Anda di halaman 1dari 13

MATRIKS PROSES PRODUKSI BENIH PADI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Benih

Oleh :

LYA DAHLIA 0910440120 AGRIBISNIS D

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2012

MATRIKS PROSES PRODUKSI BENIH PADI

PRA TANAM

Pendaftaran sertifikasi benih Sumber benih Varietas Areal sertifikasi Persiapan media tanam Penanaman Pemeliharaan tanaman Pemanenan

TANAM (PRODUKSI)

PASCA PANEN

Pengolahan benih Penyimpanan benih

A. Pra tanam 1) Permohonan/ Pendaftaran Sertifikasi Permohonan sertifikasi dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang bermaksud memproduksi benih bersertifikat, ditujukan kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permohonan sertifikasi hanya dapat dilakukan oleh penangkar benih yang telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan 2) Sumber Benih Benih yang akan ditanam untuk menghasilkan benih bersertifikat harus berasal dari kelas benih yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya untuk menghasilkan benih sebar harus ditanam benih pokok, oleh sebab itu benih yang akan ditanam harus bersertifikat/berlabel. 3) Varietas Jenis/Varietas yang dapat dimasukkan dalam progam sertifikasi adalah semua jenis/varietas yang telah terdaftar sebagai unggulan dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian serta dapat disertifikasi. Sedangkan sifat-sifat tentang jenis/varietas yang diberikan oleh Pemulia Tanaman dalam bentuk diskripsi akan merupakan pegangan untuk menentukan apakah suatu individu tanaman masih termasuk pada kelompok tanaman dimaksud.

4) Areal Sertifikasi Tanah/Lahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi benih bersertifikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan komoditi yang akan diproduksi, karena tiap-tiap komoditi memerlukan persyaratan sejarah lapang yang berbeda. Adapun persyaratan areal tersebut diantaranya : Letak dan batas areal jelas Lahan bersih dan bebas dari varietas lain (Satu blok untuk satu varietas dan satu kelas benih) Secara umum, dalam satu lokasi lahan produksi benih tidak dapat ditanami dua varietas berbeda dari jenis tanaman yang sama secara berturut karena akan menimbulkan penyerbukan silang. Adanya tanaman voluntir juga merupakan kontaminan. Selain dari dalam lahan, percampuran pun dapat terjadi dari pertanaman sejenis yang berbeda varietas yang ada di sekitar lahan produksi. Untuk menghindari percampuran dapat dilakukan isolasi. Isolasi dalam sertifikasi terbagi dalam 2 bagian yaitu : a. Isolasi Jarak Isolasi jarak antara areal penangkaran dengan areal bukan penangkaran minimal 3 meter, ini bertujuan untuk menjaga agar varietas dalam areal penangkaran tidak tercampur oleh varietas lain dari areal sekitarnya. b. Isolasi Waktu Isolasi waktu kurang lebih 30 hari (selisih berbunga), ini bertujuan agar tidak terjadi penyerbukan silang pada saat berbunga antara varietas pengakaran dengan varietas disekitarnya. Sejarah lapangan Bera, Bekas tanaman lain, Bekas varietas yang sama dengan kelas benih yang lebih tinggi, atau bekas varietas lain tetapi mudah dibedakan. Luas areal diarahkan minimal 5 Ha (BR) mengelompok. Kondisi lahan subur dan tersedia air Air dapat disediakan secara teknis melalui irigasi atau secara alami sebagai lahan tadah hujan. Air sangat dibutuhkan terutama pada saat tanaman memasuki masa pengisian biji (grain filling). Perlu diperhatikan pula bahwa memproduksi benih umumnya dilakukan di luar musim tanam (off-season) karena untuk memenuhi kebutuhan benih pada musim berikutnya.

