Anda di halaman 1dari 66

MANAJEMEN PRODUKSI BENIH

“Persiapan Lahan dan Manajemen Peralatan


Produksi Benih Jagung”

Oleh :
Kelas :C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
I. PENDAHULUAN
(Berliana Widianti/165040201111264 & Dewi Ayu Nandasari/
175040200111075)
Lahan atau media tanam adalah tempat bagi tanaman hidup, tumbuh dan
berkembang. kondisi tanah yang gembur dengan struktur tanah yang mudah
ditembus akar akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan yang bertujuan untuk
menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan benih dan akar
tanaman jagung. Tanah dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya akar,
penyedia unsur hara, dan penyimpan air bagi tanaman, sehingga usaha pengolahan
tanah memiliki manfaat yang sangat besar dalam mendukung pertumbuhan
tanaman jagung. Bulk density tanah yang diolah akan menurun sehingga
tanah menjadi gembur dan memudahkan penetrasi akar tanaman jagung,
serta aerasi tanah menjadi lebih baik karena peningkatan porositas
(Pamungkas et al., 2016).
Pengolahan tanah juga dapat memberi dampak negatif apabila dilakukan
secara intensif. Karena pengolahan tanah secara intensif dapat mempercepat
kerusakan sumber daya tanah seperti meningkatkan laju erosi. Hal tersebut
dikarenakan permukaan tanah yang bersih dan gembur tidak mampu menahan laju
aliran permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah yang
mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa oleh air menuju hilir. Dengan
demikian, diperlukan teknik pengolahan tanah yang tepat yang sesuai dengan
lingkungan tumbuh tanaman jagung. Selain pengolahan tanah, kegiatan persiapan
lahan lainnya meliputi pemberian pupuk dasar seperti pupuk kandang dan kompos
pada lahan. Kegiatan pemberian pupuk dasar ini dapat meningkatkan kesuburan
tanah sehingga dapat menguntungkan bagi pertumbuhan benih tanaman jagung
dengan memasok sejumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu,
pembuatan bedengan dan pemilihan waktu tanam yang tepat juga merupakan
salah satu bentuk persiapan lahan.
Selain hal yang telah di sebutkan di atas, persiapan dalam menanam,
manajemen dalam menggunakan peralatan sangat dibutuhkan dikarenakan dapat
mengatur dan menentukan kapan harus menggunakan alat-alat yang digunakan
sesuai fungsinya pada saat sedang menanam. Dengan menggunakan alat akan
mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut selaras dengan
perkembangan dunia pertanian dimana sejak revolusi hijau penggunaan teknologi
pendukung usaha pertanian semakin intensif sejalan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Adjid, 2001) yang tujuannya adalah mengatasi
permasalahan bidang pertanian dengan tujuan akhir adalah meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani (Suryana, 2005). Hal tersebut sangat
berperan dalam mengatasi salah satu kendala bidang pertanian dalam
mempercepat peningkatan produksi tanaman pangan tentang kendala semakin
terbatasnya jumlah tenaga kerja.
Penanaman jagung sendiri menggunakan sistem sebar yang merupakan
cara penanaman yang paling lama dan sederhana. Penebaran benih jagung dengan
menggunakan mesin dikatakan lebih teliti dan cepat bila dibandingkan penebaran
dengan tangan. Produktivitas jagung yang tinggi hanya dapat dicapai dengan
menggunakan cara budidaya dan teknologi tepat guna dalam bentuk mesin dan
peralatan yang benar, bibit unggul, serta obat-obatan dan pupuk yang tepat. Para
pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini, kecuali dengan
bantuan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada
bidang penyediaan input-input pertanian dan pemasaran hasil pertanian.
II. PEMBAHASAN
1.1 Analysis Of Product Integrity And Control Concern
a. Appropriate isolation not established or maintained
(Nurhayati/175040201111068)
Isolasi merupakan kegiatan perlindungan tanaman dari penyerbukan silang
dari varietas yang berbeda. Dengan melakukan isolasi, kemungkinan benih
terhindar dari penyebaran oleh serbuk sari dari tanaman lain atau tanaman liar
sangat tinggi sehingga kemurnian benih dapat terjaga. Kegiatan isolasi dibagi
menjadi 3 jenis yaitu isolasi waktu, isolasi fisik dan isolasi jarak. Persilangan
dengan serbuk sari dari kultivar lain dari species yang sama perlu dicegah bagi
suatu kultivar silang sempurna atau sebagian. Pada waktu berbunga tanaman
penghasil benih harus dilindungi terhadap serbuk sari yang terbawa angin dan
serangga dari tanaman yang berdekatan atau tanaman voluntir dan dari tanaman
liar dari spesies yang sama. Perlindungan terbaik tehadap penyerbukan oleh
serbuk sari asing adalah pasokan yang berlimpah dengan serbuk sari kultivar itu
sendiri pada waktu putik reseptif. Perlindungan terhadap terjadinya persilangan
dapat diterapkan dengan melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari
berbagai sumber kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program
produksi benih. Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh:
(a) persilangan alamiah dengan varietas lain yang ditanam berdampingan dan
tipe simpang yang berada di lahan untuk produksi benih itu,
(b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu menyemai, panen,
pengolahan dan penanganan benih dan
(c) kontaminasi oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di
dekatnya.
Perlindungan dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara
kemurnian genetik dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah
isolasi jarak dan isolasi waktu. Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan
selang waktu tanam yang berbeda antara dua varietas yang berbeda dengan areal
berdampingan sehingga saat pembungaan waktunya berbeda pula (minimum 30
hari untuk jagung misalnya). Dengan menerapkan isolasi waktu produksi benih
suatu jenis tanaman dengan varietas yang berbeda dapat dilaksanakan setiap
tahunnya pada areal yang sama. Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua varietas
tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak tertentu,
(misalnya 200 m untuk jagung). Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan:
(1) mengosongkan tanah antara kedua blok jarak itu,
(2) menanam tanaman lain pada blok pemisah,
(3) bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu
panen tidak dilibatkan sebagai calon benih.
Jarak isolasi ditetapkan tergantung pada cara penyerbukan tanaman,
kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama penyerbukan.
Pertimbangan utama dalam menentukan jarak isolasi yang memadai bagi tanaman
penghasil benih adalah apakah tanaman tersebut bersifat menyerbuk sendiri atau
lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak aktualnya tergantung pada apakah serbuk
sari dibawa angin atau serangga. Jarak isolasi ini dapat dikurangi jika terdapat
tanaman penghalang (barrier), bangunan-bangunan/penghalang lain yang terletak
diantara tanaman-tanaman yang dapat saling menyerbuk silang tersebut. Jarak
yang aman tergantung pada arah angin datang, kehadiran pohon-pohon, tanah
yang tinggi atau penghalang lainnya bagi aliran udara, banyaknya sumber serbuk
sari asing yang mungkin dapat dilepaskan, dan luas areal pertanaman untuk benih
itu sendiri.
Isolasi jarak yang diperlukan juga dipengaruhi oleh kategori benih yang
diperbanyak. Benih dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai standar kemurnian
yang lebih tinggi daripada benih dari kelas yang lebih rendah. Teknik isolasi lain
yang juga dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bangunan-bangunan
seperti rumah kaca dan sangkar dari kawat kasa. Dengan cara ini kemungkinan
terjadinya penyerbukan silang oleh serangga dapat dikurangi atau dihindari.
Isolasi demikian biasanya diterapkan pada areal produksi benih yang sempit, atau
untuk produksi benih dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi seperti untuk
kelas benih penjenis (Mayun, 2016).
b. Producer unexpectedly plants the same crop within the area of isolation
(Nahla Shifa Anrozi/175040207111087)
Gulma, secara umum, mendahului tanaman melalui kehadiran benih yang
tidak aktif di tepi benih tanah dan dengan berkecambah sebelumnya. Ditambah
dengan pertumbuhan yang kuat, memberikan gulma keunggulan kompetitif yang
berbeda dari tanaman, yang menjelaskan mengapa mereka merupakan faktor
utama yang mengurangi hasil panen. Benih gulma dapat tetap dorman selama
bertahun-tahun di bank benih tanah, di mana mereka muncul secara sporadis
sebelum, bersama-sama dengan, atau setelah panen. Spesies tahunan mendominasi
spektrum gulma dalam pertanaman tahunan. Gulma bersaing dengan tanaman
untuk sumber daya yang sama, pada dasarnya air, nutrisi, cahaya dan karbon
dioksida (van Andel, 2005). Banyak gulma telah ditemukan menghasilkan dan
mengeluarkan bahan kimia yang dapat menghambat perkecambahan dan
pertumbuhan spesies lain (gulma dan tanaman) - fenomena ini disebut
'allelopathy', dan efek gabungan dari kompetisi dan allelopathy disebut sebagai
'tanaman-tanaman gangguan'.
Sebagaimana ditetapkan dalam sebagian besar standar produksi benih
bersertifikat, lahan harus sebersih mungkin gulma untuk memfasilitasi inspeksi
lapangan dan untuk mengurangi kemungkinan benih gulma hadir dalam benih
yang dipanen untuk dijual. Faktanya, benih tanaman yang mengandung jumlah
propagul berlebihan dari setiap gulma dapat ditolak dari sertifikasi. Untuk
menjaga ladang mereka tetap bersih, petani benih dapat menyiangi dengan
beberapa cara, yakni dengan pengendalian gulma terpadu atau Integrated Weed
Management (IWM). konsep IWM menuntut bahwa semua metode pengendalian
gulma (kimia, budaya, mekanik, biologis) harus dipertimbangkan dalam situasi
tertentu, dan menjanjikan bahwa penggunaan rasional dua atau lebih metode
kontrol dalam kombinasi kemungkinan akan mempromosikan pengelolaan gulma
yang efisien di luar apa yang dapat dicapai dengan metode apa pun yang
diterapkan secara terpisah. Spektrum gulma, sistem penanaman, ekonomi, akses
ke teknologi, pengetahuan petani dan keterampilan manajemen adalah faktor
kunci yang menentukan apakah IWM dapat dipraktikkan dengan sukses atau
tidak.
1. Pengendalian secara kultur teknis
Praktik budaya memainkan peran penting dalam program manajemen
gulma di jagung. Jagung adalah tanaman yang sangat kompetitif; jadi jika dikelola
dengan baik, itu memberikan persaingan yang cukup besar terhadap gulma.
Penelitian telah menunjukkan bahwa gulma yang muncul setelah 4 minggu
pembentukan jagung memiliki dampak yang lebih kecil pada hasil jagung; Oleh
karena itu, pengendalian gulma awal musim sangat penting untuk mendapatkan
hasil jagung yang kompetitif. Penting untuk membuat tegakan tanaman seragam
pada kepadatan yang diinginkan. Kesesuaian tanah, kesuburan, pH, dan drainase
harus sesuai agar tanaman dapat bersaing dengan gulma. Sebisa mungkin,
tanaman harus dikelola untuk meminimalkan tekanan pada tanaman dari
kerusakan serangga dan penyakit dan tekanan lingkungan (embun beku, banjir,
kekeringan, dll.) Jarak baris adalah praktik budaya penting yang mempengaruhi
pengendalian gulma karena jagung di baris sempit akan menaungi permukaan
tanah lebih awal daripada jagung di baris yang lebih luas. Setelah kanopi tertutup,
sangat sedikit cahaya yang mencapai permukaan tanah atau gulma di bawah
kanopi
Rotasi tanaman, yang merupakan salah satu praktik pengendalian gulma
budaya, diperlukan oleh sebagian besar standar atau protokol pada produksi benih
bersertifikat, itu harus menjadi bagian dari strategi pengelolaan gulma petani.
Praktek ini tidak hanya mengganggu siklus hama (termasuk gulma) dan penyakit;
itu juga merupakan alat penting dalam strategi untuk menghindari evolusi
resistensi gulma terhadap herbisida karena memungkinkan penggunaan beragam
kimia, yaitu herbisida dengan mekanisme aksi yang berbeda, serta metode
pengendalian gulma alternatif yang ditentukan oleh tanaman tertentu. Rotasi
tanaman, jika sesuai dan diterapkan dengan benar, kemungkinan akan
meningkatkan kuantitas dan kualitas benih, membatasi infestasi gulma, dan
akibatnya, biaya manajemen gulma.
2. Pengendalian secara mekanis
Pengolahan tanah adalah metode pengendalian gulma mekanis yang paling
umum dan dapat dibagi menjadi dua kategori: (1) persiapan lahan sebelum tanam
dan (2) penanaman berturut-turut. Tujuan persiapan lahan pra-tanam adalah untuk
membunuh semua gulma yang ada sebelum menanam jagung untuk memberikan
tanaman awal yang lebih baik untuk bersaing dengan gulma selama tahap awal.
Penanam dan cakram lapangan umumnya digunakan oleh petani, dan sangat
efektif untuk mengendalikan bibit gulma jika digunakan dengan benar. Budidaya
dalam baris digunakan untuk menghilangkan gulma setelah tanaman ditanam,
biasanya menggunakan rotari cangkul atau pembudidaya antar baris. Cangkul
rotari paling efektif pada gulma berdaun lebar kecil dan rumput, tetapi mereka
kurang efektif pada gulma berdaun lebar berbiji besar. Cangkul rotari biasanya
dioperasikan pada kecepatan 13-19 km / jam dan harus digunakan setelah
penanaman tanaman tetapi sebelum gulma muncul atau setelah perkecambahan
gulma. Keuntungan lain dari penanaman berturut-turut adalah bahwa mereka
berguna ketika herbisida yang diaplikasikan di tanah gagal mengendalikan gulma
karena kurangnya curah hujan. Beberapa jenis pembudidaya berturut-turut
tersedia di pasaran, tetapi penting untuk menyesuaikan peralatan agar secara
efektif membunuh sebanyak mungkin rumput liar di daerah sawah sambil
meminimalkan gangguan tanaman tanaman.
3. Pengendalian secara biologis
Pendekatan pengendalian biologis memanfaatkan musuh secara alami
untuk membantu mengurangi dampak gulma pada pertanian dan lingkungan. Ini
hanya bertujuan untuk menyatukan kembali gulma dengan musuh alami mereka
dan mencapai kontrol gulma berkelanjutan. Musuh alami gulma ini sering disebut
sebagai agen kontrol biologis. Misalnya, bio-herbisida komersial Colego,
herbisida jamur, telah digunakan untuk mengendalikan pengambilan sambungan
utara (Aeschynomene americana L.) dalam beras (Oryza sativa L.) di AS selatan
[57]. Sangat penting bahwa agen kontrol biologis tidak menjadi hama sendiri.
Pengujian spesifisitas inang yang cukup banyak adalah wajib karena sesuai
dengan banyak peraturan dan peraturan pemerintah sebelum pelepasan agen
kontrol biologis untuk memastikan bahwa mereka tidak akan menimbulkan
ancaman terhadap spesies yang tidak ditargetkan, seperti tanaman asli dan
pertanian. Tidak semua gulma cocok untuk pengendalian biologis.
Mengembangkan proyek pengendalian biologis memerlukan investasi besar,
kadang-kadang menelan biaya jutaan dolar. Saat ini, tidak ada produk komersial
untuk pengendalian gulma biologis dalam jagung, meskipun area ini menawarkan
potensi besar untuk opsi pengendalian gulma baru di masa depan.
4. Pengendalian secara kimiawi
Aplikasi herbisida adalah metode pengendalian gulma yang paling penting dalam
jagung. Herbisida telah diadopsi oleh mayoritas petani jagung di AS dan banyak
bagian dunia lainnya karena efektif dan ekonomis. Herbisida dapat diterapkan
pada interval waktu yang berbeda, seperti sebelum tanaman ditanam (pra-
tanaman), setelah tanaman ditanam tetapi sebelum kemunculan (preemergence),
dan setelah kemunculan tanaman (postemergence). Pilihan waktu aplikasi
herbisida tergantung pada banyak faktor dan bervariasi dari petani ke petani dan
dari satu bidang ke bidang lainnya. Banyak petani jagung menggunakan lebih dari
satu aplikasi herbisida yang dapat memberikan kontrol gulma lama musim.
c. Planter not properly cleaned and contains seed of a different product (Amelia
Fauzia/175040201111078)
Planter atau alat penanaman benih adalah alat yang digunakan untuk
menanam benih dilahan. Kemurnian benih yang di tanaman sangat penting
sehingga kebersihan alat penanaman dari benih lain adalah hal yang sangat
penting. Sebelum menggunakan alat penanaman maka perlu dilakukan
pembersihan dengan mengecek apakah kotak benih (hoper) benar benar kosong
sehingga tidak sampai tersisa benih yang akan mencampuri benih yang akan di
tanam.
Benih yang akan ditanam tentunya memilki bentuk dan karakteristik
tertentu. Sehingga sebelum dilakukan penanaman tentunya perlu dilakukan
pengecekan pada alat penanaman. Hal yang lebih penting lagi adalah ketika sudak
selesai menggunakan alat penanaman tersebut maka lebih baik untuk
membersihkan alat sehingga memudahkan ketika akan kembali menggunakan.
Perihal kebersihan alat penanaman dapat di masukkan dalam SOP sehingga semua
pihak dapat menjalankan dan memastikan bahwa benih yang akan dihasilkan
benar benar terjaga kemurniannya.
d. Natural disaster and vandalism vulnerability of site (Amelia
Fauzia/175040201111078)
Pertimbangan yang harus di pikirkan sebelum menentukan lokasi
penanaman adalah kerentanan lokasi penanaman dari bencana alam maupun
pengrusakan. Bencana alam merupakan suatu kondisi yang tidak dapat di prediksi
sehingga diperlukan suatu antisipasi agar tidak mengalami kerugian yang tidak
diharapkan. Berkembangknya teknologi telah memudahkan dalam melakukan
tindakan preventif untuk memperkirakan lokasi penanaman yang aman dan tepat.
Terdapat berbagai informasi mengenai prediksi terjadinya bencana seperti
longsor, banjir, maupun kekeringan. Salah satu badan penyedia informasi tersebut
adalah BNPB (Badan Nasional Penanggulanganan Bencana). Dibawah ini
merupakan contoh informasi yang di sampaikan BNPB mengenai prediksi
bencana alam di berbagai daerah.

