalah virus mosaik SMV atau Soybean belang pada daun kacang tanah, menular melalui
Mosaic Virus dan virus kerdil SSV atau Soybean benih dengan persentase 0,9–3,7% (Saleh dan
Stunt Virus (Saleh 2007). Infeksi kedelai oleh SMV Baliadi 2015).
pada fase vegetatif tanaman umur 10 hari, Pada kacang hijau, jamur merupakan patogen
menurunkan hasil biji 29–41%. Penurunan hasil utama penyebab kerusakan benih. Beberapa jamur
lebih rendah bila infeksi terjadi pada umur lebih seperti Alternaria sp., Fusarium oxysporum, F. solani,

82
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

F. equiseti, Myrothecium roridum, Drechslera sp., menyebutkan bahwa pengujian kesehatan benih
Aspergillus flavus, dan A. niger merupakan kompleks mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
patogen penyebab penyakit busuk kecambah atau 1. Inokulum patogen yang terbawa benih
seedling rot yang sangat merugikan karena menurun- berpeluang berkembang menjadi penyakit
kan populasi tanaman sehat (Bakr dan Rahman, merugikan di lapangan sehingga menurunkan
2001). nilai komersial benih.
Patogen terbawa pada benih, menempati posisi 2. Benih dari daerah lain dapat menjadi perantara
yang berbeda seperti: 1) tercampur dengan benih penyebaran penyakit di daerah baru. Karantina
dan patogen tersebar hidup di antara individu benih dan sertifikasi kesehatan benih sangat berguna
hal ini biasanya terjadi selama pengelolaan benih untuk mencegah penyebaran penyakit, skala
di lapangan, propagul sklerosia dan spora jamur nasional maupun internasional.
dapat tercampur dengan cara ini; 2) patogen
3. Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk men-
menempel di permukaan biji (eksternal), terjadi pada
jelaskan faktor penyebab rendahnya daya kecam-
sel bakteri dan jamur; dan 3) patogen menginfeksi
bah di lapangan, sehingga akan menjadi
masuk ke dalam biji (internal) hidup menetap dalam
pelengkap dalam proses uji daya kecambah.
biji misalnya pada virus dan bakteri. Masa aktif jamur
penyebab penyakit benih terjadi saat benih tumbuh 4. Hasil pengujian kesehatan benih dapat
di dalam tanah, terutama di lingkungan yang cukup menunjukkan perlu tidaknya perlakuan atau
lembab dengan suhu hangat. Jamur Phytophthora treatment dalam suatu lot benih, terkait dengan
yang terbawa benih kedelai akan aktif berkembang upaya pengendalian penyakit atau mengurangi
di tanah yang lembab dengan suhu tanah hangat risiko penyebaran penyakit.
28–44 oC (McMahon 2011). Kesehatan yang buruk Pada uji kesehatan benih, tidak semua patogen
pada tanaman induk akibat dari belum optimalnya atau penyakit akan dideteksi. Pengujian biasanya
upaya pengendalian di lapangan, merupakan faktor dilakukan secara selektif, hanya untuk penyakit yang