Dalam masa pra tanam, BPSB perlu melakukan Check plot dan pemeriksaan lapangan pendahuluan. Check Plot Check plot atau perbandingan tanaman adalah suatu kegiatan percobaan lapangan untuk membandingkan hasil pengujian di laboratorium dengan kenampakan fisik tanaman di lapangan, dalam rangka menunjang operasional sertifikasi benih, khususnya yang berkaitan dengan campuran varietas lain. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembanding terhadap areal sertifikasi. Ukuran petak tiap-tiap perlakuan seluas 4 x 5 m2, dan setiap perlakuan diulang sebanyak 2 ulangan. Jarak tanam yang diberikan 20 x 20 cm2 dan 1 lubang tanam sebanyak 1 rumpun, sehingga populasi bibit sebanyak 500 batang per petak. Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali secara teratur sampai saat panen. Komponen-komponen yang diamati pada fase vegetatif yaitu tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna pelepah daun, warna lidah daun, warna telinga daun, dan warna pangkal batang. Pada fase berbunga yaitu sudut daun bendera, tipe malai dan leher malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah, dan warna gabah. Sedangkan pada fase menjelang panen komponen yang diamati yaitu bentuk/tipe malai, kerontokan, warna ujung gabah, warna gabah, bentuk gabah, warna ujung gabah, tinggi tanaman, dan umur tanaman. Apabila ditemukan varietas lain/off type dicatat dan diberi tanda (dengan ajir) serta diamati sampai panen. Pemeriksaan Lapang Pendahuluan Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kebenaran yang ada pada formulir permohonan dengan data di lapangan. Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan sebelum lahan penanaman digunakan. Produsen benih terlebih dahulu mengajukan permohonan pemeriksaan lapang untuk sertifikasi benih, diajukan paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan lapang. Halhal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan lapang pendahuluan yaitu kebenaran nama dan alamat penangkar, kebenaran letak dan situasi areal sertifikasi, kebenaran sumber benih, sejarah lahan, isolasi jarak dan waktu, serta kebenaran batas-batas areal sesuai dengan data lapangan yang terlampir. Pada kegiatan ini, petugas BPSB melakukan pemeriksaan secara global yaitu dengan cara mengelilingi areal pertanaman untuk memeriksa kebenaran isolasi jarak atau waktu sehingga dapat

mempertahankan benih agar tidak tercampur dengan varietas lain. Setelah dilakukan pemeriksaan global, tahap selanjutnya yaitu melakukan penyesuaian antara keterangan areal pada surat permohonan dengan kondisi lapang.

B. Tanam (Produksi) 1) Pengolahan tanah, menentukan komposisi media tanam, mencampur media dan mengisi media ke dalam polybag. Pengolahan tanah pada dasarnya bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas organisme tanah, serta menciptakan aerasi yang baik. Selain itu, pengolahan tanah dapat juga bermanfaat dalam mengendalikan gulma dan membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman atau benih tanaman yang ada. Proses penyiapan polybag untuk pembibitan dimulai dengan menentukan komposisi media pembibitan. Pada umumnya komposisi media yang diharapkan adalah mempunyai kandungan hara makro dan mikrto, mangandung bahan organik, aerasi baik dan dapat menyimpan air dengan afisien. Untuk media pembibitan para petani penangkar benih biasanya menyiapkan komposisi media tanah: kompos (1: 1) dan biasanya telah memenuhi standar kebutuhan unsur hara yang dipersyaratkan. 2) Penanaman Penanaman dilakukan secara beraturan untuk memudahkan pemeliharaan (pemupukan, pengendalian hama dan penyakit), pembersihan tanaman (pengendalian gulma), dan pelaksanaan roguing. Jarak tanam yang digunakan dapat disesuaikan dengan jenis atau varietas tanamannya, tingkat kesuburan lahan, serta ketersediaan air dan sinar matahari. Jarak tanam yang rapat dilakukan jika kesuburan tanah mendukung dan kompetisi antar tanaman tidak sampai pada taraf yang merugikan. Jarak tanam rapat dilakukan untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia dalam rangka mendapatkan hasil (produksi) yang maksimal. Setelah jarak tanam ditentukan, kebutuhan benih setiap hektar dapat ditentukan. Kebutuhan benih dipengaruhi oleh: (1). Jarak tanam atau populasi tanaman per hektar. (2). Ukuran atau bobot benih per 1.000 butir. (3). Daya tumbuh (kecambah) benih. Jarak tanam antar tanaman pada umunya dapat ditentukan berdasarkan kanopi dari varietas tanaman yang dibudidayakan.