Gambar 1. Peta resiko bencana


Selain resiko terjadinya bencana alam, resiko pengrusakan yang dapat
terjadi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi penanaman.
Pengrusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh manusia maupun organisme lain
contohnya hewan. Ketika sudah di ketahui suatu kemungkinan pengrusakan yang
dapat terjadi maka dapat di lakukan antisipasi dengan beberapa hal seperti
membuat pengaman (pagar), pengawasan, dan sebagainya. Namun apabila resiko
yang di timbulkan terlalu besar maka berpindah lokasi adalah hal yang lebih tepat
untuk dilakukan.
e. Presence of sexually compatible plants in the area of isolation (Erlinda
Damayanti/175040207111069)
Sortasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kualitas yang seragam
dan mengelompokkan bahan dengan kualitas yang sama. Sortasi jagung
memisahkan biji jagung sehat (baik) dari biji-biji pecah, rusak, dan hampa serta
untuk menyeragamkan ukuran butirannya. Proses pembersihan bertujuan untuk
membersihkan butiran jagung dari kotoran seperti sisa tongkol, seresah, dan
kotoran-kotoran lainnya. proses sortasi dan pembersihan dapat dilakukan dengan
cara manual (konvensional) menggunakan tangan dan peralatan sederhana atau
dengan menggunakan cara mekanis yaitu menggunakan alat dan mesin pertanian.
Secara manual sortasi dan pembersihan pipilan jagung dapat dilakukan dengan
cara : a) menggunakan tangan untuk memilih dan memisahkan jagung yang rusak,
pecah, hampa, dan kotoran-kotoran yang terbawa, b) menggunakan ayakan,
jagung diayak sehingga kotoran dan jagung yang berukuran kecil akan jatuh dan
terpisah sesuai ukurannya. Sedangkan untuk cara mekanis dapat dilakukan dengan
menggunakan blower/winowwer (Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem
UGM, 2017).
Prinsip kerja blower/winowwer adalah menghembuskan udara pada
pipilan jagung sehingga kotoran-kotoran, jagung berukuran kecil, dan hampa akan
terpisah satu sama lain. Dalam memproduksi benih jagung hibrida, pencabutan
bunga jantan pada induk tanaman betina harus dilakukan, hal ini dilakukan agar
tidak terjadi penyerbukan sendiri, pencabutan bunga jantan pada induk tanaman
betina dilakukan sebelum malai bunga jantan keluar atau saat bunga jantan masih
terbungkus daun bendera. Untuk mencegah agar tidak ada tanaman yang
terlewatkan tidak tercabut bunga jantannya, maka pencabutan dilakukan setip hari
selama periode berbunga, pencabutan bunga jantan ini sebaiknya dilakukan pada
pagi hari (Kampus Tani, 2019).
f. Improper removal of volunteer plants from earlier growing seasons (Erlinda
Damayanti/175040207111069)
Menurut Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM (2017) pada
proses pemanenan, penentuan umur panen merupakan hal yang perlu
diperhitungkan karena bila jagung dipanen sebelum waktu panen akan
menyebabkan banyak butir muda yang belum masak terpanen, sehingga kualitas
jagung menurun begitu pula dengan daya simpannya juga akan menurun.
Sebaliknya bila dipanen melebihi umur panen, jagung akan mengalami degradasi
nutrisi yang mengakibatkan kenaikan kehilangan hasil serta ancaman dari
tumbuhnya jamur (Aspergillus sp.) dan cendawan dengan tanda-tanda klobot dan
atau biji berwarna kehitam-hitaman, putih dan kehijauan. Ciri-ciri jagung yang
telah memasuki umur siap panen yaitu a) jagung berumur 7-8 minggu setelah
berbunga, b)daun dan batang tanaman mulai menguning dan berwarna cokelat
pada kadar air 35-40%. Penentuan umur panen juga dapat bervariasi berdasarkan
varietas jagung yang ditanam.
Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung meliputi
sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn harvester (modern) yang
pada tahun 2015 telah mendapat pujian dari Menteri Pertanian dikarenakan
dengan menggunakan alat pemanen ini dapat menekan biaya panen hingga 60%.
Untuk pemanenan dengan cara konvensional menggunakan sabit terdapat dua tipe
pemanenan yaitu jagung tongkol dengan klobot dan pemanenan jagung tongkol
tanpa klobot. Pada pemanenan jagung dengan klobot, jagung berkadar air tinggi
yaitu berkisar 30-40% dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera
dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih kemudian
dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk jagung tanpa klobot, jagung
berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari
klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit batang jagung
terlebih dahulu.
Jagung yang berasal dari proses pemanenan biasanya memiliki kadar air
yang terlalu tinggi dan amat berbahaya pada proses penyimpanan. Pengeringan
diperlukan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga aman untuk disimpan.
Dengan pengeringan jagung juga lebih mudah untuk dipipil. Pengeringan pada
jagung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu a) pengeringan jagung tongkol
di lahan, cara ini biasanya digunakan para petani di daerah yang memiliki
karakteristik tadah hujan dan kering yang periode perisapan penanaman
berikutnya tidak mendesak, b) pengeringan dalam bentuk jagung tongkol, dan c)
pengeringan dalam bentuk jagung pipilan. Untuk pengeringan jagung tongkol
sendiri terbagi menjadi 2 bentuk yaitu jagung tongkol berkelobot dan jagung
tongkol tanpa kelobot, namun perlu diperhatikan bahwa pengeringan jagung
tongkol berkelobot tidak dianjurkan karena memakan waktu yang lama dan
hasilnya tidak baik.
Dalam pengeringan jagung terdapat dua metode pengeringan yaitu
pengeringan dengan cara konvensional yaitu dengan pengeringan sinar matahari
langsung dan cara modern dengan menggunakan alat pengeringan khusus jagung
contoh bed dryer, recirculation batch dryer, dan continuous mix flow dryer, dan
lain sebagainya. Pengeringan jagung dalam bentuk tongkol tanpa kelobot
diusahakan mencapai kadar air 17-18% dan pengeringan jagung pipil dilakukan
hingga mencapai 14-15%.
Selain itu juga dilakukan Roguingsebanyak 4 kali yaitu : Roguing pertama
dilakukan pada saat umur tanaman 7-15 HST, dengan mengecek warna batang,
tanaman yang tumbuh diluar barisan tanaman yang dikehendaki, bentuk daun,
tinggi daun dan sebagainya. Roguing kedua dilakukan pada saat umur tanaman
32-35 HST, dengan mengecek warna batang, bentuk daun, tekstur daun dan
bentuk lidah daun. Roguing ketiga dilakukan pada saat umur tanaman 45-52 HST,
dengan mengecek warna bunga betina/jantan, bentuk malai, posisi tongkol dan
warna rambut yang tidak dikehendaki. Roguing panen/seleksi tongkol yaitu tetua
jantan dipanen lebih awal, lalu tetua betina sebagai benih hibrida.
g. Crop rotation is not adequate (Gaka Yoga Putra/175040207111092)
Rotasi tanam yang dilakukan dalam produksi benih jagung harus diperhatikan.
Rotasi tanam dalam produksi benih bertujuan untuk mempertahankan kualitas
benih dan terbebas dari gangguan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Maka
perlu mengetahui sejarah pertanaman yang berkaitan dengan varietas atau spesies
yang ditanam sebelumnya untuk menghindari percampuran varietas, sejarah
lahan, yakni catatan urutan jenis dan varietas tanaman yang pernah ditanam, perlu
diperhatikan. Secara umum, dalam satu lokasi lahan produksi benih tidak dapat
ditanami dua varietas berbeda dari jenis tanaman yang sama secara berturut
karena akan menimbulkan penyerbukan silang. Adanya tanaman voluntir juga
merupakan kontaminan. Selain dari dalam lahan, percampuran dapat terjadi dari
pertanaman sejenis yang berbeda varietas yang ada di sekitar lahan produksi.
h. Seed source is infected with pathogens or pests (Gaka Yoga
Putra/175040207111092)
Tetua atau sumber benih yang terinfeksi pathogen atau hama maka perlu
dilakukan tindakan isolasi atau membuang tanaman yang terinfeksi oleh pathogen.
Maka sebelum tanam tetua harus dipastikan dalam keadaan sehat, control tanaman
mulai fase pertumbuhan awal, dan jika sudah mengalami infeksi segera dilakukan
pencabutan dan diisolasi atau dibuang jauh dari lahan produksi. Langkah
pembuangan pun perlu diperhatikan. Dalam membuang benih atau tetua yang
terinfeksi benih dilakukan dengan membungkus tanaman tersebut untuk
menghindari penularan ketika mobilisasi dan alat-alat yang digunakan sebelum
dipakai kembali perlu dibersihkan.
i. Proximity to plants harboring pests or pathogens of concern (Rakka Gecol
Andika Satya/165040207111062)
Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia,
ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan
kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau
hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara
ekonomis.Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan
kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama.
Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam
suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan
yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus,
burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi
hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006).
Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut:
1. Hama dapat dilihat oleh mata telanjang
2. Umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan
3. sebagainya).
4. Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga
5. tanaman menjadi mati atau tanaman tetap hidup tetapi tidak
6. banyak memberikan hasil
7. Serangan hama biasanya lebih mudah di atasi karena hamanya
8. tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung.
Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak munculnya
dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun ditemukan pada
fosil daun yang berasal dari zaman purba. Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280
SM). Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada
tanamansehingga tanaman tidak bereproduksi atau mati secara perlahan-
lahan.Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan atau gangguan pada organ-
organ tanaman
Ciri-ciri penyakit antara lain sebagai berikut :
 Penyebab penyakit sukar dilihat oleh mata telanjang.
 Penyebab penyakit antara lain mikroorganisme (virus, bakteri, jamur
 atau cendawan) dan kekurangan zat tertentu dalam tanah.
 Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman
 mati secara perlahan-lahan.
Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah
penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai
organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator,
parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme
(termasuk virus). Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan
lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan
tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama
secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu
sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi
masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan
saat yang tepat untuk pengendalian hama. Dapat diambil kesimpulan bahwa hama
dan pathogen dapat dikendalikan secara mekanis,kultur teknis,kimia dan karantina
dan juga dapat melakukan pengendalian secara hayati
j. Weed control in borders and adjacent fields is not adequate (Sinta
Ningsih/175040200111011)
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh disekitar lahan budidaya yang
mana tidak dikehendaki keberadaannya. Keberadaan gulma pada siklus hidup
tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman. Oleh karena itu, gulma perlu
dilakukan pengendalian agar pertumbuhannya sebelum mengganggu pertumbuhan
tanaman. Menurut Wijaya (2017), hal tersebut dikarenakan gulma dapat
memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi) hingga merugikan tanaman
budidaya. Adapun sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain cepat
berkembang biak, daya adaptasi luas dan tahan terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan (Wijaya, 2017). Namun bagaimana jika pengendalian atau
control gulma gagal dilakukan?
Apabila pengendalian gulma yang dilakukan tidak berpengaruh maka
dapat dilakukan pencegahan. Adapun kegiatan pencegahan pertumbuhan gulma
meliputi pengolahan tanah maupun penggunaan herbisida pra-tanam. Namun
untuk pengendalian gulma skala besar pada perusahaan-perusahaan yang
memproduksi benih jagung dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida pra-
tanam dan herbisida selektif sesuai dosis yang tepat. Penggunaan herbisida ini
dimaksudkan untuk menghemat waktu, tenaga serta biaya yang diperlukan untuk
pengendalian gulma.
Menurut Wijaya (2017), cara pengendalian gulma menggunakan kultur
teknis dengan pengolahan tanah meliputi pengolahan tanah pertama yang mana
gulma dibenamkan kedalam tanah, sedangkan pengolahan tanah yang kedua untuk
merusak dan mematikan gulma yang masih tumbuh. Kemudian Wijaya (2017)
juga menjelaskan tentang waktu pengaplikasian herbsida yang dilakukan sebagai
pencegahan yaitu sebagai berikut:
1. Pra pengolahan yang dilakukan sebelum pengolahan tanah yang mana gulma
yang ada di atas lahan diberi herbisida untuk memudahkan pengolahan.
2. Pra tanaman yang diaplikasikan setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam
yang mana herbisida diberikan untuk menghambat pertumbuhan gulma dan
memudahkan menanam.
3. Pra tumbuh diaplikasikan setelah tanam yang mana herbisida diberikan
sebelum tanaman maupun gulma muncul

Pengaplikasian herbisida sebelum gulma tumbuh atau pra-tanam maupun


pra-pengolahan dilakukan untuk meningkatkan efikasinya. Menurut Bangun
(2018), herbisida pra-tumbuh diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman tumbuh.
Efektivitas herbisida akan mencapai maksimum bila tanahnya tidak berbongkah-
bongkah. Tanah berbongkah mengakibatkan herbisida menyebar tidak merata di
permukaan tanah. Dengan demikian, pengolahan tanah harus sempurna, gembur,
dan rata. Tidak dianjurkan penyemprotan herbisida pada guludan-guludan kecil,
pada waktu curah hujan sangat tinggi. Ini disebabkan tanah di bagian permukaan
yang sudah mengandung partikel herbisida akan tergulir ke bagian bawah, tercuci
bersama aliran permukaan atau mengalami perkolasi sehingga permukaan tanah
jadi terbuka, dan biji gulma akan tumbuh tanpa hambatan. Berikut merupakan
berbagai jenis gulma dan pengaplikasian herbisida pada tanaman jagung
Gambar 2. Daftar gulma jagung, Bangun (2018)
k. Inspection or testing for pathogens and pests in transplants, if used (Ferdin
Imaduddin A./165040200111153)
Setelah benih jagung tumbuh, dilakukan transplanting ke lahan terbuka.
Saat penyemaian tanaman akan lebih terlindungi dari cuaca maupun serangan
hama dan penyakit tanaman. Namun saat dilakukan transplanting, tanaman akan
beradaptasi dengan lingkungan terbuka secara langsung yang memungkinkan
tingginya serangan hama dan penyakit bagi tanaman jagung. Karena itu perlu
dilakukan adanya pengawasan atau inspeksi pada tanaman pada saat transplanting.
Setelah tanaman dilakukan transplanting, tanaman akan beradaptasi yang
memungkinkan terjadinya stress pada tanaman jagung yang menyebabkan efek
dari serangan hama dan penyakit menjadi lebih berpengaruh buruk terhadap
kondisi tanaman. Menurut Arif Alfiyan, dkk (2014), tanaman jagung pada
umumnya memiliki rata-rata kandungan gula dan kelembaban biji yang tinggi,
sehingga dapat menyebabkan infeksi pathogen dan mengurangi vigor benih. Hal
ini dapat menjadi masalah yang cukup besar terutama apabila budidaya jagung
tersebut ditujukan untuk produksi benih.
Hama dan penyakit tanaman jagung dapat diawasi saat setelah dilakukan
transplanting ke lahan. Pada saat usia tanaman jagung masih muda, biasanya akan
mudah terserang hama maupun penyakit karena terdapat kemungkinan bahwa
tanaman jagung tersebut stress karena harus beradaptasi dengan lingkungannya
yang baru sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi ketahanan tubuh tanaman
menjadi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Dalam pengawasan
hama dan penyakit atau patogen dilakukan dengan mengamati kondisi daun
apakah terdapat gejala atau tanda serangan hama. Jika terdapat hama, maka dapat
dilakukan penanganan secara mekanis selama masih belum dalam intensitas
serangan yang tinggi. Selain itu, dapat dilakukan pengamatan terhadap kondisi
tanaman apakah tanaman tersebut layu yang bisa disebabkan oleh serangan
bakteri maupun jamur. Untuk mencegah serangan bakteri dan jamur dapat
dilakukan dengan menjaga kondisi lingkungan agar tidak terlalu lembab yang
dapat menyebabkan patogen tesebut tumbuh dengan pesat. Selain itu dapat
dilakukan aplikasi fungisida secara terkendali agar dapat meminimalisir efek
buruk pada tanaman jagung.
Tanaman jagung dapat terserang oleh hama dan penyakit pada saat fase
vegetatif dan generatif (Adnan, 2009). Pada saat fase vegetatif dapat berpengaruh
pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan saat fase generatif
dapat berpengaruh terhadap hasil dan mutu benih jagung. Pada saat fase vegetatif
perlu dilakukan pengawasan pada saat transplanting. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan
penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan
memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan
dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Aplikasi insektisida ini bertujuan untuk mencegah
serangan hama maupun vektor penyakit seperti lalat bibit dan semut.