pemicu berkembangnya penyakit pada benih. Selain diduga penting yang perlu diperiksa. Metode deteksi
itu, kerusakan mekanis pada benih yang timbul sederhana secara visual yang mudah dilakukan
selama proses pemanenan, pengelolaan dan adalah melalui pemeriksaan kerusakan warna dan
penyimpanan benih, serta kadar air benih yang tinggi bentuk kulit ari pada benih, namun terbatas pada
akibat proses pengeringan yang kurang baik, penyakit tertentu misalnya bercak coklat pada benih
merupakan faktor kondusif yang memicu serangan kedelai merupakan tanda infeksi virus SMV.
berbagai patogen pada benih. Benih membawa Sedangkan penyakit tanpa kelainan khas pada benih
penyakit berakibat pada rendahnya daya kecam- hanya dapat diketahui melalui pengujian kesehatan
bah dan lemahnya vigor benih, mengurangi populasi dengan metode khusus sesuai dengan jenis patogen
tanaman sehat sehingga merugikan secara ekonomis yang dideteksi.
karena menambah kebutuhan benih untuk tanam Dalam prosedur pengujian kesehatan benih,
ulang. tahap awal yang perlu disiapkan adalah penyiapan
contoh benih yang dapat dianggap seragam dan
TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN memenuhi persyaratan yang telah ditentukan sesuai
BENIH aturan dari ISTA. Suatu benih yang diuji harus dapat
mewakili keseluruhan kelompok benih yang lebih
Benih sakit atau dalam kondisi terinfeksi patogen
besar jumlahnya. Macam contoh benih menurut
pada umumnya tidak menampilkan gejala kelainan
peraturan ISTA (2006) adalah: 1) contoh primer
visual, berbeda dengan penyakit pada jaringan vege-
(primary sample) adalah contoh yang diambil dalam
tatif tanaman seperti batang, akar, dan daun yang
jumlah besar dari berbagai tempat penyimpanan
gejalanya khas. Penyakit terbawa benih hanya dapat
baik wadah maupun bulk, 2) contoh campuran
dideteksi melalui pengujian kesehatan benih. Pada
(composite sample) adalah semua primer yang
pengujian kesehatan benih sekaligus akan teruji vigor
dijadikan satu dan dicampur dalam satu tempat
atau mutu fisiologis benih, apakah mutu yang
(kantong, kotak, nampan dan lain-lain) dan biasanya
rendah dipengaruhi oleh faktor prapanen seperti
contoh campuran jauh lebih besar dari yang
biji belum cukup umur panen, adanya penyakit,
diperlukan sehingga harus dikurangi, 3) contoh
atau karena kerusakan mekanis pada periode panen
yang dikirm ke laboratorium (submitted sample)
hingga proses pengelolaan benih. International Seed
adalah contoh campuran yang telah dikurangi sampai
Testing Association (ISTA 2006) suatu lembaga
jumlah dan bobot tertentu yang telah ditetapkan
dunia, secara resmi menetapkan standar mutu benih
dan kemudian dikirim ke laboratorium penguji,
beserta metode pengujian kesehatan benih,
4) contoh uji (working sample) adalah contoh benih

