Anda di halaman 1dari 4

Salah satu faktor masih rendahnya tingkat ketersediaan benih bermutu (bersertifikat) adalah tingkat

kesadaran petani untuk menggunakan benih yang berkualitas tinggi masih sangat kurang. Pada
umumnya petani menyisihkan sebagian hasil panennya untuk dijadikan benih pada musim tanam
berikutnya. Benih ini tentu saja tidak terjamin mutunya.
1. Kriteria benih bermutu
Penggunaan benih bermutu dalam budidaya akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena
populasi tanaman yang akan tumbuh dapat diperkirakan sebelumnya, yaitu dari data (label) daya
kecambah dan nilai kemurniannya.
Secara fisik, ciri-ciri benih bermutu adalah: (1) benih bersih dan terbebas dari kotoran, seperti
potongnan tangkai, biji-bijian lain, debu, dan krikil, (2) benih murni, tidak tercampur dengan varietas
lain, (3) warna benih terang dan tidak kusam, (4) benih mulus, tidak bebercak, kulit itdak terkelupas,
(e) sehat, bernas, tidak keriput, ukurannya normal dan seragam, (f) daya tumbuh lebih dari 80%, (g)
kadar air kurang dari 13%.
Untuk menghasilkan benih bermutu (bersertifikat) minimum melibatkan dua aspek penting,
yakni prinsip genetik dan prinsip agronomik. Prinsip genetik adalah pengendalian mutu benih internal
yang dilaksanakan produsen benih agar kemunduran genetik tidak terjadi dan benih yang dihasilkan
memiliki mutu genetik (kemurnian) yang tinggi. Prinsip agronomik adalah tindakan budidaya
produksi agar benih yang dihasilkan dapat maksimum, baik dalam kuantitas maupun kualitas
(terutama mutu fisik dan mutu fisiologis benih).
Usaha produksi atau penangkaran benih bertujuan untuk menghasilkan benih sebanyak-
banyaknya dengan mutu yang memenuhi syarat sertifikasi benih. Untuk menghasilkan benih
bersertifikat, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut : (1) persyaratan lahan produksi benih,
yaitu lahan subur, cukup tersedia air, bersih dan bebas dari varietas lain; (2) benih sumber atau benih
yang akan digunakan untuk memproduksi benih bermutu tinggi dan jelas asal usulnya dan berasal
dari kelas yang lebih tinggi; (3) isolasi waktu dan jarak, merupakan tindakan perlindungan terhadap
pertanaman benih dari penyerbukan silang oleh varietas lain, baik dari dalam maupun sekitar lahan
produksi; (4) teknik budidaya produksi benih; (5) roguing, bertujuan untuk menjaga kemurnian
benih; (6) pemanenan; (7) pengolahan benih dan (8) penyimpanan benih.

2. Pelaksanaan sertifikasi
Sertifikasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu (1) melalui pengawasan pertanaman dan/atau
uji laboratorium, diselenggarakan oleh instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
pengawasan mutu dan sertifikasi benih tanaman, (2) melalui sistim manajemen mutu, diselenggarakan
oleh lembaga sertifikasi sistem mutu (lssm), dan (3) terhadap produk benih, diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi produk (ls pro).
Sertifikasi yang dilaksanakan kelompok tani amurwat ii melalui pengawasan pertanaman dan
uji laboratorium berdasarkan peraturan dirjen tanaman pangan nomor 1 tahun 2009 dengan prosedur
sebagai berkut :