1.2 Determine Control Points


a. Site/field/producer selection and method of isolation (Jaatsiya Insan Bari/
165040201111189)
Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia,
jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara
maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses
kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamate. Dengan
sejalannya pertumbuhan jumlah penduduk , diharapkan produktivitas dari jagung
pun meningkat. Satu cara dengan menggunakan varietas unggul tuk bisa
mendapatkan hasil yang optimal serta didukung dengan teknik budidaya yang
tepat. Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas
produktivitas hasil. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi akan
mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan
pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih jagung nasional
dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat
antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru
mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit.
Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan
dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan
tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang
tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan
pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi
persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan
mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak
tanaman yang tidak berbuah. Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih
jagung berbeda dengan kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk
mendapatkan kemurnian benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging,
detasseling dan pembabatan tetua jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang
tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular penyakit
berdasarkan hasil pengamatan secara visual. Detasseling merupakan kegiatan
membuang bunga jantan pada tetua betina untuk mencegah penyerbukan sendiri
(selfing).
Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan
terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda.
Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan
bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih
hingga 99 % atau lebih. Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida
umumnya berada dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris
tetua betina dan jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk
menjamin serbuk sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang
digunakan untuk tetua betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas
jagung hibrida adalah 4 : 2 atau 4 : 1.
b. Proper planter and equipment cleanout and management (Baguz Zharfan Z./
175040207111001)
Lahan yang dipilih hendaknya sesuai dengan adaptasi tanaman, memenuhi
kelulusan sejarah lahan, bukan daerah banjir dan ada sarana transportasi.
Penyiapan lahan dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang ideal untuk produksi
benih tanaman tertentu.
1. Areal produksi benih harus bersih, dalam arti bebas dari benih-benih
tanaman lain, hama dan
2. penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui tanah (soil born
deseases), dan terisolasi dari pertanaman padi lainnya.
3. Lahan harus subur dan akan lebih baik jika mempunyai system drainase
yang baik
4. Lahan sedapat mungkin mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi
untuk memperoleh sinkronisasi pembungaan yang baik
5. Lahan untuk produksi benih sebaiknya bukan bekas tanaman padi, tetapi
lahan bera atau bekas tanaman lainnya.
Di daerah daerah yang sangat sulit mendapatkan lahan yang bukan bekas tanaman
padi, maka perlu dilakukan sanitasi lahan saat pengolahan tanah sebagai berikut :
1. Tanah diolah (bajak I), digenagi selama 2 hari, kemudian dikeringkan (air
dikeluarkan) dan dibiarkan selama 7 hari.
2. Tanah diolah untk kedua kalinya (bajak II), digenangi lagi selama 2 hari,
kemudian dikeringkan, kemudian dibiarkan selama 7 hari.
3. Pengolahan tanah ketiga dilakukan dengan garu, diratakan, dibersihkan
dari bibit bibit padi yang tumbuh liar serta gulma.
4. Perlakuan sanitasi tersebut dimaksudkan agar tanaman dari gabah yang
tercecer pada pertanaman sebelumnya dapat dibersihkan dari arel
pertanaman.
5. Pertumbuhan gulma ditekan dengan cara menyemprot lahan dengan
herbisida pra tumbuh, minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan
anjuran pemakaian herbisida yang bersangkutan.
c. Movement of seed in and out of isolation area (Amelia Gabriela
Labeda/175040207111115)
Kesuksesan produksi benih dalam hal kemurnian benih, pada umumnya
proses produksi terisolasi. Isolasi yang umum digunakan adalah isolasi waktu dan
jarak. Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan
melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber
kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program produksi benih.
Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh: (a) persilangan alamiah dengan
varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe simpang yang berada di lahan
untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu
menyemai, panen, pengolahan dan penanganan benih dan (c) kontaminasi oleh
penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Perlindungan dari
sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara kemurnian genetik dan
mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah isolasi jarak dan isolasi
waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan, emaskulasi dapat pula
dilaksanakan
Produksi benih dibuat berbeda dengan waktu tanam produksi benih dan
atau non benih suatu varietas lain dari jenis tanaman yang sama, di suatu lahan
produksi yang berdekatan agar masa berbunga antara kedua varietas tidak dalam
waktu yang bersamaan. Lamanya ditentukan oleh masa pembungaan varietas yang
bersangkutan. Secara umum, lama isolasi waktu untuk tanaman pangan sekitar 1
bulan. Dalam melakukan isolasi waktu, dapat terjadi penanaman di luar musim
tanam. Jika ini terjadi maka harus ditunjang dengan sarana atau prasarana yang
mampu menekan risiko kegagalan, misalnya irigasi yang baik. Dengan
menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis tanaman dengan varietas
yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada areal yang sama.
Isolasi jarak memberi jarak antara satu hamparan pertanaman dan
hamparan pertanaman lain dari varietas yang berbeda sehingga tidak
dimungkinkan terjadi penyerbukan silang. Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua
varietas tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak
tertentu, (misalnya 200 m untuk jagung). Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan
dengan (1) mengosongkan tanah antara kedua blok jarak itu, (2) menanam
tanaman lain pada blok pemisah, (3) bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari
kedua batas areal itu pada waktu panen tidak dilibatkan sebagai calon benih.
Isolasi jarak dapat berupa lahan kosong, pertanaman dari tanaman jenis lain atau
tanaman sejenis yang dijadikan tanaman penghalang (barier) dan tidak ikut
dipanen sebagai benih. Jarak isolasi tersebut ditentukan oleh tipe (jenis) dan cara
penyerbukan dari tanaman yang bersangkutan. Isolasi jarak untuk tanaman dengan
penyerbukan silang (misalnya jagung, isolasi jarak 200 m) askan lebih jauh
dibandingkan tanaman dengan penyerbukan sendiri Demikian pula, isolasi jarak
untuk tanaman dengan penyerbukan yang dibantu oleh angin (misalnya jagung)
lebih jauh dibanding tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh serangga.
d. Presence of sexually compatible plants in the area of isolation (Rahel
Amelia/165040200111060)
Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian dan menjadi
pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi salah satunya disebabkan
oleh penggunaan varietas-varietas unggul serta budidaya yang sesuai. Oleh sebab
itu dilakukan upaya-upaya agar diperolehnya benih dengan mutu yang tinggi. Hal
ini mencangkup uji mutu genetik, fisik, dan fisiologis. Semua faktor dan tahap
produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi dan
jumlah maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih
juga perlu diketahui agar dapat menerapkan teknik produksi yang tepat.
Pada saat produksi benih banyak faktor yang dapat menyebabkan
kemunduran genetik benih, sehingga diperlukan pengendalian yang tepat agar
diperoleh benih dengan mutu genetik yang tinggi. Salah satu hal yang perlu
diperhatikan selama produksi benih adalah isolasi. Isolasi dilakukan untuk
menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varietas yang berbeda,
menghindari tercampurnya varietas lain saat panen dan penyebaran hama dan
penyakit dari tanaman inang lain (Yunizar, 2019). Terdapat beberapa jenis isolaso
yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik. Dari kegiatan isolasi pelaku
produksi benih dapat mengontrol penyerbukan tanaman. penggunaan isolasi dapat
menghindari terjadinya penyerbukan silang antar varietas atau antar tanaman.
Sehingga didapat benih dengan mutu yang tinggi secara fisik, fisiologis dan
genetik. kehadiran tanaman yang kompatibel secara seksual di bidang isolasi
menyebabkan penyerbukan yang merata. Isolasi ini menghindari tanaman yang
kompatibel tersebut dari penyerbukan silang sehingga benih tidak tercampur
dengan varietas lain yang akan menyebabkan turunnya mutu benih.
e. Observation of weeds in and adjacent to the field to prevent weed seed
contaminants (Shofa Salsabila/175040207111068)
Dalam memproduksi benih tanaman diperlukan persiapan dan peralatan
penanaman oprasional, salah satu titik kontrol yang harus diperhatikan adalah
untuk mengamati gulma yang terletak disekitar lahan sehingga mencegah
kontaminan benih gulma. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian gulma,
diantaranya adalah pengendalian gulma secara preventif (pencegahan).
Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih
yang akan ditanaman sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma,
penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan
menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman
atau tidak membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan. Selain itu
dapat dilakukan pengendalian secara mekanik, pengendalian gulma dengan cara
ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik dengan tangan biasa,
alat sederhana maupun alat berat (Rukmana, 1999).
Menurut Fitriana (2008), pengendalian gulma secara mekanik dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: a. Pencabutan dengan tangan atau
disebut dengan tangan. Cara ini sangat praktis, efisiendan murah jika diterapkan
pada suatu areal yng tidak luas, seperti di halaman rumah,dalam barisan dan
guludan di mana alat berat sulit untuk men- capainya. , b. Pengolahan tanah, suatu
usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennual dan
perennial. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara pembajakan serta
pembubunan tanah., c. Penggenangan, pelaksanaan penggenangan pada umumna
berhasil untuk gulma perennial. Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan
tinggi 15-25 cm selama 2-8minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak
dibenarkann ada tumbuhan yangmencuat di atas permukaan air. Penggenangan
dapat berhasil dengan memuaskan bilaketinggian air tidak menyebabkan
pertumbuhan baru.
f. Seed inspection for foreign material and evidence of improper storage during
seed preparation (Amanda Amelia Agustin/175040201111077)
Keberhasilan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan)
Pertanian Kementerian Pertanian RI dalam menciptakan bibit unggul jagung
hibrida tipe Bima 3 Batimurung, akan memberikan pencerahan bagi dunia
pertanian di Indonesia. Pasalnya, selama ini, petani hanya tergantung ke pasokan
bibit jagung dari perusahaan multinasional yang menguasai dan mendominasi
pasar bibit di Tanah Air.
Keberhasilan Balitbangtan Pertanian dalam menghasilkan Bima 3
Batimurung, diikuti dalam hal pemasaran. Di sini, adalah PT Golden Indonesia
Seed (PT GIS) yang menjadi lisensor pemasaran Bima 3 Batimurung. Untuk
mendapatkan benih bermutu dan tahan disimpan, biji yang sudah dipanen perlu
dikeringkan sampai dengan kadar air tertentu, kemudian dilakukan pembersihan
dan pemilahan. Untuk menunggu benih sampai saatnya ditanam dan untuk
mempertahankan mutunya selama disimpan, benih perlu dikemas dengan bahan
kemasan (wadah) yang kedap udara seperti toples, kaleng, plastik poly etilen atau
yang lainnya. “Keuntungan penggunaan benih bermutu buatan sendiri adalah
dapat dilakukan secara mandiri dan kualitasnya tidak kalah dibanding dengan
benih dari produsen benih. Dengan demikian, petani dapat menghemat biaya
produksi untuk membeli benih dan bahkan jika sudah mapan dapat diajukan untuk
mendapat sertifikasi dari pihak yang berwenang”
Penyimpanan yang tidak tepat dalam penyimpanan benih :
 Tidak membersihkan benih dari kotoran, benih cacat, busuk, serta hewan
yang mungkin masih terbawa (untuk benih non kemasan).
 Benih masih basah
 Benih yang rawan serangan jamur, dapat direndam dengan larutan
fungisida sesuai standar pemakaian, kemudian dijemur lagi sampai kering.
 Tidak disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, sehingga respirasi benih
dapat dikurangi dan benih lebih awet.
 Jangan simpan di ruangan yang terlalu panas, karena akan menyebabkan
benih cepat rusak dan embrio benih mati.
 Lakukan test berkala (periode bulanan) untuk memastikan kondisi benih.
Menurut Natsir (2017) Standar kualitas yang dapat diterima berdasarkan
sumber energi :

Gambar 3. Standar Kualitas Benih


1.3 Establish Preventive Measures
a. Establish parameters of isolation from other crops of the same species as
required by applicable regulations5 and/or company standards (Vanensya
Vernanda S.U./ 165040200111163)
Parameter merupakan ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang
harus diperkirakan dari yang terdapat di dalam percontoh; ukuran atau patokan.
Parameter isolasi yang digunakan dalam aturan yang berlaku, telah ditetapkan
oleh kebijakan dari Kementrian Pertanian, yang telah diatur dalam Peraturan
Mentri Pertanian, antara lain ;
a) Peraturan Menteri Pertanian no.15/Permentan/HR.060/5/2017 tentang
pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura
b) Peraturan Menteri Pertanian no.50/Permentan/KB.020/9/2015 tentang
Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih Tanaman
Perkebunan
c) Peraturan Menteri Pertanian no.56/Permentan/KB.110/11/2015 tentang
Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih BINA Tanaman
Pangan dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak
d) Peraturan Menteri Pertanian no.39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang
Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih BINA
Varitas unggul baru yang dihasilkan melalui program pemuliaan hanya
akan bermanfaat apabila benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang
dihasilkan pemulia, memiliki jumlah yang sangat terbatas sehingga perlu
dilipatgandakan agar dapat mencukupi kebutuhan benih untuk areal dan jumlah
tertentu. Pemulia tanaman memiliki tanggung jawab atas kebenaran mutu benih
tersebut. Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut dapat diperbanyak
menjadi benih dasar, lalu diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan benih sebar.
Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum mempunyai
sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM).
Isolasi merupakan tindakan preventif, dimana preventif adalah sebuah
tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan
terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan, sehingga implikasi dilapangan
isolasi penting untuk diketahui. Sebagai contoh, benih padi yang digunakan
menurut Balai Pengkajian Teknologi Riau memiliki standar isolasi yang telah
digunakan menurut Petunjuk Pengawas Benih Direktorat Jendral Pertanian Tan.
Pangan (1994) yakni ketentuan isolasi diterapkan untuk menghindari terjadinya
penyerbukan silang dari varitas yang berbeda, menghindari tercampurnya varitas
lain pada saat panen, dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang yang
lain. Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik.
Isolasi Jarak : Areal produksi benih suatu varitas perlu mempunyai jarak
dengan pertanaman varitas yang lain agar tidak terjadi percampuran. Sifat
penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang
menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tanaman yang
menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi persilangan.
Isolasi Waktu : Penerapan dengan memberikan selang waktu tanaman
yang berbeda antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga
pada saat pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari untuk tanaman padi dan
jagung). Bila persyaratan isolasi jarak tidak dapat diterapkan, maka dapat
dilakukan isolasi waktu.
Isolasi Fisik : Isolasi yang diberikan dengan memperhatikan karakteristik
dari varietas unggul yang akan digunakan, sehingga dapat dipertimbangkan dari
segi pasar dan kebutuhan. Varietas mana yang lebih baik untuk diaplikasikan ke
lapang.