83
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

yang diambil dari submitted sample dan diguna-


kan sebagai bahan uji kesehatan di laboratorium.
Penyiapan contoh benih hingga waktu pengujian
kesehatan, rentang waktunya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memungkinkan patogen
masih tumbuh dan mudah dideteksi keberadaannya
pada contoh benih tersebut.
Gambar 2. Kelainan warna kulit biji kedelai berupa bercak
Metode pengujian kesehatan benih yang coklat yang diakibatkan oleh virus SMV atau
berkembang saat ini terdiri dari beberapa macam soybean mosaic virus. Sumber: koleksi pribadi.
dan setiap metode memiliki kepekaan berbeda
sesuai jenis patogen sasaran, jenis benih, dan biji, dan kerusakan mekanis seperti biji keriput atau
maksud dari pengujian. Setiap metode pengujian abnormal, dan biji busuk. Pemeriksaan dapat
perlu peralatan dan tenaga penguji atau pengamat dilakukan secara visual dengan mengamati langsung
berpengalaman yang trampil terlatih dan didukung pada contoh benih ataupun dengan bantuan
dengan ilmu pengetahuan tentang patologi benih mikroskop stereo. Kelainan warna pada kulit biji
yang memadai. Latihan dapat diperoleh melalui kedelai berupa bercak ungu (Gambar 1) merupakan
pengujian berulang-ulang dengan metode yang tanda bahwa benih dihasikan oleh tanaman terserang
berbeda, dengan hasil evaluasi hasil yang tepat. jamur C. kikuchii penyebab penyakit bercak daun
Metode pengujian yang lazim dilakukan dalam Cercospora blight (Mengistu et al. 2012).
deteksi patogen benih adalah pemeriksaan secara
kering, cara basah melalui perendaman, dan cara Demikian juga virus SMV pada kedelai dapat
inkubasi melalui pemeraman pada media tertentu diperiksa secara visual adanya kelainan warna kulit
(metode konvensional yang relatif sederhana dan biji berupa bercak berwarna kecoklatan hingga
tidak mahal). Masing-masing cara deteksi tersebut kehitaman yang menyelaputi kulit ari biji (Gambar
memiliki tujuan khusus seperti diuraikan sebagai 2). Biji belang tersebut sebagai indikasi bahwa di
berikut. lapangan tanaman induk terinfeksi SMV. Pemeriksaan
secara visual perlu diikuti dengan metode
1. Pemeriksaan Cara Kering pemeriksaan yang lain seperti diuraikan di bawah
Dengan metode ini sejumlah benih diperiksa ini.
secara kering. Pada umumnya untuk mengetahui 2. Pemeriksaan secara Perendaman
secara visual adanya badan buah jamur, miselia,
spora, sklerotia, gall, insekta dan lain-lain yang Pada metode ini dilakukan ekstraksi patogen yang
tercampur dalam lot benih. Pemeriksaan cara kering melekat atau hidup di permukaaan benih. Sejumlah
sesuai untuk melihat kerusakan warna pada kulit contoh benih dimasukkan ke dalam air steril
kemudian digojok selama waktu tertentu, dan air
cucian tersebut selanjutnya diperiksa langsung di
bawah mikroskop untuk pengamatan spora dan hifa
jamur. Untuk pemeriksaan bakteri terbawa benih,
ekstraksi dilakukan dengan perendaman benih
dalam air steril, penggojokan dan penghancuran
benih. Bakteri dalam ekstrak benih selanjutnya
diisolasi dan diidentifikasi dengan cara ditumbuhkan
pada beberapa jenis media agar-agar yang
mengandung senyawa tertentu untuk mengetahui
identitas bakteri berdasarkan karakter fisiologi dan
biokimia bakteri (Balai Besar PPMBTPH 2007).

