Anda di halaman 1dari 30

SERTIFIKASI BENIH TANAMAN

PBT 1611
“Penangkar dan Pengawas benih”

(Laporan Akhir)

OLEH :

IVAN REYNALDI
NPM 15713028

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Produksi benih memiliki peran langsung dalam peningkatan

pembangunan pertanian yaitu varietas unggul dan benih bermutu yang

mempengaruhi produksi dan produktivitas serta efisiensi, mutu, dan daya

sainghasil pertanian.Peran perbenihan secara makro yaitu dalam

penyerapan tenaga kerja yang banyak serta mendorong perkembangan

inovasi dan teknologi untuk menghasilkan produk benih yang semakin

baik. Jika perbenihan nasionalsukses maka suatu negara semakin

dekat dengan ketahanan pangan. Produk pertanian akan memiliki daya

saing dibandingkan negara lain serta petani yang semakin sejahtera

(Wirawan, 2012).

Selama ini benih varietas yang dikembangkan secara lokaldan

bersertifikat tersedia dalam jumlah terbatas dan untuk alasan ini

perusahaan benih tidak dapat menghasilkan jumlah besar benih

bersertifikat (Jones dan Rakotoarisaona, 2007). Keadaan ini dapat

menghambat komersialisasi. Lembaga yang bertanggung jawab untuk

pengendalian mutu benih dan sertifikasi sering tidak tahu klien mereka

serta tidak memiliki personil dan peralatan yang diperlukan untuk

melakukan pendataan yang diperlukan untuk memenuhi syarat sertifikasi.

Sertifikasi benih adalah titik awal untuk tanaman berhasil serta risiko

yang penting alat manajemen. Keamanan pangan dan mampu telusur

pertimbangan penting dalam pertanian hanya dapat yakin jika tahu asal-

usulnya.Sertifikasi benih adalah kunci untuk pengetahuan bahwa produksi


benih ini dikontrol secara cermat di bawah sistem jaminan kualitas yang

tepat sejak awal. Menggunakan bibit bersertifikat akan memungkinkan

untuk memanfaatkan seluruh sejarah tindakan ketertelusuran.

Benih pokok dipergunakan sebagai benih sumber pada perbanyakan

kelas Benih Sebar ( BR ).Menurut Mugnisjah Wahyu Qamara dan Asep

Setiawan ( 2001 ) tujuan sertifikasi adalah untuk memelihara,

menyediakan benih dan bahan perbanyakan tanaman yang bermutu tinggi

dari varietas berdaya hasil tinggi bagi masyarakat, sehingga didistribusikan

serta ditanam dengan identitas genetik yang terjamin.

Masyarakat di daerah terpencil tidak memiliki akses ke benih

bersertifikat dan pedagang benih tidak memiliki informasi yang cukup

untuk menyarankan petani untuk memakai varietas yang mereka jual.

Kendala lain bagi industri perbenihan yaitu biaya yang cukup mahal

bagi perusahaan benih untuk memberikan masyarakat terpencil benih

bersertifikat. Infrastruktur jalan yang buruk juga menghambat perluasan

pemasaran pengusaha benih ke daerah-daerah petani (Guei et al., 2011).

Sektor swasta kurang tertarik untuk mengembangkan varietas tanaman

menyerbuk sendiri atau vegetatif dengan nilai pasar rendah karena varietas

tersebut menghasilkan keuntungan rendah sehingga petani sering

menyisihkan sebagian dari hasil panen mereka sebagai benih untuk musim

tanam berikutnya. Menghadapi kondisi agribisnis, perusahaan benih besar

swasta memilih organisasi petani benih sebagai mitra. Harapan perusahaan

adalah bahwa benih yang dihasilkan akan menutupi bagian dari


permintaan benih untuk tanaman pangan utama (Buruchara and Kimani

(2009) cit. Gueiet al., (2011).

Produksi padi di Indonesia meningkat setiap tahunnya sebanding

dengan peningkatan produktivitas padi yang tidak lepas dari inovasi

teknologi yang ada seperti penemuan varietas unggul baru.

Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi juga menjadi

pendorong penemuan ini agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Program

pemerintah tentang pembukaan lahan baru dapat meningkatkan produksi

walaupun saat ini sudah sangat terbatas lahan yang dapat dijadikan untuk

lahan pertanian.