3) Pemeliharaan tanaman a. Pemupukan Pemupukan dilakukan untuk memperbaiki ketersediaan hara dalam tanah. Pada awal pertumbuhan vegetatif, kebutuhan tanaman akan hara (terutama nitrogen) sangat besar. Adapun pupuk fosfor (P) dan kalium (K) dibutuhkan tanaman pada fase reproduktif, terutama masa pembungaan dan pengisian benih (grain filling). Dosis pupuk hendaknya disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. Selain untuk pertumbuhan tanaman, pupuk berpengaruh terhadap produksi dan mutu benih. Protein benih padi dapat ditingkatkan dengan pemupukan N dan bobot benih padi dapat ditingkatkan dengan pemupukan kalsium (Ca). b. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membebaskan lahan dari gulma dan tanaman lainnya. Gulma dan tanaman lain dapat berfungsi sebagai kompetitor dalam mendapatkan air, hara, dan energi matahari. Selain itu, gulma atau tanaman lain juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit tertentu atau memungkinkan terjadinya penyer-bukan silang dengan tanaman benih. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual (dengan cara mencabut), mekanis (menggunakan alat), dan kimiawi (bahan kimia). Penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan gulma hendaknya selektif agar tidak membahayakan tanaman yang diusahakan dan sumber plasma nuftah lainnya, serta tidak mencemari lingkungan (terutama air). Pada saat penyiangan, biasanya juga dilakukan pembumbunan (pendangiran) untuk memperbaiki aerasi di daerah sekitar perakaran tanaman. c. Pengendalian hama dan penyakit Hama dan penyakit di lapang selalu ada sehingga perlu dikendalikan agar pertanian dapat mencapai produksi yang tinggi. Namun, pengendalian tersebut hendaknya dilakukan sedini mungkin dengan senantiasa memperhatikan batas ambang ekonomisnya, yakni tingkat populasi dan intensitas serangan yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara preventif dan kuratif. Cara preventif (pencegahan) dengan membuat pertumbuhan tanaman sesehat mungkin, misalnya memberi pupuk yang seimbang dan melakukan sanitasi lingkungan. Cara kuratif adalah cara pemberantasan terhadap hama dan penyakit, seperti penggunaan pestisida, gropyokan untuk pemberantasan tikus, dan eradikasi (pencabutan dan

pembuangan) tanaman yang terserang. Karena penggunaan bahan kimia cukup mengandung risiko maka dian-jurkan pestisida yang digunakan berbahan organik. d. Pengairan, pengecekan sumber dan pengelolaan air Kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan air bagi tanaman dalam jumlah yang tepat, sesuai dengan fase pertumbuhan dan perkembangannya. Pada tahap pertumbuhan vegetatif sampai inisiasi bunga, air diperlukan dalam jumlah banyak. Pada tahap pembungaan, air diperlukan dalam umlah sedang. Pada tahap pembentukan dan perkembangan benih dini, air diperlukan dalam jumlah banyak dan pada tahap pemasakan benih, air tidak diperlukan lagi. Penyediaan air bagi tanaman dapat dilakukan secara teknis melalui irigasi atau secara alami dari hujan. Pada musim kemarau atau bila tidak hujan, pengairan dilakukan dengan penyiraman. Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, jangan dilakukan pada siang hari karena berpengaruh buruk terhadap tanaman, yakni terjadi peningkatan laju transpirasi secara mendadak. Sebelum melakukan kegiatan produksi benih. Harus dilakukan terlebih sahulu pengecekan sumber air dan jaringan irigasi. Apabila lahan produksi berada pada lahan sawah dengan pengairan teknis, maka kondisi sumber air dan jaringan irigasi diprediksi tidak akan ada masalah. Apabila fasilitas tersebut tidak ada, maka sumber air biasanya ditampung pada drum atau bak penampungan yang dilapisi plastik yang disiapkan di sekitar lokasi budidaya. Apabila produksi benih dilakukan pada skala luas, biasanya jaringan irigasi secara teknik harus disiapkan pada saat pembuatan bedengan sakaligus dengan pebuatan saluran. Pada sistem ini saluran dapat dialiri air sehingga dapat dilakukan penyiraman dengan sistem lep. Hal yang harus diperhatikan adalah kemiringan jaringan irigasi harus diperhitungkan agar air dapat mengalir dengan baik pada semua lahan budidaya. e. Roguing Roguing bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Cara pelaksanaannya dengan mencabut tanaman yang tidak dikehendaki, seperti tanaman yang berpotensi untuk terjadinya penyerbukan silang dengan varietas tanaman yang diusahakan atau tanaman yang berpotensi menghasilkan benih campuran varietas lain. Roguing biasanya dilakukan sebelum lahan diperiksa oleh tim sertifikasi dari BPSB. Pelaksanaan roguing mengikuti waktu dan frekuensi pemeriksaan lapangan oleh petugas pengawas sertifikasi benih, yaitu saat tanaman umur 4 minggu setelah tanam, pada fase berbunga, dan menjelang panen. Jika memungkinkan, roguing