3. Pemeriksaan secara Inkubasi


Pada metode inkubasi atau pemeraman, contoh
benih diperam pada beberapa jenis media sebagai
berikut.

a. Media kertas blotter


Gambar 1. Bercak ungu pada biji kedelai dan keping kecam- Inkubasi benih pada kertas blotter adalah
bah yang terserang jamur C. kikuchii. Sumber: pengujian kesehatan benih melalui perkecambahan
McGee dan Nyvall 2008.

84
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

Tabel 2. Jamur patogenik pada benih kedelai yang terdeteksi melalui metode kertas blotter

Jamur patogen Kerusakan dan arti penting penyakit


Phomopsis Penyakit busuk batang dan polong. Intensitas penyakit lebih dari 20% dapat merusak viabilitas
Cercospora Penyakit noda ungu pada biji dan biji keriput. Penyakit tidak mempengaruhi viabilitas
Fusarium Menurunkan viabilitas
Bacillus spp. Bakteri penyebab busuk biji dan merusak viabilitas
Aspergilllus Penyakit pada biji di tempat penyimpanan yang kondisinya lembab, merusak viabilitas
Alternaria Belum diketahui pengaruhnya
Cladosporium Belum diketahui pengaruhnya
Sumber: McGee dan Nyval 2008.

biji yang sekaligus untuk mendeteksi patogen didapatkan dari hasil ekstraksi benih selanjutnya
terbawa benih, patogen yang terdeteksi biasanya diisolasi pada media agar-agar tertentu untuk
dari jenis jamur. Benih yang diuji dikecambahkan diidentifikasi berdasarkan karakter fisiologi dan
pada cawan Petri berisi kertas saring, keduanya biokimia bakteri (Balai Besar PPMBTPH 2007).
dalam kondisi steril. Untuk mencegah adanya jamur Bakteri Xanthomas campestris biasanya ditumbuh-
kontaminan yang bukan sasaran pengujian, benih kan pada media selektif yang mengandung anti-
perlu disterilkan dahulu dengan merendam benih biotik, fungisida, dan senyawa inhibitor (Touissaint
dalam larutan desifektan natrium hipoklorit 1,0% et al. 2001). Wydra et al. (2004) mengembangkan
selama 30 detik, diikuti pembilasan 3 kali dengan media semi selektif yaitu CCM (Cefazolin Celobiose
air suling steril. Cawan berisi benih selanjutnya Metionin) untuk isolasi dan deteksi bakteri benih
diinkubasi dalam inkubator pada suhu dingin (22) kedelai seperti Xanthomonas axonopodis.
oC selama 7–10 hari, dengan pencahayaan lampu

NUV (Near Ultra Violet) dengan periode gelap dan c. Penumbuhan benih (growing on test)
terang selama 12 jam terang dan 12 jam gelap untuk Pengujian ini merupakan metode konvensional
memicu pertumbuhan jamur. yang didasarkan pada pertumbuhan tanaman
Setiap jamur yang muncul bersamaan dengan setelah melewati masa kecambahnya dan
benih yang berkecambah selanjutnya diperiksa memperlihatkan gejala penyakit. Cara ini biasanya
dengan mikroskop. Metode uji pada kertas blotter untuk deteksi penyakit yang waktu inkubasinya lama
adalah suatu metode uji yang praktis dan sederhana, sehingga sulit dideteksi dengan metode inkubasi pada
tetapi kurang sesuai untuk deteksi bakteri dan vi- kertas blotter dan media agar-agar, contohnya
rus. Menurut Mc Gee dan Nyval (2008) dengan adalah penyakit virus SMV pada kedelai (Rahayu
metode kertas blotter dapat dideteksi terutama jenis 1989; Sunartiningsih 1991). Media untuk
jamur (Tabel 2). Rao et al. (2015) menggunakan penumbuhan benih pada umumnya berupa
kertas blotter dan media agar-agar pada uji pecahan batu bata, pasir, tanah, kompos, dan
kesehatan benih kedelai, hasilnya pada kertas blotter vermikulit yang kondisinya steril untuk menghindari
terdeteksi lebih banyak jamur dengan persentase kontaminan patogen lain terbawa dalam media.
koloni 35,7–40,9% sedangkan pada media agar- Penyakit virus dapat diketahui secara visual gejalanya
agar persentasenya lebih rendah berkisar 20,7– terutama pada tanaman muda (seedlings), dan untuk
26,4%. mendapatkan hasil deteksi yang tepat perlu analisis
lebih lanjut melalui ekstraksi tanaman sakit dan uji
b. Media agar-agar penularan ekstrak secara mekanis pada tanaman
Metode inkubasi patoegn pada media agar-agar indikator yang sehat dari jenis varietas rentan vi-
memerlukan waktu yang relatif lama. Media agar- rus. Tanaman indikator setelah diinokulasi ekstrak
agar mengandung nutrisi seperti karbohidrat, pro- virus akan menampilkan gejala infeksi lokal atau
tein, lemak, mineral dan vitamin yang sesuai untuk sistemik, misalnya pada virus mosaik SMV yang
pertumbuhan patogen. Untuk menumbuhkan terbawa pada kedelai dan virus belang PMoV yang
jamur biasanya mengandung nutrisi tertentu seperti terbawa pada benih kacang tanah (Saleh 2007).
pada Maltose Extract Agar (MEA), dan Potato
Dextrose Agar (PDA). Jamur yang diisolasi dari benih 4. Pemeriksaan dengan Metode Serologi dan
yang tumbuh pada media agar-agar perlu Molekuler
diidentifikasi lebih lanjut secara mikroskopis untuk Berbagai teknik serologi telah digunakan dalam
mengetahui karakter morfologinya. Untuk peme- deteksi dan diagnosis patogen terbawa benih. ELISA
riksaan bakteri terbawa benih, isolat bakteri yang (Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay)