Ket : CVL = campuran varitas lain


Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Standar Operasional Produksi Benih
Padi Inbrida oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku (2015), diantara
lain :
Alat dan Bahan
- Meteran, deskripsi tanaman, tanaman barier
Fungsi
- Meteran digunakan jika menggunakan isolasi jarak
- Deskripsi varietas digunakan untuk mengidentifikasi periode pembungaan pada
tanaman (jika menggunakan isolasi waktu).
- Tanaman barier seperti jagung, sorgum sebagai penghalang antara 2
varietas padi.
Prosedur Pelaksanaan
Isolasi Jarak
a. Buat blok untuk produksi benih padi inbrida yang jaraknya minimal 3 m dari
pertanaman padi lainnya.
Isolasi Waktu
a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing varietas yang akan ditanam
b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga antara tanaman pada
areal produksi benih dengan varietas lainnya minimal 21 hari.
Isolasi dengan penghalang (barier)
a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang
b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih inbrida,
paling sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung
kepada tipe tanaman.
c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet
yang tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat
mencegah kontaminasi dengan baik.
Gambar 4. Teknik Isolasi dengan Barier (Penghalang)
Menurut Bambang Sayaka dan Deri Hidayat (2015), menerangkan bahwa
calon benih padi harus memenuhi syarat sesuai kelas benih seperti yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Berikut persyaratan standar
pelayanan sertifikasi benih padi :
Tabel 1. Standar pelayanan sertifikasi benih padi di Jawa Timur (2011)

Sumber : UPT PSBTPH Jawa Timur (2011)


Hasil dari ketentuan yang telah ditetapkan dan diikuti oleh PT dan
beberapa UD menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Responden produsen benih padi di Jawa Timur (2013)
Sumber : Data Primer
Tabel 3. Varietas padi yang disukai petani di Jawa Timur (2012/2013)