dapat dilakukan setiap saat tidak hanya pada saat menjelang pemeriksaan oleh BPSB. Roguing dilaksanakan dengan mencocokkan deskripsi tanaman di lahan dengan deskripsi varietas tanaman yang diusahakan. Tanaman yang tidak sesuai dengan deskripsi tanaman yang diusahakan harus dicabut dan dimusnahkan. Roguing dilakukan dengan berjalan secara sistemik sehingga setiap tanaman dapat terlihat dan diamati. Roguing hendaknya dilakukan sepagi mungkin dan arah berjalan sebaiknya tidak menghadap matahari, karena silau akan menyulitkan pengamatan. Tanaman rogue, tanaman yang terserang hama dan penyakit, gulmagulma berbahaya dicabut dan dimusnahkan. Melakukan roguing di lahan yang luas cukup menyulitkan. Oleh karenanya, dibutuhkan metode yang cukup representatif melalui pengacakan sampel di lapang. Ada beberapa macam pola pelaksanaan roguing 4) Pemanenan Penanganan pascapanen dapat dilakukan dengan baik, tidak merusak benih yang masih berkadar air tinggi, maka panen pada saat benih masak fisiologis adalah pilihan yang tepat. Beberapa keuntungan panen yang dilakukan pada saat benih mencapai masak fisiologis antara lain: (a) Benih belum mengalami deteriorasi (kemunduran). (b) Mempercepat program pemuliaan tanaman karena segera diperoleh data viabilitas dan vigor maksimum dari varietas yang dikembangkannya. (c) Menghemat waktu dan mengurangi kehilangan benih di lahan, serta (d) Perkecambahan benih di lapang dapat dihindari. Oleh karena kadar air benih pada saat masak fisiologis masih cukup tinggi (5060%) sehingga rentan terhadap kerusakan mekanik, maka panen dapat dilakukan beberapa hari setelah masak fisiologis. Waktu panen ini pun jugam mempunyai risiko. Kondisi iklim pada selang waktu antara masak fisiologis dan panen sangat berpengaruh terhadap viabilitas benih, daya kecambah, vigor, maupun daya simpan benih. Cuaca pada areal produksi yang tidak menguntungkan dapat menurunkan mutu benih yang dihasilkan. Dalam proses pemanenan, kegiatan yang dilakukan oleh BPSB adalah : a. Pemeriksaan Alat Panen dan Pengolahan Peralatan/perlengakapan yang digunakan untuk panen dan prosesing harus bersih terutama dari jenis atau varietas yang tidak sama dengan yang akan diproses/dipanen. Untuk menjamin kebersihan ini harus diadakan pemeriksaan sebelum penggunaannya, misalnya ; Combine, Prosessing Plant, ataupun wadah