3. Permohonan sertifikasi
Pengajuan permohonan sertifikasi kepada bpsb dilakukan paling lambat satu bulan sebelum
tanam dengan mengisi formulir. Formulir isian mencakup nama dan alamat pemohon (penangkar),
letak areal, asal benih sumber, rencana penanaman, sejarah lapangan, dan isolasi yang dilakukan.
Setelah diisi, formulirkan diserahkan dengan melampirkan label benih (kelas dan benih sumber) yang
akan digunakan dan denah situasi lapangan.
4. Pemeriksaan lapang pendahuluan.
Penangkar menyampaikan pemberitahuan siap untuk diperiksa lapang pendahuluan kepada
bpsb paling lambat 10 hari sebelum tanam atau 7 hari sebelum pemeriksaan lapang. Pada
pemeriksaan ini, bpsb akan menguji kebenaran data lapangan yang diajukan penangkar. Jika data
lapangan menunjukkan kesesuaian maka lahan penangkaran tersebut telah syah dinyatakan sebagai
lahan produksi benih bersertifikat.
5. Pemeriksaan pertanaman
Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada fase-fase pertumbuhan tertentu sehingga diperoleh
kepastian bahwa pertanaman tersebut bebas dari tanaman voluntir (tanaman yang berasal dari sisa
tanaman sebelumnya), tipe simpang, dan terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan.
Permohonan pemeriksaan diajukan kepada bpsb paling lambat 7 hari sebelum pemeriksaan. Sebelum
pemeriksaan dari bpsb, penangkar benih sebaiknya melakukan roguing. Jika hasil pemeriksaan
dinyatakan tidak lulus, maka penangkar diwajibkan melakukan roguing ulang, dan selanjutnya
melakukan. Pemeriksaan ulangan. Pemeriksaan ulang hanya satu kali. Apabila pada pemeriksaan
ulangan pertanaman tidak memenuhi standar yang berlaku, maka sertifikasinya tidak bisa dilanjutkan.
6. Pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan
benih
Maksud pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan
benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang akan dipanen/diolah/ disimpan
terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin.
Pemeriksaan dilakukan oleh pengawas benih sebelum digunakan.
7. Pengambilan contoh benih dan pengujian laboratorium
Contoh benih untuk pengujian laboratorium hanya dapat diambil dari kelompok benih yang
sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam mutunya (homogen).
8. Pemberian sertifikat benih bina
Kelompok benih yang memenuhi semua persyaratan pada setiap tahapan pemeriksaan akan
dikeluarkan suatu laporan lengkap hasil pengujian benih bina yang merupakan benih bersertifikat
untuk kelompok benih yang bersangkutan.

9. Standar Minimum Mutu Benih Bina:

A. Padi : Benih murni minimum 95%


Daya tumbuh 60%
Banih rerumputan maksimum 2%
B. Jagung : Benih murni minimum 95%
Daya tumbuh minimum 60%
Benih rerumputan maksimum 2%

C. Kedele : Benih murni minimum 95%


Daya tumbuh minimum 60%
Benih rerumputan maksimum 2%

D. Tanaman hortikultura
Benih murni minimum 98%
Daya tumbuh minimum 75%
Benih rerumputan maksimum 1%

Benih bina dilarang ditawarkan untuk dijual atau diperdagangkan bila telah

Melebihi waktu 6 bulan terhitung tanggal pengujian daya tumbuh selesai

Kecuali untuk sayuran bunga-bungaan batas waktunya mencapai 9 bulan.

10. BENIH BERSERTIFIKAT


Kelas dan sumber benih yang disertifikasi. Kelas-kelas benih dalam rangka
Sertifikasi ialah Benig Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar.

A. Benih Penjenis (Breeders Seed)

Adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia


tanaman yang bersangkutan atau instansinya dan harus merupakan sumber
untuk perbanyakan benih dasar.

B. Benih dasar (basic seed = foundation seed)

Adalah keturunan pertama dari benih penjenis yang diproduksi di Bawah


bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian
varitas yang tinggi dapat dipelihara. benih dasar diproduksi oleh
instansi/badan yang ditetapkan oleh sub dirtektorat pembinaan mutu banih.

C. Benih pokok (stock seed)

Adalah keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang Diproduksi
dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitasmaupun tingkat kemurnian
varitas memenuhi standar mutu yangditetapkan serta telah disertifikasi
sebagai benih pokok oleh sub direktorat pembinaan mutu benih.

D. Benih sebar(extension seed)

Adalah keturunan dari benih penjenis, benih dan atau benih Pokok yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian sehingga identitas dan tingkat
kemurnian varitas dapat dipelihara, dan memenuhi standar mutu benih
yang ditetapkan oleh sub direktorat pembinaan mutu benih.

Anda mungkin juga menyukai