85
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

merupakan salah satu metode serologi yang efisien Beberapa komponen pengendalian seperti diuraikan
dan murah terutama untuk mendeteksi penyakit di bawah ini sangat potensial menekan penyakit
virus dan bakteri terbawa benih. Teknik serologi terbawa benih pada tanaman aneka kacang.
sering digunakan untuk mendeteksi patogen yang
menginfeksi secara laten dalam waktu yang cepat. 1. Pencegahan Penyakit Prapanen
Pengujian secara serologi tidak memerlukan isolasi Pencegahan penyakit prapanen biasanya terin-
patogen, tetapi memerlukan antibodi spesifik. tegrasi dalam kegiatan budi daya tanaman, meliputi
Deteksi penyakit benih dengan metode molekuler pemilihan benih sehat, penggunaan varietas tahan
menggunakan marka DNA melalui reaksi polimerasi penyakit, dan menggunakan teknis budidaya sehat
berantai (Polymerase Chain Reaction atau PCR) di lokasi non endemik penyakit. Faktor abiotik seperti
merupakan cara pengujian kesehatan benih yang kelembaban dan suhu tinggi di tanah yang dapat
sangat teliti dan sering digunakan dalam proses serti- memicu serangan jamur seperti A. niger pada kacang
fikasi benih dan karantina tanaman. Deteksi berbasis tanah, perlu dihindari melalui pemantauan cuaca
marka molekuler seperti PCR membutuhkan primer dan pengaturan waktu tanam. Jamur A. niger
ensim spesifik sesuai dengan jenis patogen sasaran. berkoloni dengan pesat ketika suhu tanah berkisar
Menurut Bates et al. (2001) pengujian kesehatan 22–37 °C (Horn 2005). Kondisi kering pada periode
benih dengan teknik PCR memiliki beberapa antara berbunga hingga panen pada beberapa jenis
keunggulan yaitu sensitif, spesifik, sangat cepat bisa kacang seperti kacang faba, chickpea, dan lupin
dikerjakan untuk sejumlah besar contoh uji. Glynn dapat mengurangi serangan jamur pada polong,
dan Edwards (2010) menyatakan bahwa pengujian kondisi ini sangat baik untuk produksi benih sehat
kesehatan benih gandum dengan teknik PCR dapat (Aftab et al. 2008). Penyakit virus SMV pada kedelai,
mendeteksi infeksi jamur terbawa benih seperti penyebarannya di lapangan dibantu oleh serangga
Fusarium dan Microdochium dengan persentase hama Aphis glycines yang berperan sebagai vektor.
serangan sangat rendah 0–5%. Metode ini sangat Menurut Saleh (2007) untuk produksi benih aneka
sesuai untuk deteksi virus dan bakteri yang kacang bebas penyakit virus salah satu cara yang
populasinya pada biji atau jaringan tanaman sangat sangat potensial adalah dengan memilih lokasi tanam
rendah sehingga sulit terdeteksi menggunakan di area terisolir oleh jarak yang sangat jauh dan
metode konvensional. terhalang dengan tanaman jenis lain yang bukan
inang hama vektor ataupun inang virus. Sedangkan
pengendalian kimiawi terhadap hama vektor tidak
PENGELOLAAN PENYAKIT BENIH
efektif untuk menekan penyakit virus terutama pada
Siklus hidup tanaman aneka kacang dimulai dari jenis virus yang berkembang secara nonpersisten.
tahap perkecambahan benih hingga tahap produksi Pencegahan penyakit prapanen pada dasarnya
dan panen biji. Selama tahapan tersebut tanaman adalah upaya perlindungan tanaman dengan
berinteraksi dengan berbagai jenis mikroorganisme menerapkan berbagai teknis pengendalian yang
termasuk patogen. Dengan demikian pengendalian efektif.
penyakit perlu dilakukan sejak tanaman hidup di
lapangan (prapanen) hingga panen benih dan selan- 2. Perawatan Benih Pascapanen
jutnya disimpan dan didistribusikan (pascapanen). Pencegahan penyakit pascapanen melalui sortasi
benih dengan membuang biji retak atau luka dapat
membantu menghilangkan munculnya kontaminan
pada benih dalam penyimpanan. Kondisi biji yang
mengalami kerusakan mekanis yaitu luka atau retak
akibat kegiatan panen dan proses pembijian
seringkali memudahkan serangan patogen (Agarwal
dan Sinclair 1997).
Patogen menempati posisi berbeda pada benih
yaitu menempel, masuk ke dalam biji atau keping
biji, dan menembus dalam embrio (Gambar 3).
Jamur dan bakteri sebagian besar berada di
permukaan dan dalam biji. Sebaliknya virus hanya
menginfeksi bagian meristematik benih tepatnya
Gambar 3. Patogen benih pada beberapa posisi sebagai
dalam jaringan embrio. Serangan virus SMV pada
pedoman pengendaliannya melalui perawatan
benih. daun kedelai dapat berkembang secara sistemik
hingga mencapai jaringan embrio sehingga viabilitas
Sumber: McMullen dan Lamey 2000.