benih lainnya. Pemeriksaan harus dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya percampuran VL (varietas lain). Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terhadap kebersihan alat baik dari sisa benih sebelumnya maupun kotoran non benih, serta kelayakan alat untuk proses pengolahan benih. Tempat penyimpanan benih seperti silo, gudang penyimpanan, tata letak penyimpanan benih juga perlu dilakukan pemeriksaan. Tata letak penyimpanan benih harus diatur sedemikian rupa sehingga mempermudah petugas saat pengambilan contoh benih. b. Pemeriksaan Lapang Fase Vegetatif Pemeriksaan lapang fase vegetatif dapat dilaksanakan setelah menunjukkan bukti kelulusan pemeriksaan lapang pendahuluan. Pemeriksaan lapang ini bertujuan untuk memeriksa kebenaran varietas pertanaman dengan membandingkan karakteristik tanaman produksi di lapang dengan deskripsi tanaman yang sebenarnya. Waktu pemeriksaan untuk benih padi yaitu pada saat tanaman berumur kurang lebih 30 hari setelah tanam (HST). Pemeriksaan lapang ini dilakukan dengan mengelilingi areal untuk melihat isolasi jarak, isolasi waktu, dan keadaan tanaman. Selain itu, kesehatan tanaman juga perlu diperhatikan. Selanjutnya menentukan petak contoh tanaman secara acak untuk dilakukan pemeriksaan. Jumlah areal contoh pemeriksaan ditentukan dengan menggunakan rumus : Y = (X + 8) / 2 , di mana Y = jumlah petakan contoh pemeriksaan (hasilnya dibulatkan ke atas) X = luas areal yang diperiksa (ha) Pemeriksaan dilakukan secara acak pada areal pertanaman, dan setiap areal contoh sebanyak 400 rumpun untuk menentukan persentase Campuran Varietas Lain (CVL) berdasarkan tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna dan lebar daun, warna lidah daun, warna telinga daun, warna pangkal batang, dan tinggi tanaman. Apabila saat pemeriksaan ditemukan tanaman dengan ciri-ciri yang tidak sesuai dengan deskripsi tanaman produksi maka tanaman tersebut harus dicabut agar tidak terjadi percampuran varietas. Untuk menghitung persentase tipe simpang dan CVL menggunakan rumus : CVL = jumlah CVL dan tipe simpang x 1 / 400 x 100%

Jumlah areal contoh pemeriksaan Tabel 1. Standar Pengujian Lapang Benih Padi Isolasi Kelas Benih Jarak (m) Benih Dasar Benih Pokok Benih Sebar 3 3 3 Waktu (hari) 30 30 30 Tipe (%) 0.0 0.1 0.5 Simpang

Hasil pemeriksaan lapang fase vegetatif dibandingkan dengan standar pengujian lapang untuk benih padi yang telah ditetapkan (Table 2). Apabila isolasi jarak dan waktu yang diberikan sesuai dengan standar, serta tipe simpang yang ditemukan masih dalam toleransi (lebih kecil atau sama dengan standar pengujian) maka pemeriksaan tersebut dinyatakan lulus. c. Pemeriksaan Lapang Fase Berbunga/Generatif Pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif dilaksanakan apabila pemeriksaan lapang fase vagetatif dinyatakan lulus. Tujuan dari pemeriksaan lapang ini adalah untuk mempertahankan mutu genetik dengan cara memeriksa CVL dan tipe simpang yang dapat menurunkan kemurnian suatu varietas. Prosedur pemeriksaan lapang fase generatif/berbunga hampir sama dengan pemeriksaan lapang sebelumnya, yaitu dengan mengamati tipe malai, leher malai, bentuk dan warna gabah, warna ujung gabah, bulu pada ujung gabah dan sudut daun bendera. Pemeriksaan lapang ini dilakukan antara 25-30 hari sebelum panen atau 50-60 hari setelah tanam apabila pemeriksaan lapang sebelumnya dinyatakan lulus. Pemeriksaan lapang fase berbunga/generatif sama halnya dengan pemeriksaan sebelumnya baik dalam menentukan jumlah petak contoh maupun dalam penentuan CVL. Sebelum pemeriksaan dilakukan, produsen harus mengajukan surat permohonan 1 minggu sebelumnya, dan disertai bukti kelulusan pemeriksaan lapang sebelumnya. Parameter yang diamati dalam pemeriksaan lapang fase

berbunga/generatif adalah tipe malai, leher malai, bentuk dan warna gabah, warna ujung gabah, bulu pada ujung gabah, dan sudut daun bendera. d. Pemerikasaan Lapang Fase Menjelang Panen Pemerikasaan lapang fase menjelang panen dilakukan setelah pemerikasaan lapang fase generatif/berbunga mendapatkan bukti kelulusan. Tujuan pemerikasaan