1.2 Tujuan Praktikum

1. melatih mahasiswa menjadi penangkar dan pengawasan sertifikasi

benih padi

2. Mengetahui proses sertifikasi benih padi


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morpologi Tanaman Padi

Sistematika tanaman padi (Oryza sativa L.) dalam dunia tumbuhan

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Monocotyledon

Ordo : Gramineales

Family : Gramineae

Genus : Oryzae

Species : Oryza sativa

Tanaman padi termasuk family Gramineae. Merupakan tanaman

yang termasuk pada golongan tanaman semusim, bentuk batang bulat

berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri tegak pada ruas

batang dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang.

Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dua kelompok yaitu organ

vegetatif dan organ generatif atau reproduktif. Bagian vegetatif meliputi

akar, batang dan daun. Sedangkan pada bagian generatif terdiri dari malai,

bunga dan buah. Dari sejak berkecambah sampai panen tanaman padi

memerlukan waktu 3 sampai 6 bulan (Manurung dan Ismunaji 1988).


2.2 Proses Sertifikasi

Permohonan sertifikasi, diajukan oleh pemohon kepada institusi

penyelenggara sertifikasi benih. Permohonan tersebut diajukan paling

lambat 10 hari sebelum tebar dan mengisi formulir permohonan sertifikasi

yang telah ditentukan.

Prosedur pada pelaksanaan sertifikasi yang meliputi : Permohonan

sertifikasi, pemeriksaan lapangan, pemeriksaan alat panen, pemeriksaan

alat pengolahan, pengujian benih, pengambilan sampel, proses lebelisasi

dan pemasaran.

Pemeriksaan lapangan terdiri dari empat kegiatan yaitu :

1. Pemeriksaan lapangan pendahuluan, meliputi: Kriteria kebeneran nama

maupun alamat pemohon, kelas benih yang digunakan, sejarah lahan

dan lokasi perbanyakan benih.

2. Pemeriksaan lapangan ke-1 atau pemeriksaan lapangan fase vegetative

3. Pemeriksaan lapangan ke-2 pada fase berbunga

4. Pemeriksaan lapangan ke-3 atau pemeriksaan lapangan menjelang

panen.

Pembeda kultivar yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan

lapangan adalah tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun,

warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal batang, bentuk tipe

malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna gabah dan sudut daun

bendera. Adapun waktu pemeriksaan fase vegetatif dilakukannya pada

umur ± 30 HST dan untuk sistem persemaian dilakukan ± 55 HSS untuk

sistem sebar langsung. Pemeriksaan lapangan fase berbunga, dilakukannya


pemeriksaan ± 30 HSP yaitu jika pertanaman telah berbunga, malai sudah

keluar ± 80% dari daun bendera, sekam atau mahkota bunga telah terbuka

dan benang sari sudah tampak memutih. Pemeriksaan lapangan menjelang

panen, dilaksanakannya jika tanaman sudah mulai terlihat menguning dan

gabah sudah mulai mengeras tetapi masih mudah dipecah dengan kuku,

yaitu peling lambat satu minggu sebelum panen.

Administrasi dan pelaporan meliputi : Permohonan sertifikasi,

pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih beserta permintaan label

disampaikan kepada Pembina Mutu Benih ( PMB ). Adapun laporan hasil

pemeriksaan lapangan pendahuluan, fase vegetatif, fase berbunga dan fase

menjelang panen yang dikeluarkan oleh Pembina Mutu Benih ( PMB ).

2.3 Arti Pengawasan Mutu dan Benih

Benih bermutu adalah benih yang memiliki kemurnian

genetik,kemurnian fisik maupun pisiologis. Dalam usaha peningkatan

produksi pertanian, maka benih dengan identitas yang jelas dan murni.

Suatu langkah awal pembangunan pertanian langkah awal adalah

tersedianya varietas dengan kejelasan genetik yang kemudian

dihubungkandengan agroklimat yang ada. Proses pemuliaan merupakan

awal dari orientasi benih bermutu ( Bersertifikat ), hal ini akan berhasil

apabila sifat genetik tersebut sampai pula pada tingkat petani dalam

keadaan terjaga dengan baik.