86
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

benih terganggu, akibatnya menurunkan mutu Penicillium, dan Rhizopus (Begum et al. 2004).
benih. Fungisida mankozeb yang aktif sebagai racun kontak
Patogen dengan berbagai posisi infeksinya pada merupakan fungisida yang sering digunakan untuk
benih tersebut di atas, cara perawatan atau pengen- penyelaputan benih tanaman pangan seperti jagung,
daliannya berbeda pula. Perawatan benih yang kacang tanah, kedelai, dan serealia lain (Yellow River
sering dilakukan pada saat sebelum tanam atau 2010). Beberapa jenis fungisida seperti metalaksil,
ketika benih akan disimpan adalah dengan cara azoksistrobin dan fludioksonil merupakan fungisida
mekanis, fisik, dan kimia. Perawatan mekanis standar untuk perawatan benih oleh kalangan
bertujuan untuk membuang sumber penyakit yang industri benih (Gillard dan Ranatunga 2013).
tercampur dalam lot benih, atau patogen berada Demikian juga fungisida kaptan dan tiram sering
di luar benih. Benih perlu dibersihkan secara manual diaplikasikan melalui benih untuk menekan jamur
dengan membuang segala jenis cemaran seperti biji terbawa benih dan jamur tular tanah penyebab
berjamur, organ tanaman terinfeksi, tanah, dan penyakit damping-off. Tiram dilaporkan efektif untuk
serangga. Perawatan mekanis tidak membunuh menekan penyakit pra dan pascakecambah pada
patogen dalam benih, ataupun menghilangkan kedelai yang disebabkan berbagai jamur seperti
patogen yang mungkin menempel di permukaan Aspergillus spp., F. moniliforme, Curvularia lunata
benih. Oleh karena itu perawatan mekanis seringkali dan Penicillium spp. (Solanke et al. 1997). Untuk
memerlukan perlakuan lebih lanjut misalnya dengan perawatan benih kedelai, karboksin dicampur
desinfektan. Perawatan fisik pada umumnya dengan tiram masing-masing dengan dosis 2 g/kg
menggunakan suhu panas seperti solarisasi yaitu benih, dapat meningkatkan perkecambahan yang
benih dipapar dengan panas sinar matahari mencapai 83% dibandingkan tanpa perlakuan
(dijemur), direndam dalam air hangat, udara panas, perkecambahan hanya 74% (Zorato dan Henningh
uap panas, dan radiasi microwave atau gelombang 2001). Kaptan dengan dosis 2,5 g/kg benih dan
mikro (Grum et al. 1998). Perawatan dengan suhu 2,5 g tiram/kg benih dilaporkan efektif menekan
panas yang aman untuk benih adalah: 1) serangan kompleks jamur terbawa benih kedelai
perendaman benih dalam air air dengan suhu 50– seperti Diaporthe sp., Alternaria alternate, A. flavus,
54 °C selama 5–30 menit, 2) uap air suhu 50 °C C. lunata and F. oxysporum serta meningkatkan
selama 1 jam, dan 3) pengovenan pada suhu 70 daya kecambah, panjang kecambah dan bobot
°C selama 3–7 hari (Dhanvantari dan Brown 1993). kering kecambah (Manshi et al. 2004). Informasi
Jenis komoditas yang berbeda perlu suhu dan lama terbaru menyebutkan bahwa fungisida dengan
perlakuan yang berbeda pula. Benih kacang ercis merek dagang Tiflo dengan kandungan tiram 80%
Pisum sativum yang direndam dalam air dengan direkomendasikan untuk perawatan benih di In-
suhu 52 °C selama 12–13 menit, dapat donesia (Roup 2016).
menurunkan infeksi kompleks jamur terbawa benih Perawatan benih menggunakan ekstrak tanaman
hingga 55,2% (Begum et al. 2004). Benih kacang dan agens pengendali hayati (APH) sangat potensial
buncis Phaseolus vulgaris yang terserang bakteri untuk mengendalikan penyakit benih. Tanaman
Xanthomonas campestris dapat direndam selama mimba Azadirachta indica mengandung senyawa
20 menit pada suhu 52 °C, sedangkan benih kacang azadirahtin yang berkhasiat sebagai pestisida organik.
ercis yang terserang bakteri Pseudomonas syringae Perawatan benih kacang tanah menggunakan esktrak
perlu perendaman selama 15 menit pada suhu 55– mimba efektif untuk menekan serangan beberapa
60 °C (Flyod 2005). Perawatan dengan suhu panas jamur seperti A. niger, A. flavus, dan Rhizopus
sangat sesuai untuk sistem pertanian organik sebagai (Hassan et al. 2015). Demikian juga dengan daun
alternatif pengendalian non kimiawi (Tinivella et al. jarak Datura stramonium, ekstrak daun dalam pelarut
2005). air untuk perawatan benih kacang tunggak,
Perawatan secara kimia menggunakan pestisida dilaporkan mampu meningkatkan perkecambahan
(fungisida, antibiotik, insektisida) dan desinfektan, benih hingga 90,7% dan serangan jamur penyebab
pada umumnya diterapkan dalam industri benih. busuk kecambah turun menjadi 8,0% dibandingkan
Desinfektan hanya berperan sebagai protektan kontrol tanpa ekstrak Datura serangan jamur
untuk menghilangkan kontaminan tercampur atau mencapai 61,3% (Baka et al. 2014).
menempel di permukaan benih. Larutan desinfektan Agens pengendali hayati (APH) terdiri dari
NaOCl 1% untuk pencucian benih kacang ercis, beberapa jenis jamur dan bakteri antagonis
dapat menurunkan hingga 57,5% serangan dilaporkan cukup baik dapat mengendalikan
kompleks jamur terbawa benih seperti Alternaria, penyakit terbawa benih. Bakteri APH sering
Aspergillus, Cladosporium, Curvularia, Fusarium, digunakan untuk perawatan benih terutama dari