Sumber : UPT PSBTPH Jawa Timur (2012, 2013), BPSB Banyuwangi


(2013)
b. Establish isolation maintenance plan and timing Establish that the site or field
is not adjacent to any areas prone to unauthorized access (Utari Putri
Anbarwati/175040207111100)
Pada persiapan penanaman jagung di haruskan menetapkan rencana
penanaman dan setelah itu dilakukan waktu pemeliharaan yang sesuai. Menurut
Pioner (2007), Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek.
Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan
pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum
yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar
dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan menggunakan
jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau 100 cm x 20 cm
dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman
perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi
2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah. Dan juga Tindakan
pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan,
pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan
penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu
setelah tanam.
Tanaman yang sehat dan tegap terus di pelihara sehingga diperoleh
populasi tanaman yang diinginkan.Penurunan hasil yang disebabkan oleh
persaingan gulma sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan,
populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis persaingan
tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari
daur hidup tanaman tersebut.Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari
gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga
jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua
dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua.
Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase
dan mempermudah pengairan.
Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung
segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian
pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara
nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh. Selain tu area lahan jagung juga
tdak bisa berdekatan dengan area lahan tidak sah, yang dimaksud adalah lahan
yang tidak steril yang akan menyebabkan penularan hama dan penyakit pada
lahan jagung. Menurut Ruslan (2011), kesesuaian lahan sangat diperlukan untuk
perencanaan penggunaan lahan yang produktif dan lestari.
c. Implement proper crop rotation and field selection to keep pest levels as low
as possible (M. Rifky Ramdani/175040207111077)
Petani di Indonesia telah mengetahui pentingnya penerapan pola tanam
dalam usaha pertanian secara rotasi. Pertimbangannya adalah memanfaatkan lahan
untuk memproduksi komoditas guna mencukupi kebutuhan pangan (konsumsi)
atau komoditas yang mudah dijual sebagai sumber pendapatan (Pertanian Sehat
Indonesia 2015). Rotasi tanaman itu sendiri merupakan praktik penanaman
beberapa jenis tanaman secara bergiliran di satu luasan lahan. Kini penerapan
rotasi tanaman semakin penting, mengingat besarnya dampak perubahan iklim,
khususnya perubahan pola curah hujan. Menurut Apriyana dan Kailaku (2015)
menggambarkan bahwa terjadinya perubahan pola curah hujan di beberapa lokasi
telah mengubah waktu tanam padi sawah dan berkurangnya areal tanam, selain
menurunnya produktivitas. Apabila tidak melakukan pemilihan lahan yang tepat
dan tidak menerapkan rotasi tanam maka dengan perubahan iklim dapat
meningkatkan populasi hama. Pemilihan tempat yang menggunakan daerah
lembab dan sejarah lahan yang kurang baik dapat mengundang hama dan
meningkatkan populasinya. Apabila pada suatu lahan tidak menerapkan rotasi
tanam maka tanaman yang akan dibudidayakan akan sama sehingga hamanya pun
akan sama dan dapat meningkatkan populasi hama pada suatu lahan. Oleh karena
itu dalam menentukan pola rotasi, baik jenis tanaman/komoditas, maupun
luasannya dan waktu tanam perlu mempertimbangkan kondisi lahan tersebut dan
ketersediaan air serta unsur hara yang terdapat pada suatu lahan.
d. Establish producer access to the land through ownership, lease or grower
agreement (Tri Putri Rosiana/175040207111112)
Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi
wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk
mengetahui kelas kesesuaian lahan. Pemeriksaan yang umum dilakukan pada
pemeriksaan lahan adalah jenis tanah, temperatur tanah, ketersediaan air,
kelembaban tanah, tekstur tanah, bahan kasar tanah, pH tanah, koefisien tukar
kation (KTK), toksisitas, variabel penyiapan tanah, bahaya banjir, bahaya erosi,
dan lain sebagainya. Hasil pemeriksaan lapang adalah diketahuinya kelas kesuaian
lahan yang meliputi kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian
lahan S1 merupakan lahan yang sangat baik untuk pengusahaan pertanian
sedangkan kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas lahan yang tidak dianjurkan
untuk pengusahaan pertanian.
Pemeriksaan lapang yang dilakukan tidak menentukan kelas kesesuaian
lahan tetapi dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan yang akan bekerja sama
dengan perusahaan. Pemeriksaan lapang meliputi pemetaan wilayah sarana irigasi,
pola tanam, ketinggian tempat, areal pertanian potensial, areal potensial
penanaman jagung, jalan angkutan panen dan upah tenaga kerja pada setiap
wilayah. Berdasarkan pemeriksaan lapang yang dilakukan perusahaan, wilayah
yang mengikuti kerjasama dengan perusahaan adalah lahan yang mempunyai
potensi wilayah lebih dari 15 hektar, memiliki saluran irigasi dan memiliki akses
yang cukup baik dengan jalan.
Pemeriksaan sarana irigasi dilakukan karena perusahaan tidak akan
melakukan kerja sama pada wilayah dengan kondisi lahan pertanian tanpa irigasi
atau lahan tadah hujan karena kondisi lahan tersebut dianggap tidak dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pola tanam di setiap wilayah
perlu diketahui untuk mengetahui sejarah lahan, apabila sejarah lahan diketahui
diharapkan dapat memprediksi produksi yang dihasilkan serta prediksi serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi lahan yang ditanam palawija
sebelum penanaman jagung akan lebih baik dibandingkan lahan yang sebelumnya
ditanam padi. Lahan yang ditanam palawija sebelumnya lebih mudah diolah dan
setelah pengolahan lahan tersebut mempunyai aerasi yang lebih baik
dibandingkan dengan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Kondisi lahan yang
baik dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.
Lahan sebelumnya ditanam palawaija juga perlu diketahui komoditas
palawija tersebut. Lahan yang sebelumnya ditanam komoditas jagung memiliki
potensi yang lebih besar terkena seangan OPT khususnya penyakit bulai yang
merupakan penyakit tular tanah dan benih. Pemeriksaan sejarah lahan diharapkan
dapat memberikan informasi kepada perusahaan sehingga perusahaan memiliki
cara tepat dalam memproduksi benih sehingga dihasilkan benih dengan produksi
tinggi dan bermutu baik.
Pemeriksaaan terhadap upah tenaga kerja dilakukan sebagai dasar
penyusunan biaya detasseling karena perusahaan bertanggung jawab terhadap
kegiatan detasseling. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik karena hal
tersebut berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Pertemuan dengan Petani
Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan sebagai langkah awal
dalam penandatanganan kontrak kerjasama. Pertemuan ini dilakukan pada setiap
wilayah yang telah memenuhi kelas sesuaian lahan pada pemeriksaan lapang.
Pertemuan terbuka bagi seluruh petani. Koordinator desa mengundang secara
resmi ketua kelompok tani, broker, petani yang mempunyai pengaruh besar dalam
kelompok, wakil perusahaan, kepala daerah serta perwakilan dinas pertanian
setempat. Pada umumnya, pertemuan dengan petani dihadiri oleh petani dengan
kepemilikan lahan yang luas. Petani yang memiliki lahan sempit mewakilkan
kehadiranya kepada petani yang memiliki lahan yang luas yaitu dengan
kepemilikan lahan kurang lebih satu hektar.
Pertemuan antara perusahaan dengan petani menegaskan system kerjasama
yang dilakukan oleh perusahaan dengan petani. Pada pertemuan ini juga dibahas
tentang peraturan tanam yang harus dilakukan dan produksi benih oleh petani
yang bersedia bekerja sama dengan perusahaan. Hak dan kewajiban petani serta
perusahaan dijelaskan sehingga petani mengetahui dengan jelas mengenai
kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani.
Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan
ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan
perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu
wilayah.
Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum
perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat,
kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak
perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani
diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak
kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir.
Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah, sehingga
petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya perusahaan
benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut bertujuan
untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung
lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga.
e. Establish grower contract (Tri Putri Rosiana/175040207111112)
Di dalam KUHPerdata tidak ditetntukan secara tegas dengan bentuk
perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena itu, perjanjian
sewa menyewa dapat dibuat secara tertulis atau lisan. Akan tetapi, yang paling
dominan dalam menentukan subtansi perjanjian adalah dari pihak yang
menyewakan, sehingga pihak penyewa berada pada pihak yang lemah. Dengan
demikian semua peryataan yang diajukan oleh pihak yang menyewakan tinggal
disetujui.
Setelah kedua belah pihak sepakat lalu dibuat perjanjian atau pesetujuan
yang isinya mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Tahap pelaksanaan perjanian sewa menyewa tanah pertanian secara musiman
a. Tahap pra kontraktual
Untuk membuat sebuah perjanjian yang baik serta untuk mencegah
terjadinya masalah hukum dikemudian hari, tahapan yang sering dilakukan
sebelum mencapai kata sepakat adalah negosiasi. Negosiasi adalah proses dimana
dua atau lebih kelompok yang mempunyai kepentingan yang sama atau berbeda
berkumpul bersama untuk mencapai kesepakatan. Tujuan dari negosiasi adalah
untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan
persepsi, saling pengertian dan untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling
menguntungkan dimana masing-masing merasa senang dan nyaman.
b. Tahap kontraktual
1)Tertulis
Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang sudah disepakati oleh dua orang
atau lebih yang ditulis dilembar kertas atau media lainnya dan diketahui oleh
banyak orang. berdasarkan hasil penelitian, ketentuan mengenai perjanjian tertulis
jarang tertulis jarang terjadi antara pemilik lahan pertanian dan penyewa lahan
pertanian.
2)  Tidak tertulis (lisan)
Perjanjian tidak tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh dua orang atau
lebih secara tidak ditulis dimedia apapun dan tidak semua orang yang mengetahui.
Perjanjian tidak tertulis adalah sah sepanjang perjanjian itu dilakukan dengan
tidak melanggar undang-undang, ketertiban dan kesusilaan. Seperti di Pasal 1320
KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian yang harus dipenuhi yaitu:
a)  Kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan dirinya
b)  Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c)  Suatu pokok tertentu
d)  Suatu sebab yang tidak terlarang
c. Tahap post kontraktual
Yang dimaksud dengan pelaksanaan perjanjian adalah realisasi atau
pemenuhan hak dan kewajiban yang telah di perjanjikan oleh pihak-pihak supaya
perjanjian itu mencapai tujuannya. Pelaksanaan pada dasarnya menyangkut soal
pembayaran dan penyerahan barang yang menjadi objek utama perjanjian. Barang
yang disewakan berupa lahan pertanian dan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah
pertanian dalam keadaan baik. Pembayaran dan penyerahan barang dapat terjadi
secara serentak. Mungkin pembayaran lebih dahului disusul dengan penyerahan
barang atau sebaliknya penyerahan barang dulu baru kemudian pembayarannya.
Pihak yang melakukan pembayaran pada dasarnya adalah pihak penyewa yang
menjadi pihak dalam perjanjian dan alat pembayaran yang digunakan pada
umumnya adalah uang.
2. Bentuk perjanjian sewa menyewa tanah pertanian secara musiman
Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan
lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk tertulis. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang dibuat oleh para
pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak) KUHPerdata
menentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat
oleh para pihak. Perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam buntuk tertulis
maupun lisan.
3. Subtansi perjanjian
a. Obyek sewa menyewa
Obyek dalam perjanjian sewa menyewa adalah barang atau benda, dengan
syarat atau benda benda yang disewakan adalah barang yang halal, artinya tidak
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban dan kesusilaan.
Subyek atau pihak terlibat dalam perjanjian sewa menyewa adalah pihak
yang menyewakan dan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan adalah orang
atau badan hukum yang menyewakan barang atau benda kapada pihak penyewa,
sedangkan pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang
atau benda dari pihak yang menyewakan.
b. Ketentuan waktu dalam sewa menyewa lahan pertanian
Berdasarkan hasil penelitian, ketentuan waktu dalam sewa menyewa lahan
pertanian baik didusun penutus, pongkor, gerisak dan gerisak semanggeleng di
tentukan waktunya oleh pemilik lahan
pertanian.
4. Berakhirnya perjanjian sewa menyewa lahan pertanian
Berakhirnya perjanjian secara tegas tidak diatur, melainkan hanya didalam
KUHPerdata menyebutkan mengenai hapusnya perjanjian pada Pasal 1381
KUHPerdata. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan tentang hapusnya
perjanjian tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya perjanjian karena
pada umumnya perjanjian lahir karena adanya suatu yang di perjanjikan.
Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata hapusnya perjanjian karena sebagai berikut:
a. Pembayaran
b. Penawaran pembayaran tunai, diikuti oleh penyimpanan atau penitipan
c. Karena pembaharuan utang
d. Karena penjumpaan utang atau kompensasi
e. Karena prcampuran utang
f. Karena pembebasan utangnya
g. Karena musnahnya barang yang tertuang
h. Karena pembatalan atau kebatalan
i. Karena berlakunya suatu syarat batal
j. Karena lewatnya waktu
Berdasarkan hasil penelitian, meskipun waktunya telah ditentukan tetapi
tidak dibuat secara tertulis, maka perjanjian sewa menyewa tanah pertanian tidak
berakhir tepat pada waktunya.7 Seperti yang dimaksud dengan Pasal 1571
KUHPerdata yang berbunyi:
“Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada
waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak menghentikan
sewanya, dengan mengindahkan tenggang-tenggang waktu yang diharuskan
menurut kebiasaan setempa.”
f. Establish procedures for proper cleaning and inspection of field equipment,
including for possible pest infested or pathogen infected material (Hutur
Gumara R.K./165040201111140)
METODE PEMBERSIHAN
1. Busa sabun : pembersihan busa sabun digunakan untuk membersihkan
lapisan luar peralatan bisa menggunakan sabun atau detergent. pembersih ini
meningkatkan waktu sentuh bahan kimia dengan larutan kimia dengan
tekanan mekanis dan temperatur yang kecil
2. high pressure : meningkatkan tekanan mekanis membantu menghilangkan
kotoran. metode pembersih ini terkadang di tambahkan detergen dan
penambahan suhu untuk meningkatka n efisiensi pembersihan.
3. clean in place (CIP) : pembersihan untuk permukaan bagian dalam tanki dan
pipa. larutan kimia dimasukan kedalam sirkut tanki untuk membersihkan
bagian dalam. waktu,suhu dan tekanan kimia di ubah-ubah sesuai kebutuhan
untuk mencapai pembersihan maksimal.
4. mechanical : menggunakan sikat baik dengan tangan ataupun dengan
menggunakan mesin.
5. clean out of place(COP): pembersihan yang dilakukan untuk suku cadang
mesin yang dapat dilepas. pembersihan dilakukan di wadah berisi cairan
kimia yang di panaskan.
g. Establish communication with neighboring seed growers, farms and
residences as appropriate. (Fakhrizal Azizi/175040207111124)
Ketersediaan benih bermutu tidak terlepas dari peran serta masyarakat
dalam penangkaran benih.Kondisi keberagaman sosial ekonomi masyarakat dalam
mengkomunikasi pencapaian ketersediaan benih tanaman pangan melalui
pendekatan kelompok. Kementerian Pertanian (2015b) mengutip pernyataan Food
and Agriculture Organization (FAO) bahwa negara berkembang melibatkan farm
saved seed oleh petani sendiri dan commercial seed keterlibatan penangkar benih
dan industri benih. Kementerian Pertanian telah menerbitkan Kepmentan No.3
Tahun 2015 tentang penetapan kawasan padi, jagung, kedelai dan ubi kayu
nasional dalam mendukung ketersediaan benih nasional, bentuk programnya
kawasan mandiri benih terdiri dari seribu desa mandiri benih (Kementan 2015a).
Penerapan teknologi pertanian banyak menggunakan pendekatan kelompok,
termasuk program pengembangan potensi penangkar benih. Permasalahan tentang
penangkaran benih adalah produksi benih masih tergantung dengan keberadaan
kelompok tani penangkar.
Keberhasilan kelompok tani penangkar benih dalam melaksanakan peran
dan fungsinya dapat dilihat dari kapasitas penangkar benih. Kapasitas penangkar
benihmeliputi: (1) penguasaan inovasi teknologi; (2) persiapan budidaya; (3)
penerapan komponen teknologi; (4) berorientasi pemasaran hasil; (5) menjalin
kemitraan; (6) keberlanjutan usaha. Peran kelompok tani sebagai kelas belajar,
wadah kerjasama, unit produksi dan unit pemasaran hasil. ) Hasil analisis SWOT
menunjukkan strategi meningkatkan kapasitas petani penangkar benih dapat
melalui optimalisasi`peran kelompok tani misalnya melakukan pertemuan rutin,
menyelenggarakan kelas belajar, uji coba teknologi dan pendampingan teknologi
penangkaran benih.
h. Establish procedures to detect presence of and destroy sexually compatible
plants in the area of isolation (Hartsa Salsabilla/175040207111185)
1. Menetapkan prosedur pembersihan dan peralatan yang digunakan untuk
produksi benih / tanaman
2. Prosedur operasi standar yang berlaku mengenai perpindahan personel dari
satu lokasi atau
bidang ke yang lain
3. Membuat prosedur untuk pemantauan area isolasi secara berkala dari
tamanan yang tidak terduga secara berkala sampai pembungaan tanaman
selesai
4. Menetapkan rencana darurat bencana alam
5. menetapkan praktik manajemen lapangan yang tepat sebelum penanaman
6. Pantau perkembangan penyakit tanaman dan hama lain pada berbagai
tahap pertumbuhan
i. Appropriate elimination of infected plant debris during land preparation
(Dzaky Fakhriza Ridwan/175040200111023)
Dalam melakukan usaha benih jagung, kemurnian benih merupakan hal
penting yang perlu diperhatikan. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penularan penyakit pada tanaman. Menurut Yunasfi (2002), penyakit menular
dapat berkembang dan menyebar secara aktif dari satu pohon ke pohon yang lain
melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun, atau menyebar secara pasif dari satu
tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin atau aliran pada permukaan
tanah, selokan atau sungai. Ketika suatu tanaman budidaya terinfeksi penyakit,
maka kualitas benih yang dihasilkan juga tidak maksimal.
Penyakit pada benih merupakan permasalahan yang harus dihindari dari
produser benih. Menurut Rustam (2013), Adanya serangan hama atau penyakit
pada benih akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas semai
ataupun bibit hingga pertumbuhan tanaman di lapangan. Sumber penyakit atau
hama bisa jadi dapat berasal dari sisa-sisa tanaman yang sebelumnya yang telah
dipanen. Hama dan penyakit harus dikendalikan selama proses pengadaan benih,
hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada benih yang
sudah terinfeksi serta untuk mencegah penyebarannya terhadap benih-benih yang
lain. Untuk itu sebelum melakukan penanaman tanaman perlu diadakan persiapan
lahan berupa membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya yang telah terinfeksi
penyakit sehingga tidak akan menginfeksi tanaman yang akan dibudidayakan.