lapang ini yaitu untuk mengetahui kebenaran varietas pada tanaman dan membandingkan dengan deskripsi varietas tanaman yang dimaksud. e. Pengambilan Contoh Benih Contoh benih harus diambil oleh petugas pengambil contoh yang sudah mengikuti latihan dan berpengalaman dalam pengambilan contoh. Petugas harus independen, bebas tekanan komersial serta mengikuti aturan pengambilan contoh yang sudah ditetapkan. Lot benih harus ditata/disusun atau diatur secara baik sehingga setiap wadah mempunyai kemungkinan yang sama untuk diambil contohnya. Contoh primer dengan ukuran yang kira-kira sama seharusnya diambil dari setiap wadah atau dari setiap titik pengambilan., pada wadah tertentu atau tumpukan benih dari lot yang sama. Apabila benih dikemas dalam wadah, pengambilan contoh harus diacak atau dibuat rencana pengambilan secara sistematis. Pengambilan contoh harus diambil dari bagian atas, tengah, dan bawah, dan tidak hanya dari satu posisi dalam wadah kecuali volume sesuai dengan daftar intensitas pengambilan contoh. Sedangkan untuk benih curah atau wadah yang besar maka pengambilan contoh harus diambil secara acak dari berbagi posisi dan kedalaman. Pengambilan contoh benih yang dilakukan yaitu milik produsen benih padi di Kabupaten Sukoharjo. Contoh benih yang diambil yaitu dari 5 lot benih. Untuk tiaptiap lot diambil sebanyak jumlah karung dalam lot dikalikan 10% kemudian hasilnya ditambah 5. Pengambilan contoh benih dilakukan menggunakan stick tryer. Contoh benih yang akan dikirim ke laboratorium pengujian diberi label keterangan deskripsi contoh benih tersebut serta jenis pengujian yang perlu dilakukan. f. Uji Laboratorium Untuk mengetahui mutu benih yang dihasilkan setelah dinyatakan lulus lapangan maka perlu diuji mutunya di laboratorium oleh analis benih, yang meliputi uji kadar air, kemurnian, kotoran benih, campuran varietas lain, benih tanaman lain, dan daya tumbuh. g. Label dan Segel Dalam ketentuan yang sudah ditetapkan juga tercantum bahwa proses sertifikasi dinyatakan selesai apabila benih telah dipasang label dan disegel. Label yang digunakan pemasangannya diawasi oleh petugas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih seta warna label disesuaikan dengan kelas benih yang dihasilkan. Ketentuan pemakaian label adalah sebagai berikut :

Benih Penjenis (BS)/Breeder Seed (BS) warna label putih Benih Dasar (BD)/Foundation Seed (FS) warna label putih. Benih Pokok (BP)/Stock Seed (SS) warna label ungu. Benih Sebar (BR) /Extension Seed (ES) warna label biru.

C. Pascapanen 1) Pengolahan Benih Pengolahan benih merupakan tahap transisi antara produksi dan penyimpanan atau pemasaran benih. Tahap ini cukup menentukan karena benih dapat tidak bermanfaat jika salah dalam pengolahannya. Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih menjadi benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Pengolahan benih tidak dapat meningkatkan mutu benih secara individual, tetapi secara populatif. Secara populatif, mutu benih dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu : a. Separation, yakni memisahkan benih dari sumber kontaminan seperti benih gulma, benih tanaman lain, dan kotoran benih. b. Upgrading, yakni memilah benih dari benih yang kurang bermutu, misalnya berukuran kecil atau tidak seragam. Dengan pemisahan dan pemilahan benih, akan diperoleh benih yang murni dan hidup (pure life seed) dengan total jumlah yang lebih rendah dari jumlah benih hasil panen. Perbandingan jumlah benih hasil pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen dinamakan rendemen. Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan efektivitas pengolahan. Semakin efektif pengolahan yang dilakukan, semakin tinggi nilai rendemen yang berarti semakin kecil nilai kehilangan pascapanennya (post harvest losses). Adapun efektivitas pengolahan ditentukan oleh alur (jalur) pengolahan dan penggunaan alat-alat pengolahan benih yang tepat. 2) Penyimpanan Benih Tujuan penyimpanan benih adalah mempertahankan daya hidup (daya simpan) benih selama mungkin. Dalam penyimpangan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya simpan benih dioptimalkan agar proses kemunduran dapat ditekan seminimum mungkin.

Referensi : Anonymous. 2012. Produksi dan Sertifikasi Benih. http://myahsarahus.blogspot.com/ 2011/09/produksi-dan-sertifikasi-benih.html. diakses pada 22 Maret 2012 Nurwardani, Paristiyanti. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1 untuk SMK oleh Paristiyanti Nurwardani ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008 Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai