BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih merupakan hal yang sangat akrab dengan kegiatan budidaya
pertanian. Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi
tanaman muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui
penyerbukaan
bunga
berkembang
menjadi
buah
atau
polong,
lalu
menghasilkan biji kembali. Benih dapat dikatakan pula sebagai ovul masak
yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan cadangan makanan, dan selubung
penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal dari biji yang dikecambahkan
atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek pucuk untuk dikembangkan
dan diusahakan menjadi tanaman dewasa.
Keberhasilan dalam budidaya pertanian sendiri sangat ditentukan oleh
benih yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam
penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul. Penggunaan benih
bermutu dapat mengurangi jumlah pemakain benih dan tanam ulang serta
memiliki daya kecambah dan tumbuh yang tinggi sehingga pertanaman
kelihatan seragam. Pertumbuhan awal yang kekar dapat mengurangi masalah
gulma
dan
meningkatkan
daya
tahan
tanaman
terhadap
serangan
hama/penyakit. Selain itu dari segi biaya dengan penggunaan benih unggul
dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh petani. Di indonesia sendiri
pengunaaan benih unggul mulai digencarkan, hal ini terbukti dengan adanya
sertivikasi benih yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Peningkatan sistem produktifitas mutu benih di Indonesia diperlukan
adanya suatu standar nasional Indonesia hasil pertanian dan penilaian
kesesuaian yang dapat dikembangkan untuk mendukung mewujudkan
kemampuan petani dan pelaku usaha agribisnis. Standar Nasional Indonesia
(SNI) hasil pertanian adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis
setelah mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional dan berlaku secara
nasional di Indonesia.
1.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang ada pada makalah
ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud Sertifikasi Benih ?
2. Apa yang dimaksud dengan benih bersertifikat?
3. Apa Tujuan dari Sertifikasi ?
4. Bagaimana Pelaksanaan Sertifikasi Benih?
5. Jenis / Varietas, Kelas Benih dan Standart Sertifikasi
6. Apa Syarat- Syarat Sertifikasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam
program produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietasvarietas
yang
genesis
unggul
yang
selalu
harus
terpelihara
dan
sebelum tanam kepada Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih atau cabangcabangnya dengan mengisi formulir yang ditetapkan. Areal sertifikasi harus
diperiksa oleh seorang pengawas Benih yang diberi wewenang oleh Sub
Direktorat Pembinaan Mutu Benih, sebelum persetujuan atas permohonan
sertifikasi dikeluarkan. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh
penangkar (Lita Sutopo 1985).
Setelah syarat-syarat permohonan telah terpenuhi, selanjutnya
mengajukan permohonan izin memproduksi benih bersertifikat yang
diajukan oleh produsen benih dengan mengisi formulir yang berlaku kepada
BPSBTPH paling lambat 10 hari sebelum permohonan menabur atau
menyemai benih. Sedangkan kegiatan yang dilakukan selama 10 hari
sebelum penaburan/semai yaitu pengawas benih melakukan pemeriksaan
sejarah lahan yang digunakan, kebenaran label benih sebelumnya, luas
lahan, dan lain-lainnya. Setelah itu baru dilaksanakan pemeriksaan lapangan
pendahuluan, I, II, dan III. Peta sketsa dari lapangan atau lahan dan biaya
untuk pemeriksaan lapangan (Petunjuk Pengawas Benih 1991).
3. Lahan Sertifikasi
Lahan yang akan disertifikasi harus jelas mengenai Luas, letak, dan
mempunyai batas-batas yang jelas seperti parit, pematang, jalan, dan
sebagainya. Dalam satu kelompok lahan serifikasi hanya boleh ditanami
dengan satu kelas benih dan satu varietas saja. Lahan yang akan digunakan
untuk produksi benih bersertifikat harus diketahui sejarah penggunaan
sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan untuk masing-masing
varietas. Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari beberapa unit-unit yang
terpisah tetapi jarak antara satu dengan unit lainnya tidak lebih dari 10 meter
dan tidak terpisah oleh varietas lain. Batas waktu tanaman untuk satu areal
sertifikasi maksimal 5 hari. (Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih
Bina Tanaman Pangan 2009).
4. Pemeriksaan dokumen
Tujuan dari pemeriksaan dokumen yaitu mendapatkan kepastian
bahwa data yang diberikan atau dicantumkan dalam permohonan sertifikasi
kontaminasi
yang
terdiri
atas
varietas
lain
dan
tipe
x 100%
1000 tanaman
[CVL= Campuran Varietas Lain]
b. Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
Pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :
1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
Pemeriksaan lapangan pendahuluan meliputi (1) Penggunaan lahan
sebelumnya (2) Periksa secara global areal yang digunakan meliputi
batas, isolasi, dan lain-lain. (3) Periksa kebenaran permohonan yang
meliputi nama, alamat, sejarah, dan lain-lain (4) Periksa kebenaran
varietas dan kelas benih yang digunakan (5) Pemeriksaan a, b, c
dilaksanakan sebelum tanam (6) Pemeriksaan setelah tanam
dilaksanakan untuk mendapatkan realisasi luas tanam.
yang berlantai semen harus menggunakan alas kayu, (7) letak gudang harus
strategis dan usahakan bangunan memanjang dengan arah timur barat, (8)
lubang angin harus cukup baik, dapat membuang udara panas atau
kelembaban tertentu, (9) populasi serangga dimonitor setiap bulan, (10)
identifikasi kelompok benih yang disimpan, (11) wadah disusun sedemikian
rupa
sehingga
jumlahnya
dapat
dihitung
dengan
tepat (Petunjuk
digunakan
untuk
keperluan
perbanyakan
atau
ditanam
10
Seed (FS) warna label putih. Benih Pokok (BP)/Stock Seed (SS) warna label
ungu. Benih Sebar (BR) /Extension Seed (ES) warna label biru.
BAB III
PENUTUP
Sertifikasi Benih sangat diperlukan untuk menghasilkan benih-benih yang
bermutu terutama untuk tanaman padi, jagung, kedelai, dan hortikultura.
Ketersediaan benih-benih yang bermutu yang merupakan hasil dari proses
sertifikasi benih sangat diperlukan untuk melestarikan Swasembada Pangan
Nasional. Pembinaan dari Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam hal
sertifikasi benih, penggunaan benih-benih berlabel mutlak diperlukan dan harus
lebih ditingkatkan lagi. Keberhasilan dalam budidaya pertanian sendiri sangat
ditentukan oleh benih yang digunakan, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi
dalam penggunaan benih sehingga didapatkan benih yang unggul. Sertifikasi
benih merupakan suatu kegiatan yang termasuk dalam program produksi benih
unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genesis unggul
yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan. Benih bersertifikat
merupakan benih yang proses produksinya diterapkan cara-cara dalam persyaratan
tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih. Peranan benih dalam usaha
peningkatan produksi dan kualitas sangat besar. Penyediaan benih dalam masa
pembangunan pertanian merupakan faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya usaha pertanian ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Lita Sutopo. 1985. Teknologi Benih. Penerbit C.V Rajawali. Jakarta.
Lita Sutopo. 1993. Teknologi Benih. Penerbit C.V Rajawali. Jakarta.
Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 2009. Direktur
Perbenihan. Direktur Jendral Tanaman Pangan.
12
DOKUMENTASI
13
LAMPIRAN