Kenyataan, pada pertanian yang bersifat subsistem, dimana peranan

mutu benih belum menonjol, peningkatan produksi sangat lambat dan

sukar untuk berkembang. Pada alam terbuka ini sifat tanaman yang
penyerbukannya bersilang akan mudah terjadi perkawinan dan

penyimpangan genetik, sehingga sifat-sifat yang telah dirakit oleh pemulia

akan tererosi dan tidak terjaga. Pada tanaman yang penyerbukannya

dengan sendiri, dalam proses pertanaman, panen dan pasca panen dapat

tercampur baik secara fisik maupun mutasi sehingga dapat menyimpang

dari tanaman atau varietas.Hal ini membuktikan bahwa sifat genetik dari

suatu varietas akan berubah dan tidak terkendali sehingga identitas varietas

menjadi kabur.

2.4 Benih Bersertifikat

Menurut Sadjad ( 1993 ) agar benih yang ditanam dapat

menumbuhkan tanaman yang seragam, maka benihpun harus murni.

Teknologi kemurnian benih merupakan pekerjaan teknologi benih sebagai

lanjutan hasil usaha para pemulia tanaman. Kultivar hasil pemuliaan, oleh

pemulia dinyatakan jelas beda dari kultivar yang sudah ada. Pada awalnya

kultivar tersebut belum tentu memiliki fenotipe dari lapang yang dapat

dipilih dan tidak dapat dibedakan dalam bentuk wujud fisik benih yang

dihasilkan. Teknologi pemurnian dilakukan oleh para teknolog benih

dengan tujuan tercapainya homogenitas stamina tanaman, sehingga

pertanaman yang baik dapat diciptakan.

Undang-undang No.12 tahun 1992 dan peraturan pemerintah No.44

tahun 1995 mengatur tentang ketentuan umum, plasma nutfah, introduksi,

pengujian dan pelepasan varietas, pengadaan dan peredaran benih bina,

pengeluaran benih, pembinaan dan pengawasaan, ketentuan peralihan dan

ketentuan penutup ( Widiatmoko, 2008 ).


Sertifikasi benih merupakan suatu proses pemberian sertifikat pada

benih tanaman setelah melalui pemeriksaan lapangan, pengujian dan

pengawasaan serta memenuhi persyaratan untuk diedarkan.

Dasar Hukum :

1. Undang-undang no.12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman.

2. Peraturan pemerintah no.44 tahun 1995 tentang pembenihan tanaman.

3. SK Mentan no.803/Kpts/OT.210/7/97 tentang Sertifikasi Pengawasan

Menurut Jurnalis Kamil (1986) untuk memenuhi benih bermutu

tinggi sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generative, harus dapat

memperhatikan bebarapa hal meliputi :

1. Benih harus tersedia tepat pada waktunya sampai kepada petani sesuai

dengan areal yang akan ditanami.

2. Benih tersebut harus bermutu tinggi, murni sifat-sifat genetiknya, dan

tidak tercampur dnegan benih varietas lain.

3. Benih tidak tercampur dengan rerumputan (gulma) dan kotoran.

4. Benih harus memiliki daya kecambah yang tinggi .

Menurut Wirawan dan Sri Wahyuni ( 2002 ) kelas benih

dikelompokan menjadi empat yaitu :

1. Benih Penjenis ( BS ) Adalah benih yang diproduksi dan dibawah

pengawasan langsung pemulia tanaman dan merupakan sumber untuk

perbanyakan Benih Dasar ( FS ), Benih Pokok ( SS ), dan Benih Sebar

( ES ).

2. Benih Dasar ( FS ) Adalah keturunan pertama dari benih penjenis

yang diproduksi dibawah bimbingan yang intensif dan pengawasan


yang kuat sehingga kemurnian varietas yang tinggi dapat dipelihara.

Benih Dasar ( FS ) diproduksi oleh intansi atau badan yang ditetapkan

oleh Badan Benih Nasional ( BBN ) dan yang merupakan sumber kelas

Benih Pokok (SS) atau Benih Sebar ( ES ). Benih dasar diberi lebel

sertifikasi berwarna putih.

3. Benih Pokok ( SS ) Adalah keturunan dari Benih Penjenis ( BS ) atau

Benih Dasar ( FS ) yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa

sehingga identitas maupun tingkat kemurnian varietas memenuhi

standar mutu yang telah ditetapkan serta telah disertifikasi sebagai

benih pokok oleh team pengawas mutu benih. Benih pokok diberi lebel

sertifikasi berwarna ungu.

4. Benih Sebar ( ES ) Adalah keturunan dari benih pokok yang

diproduksi oleh instansi atau penangkar benih yang dipandang mampu

sesuai ketetapan BadanBenih Nasional ( BBN ). Benih sebar diberi

lebel sertifikasi berwarna biru.


III. METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Pada praktikum sertifikasi benih dilakukan mulai bulan april – juni di

lahan praktikum Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan penangkar benih dalam proses sertifikasi benih

yaitu, handtracktor untuk pengolahan lahan, pengatur jarak tanam untuk

memudahkan penanaman, sprayer untuk menyemprot pestisida, thresher

untuk pemanenan, lantai jemur, karung untuk pengemasan. Sementara

untuk pengawas benih hanya buku catatan dan pena.

Bahan yang digunakan penangkar benih yaitu benih padi varietas

pandan wangi (ES), pupuk Urea, Pupuk Tsp, Pupuk Kcl untuk

pemupukan, insektisida virtacko, regent dan rodentisida untuk

mengendalikan hama dan penyakit.

3.3 Prosedur Kerja

Tugas sebagai penangkar benih :

1. Permohonan sertifikasi

permohonan diajukan kepada penyelenggara sertifikasi benih paling

lambat 10 hari sebelum tanam.

2. Pemilihan lokasi

Padi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri dan

kemungkinan untuk terjadinya penyerbukan silang sangat kecil (<0,4%).

Namun demikian, isolasi benih perlu dilakukan dari penanaman padi lain
yaitu minimal 3 meter, atau berbunga tidak bersamaan dengan selisih

waktu sekitar 30 hari dari padi konsumsi. Disamping itu lokasi

pembenihan harus memiliki kriteria sebagai berikut :

a) Lahan hendaknya bekas jenis tanaman lain atau diberakan.

b) Pada lahan bekas tanaman padi, varietas yang ditanam adalah sama

dengan varietas yang ditanam sebelumnya.

c) Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman.

d) Lahan relatif subur dengan pH 5,4 – 6, dan memiliki lapisan olah

sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering.

e) Lahan persemaian terhindar dari cahaya lampu pada saat malam hari.

3. Pemilihan varietas dan asal benih

Varietas yang diperbanyak disesuaikan dengan kebutuhan konsumen,

kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit.

Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang lebih tinggi. Untuk

menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk

menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk

menghasilkan benih sebar (ES) digunakan benih pokok.

Produksi benih dapat dilakukan pada musim hujan maupun pada

musim kemarau asalkan air cukup tersedia. Untuk memudahkan prosesing

hasil, lebih menguntungkan bila usaha pembenihan dilakukan pada musim

kemarau.

4. Persemaian

Proses penyemaian :
a) Tempat persemaian dibuat seluas 5% dari luas lahan produksi benih,

sebelum diolah lahan persemaian diairi terlebih dahulu dan keesok

harinya lahan diolah dan dibuat bedengan dengan ketinggian 15-20

cm, jarak antar bedengan selebar 30 cm.

b) Sebelum disebar, benih dengan kadar air 11-12 % dimasukan kedalam

karung kemudian direndam dalam kolam atau air yang mengalir

selama 24 jam untuk mematahkan dormansi.

c) Selanjutnya benih diperam ditempat teduh selama 24 jam untuk

memacu pecambahan.

d) Benih disebar secara merata dilahan penyemaian pada keadaan air

macak-macak.

e) Pemupukan dilakukan pada 5 hari setelah sebar dengan dosis : pupuk

UREA 200gr, SP36 100gr, dan KCL 60gr untuk setiap 10 m2.

f) Untuk melindungi dari serangan dari hama penyakit, persemaian

disemprot dengan insektisida atau fungisida sesuai anjuran.

g) Lahan persemaian diusahakan agar selalu macak-macak sampai bibit

berumur 14-18 hari.

5. Penyiapan lahan tanam

Penanaman padi untuk produksi benih dilakukan dilahan sawah. Agar

tanaman padi dapat tumbuh optimal lahan diolah sebaik mungkin untuk

mendapatkan struktur tanah dengan kedalaman lumpur 15-30 cm, dengan

cara sebagai berikut:

a) Penggenangan I selama 3-4 hari di ikuti pembajakan I.

b) Penggenangan II selama 2-3 hari di ikuti pembajakan ke II.


c) Penggenangan III selama 2-3 hari di ikuti penggaruan ke I

d) Penggenangan ke IV diikutu penggaruan ke II sambil meratakan

permukaan tanah.

Untuk pengolahan lahan bisa menggunakan Hand Traktor Quick G1000

dan Quick G3000

6. Pengaturan tanam dan jarak tanam

a) Sesuai dengan anjuran BPSB jarak tanam dibuat mengikuti jarak

tanam jajar legowo 5 : 1 dengan tujuan untuk mempermudah seleksi

tanaman yang tumbuh menyimpang.

b) Bibit umur <21 hari dengan kondisi sehat, ditanam 1-3 batang per

lubang tanam.

c) Untuk perbanyakan benih dasar (FS) dari benih penjenis (BS) bibit

ditanam satu batang perlubang tanam. Sedangkan untuk perbanyakan

benih pokok (SS) dari benih dasar (FS) dan benih sebar (ES) dari benih

pokok (SS) di tanam 2-3 batang per lubang tanam.

Untuk mempermudah penanaman dapat menggunakan mesin tanam

(Rice Transplanter) ataupun dengan tanam manual. Harga pasaran mesin

Rice Transplanter antara 45 – 80 juta tergantung merk. Klikteknik.com

menerima pemesanan mesin rice transplanter dengan harga yang

terjangkau oleh anda.

7. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan,

pengairan, serta pengendalian hama dan penyakit.


a) Pemupukan

Pemupukan dilakukan sama seperti produksi untuk konsumsi, jenis,

jumlah (dosis) dan cara pemberian pupuk mengacu pada rekomendasi

pemupukan pada padi sawah daerah setempat.

b) Penyulaman

o Tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal diganti dengan

tanaman yang sehat.

o Penyulaman dilakukan pada tanaman berumur 4-10 hari

setelah tanam (hst).

c) Penyiangan

o Penyiangan (pengendalian gulma) dilakukan secara manual

dengan membuang gulma dan tanaman pengganggu lain

sebanyak dua kali yaitu pada umur 15 dan 35 hari setelah

tanam (hst)

o Peyiangan dapat pula dilakukan secara kimiawi dengan

menggunakan herbisida.

d) Pengairan

Pengairan dilakukan secara berseling (intermiten) dengan cara sebagai

berikut:

o Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak

o Secara berangsur-angsur lahan diairi 2-5 cm hingga tanaman

berumur 10 hst.
o Lahan tidak diairi selama 5-6 hari atau sampai permukaan

tanah retak-retak selama dua hari, kemudian diairi kembali

setinggi 5-10 cm.

o Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sesudahnya, lahan terus

digenangi sekitar 10 cm.

o Sejak 10 hari sebelum panen sampai saat panen, lahan

dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan

gabah dan memudahkan panen.

o Pengendalian hama dan penyakit

o Pengendalian hama penyakit mengikuti cara pengendalian

terpadu (PHT) yang meliputi pengelolaan varietas, pengelolaan

budidaya dan pengelolaan biologis.

o Penggunaan bahan kimia (pestisida) hanya diberikan pada

kondisi yang tepat, yakni jika populasi hama melampaui batas

ambang kendali.

o Hama dan penyakit utama yang biasa menyerang padi adalah

hama tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit

hawar daun (kresek).

8. Rouging (seleksi)

Rouging adalah membuang tipe simpang, campuran varietas lain, dan

membuang tanaman lain. Tanaman yang terinfeksi oleh stemborer atau

penyakit tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang. Selama

produksi dilapangan tanaman diseleksi minimal tiga kali yaitu :


a) Pada fase vegetative (umur 30 hari) seleksi didasarkan pada warna,

bentuk dan tinggi tanaman. Tanaman yang menunjukkan warna dan

bentuk batang, serta tinggi tanaman yang berbeda dengan tanaman

aslinya dibuang.

b) Pada fase berbunga (lebih kurang 50-60 hst) seleksi didasarkan pada

tinggi tanaman, bentuk dan warna bunga serta keseragaman saat

berbunga. Bila memiliki posisi dan warna bunga yang berbeda dengan

tanaman aslinya, rumpun tanaman harus dibuang.

c) Saat menjelang panen atau 80 % malai telah kuning (± 100 hst) yang

antara lain didasarkan pada umur tanaman, tinggi tanaman, bentuk dan

letak daun bendera, bentuk gabah, serta warna gabah. Tanaman yang

memiliki bentuk dan posisi daun bendera , serta bentuk dan warna

gabah yang berbeda, tanaman tersebut harus dibuang.