87
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

jenis Pseudomonas, Enterobacter, Erwina, dan


DAFTAR PUSTAKA
Bacillus; sedangkan jamur APH yang utama adalah
Trichoderma dan Gliocladium (Callan et al. 1997). Aftab M, Freeman A, Horsham TB. 2008. Seed health
Bacillus megaterium cukup efektif untuk testing in pulse crops. Agriculture Note, Department
menurunkan serangan jamur terbawa benih kedelai of Primary Industries, State of Victoria. 4pp.
dan meningkatkan pertumbuhan benih (Sonavane Agarwal VK, Sinclair JB. 1997. Principles of Seed Pa-
et al. 2011). Menurut Ram dan Bhanushally (2003) thology 2nd. Boca Raton: CRC. 538p.
perawatan benih kacang tanah menggunakan jamur Bakr MA, Rahman ML. 1998. Current status of research
antagonis Trichoderma harzianum dengan dosis 10 on mungbean and blackgram diseases and future
g/kg benih, efektif untuk menekan serangan Aspergil- needs. Proceeding of the workshop on diseases
lus sp. Sethuraman et al. (2003) meneliti resistence breeding in pulse. Bangladesh J. Agril. Res.
penggunaan T. viride (4 g/kg benih) dan bakteri 11, 64.
APH P. fluorescens (10 g/kg benih) dengan cara Barros GG, Oviedo MS, Ramirez ML, Chulze SN. 2011.
penyelaputan benih kacang hijau sebelum ditanam Safety Aspect in Soybean Food and Feed Chains:
dan disimpulkan bahwa perlakuan tersebut dapat Fungal and Mycotoxins Contamination. In Soybean-
menekan busuk perakaran oleh jamur M. phaseolina Biochemistry, Chemistry and Physiology (Tzi-Bu
hingga dicapai serangan 4,16% dan 4,59% untuk Ng.ed), InTech.
masing-masing APH, sedangkan pada kontrol tanpa Begum AAJ, Balamurugan P, Vanangamud Ki, Prabakar
APH penyakit mencapai 14,04%. K. 2013. Establising seed standard for seed health
test in groundnut Arachis hypogaea L. for Aspergillus
PENUTUP flavus. African Journal of Agricultural Research. Vol.
8(38). p:4839-4848.
Penyakit terbawa benih disebabkan terutama oleh
Callan NW, Mathre DE, Miller JB, Vavrina CS. 1997.
patogen dari jenis jamur, bakteri dan virus yang Biological seed treatments: Factors involved in effi-
berasal dari lapangan. Penyakit dapat menyebar dan ciency. Horticultural Science vol 32 p.179-183
menular ke areal yang luas mengikuti alur distribusi
Elwakil MA, El-Metwally MA.2001. Seed-borne fungi of
benih skala nasional bahkan internasional. Hal ini
peanut in Egypt: pathogenicity and transmission.
menjadi kendala dalam perdagangan benih bermutu
Pakistan Journal of Biological Science, vol 4(1): p63-
yang dicirikan antara lain dengan terbebasnya benih 68.
dari penyakit penting. Status kesehatan benih dapat
Erdey DP, Mycock DJ, Berjak P. 1997. The elimination
diketahui dengan deteksi penyakit melalui pengujian
of Fusarium moniliforme (sheldon) infection in maize
kesehatan benih yang sesuai dengan prosedur
caryopses by hot water treatments. Seed Science and
standar dari ISTA atau International Seed Testing Technology vol 25, p.485-501.
Association. Uji kesehatan benih berperan penting
International Seed Testing Association [ISTA].2006.
dalam perbaikan mutu benih (seed improvement),
Moisture Test Methods. International Rules for Seed
perdagangan benih (seed trade), dan perlindungan
Testing. Bassedorf, Switzerland.
tanaman (plant protection). Teknis pengujian sangat
tergantung pada jenis benih, jenis patogen yang Kakde RB, Chavan AM. 2011. Deteriorative changes in
dideteksi dan tujuan pengujian, yang dilakukan oilseed due to storage fungi and efficacy of
botanicals. Current Botany, vol 2, p.17-22.
dengan metode sederhana ataupun dengan metode
molekuler. Pengujian kesehatan benih sebaiknya Kohnen PD, Dougherty WG, Hampton RO.1992. Detec-
dilakukan oleh laboratorium terakreditasi yang tion of pea seedborne potyvirus by sequence specific
dikelola secara profesional. Kesehatan benih atau enzymatic amplification. Vol 37, p.253-258.
mutu patologis benih aneka kacang pada umum- Lagerberg C. 1996. Comparison of polyclonal elisa with
nya belum diperhatikan serius oleh petani. the seed-blotter, fluorescence and agar plate meth-
Sementara itu, kebutuhan benih seringkali diproduksi ods for the detection and quantification of seed-borne
secara mandiri. Untuk mencegah timbulnya masalah septoria nodorun in wheat. Seed Science and Tech-
rendahnya daya kecambah, vigor, kerusakan nology, vol 24, p.585-588.
tanaman akibat dari penyakit benih maka perlu Malvick D. 2002. Soybean Seed Treatments and Con-
dilakukan pengawalan teknologi dari pihak trol of Seed and Seedling Diseases. http://
berwenang. Secara teknis, telah diketahui banyak bulletin.ipm.illinois.edu/pastpest/articles/
hasil penelitian pengendalian penyakit terbawa benih 200202i.html. (Diakses 31 Januari 2016).
yang efektif meliputi pengendalian prapanen dan Maude RB. 1996. Seedborne Diseases And Their Con-
pengendalian pascapanen termasuk perawatan trol. Cambridge: CAB International, 280pp.
benih selama dalam penyimpanan atau selama
distribusi benih.

88
RAHAYU: PATOLOGI DAN TEKNIS PENGUJIAN KESEHATAN BENIH TANAMAN ANEKA KACANG

McGee, Nyval. 2008. http://estensiont.agron.iastate.edu/ Shingare P, Ade A. 2014. Deterioration of protein in the
soybean/docummnts/ pm990.pdf p:11-15. (Diakses diseased groundnut kernels due to infection of fungi.
31 Januari 2016). National conference on Plant Pathology, 2-3 March
McGee DC.1995. Epidemological approach to disease 2014, R.Shahu College, Latur, India.
mangement through seed technology. Annual Review Sing S, Srivastava S, Shikha SA, Bose B.2011. Studies
of Phytopathology, vol 33, p.445-466. on seed mycoglora of wheat (Triticum aestivum L.)
McMahon K. 2011. Corn, Soybeans at Risk for Seedling treated with potassium nitrate and its effect on ger-
Disease. http://farmindustrynews.com/seed-treatment/ mination during storage. Research Journal of Seed
corn-soybean-risk-seedling-disease. (Diakses 20 Science, vol 4:148-156.
Februari 2016) Sousa-Santos M, Cruz L, Norskov P, Rasmussen OF.1997.
McMullen MP, Lamey HA. 2000. Seed Treatment for A rapid and sensitive detection of seed. Science and
Disease Control. PP-447. http://www.ag.ndsu.edu/ Technology, vol 25, p.581-584.
pubs/plantsci/crops/pp447w.html. (Diakses 31 Januari Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. PT. Rajawali Press,
2016) Jakarta. 161 hlm.
Milus EA, Rothrock CS.1997. Efficacy of bacterial seed Sutopo L. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/
treatments for controlling pythium root rot of winter Perkecambahan/. (Diakses 13 Juni 2012).
wheat. Plant Disease,vol 81, p.180-184. Sweets L. 2009. Soybean Seed: To Treat or Not to Treat.
Murashiki HH.2002. Purple seed stain of soybean. Phy- http://cornandsoybeandigest.com/soybean-seed-treat-
topathology vol 41, p. 305-318. or-not-treat. (Diakses 31 Januari 2016).
Naiko A, Wani M, Nazir AB, Waheed UZ, Suliman D, Villarroel DA, Baird RE, Trevathan LE, Watson CE
Mohammood AT. 2013. Effect of seed-borne mycof- Scruggs ML. 2004. Pod and seed mycoflora on
lora on the quality of three varieties of Arachis hypo- transgenics and conventional soybean (Glycine max
gea. International Journal of Agricultural Science and L. Merrill) cultivars in Missisippi. Mycophatologia,
Research.3(1): p.35-42. vol 157: p.207-215.
Nan ZB, Hanson J, and Yeshi WM. 1998. Effects of Wang H, Davis RM. 1997. Susceptibility of selected cot-
sulfuric acid and hot water treatments on seedborne ton cultivars to seedling disease pathogens and ben-
fungi and germination of Stylosanthes hamata, efits of chemical seed treatments. Plant Disease, vol
S.quianensis and S. Scabra. Seed Science and Tech- 81, p.1085-1088.
nology, vol 26, p.33-43. Yesuf M, Sangchote S. 2005. Occurence and distribu-
Neergard P. 1977. Seed Pathology. New York: John Wiley. tion of major seedborne fungi assosiated with
Prossen D, Hatziloukas E, Shaad NW, Panopoulos NJ. Phaseolus been seeds in Ethiopia. Kasetsart J. (Nat.
1993. specific detection of pseudomonas syringae pv. Sci.) 39 : 216 – 225.
phaseolicola dna in bean seed by polymerase chain Zhang J, Howell CR, Starr JL.1996. Suppression of
reaction: based amplification of a phaseotoxin gene fusarium colonization of cotton roots and fusarium
region. Phtyopathlogy, vol 83, p.965-970. wilt by seed treatments with Gliocladium virens and
Randall-schadel BI, Bailey JE, Beute MK. 2001. Seed Bacillus subtilis. Biocontrol Science Technology, vol
transmissiom of cylindrocladium parasiticum in pea- 6, p.175-187.
nut. Plant Dis. Vol 85: p.362-370.
Sadjad S. 1993. Dari Benih kepada Benih. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta. 144 hlm.

89
BULETIN PALAWIJA VOL. 14 NO. 2, OKTOBER 2016

Buletin Palawija Volume 14 Nomor 2 Indeks Subjek


Tahun 2016, hlm 49–89
acid soil, 55
development, 71
Daftar Isi
disease management, 79
Hubungan Antarkomponen Morfologi dengan dry climate, 71
Karakter Hasil Biji Kedelai dry land, 71
Ayda Krisnawati dan M. Muchlish Adie. 49–54 fertilization, 55
Pengaruh Pupuk Kandang dan Pupuk Glycine max, 49
Anorganik terhadap Berbagai Varietas Kacang legumes, 79
Hijau di Tanah Masam lines, 63-70
Sri Ayu Dwi Lestari dan Henny Kuntyastuti 55–62 morphological characters, 49
Penampilan Galur-galur Kedelai Toleran mungbean, 55
Naungan di Dua Lingkungan NTT, 71
Titik Sundari 63–70 peanut, 71-78
Peluang Pengembangan Kacang Tanah relationship, 49
di Lahan Kering NTT seed health testing, 79
Fachrur Rozi, Imam Sutrisno, seed pathogens, 79
dan A.A. Rahmianna 71–78
seed yield, 49
Patologi dan Teknis Pengujian Kesehatan
shade tolerance, 63
Benih Tanaman Aneka Kacang
soybeans, 63
Mudji Rahayu 79–89
variety, 55
Indeks 90

Indeks Penulis
Adie, M. M., 49
Krisnawati, A., 49
Kuntyastuti, H., 55
Lestari, S. A. D., 55
Rahayu, M., 79
Rahmianna, A.A., 71
Rozi, F., 71
Sundari, T., 63
Sutrisno, I., 71

90

Anda mungkin juga menyukai