9. Panen

Setelah pemeriksaan tanaman terakhir dan dinyatakan memenuhi

syarat (lulus) oleh BPSB, tanaman siap untuk dipanen. Saat yang tepat

untuk panen adalah bila sebagian besar (90%) malai telah kuning, gabah

telah kuning (kadar air sekitar 17-23%), buku-buku gabah sebelah atas

berwarna kuning serta batang mulai kering. Dalam pemanenan sebaiknya

dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan tidak

digunakan sebagai calon benih.

Peralatan panen (threser) mengggunakan mesin biasa. Hasil panen

langsung dijemur dengan pengeringan (lantai jemur, mesin pengering)

yang bersih agar tidak menjadi sumber kontaminasi hingga kadar air
mencapai 12 %. Bila memakai karung sebaiknya menggunakan karung

yang masih baru. Setiap karung diberi label : Jenis varietas, berat dan

tanggal panen.

10. Pembersihan Benih

Gabah yang sudah kering dibersihkan dari kotoran-kotoran dan bulir

padi yang kosong agar dihasilkan gabah yang bersih dan berisi, sehingga

bibit yang dihasilkan lebih bermutu dan berkwalitas karena daya

tumbuhnya sempurna. Untuk membersihkan gabah dapat menggunakan

mesin Seed Claener yang berfungsi untuk memisahkan gabah dari

kotoran-kotoran atau sampah, gabah kosong, maupun benda-benda asing

lainnya. Seed Cleaner dapat digerakkan dengan mesin penggerak bensin

5,5Hp maupun penggerak listrik (Elektromotor mulai dari 1Hp).

11. Pengemasan Dan Pelabelan

Benih yang sudah dibersihkan dengan seed cleaner dilakukan uji lab di

BPSB. Setelah lulus hasil uji lab maka segera dilakukan pengemasan

benih dan pelabelan benih yang didapatkan dari BPSB, berupa Label Biru.

Setelah semua dilakukan maka benih sudah siap dipasarkan kekonsumen

atau ke petani bisa melalui kelompok tani maupun ke petani secara

langsung.

Sementara sebagai pengawas benih, tugas seorang pengawas sertifikasi

yaitu :

1. Mengadakan pemeriksaan lapang.

2. Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih.

3. Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih.


4. Mengadakan Pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium;

5. Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi.

6. Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi;

7. Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi

untuk penyempurnaan penerapan system sertifikasi benih;

8. Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan

dengan kegiatan sertifikasi.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Jumlah contoh pemeriksaan : Y = (X + 8) / 2 , di mana

Y = jumlah petakan contoh pemeriksaan (hasilnya dibulatkan ke atas)

X = luas areal yang diperiksa (ha)

Y = (2 + 8) / 2 = 5 contoh pemeriksaan

Perhitungan CVL (Campuran Varietas Lain)

Pemeriksaan Presentase CVL Keterangan

Pendahuluan

Ke 1 (Fase vegetative) 0,2 % LULUS

Ke 2 (Fase Generative) 0,1 % LULUS

Ke 3(Fase Masak) 0,05 LULUS

Uji laboratorium

Kelas Kadar Benih Kotoran Benih Benih Daya


Benih Air Murni Benih Varietas Tanaman Tumbuh
Lain Lain dan
Biji
Gulma

Benih 12 % 99% 2% 0,5% 0,1% 75%

Sebar
4.2 Pembahasan

1. Pemeriksaan Lapang fase Vegetative

Pada fase vegetative pemeriksaan dilakukan secara acak pada areal

pertanaman, dan setiap areal contoh sebanyak 400 rumpun untuk

menentukan persentase Campuran Varietas Lain (CVL) berdasarkan tipe

pertumbuhan, kehalusan daun, warna dan lebar daun, warna lidah daun,

warna telinga daun, warna pangkal batang, dan tinggi tanaman. Apabila

saat pemeriksaan ditemukan tanaman dengan ciri-ciri yang tidak sesuai

dengan deskripsi tanaman produksi maka tanaman tersebut harus dicabut

agar tidak terjadi percampuran varietas.

Hasil pemeriksaan lapang fase vegetatif dibandingkan dengan standar

pengujian lapang untuk benih padi yang telah ditetapkan (Table 2).

Apabila isolasi jarak dan waktu yang diberikan sesuai dengan standar,

serta tipe simpang yang ditemukan masih dalam toleransi (lebih kecil atau

sama dengan standar pengujian) maka pemeriksaan tersebut dinyatakan

lulus.

2. Pemeriksaan Lapang Fase Berbunga/Generatif

Pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif dilaksanakan apabila

pemeriksaan lapang fase vagetatif dinyatakan lulus. Tujuan dari

pemeriksaan lapang ini adalah untuk mempertahankan mutu genetik

dengan cara memeriksa CVL dan tipe simpang yang dapat menurunkan

kemurnian suatu varietas.

Pemeriksaan lapang ini dilakukan antara 25-30 hari sebelum panen

atau 50-60 hari setelah tanam apabila pemeriksaan lapang sebelumnya


dinyatakan lulus. Pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif sama halnya

dengan pemeriksaan sebelumnya baik dalam menentukan jumlah petak

contoh maupun dalam penentuan CVL. Sebelum pemeriksaan dilakukan,

produsen harus mengajukan surat permohonan 1 minggu sebelumnya, dan

disertai bukti kelulusan pemeriksaan lapang sebelumnya. Parameter yang

diamati dalam pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif adalah tipe

malai, leher malai, bentuk dan warna gabah, warna ujung gabah, bulu pada

ujung gabah, dan sudut daun bendera.

3. Pemerikasaan Lapang Fase Menjelang Panen

Pemerikasaan lapang fase menjelang panen dilakukan setelah

pemerikasaan lapang fase generatif/berbunga mendapatkan bukti

kelulusan. Tujuan pemerikasaan lapang ini yaitu untuk mengetahui

kebenaran varietas pada tanaman dan membandingkan dengan deskripsi

varietas tanaman yang dimaksud.

Prosedur pemeriksaan lapang fase generatif/berbunga hampir sama

dengan pemeriksaan lapang sebelumnya, yaitu dengan mengamati tipe

malai, leher malai, bentuk dan warna gabah, warna ujung gabah, bulu pada

ujung gabah dan sudut daun bendera.

Pemeriksaan lapang fase menjelang panen telah dilakukan terhadap

pertanaman padi kelas Benih Sebar (ES) yang terletak di Kabupaten

Sukoharjo. Areal contoh pemeriksaan yang dilakukan, yaitu :

Jumlah petakan yang diperiksa sebanyak 5 petakan dari luas areal 2 ha.

Dan tiap-tiap petakan yang diperiksa sebanyak 400 rumpun.


4. Pengambilan Contoh Benih

Contoh benih harus diambil oleh petugas pengambil contoh yang

sudah mengikuti latihan dan berpengalaman dalam pengambilan contoh.

Petugas harus independen, bebas tekanan komersial serta mengikuti aturan

pengambilan contoh yang sudah ditetapkan. Lot benih harus ditata/disusun

atau diatur secara baik sehingga setiap wadah mempunyai kemungkinan

yang sama untuk diambil contohnya. Contoh primer dengan ukuran yang

kira-kira sama seharusnya diambil dari setiap wadah atau dari setiap titik

pengambilan., pada wadah tertentu atau tumpukan benih dari lot yang

sama.

Apabila benih dikemas dalam wadah, pengambilan contoh harus

diacak atau dibuat rencana pengambilan secara sistematis. Pengambilan

contoh harus diambil dari bagian atas, tengah, dan bawah, dan tidak hanya

dari satu posisi dalam wadah kecuali volume sesuai dengan daftar

intensitas pengambilan contoh. Sedangkan untuk benih curah atau wadah

yang besar maka pengambilan contoh harus diambil secara acak dari

berbagi posisi dan kedalaman.

Pengambilan contoh benih yang dilakukan yaitu milik produsen benih

padi di Kabupaten Sukoharjo. Contoh benih yang diambil yaitu dari 5 lot

benih. Untuk tiap-tiap lot diambil sebanyak jumlah karung dalam lot

dikalikan 10% kemudian hasilnya ditambah 5. Pengambilan contoh benih

dilakukan menggunakan stick tryer. Contoh benih yang akan dikirim ke

laboratorium pengujian diberi label keterangan deskripsi contoh benih

tersebut serta jenis pengujian yang perlu dilakukan.


5. Pemeriksaan Alat Panen dan Pengolahan.

Alat panen dan unit pengolahan harus dilakukan pemeriksaan untuk

menghindari kemungkinan terjadinya percampuran VL (varietas lain).

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terhadap kebersihan alat baik dari sisa

benih sebelumnya maupun kotoran non benih, serta kelayakan alat untuk

proses pengolahan benih. Tempat penyimpanan benih seperti silo, gudang

penyimpanan, tata letak penyimpanan benih juga perlu dilakukan

pemeriksaan. Tata letak penyimpanan benih harus diatur sedemikian rupa

sehingga mempermudah petugas saat pengambilan contoh benih.


V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Sertifikasi Benih sangat diperlukan untuk menghasilkan benih-

benih yang bermutu terutama untuk tanaman padi, jagung, kedelai,

dan hortikultura.

2. Ketersediaan benih-benih yang bermutu yang merupakan hasil

dari proses sertifikasi benih sangat diperlukan untuk melestarikan

Swasembada Pangan Nasional.

3. Pembinaan dari Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam

hal sertifikasi benih, penggunaan benih-benih berlabel mutlak

diperlukan dan harus lebih ditingkatkan lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Mutu Benih Dan Hambatan Dalam Memproduksi Benih


bermutu. (on line) www. Ajangmaruapey.Blogspot.com ( 2
April 2011 ).

Anonim. 2011. Proses Pengolahan Dan Penyimpanan Benih Padi Di


PT.Sang Hyang Seri ( Persero ) Sukamandi. ( 2 April 2011 ).

Dirjen Tanaman pangan Dan Hortikultura Direktorat Perbenihan Sub


Direktorat Jendral Tanaman Pangan, 2009. Persyaratan Dan
Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Panagan. Direktorat
Perbenihan. Jakarta.

http://www.indonesianforest.com/Atlas%20benih/Penjelasan.htm

http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php?option=com_content
&view

=article&id=74:-pengujian-mutu-benih

PT. Sang Hyang Seri, 2003. Pelatihan Produksi Benih Padi.

Anonim.2009.Perbenihan.Pengujian-dan-Sertifikasi-Benih.Dwi Sucipto
( 2 April 2011 ).

Sadjad . ( 1993 ).Teknologi Kemurnian Benih.

Wirawan dan Sri Wahyuni .2002. Kelompok Kelas Benih.

Widiatmoko.2008. Undang-undang No.12 tahun 1992 dan peraturan


pemerintah No.44 tahun 1995 mengatur tentang ketentuan
umum.
.

LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.

Gambar 1. Pengolahan lahan Gambar 3. Panen

Gambar 2. Pola tanam 5 :1 Gambar 4. Penjemuran


LAMPIRAN 2.

Perhitungan Presentase Campuran Varuetas Lain (CVL)

Pemeriksaan lapangan ke 1

CVL = jumlah CVL dan tipe simpang x 1 / 400 x 100%


jumlah contoh pemeriksaan

sehingga = 4/5 x 1/400 x 100% = 0,2 %

Pemeriksaan lapangan ke 2

CVL = jumlah CVL dan tipe simpang x 1 / 400 x 100%


jumlah contoh pemeriksaan

sehingga = 2/5 x 1/400 x 100% = 0,1 %

Pemeriksaan lapangan ke 3

CVL = jumlah CVL dan tipe simpang x 1 / 400 x 100%


jumlah contoh pemeriksaan

sehingga = 1/5 x 1/400 x 100% = 0,05 %

Standar Sertifikasi Benih Padi

a. Standar Lapangan
Kelas Benih Isolasi Jarak Varietas lain dan Rerumputan
tipe simping berbahaya
(maximum) %

Benih Dasar 2 meter 0,0 Tidak ada

Benih Pokok 2 meter 0,2 Tidak ada

Benih Sebar 2 meter 0,5 Tidak ada


b. Standar Pengujian Laboratorium
Kelas Kadar Benih Kotoran Benih Benih Daya
Benih Air Murni Benih Varietas Tanaman Tumbuh
Lain Lain dan
Biji
Gulma

(Max) %
(Max) %
(Max) (Min) (Max) % (Max)
% % %

FS 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 80,0

SS 13,0 99,0 1,0 0,2 0,1 80,0

ES 13,0 98,0 2,0 0,5 0,2 80,0

Anda mungkin juga menyukai