1.4 Establish Monitoring Procedures


a. Prior to planting, inspect all land within the area of isolation to establish that
no crops of the same species are planted. (Muhammad Ario
Pambudi/175040207111178)
Pada persiapan produksi benih jagung hibrida, isolasi sangat diperlukan
agar tidak terjadi kontaminasi dari tanaman lain yang sejenis. Pemilihan tempat
juga menjadi pentinng. Pemilihan lokasi yang tepat. Tempat penanaman harus
bersih dari benih-benih jagung dan jagung manis lain, bukan daerah endemik
hama dan penyakit utama, tanah subur, cukup air, mempunyai sistem irigasi dan
drainase yang baik, serta tingkat keseragaman (homogenitas) tanah yang tinggi.
Penempatan lokasi produksi benih dengan lokasi varietas lain yang mempunyai
waktu berbunga hampir bersamaan minimal 200 m dan perlu diperhatikan arah
angin. Atau dapat juga dilakukan dengan isolasi waktu, artinya penanaman
dilakukan dengan selisih waktu tanam minimal 21 hari sebelum atau sesudah
varietas lain ditanam.
Pada varietas yang mempunyai umur panen berbeda dapat dilakukan
penanaman secara bersamaan, namun untuk varietas yang berumur lebih genjah
(singkat) ditanam lebih dulu dari yang berumur dalam (panjang). Hal ini untuk
mencegah terjadinya pembungaan yang bersamaan dan persilangan. Penyiapan
lahan dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa tanaman dari penanaman
sebelumya. jika pertanaman sebelumnya adalah jagung. Jika gulma dapat
mengganggu pengolahan tanah dapat diberikan herbisida kontak untuk
mempercepat pengolahan tanah (Azrai Et al, 2018).
b. Communicate with neighboring producers to establish that they are not
planting sexually compatible species or types within the isolation distance
(Maghfira Nur Fadzilah/165040201111122)
Sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain maka
akan membutuhkan suatu komunikasi. Hal itu dikarenakan komunikasi
merupakan salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang dikeliling kita.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi bisa berupa pesan, ide,
gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Sebagai produsen benih, komunikasi
dengan konsumen maka harus dilakukan sesuai prosedur pelaksanaannya.
Termasuk adanya spesies inkompatibilitas. Kompatibilitas adalah kesesuaian
antara organ jantan dan betina sehingga penyerbukan yang terjadi dapat diikuti
dengan proses pembuahan.
Tanaman dikatakan bersifat kompatibel jika terjadi pembuahan setelah
penyerbukan. Ketidaksesuaian antara organ jantan dan betina disebut
inkompatibilitas. Ketidaksesuaian dikendalikan oleh faktor lingkungan, genetik
dan fisiologis (Poespodarsono, 1998). Inkompatibilitas (incompatibility) adalah
bentuk ketidaksuburan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman. Maka
pada pelaksanaan budidaya benih, dilakukan dalam jarak isolasi. Jarak isolasi
merupakan area produksi benih (suatu varitas) yang perlu mempunyai jarak
dengan pertanaman benih yang lain (varitas yang lain) agar tidak terjadi
percampuran. Sifat penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi.
Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi
tanaman yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi
persilangan.
c. Prepare site map to identify locations of any sexually compatible wild
relatives (Sherina Syafitri Hidayat/175040200111049)
Sebelum melakukan penanaman, perlu adanya kegiatan pemantauan untuk
mempersiapkan peta situs untuk melihat lokasi didaerah dekat penanaman agar
dapat mengidentifikasi adanya tanaman disekitar situs lokasi. Apabila terdapat
tanaman liar atau tanaman yang satu kerabat dengan jenis tanaman yang akan
ditanam dapat dihilangkan. Hal ini untuk mengurangi hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti berkurangnya kualitas kemurnian benih. Pembangunan
persemaian didasarkan pada pertimbangan tujuan yang ingin dicapai,
apakah bibit yang diproduksi digunakan untuk penanaman lokal, dijual di pasaran
atau untuk rehabilitasi lahan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
pembangunan persemaian meliputi Penentuan lokasi persemaian, Jarak dan akses.
Sumber media , Jarak ke sumber bibit dan lokasi penanaman, Ukuran persemaian,
Ruangan perkecambahan, Ruangan penyimpanan media, Ruangan alat kerja, dan
Bentuk meja bibit.
d. Inspect fields for evidence of pests and pathogens of phytosanitary concern
prior to planting (M. Iqbal Septian H./ 175040207111191)
Kesehatan lahan sangat penting untuk diperhatikan sebelum memulai
penanaman. Lahan yang tidak sehat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Adanya hama dan penyakit pada lahan bisa terjadi akibat
sisa-sisa tanaman pada musim sebelumnya. Selain itu penyebaran hama dan
penyakit juga bisa disebabkan oleh cuaca maupun lingkungan sekitar. Sehingga
perlu adanya tindakan pencegahan dengan cara membersihkan lahan sebelum
penanaman.
Pada skala industri benih, terdapat persyaratan yang dikeluarkan oleh
Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BPSP-TPH) pada saat produsen benih ingin melepaskan suatu varietas. Salah
satu persyaratan tersebut adalah lolos dalam pemeriksaan lahan pendahuluan
(sebelum tanam). Menurut Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPSP-TPH) pemeriksaan lapang pendahuluan bertujuan
untuk memeriksa kebenaran areal. Permohonan pemeriksaan lapang pendahuluan
diajukan oleh produsen benih paling lambat satu minggu sebelum pemeriksaan
dilakukan. Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan sebelum tanam yaitu pada
saat tanah sebelum diolah atau paling lambat pada saat pengolahan tanah. Hal-hal
yang diperiksa:
1. Kebenaran nama dan alamat penangkar
2. Letak situasi real dan luas areal 3.Jenis tanaman sebelumnya, untuk
mempermudah campuran varietas lain (CVL) yang akan tumbuh pada
areal sertifikasi
3. Kepastian batas-batas lokasi yang akan digunakan untuk areal sertifikasi.
4. Kebenaran varietas benih sumber yang akan digunakan dalam kelas benih
yang akan dihasilkan
Memeriksa apakah benih sudah disebar atau belum, mencari kepastian
apakah varietas yang disebar sesuai dengan permohonan. Hasil pemeriksaan
lapang diberitahukan kepada produsen satu minggu setelah pemeriksaan. Laporan
pemeriksaan juga harus mencantumkan realisasi tanggal sebar. Produsen benih
diwajibkan untuk membayar biaya pemeriksaan apabila lahan yang diperiksa
memenuhi persyaratan.
e. Inspect field equipment for possible sources of contamination (M. Thoriq
Azam/165040207111058)
Proses produksi benih perlu diupayakan supaya kemundurna genetik tidak
terjadi dan benih yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi. Kegiatan
pengendalian mutu internal harus dilaksanakan oleh produsen benih denga
menerapkan prinsip-prinsip genetik dalam proses produksi benih. Menurut Mayun
(2016),salah satu kegiatan yang terkait dengan prinsip-prinsip genetik tersebut
yaitu menghindari kontaminasi pada mekanis. Isolasi tanaman penghasil benih
dari berbagai sumber kontaminasi juga merupakan syarat penting dalam program
produksi benih, salah satunya kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada saat
menyemai, panen, pengolahan, dan penanganan benih. Menghindari kontaminasi
mekanis sama pentingnya dengan menghindari kontaminasi genetik oleh serbuk
sari asing. Menurut Mayun (2016), semua alat dan wadah pada setiap kegiatan
harus dibersihkan mulai dari alat pengolah tanah, penanaman, pemotong,
perontok, pengeriting, wadah simpan, dan sebagainya
f. Inspect field for unintended plants (M. Thoriq Azam/165040207111058)
Pemeliharaan tanaman untuk tujuan produksi benih tidak jauh berbeda
dengan tujuan produksi konsumsi. Salah satunya pemeliharaan dari tanaman yang
tidak diinginkan yang tumbuh di sekitar tanaman, yaitu gulma. Pengendalian
gulma dilakukan karena gulma sangat merugikan dalam pertanaman untuk benih.
Menurut Mayun (2016), kerugian yang disebabkan dari gulma, sebagai berikut:
1. Bersaing untuk hara dan air
2. Menekan tanaman, mengurangi cahaya, dan menghambat panen
3. Mengganggu pengolahan tanah
4. Mengganggu panen, misalnya memanjat tanaman dan jika benih gulma
dipanen masih hijau, meningkatkan ongkos pengeringan
5. Dapat beracun
6. Dapat bersifat parasit bagi tanaman
7. Dapat menjadi inang bagi hama penyakit
Suatu pertanaman untuk benih, spesies tanaman lain harus dipandang
sebagai gulma. Menurut Mayun (2016), upaya yang dapat dilakukan dalam
pengendalian gulma, antara lain:
1. Drainase, untuk mengendalikan gulmayang merajalela dalam kondisi
basah dan mendorong pertumbuhan tanaman
2. Menggunakan pupuk hijau hanya setelah busuk untuk menghancurkan
benih gulma
3. Menggunakan pupuk untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar
mampu berkompetisi dengan gulma
4. Menyemai pada lahan bersih setelah pengolahan tanah dan menggunakan
herbisida pra-muncul lapang

1.5 Establish Corrective Measures


a. If the isolation parameters are not met, find a different, more suitable site or
field (Angie Kentylia R.S./175040201111061)
Isolasi merupakan pemisahan bidang tanaman benih dari bidang tanaman
lain untuk mencegah kontaminasi mekanik atau genetik benih yang akan dipanen.
Isolasi bisa berupa jarak, waktu dan hambatan fisik. Otoritas sertifikasi
menetapkan persyaratan isolasi yang dapat bervariasi sesuai dengan spesies dan
kategori benih. Di sebagian besar negara, jarak isolasi minimum adalah 2 m untuk
tanaman yang diserbuki sendiri, tetapi jarak yang lebih besar mungkin diperlukan
tergantung pada tanaman dan tingkatannya. Pagar tanaman atau pagar permanen
dapat diterima sebagai pengganti celah isolasi 2 m. Jika celah tidak memenuhi
persyaratan, inspektur akan membiarkan tanaman tetapi tetap menyelesaikan
inspeksi. Produsen kemudian dapat mengatur agar petani membuat celah yang
benar dan di kemudian hari tanaman tersebut dapat diperiksa ulang untuk isolasi
saja (FAO, 2018).
Ladang harus dipisahkan dari ladang lain yang dibudidayakan dengan
varietas yang sama untuk menjaga identitas genetik. Jarak isolasi tergantung pada
mode penyerbukan. Isolasi dapat bersifat spasial atau dipisahkan oleh jarak
tertentu dan temporal atau dibudidayakan setelah periode yang ditentukan. Ketika
isolasi ruang dan waktu tidak memungkinkan, maka hambatan mekanis dapat
dibuat dengan cara seperti pembuatan parit, tanggul, atau jalan; sebagai alternatif,
strip tandus dapat dibiarkan untuk mencegah kontaminasi melalui penyilangan
silang atau pencampuran selama masa panen. Lebar jalur isolasi tergantung pada
spesies dan kelas benih. Lebar jalur isolasi sebesar 2-3 m di sekitar tepi lapangan
cukup untuk mencegah kontaminasi untuk tanaman yang diserbuki sendiri, namun
untuk tanaman yang diserbuki silang diperlukan jarak yang lebih besar, misalnya
untuk jagung dibutuhkan lebar jalur isolasi sekitar 400-500 m (FAO, 2018).
b. If a producer unexpectedly plants the same crop species within the isolation
zone, negotiate to remove the conflict (Ivhohanna Praharani/
175040207111160)
Kegiatan ini dinamakan dengan Roguing yaitu dengan menyingkirkan
tanaman yang menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan varietas yang
diusahakan atau yang diinginkan. Hal ini merupakan salah satu syarat penting
yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman dengan orientasi produksi benih
contohnya pada tanaman jagung. Contoh tanaman yang tidak diinginkan seperti
gulma, tanaman spesies lain, varietas atau cultivar lain tetapi spesies sama dan
tanaman tipe simpang sebagai akibat terjadinya segregasi, mutasi varian, dan
termasuk tanaman yang sakit atau abnormal.
Roguing pada tanaman jagung yang diisolasi bertujuan untuk menjaga
kemurnian mutu benih sehingga keunggulan tanaman jagung dapat terjamin. Dari
benih jagung yang unggul ini nantinya diharapkan menghasilkan produksi yang
maksimal. Selain itu, tujuan roguing ini adalah agar membuat produk tanaman
jagung yang ditanam menjadi seragam. Demi meningkatkan produktivitas
tanaman jagung, maka metode pengelolaannya menuntuk keseragaman alat atau
tindakan yang digunakan seperti teknologi yang digunakan semakin
memperhitungkan waktu usaha yang dikehendaki seefisien mungkin.
Beberapa alasan mengapa roguing dilakukan yaitu karena adanya sifat
genetik yang mampu membuat tanaman ini menjadi berbeda, adanya diversifikasi
dari tanaman yang sedang diusahakan karena varuetas yang diusahakan belum
tesedia atau belum mantap, terjadinya penyerbukan contohnya pada tanaman
budidaya jagung waktu benih diproduksi, atau tercampur dengan benih lain pada
waktu prossesing atau pada saat penanaman dilapang. Pelaksanaan roguing
sebaiknya dilakukan sedini mungkin atau dari awal dan dilakukan secara terus
menerus pada tahapan pertumbuhan tanaman jagung. Tahapan tersebut adalah
ketika tanaman jagung masih di fase bibit, fase sebelum pembungaan, ketika
tanaman jagung sudah memasuki fase pembungaan dan fase sebelum tanaman
jagung dipanen.
c. If the planter has seed in it prior to planting, thoroughly clean it and re-verify
(Krisna Reza Darmawan, 175040200111020)
Petani yang telah memiliki benih tanam, harus melakukan pembersihan
dan pengecekan ulang pada benihnya tersebut sebelum melakukan penanaman.
Pembersihan benih ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan air biasa
maupun dengan air yang dicampur dengan campuran insektisida maupun
campuran lain yang akan membuat benih terbebas dari penyakit ataupun kotoran
yang menempel pada benih. Setelah dirasa benih telah bersih maka dilakukan
pengecekan ulang pada fisik benih yang akan ditanam. Benih tersebut dipastikan
tidak ada kerusakan atau kecacatan pada bentuk fisik benih dari luar. Jika benih
telah benar-benar bersih dan siap untuk ditanam maka benih tersebut telah layak
untuk ditanam dan menjadi benih yang bersih.
d. If infected debris or pathogen infected plants of phytosanitary concern are
detected, properly dispose of or destroy them (Nurul Hilmiah Emiliya
Putri/165040201111235)
Umumnya kebanyakan spesimen tanaman dalam koleksi patogen tanaman
berasal dari lapangan, baik dari lingkungan pertanian maupun alam bebas.
Spesimen tanaman berpenyakit dapat dikenal dari gejala-gejala dan tanda-tanda
yang khusus. Gejala adalah perubahan penampilan pada tanaman atau bagian-
bagiannya yang dapat dilihat. Adapun tanda adanya penyakit adalah kehadiran
pathogen yang dapat dilihat, misalnya tubuh buah atau kotoran yang berkaitan
dengan penyakit.
Pengetahuan dasar mengenai gejala dan cara terbentuknya diperlukan
untuk menjamin bahwa bagian tanaman yang dikumpulkan terinfeksi patogen.
Pada beberapa kasus, gejala-gejala penyakit dapat muncul di suatu bagian
tanaman namun patogennya ditemukan di tempat lain, Misalnya penyakit layu
yang memiliki gejala yang terlihat pada daun, meskipun patogennya terdapat
didalam ssstem pembuluh pada akar dan batang.
Badan karantina pertanian berperan penting pada proses pengolahan
komoditas pasca panen karena bertugas untuk mengawasi keamanan pertanian.
Badan karantina bertugas untuk mengawasi keluar masuknya komoditas pertanian
agar terhindar dari adanya penyebaran hama penyakit yang disebabkan oleh
pathogen. Pemeriksaan suatu komoditas tanaman sebelum di ekspor memiliki
tahapan yang berbeda-beda, tergantung dengan jenis yang akan di ekspor.
Pemeriksaan badan karantina pertanian umunya disebut dengan pemeriksaan
fitosanitari yang memilki tujuan yaitu agar produk pertnian bebas dari organisme
pengganggu tanaman.
Pengembangan produk benih tanaman transgenik seperti benih jagung
yang mengandung gen BT (gen bakteri Baccillus thuringiensis parasitik terhadap
ulat penggerek) masih menjadi materi yang kontroversial. Oleh Karena itu,
Pemeriksaan terhadap komoditas yang akan diekspor dilakukan untuk memastikan
bahwa komoditas tersebut telah memenuhi persyaratan fitosanitari negara
pengimpor. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Verifikasi dokumen yang berupa kelengkapan
b. Pemeriksaan keberadaan OPT sasaran, yang dilakukan sebelum dan
setelah perlaukan.
Setelah perlaukan, masih mungkin ditemukan OPT sasaran yang masih
hidup, namun tidak berarti sertifikat ditolak, kecuali respon yang di persyaratkan
adalah mortalitas OPT sasaran. Oleh karena itu, informasi persyaratan teknis atas
komoditas yang akan diimpor hasrus disampaikan kepada Negara pengekspor
sebelum ekspor dilaksanakan.
Organisme pengganggu tanaman jagung salah satunya adalah ulat
penggerek tongkol dimana perannya dapat meletakkan telurnya pada silk dan
larvanya menginvasi janggel serta memakan biji jagung yang sedang dalam proses
pengisian. Oleh karena itu ketika telah masuk pada karantna dilakukan
pemeriksaan fitosanitari. Ketika diketahui terdapat pathogen didalam tongkol
dapat dilihat dari syarat yang telah ditentukan, pemeriksaan tersebut ketika telah
mencapai ambang ekonomi akan segera dihancurkan karena dapat menular pada
komoditas yang lain.

1.6 Establish Verification Procedure


a. Verify that the isolation parameters are met (Devi Wulan Oktavia/
165040201111106)
Isolasi adalah salah satu cara pengaturan tanam untuk memisahkan
pertanaman dengan varietas lainnya agar tidak terjadi penyerbukan silang,
pencampuran varietas atau penularan penyakit tanaman, dapat menggunakan
pengaturan jarak dan waktu. Isolasi Jarak adalah jarak minimal yang harus
dipenuhi antara suatu unit penangkaran benih dengan pertanaman sejenis di
sekelilingnya. Isolasi Waktu adalah perbedaan waktu tanam minimal yang harus
dipenuhi dari suatu unit penangkaran benih dengan pertanaman sejenis di
sekelilingnya sehingga waktu berbunga tidak bersamaan. Isolasi Penghalang
(barrier) adalah tanaman atau benda penghalang (plastik, fiberglass, dll) yang
berfungsi sebagai penghalang penyebaran tepung sari dari pertanaman padi yang
lain di sekitar areal penangkaran.
Kegiatan verifikasi dengan cara memeriksa pertanaman pertama dengan
beberapa parameter yang harus terpenuhi. Pengamatan pada tanaman jagung
dilakukan pada fase pertumbuhan tanaman, yaitu sejak dari fase vegetatif (umur
25 Hari Setelah Tanam) hingga fase berbunga (sebelum tepung sari keluar dan
malai belum terbuka). 2) Pemeriksaan pertanaman kedua Dilakukan pada fase
masak, yaitu setelah panen galur induk jantan. 3) Apabila tidak lulus dalam
pemeriksaan pertanaman pertama, dapat dilakukan pemeriksaan ulang 1 (satu)
kali selama masih pada fase berbunga berdasarkan permintaan dari produsen
benih. c. Parameter yang diperiksa yaitu : 1) Fase vegetatif : bentuk dan lebar
daun, warna helai daun, warna batang. 2) Fase berbunga : bentuk/tipe dan warna
bunga jantan, posisi tongkol, warna tangkai putik/rambut, bentuk dan lebar daun,
warna helai daun, warna batang, serta bentuk tongkol dan bunga jantan (yang
tepung sarinya telah terbuka) yang tertinggal pada tanaman induk betina. 3) Fase
masak : tongkol materi induk jantan yang tertinggal dan laju ketuaan tanaman
(Litbang Pertanian, 2018).
b. Verify isolation with other seed producers.(Devi Wulan Oktavia/
165040201111106)
Pemeriksaan pertanaman Produsen benih tanaman pangan harus
menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu
sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada UPTD/UPTPSB Provinsi
Kalbar. Pemeriksaan pertanaman dapat dilakukan pada fase vegetatif, fase
berbunga, fase masak/menjelang panen. Hasil pemeriksaan pertanaman dilaporkan
menggunakan formulir 3. Pelaksanaan pemeriksaan pertanaman : Memeriksa
dokumen sebelumnya. Memeriksa letak, luas dan tanggal areal pertanaman.
Mengetahui isolasi jarak dan waktu (khusus tanaman menyerbuk silang).
Menentukan sampel pengamatan (menetapkan secara acak sampel sehingga
mewakili seluruh pertanaman, bukan tanaman pinggir). Membuat peta lapangan
untuk menentukan titik sampel Mengetahui keadaan pertanaman (1/3 tanaman
rebah areal dapat ditolak, apabila rebah mengelompok dapat dilakukan
pemeriksaan sisa areal yang tidak rebah, bebas gulma).
c. Prior to planting verify that the site/field location and acreage meets
specifications (Sri Ngenana Br Tarigan/175040207111134)
Benih dari beberapa jenis tanaman sebelum ditanam di lapangan, benihnya
perlu disemai terlebih dahulu, misalnya benih cabai, tomat, rambutan, mangga,
kopi dan lain-lain. Tahap awal penyemaian adalah menyiapkan tempat
penyemaian Tempat pembibitan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk
melakukan penyemaian benih/kecambah dan menyapih bibit yang bersifat
sementara sampai menjadi bibit siap tanaman di lapangan. Syarat tempat
pembibitan antara lain:
1. Lahan bersih dari gulma, sisa tanaman sekelilingnya dan kotoran.
2. Suhu, kelembaban dan intesintas cahaya matahari dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
3. Sirkulasi udara lancar.
4. Terlindungi dari angin kencang, sengatan matahari dan hujan.
5. Tidak tergenang air.
Untuk menyiapkan tempat pembibitan sesuai dengan persyaratan tersebut
diatas, maka perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut:
1) Pembersihan lahan
Lahan sebagai tempat kegiatan dari pembibitan tanaman harus benar-benar
bersih dari sampah dan tanaman pengganggu. Oleh karena itu pembersihan lahan
sangatlah penting agar lahan tersebut terbebas dari sisa-sisa tanaman sebelumnya
atau rerumputan semak-semak yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa
perakaran dari tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu pertumbuhan akar
bibit nantinya. Selain itu dimaksudkan untuk membebaskan tempat pembibitan
dari sarang patogen yang akan menjadi sumber kontaminasi. Langkah
pembersihan sama dengan kompetensi dasar penyiapan lahan.
2) Jenis dan ukuran tempat pembibitan
Untuk mendukung tumbuhnya benih kecambah yang disemai dan bibit
disapih di tempat pembibitan, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan
keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain:
a. Raise bed, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan
pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya.
b. Sunked bed, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan yang terletak
dibawah permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dan pada bagian-bagian
atasnya diberi atap/naungan yang dapat dibuka tutup.
Tempat pemibibitan ini biasanya digunakan untuk daerah yang
kelembabannya rendah dan tiupan anginnya cukup kencang sehingga dapat
merusak kecambah yang baru tumbuh. Umumnya tempat pembibitan yang banyak
digunakan antara lain:
a. Shade house, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan/guludan pada
lahan datar dengan dilengkapi naungan yang dapat dibuka dan ditutup pada
bagian naungannya.
b. Green house, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk rumah kaca yang dapat
dikendalikan temperaturnya dan kelembaban udara didalamnya sesuai dengan
kebutuhan benih kecambah yang ditanam.
Pada dasarnya tempat pembibitan dibuat dengan cara yang sama, terdiri dari
bedengan dengan naungan atau tanpa naungan. Hanya bedanya dalam
perlakuannya tergantung pada tujuan kebutuhan.
1. Bedengan
Bedengan merupakan luasan lahan tertentu yang dibuat untuk menghindari
terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat mengakibatkan
buruknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara selatan dengan
maksud agar bedengan tersebut dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup
dan merata. Umumnya macam bedengan yang direkomendasikan untuk digunakan
sebagai tempat tumbuhnya benih antara lain, bedengan yang digunakan sebagai
tempat untuk menumbuhkan benih secara langsung. Bedengan ini biasanya dibuat
untuk menyemai benih yang jenis tumbuhnya agak lama dan mudah dipindahkan
kecambah/ bibitnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pembuatan
bedengan yaitu tanah dikondisikan gembur dan subur, pH tanah dikondisikan
netral atau sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan media dalam polybag.
d. Prior to planting, verify that the planter is clean of seed (Afifudin
Zuhri/175040207111109)
Pelaksanaan pengecekan terhadap seluruh alat-alat serta berbagai tempat
yang telah digunakan untuk proses produksi benih sangat penting untuk
dilakukan. Hal ini berkaitan dengan kesterilan dan menjaga kondisi lingkungan
sekitar tempat produksi benih. Selain itu juga penting dilakukan agar berbagai alat
dan tempat yang telah digunakan untuk proses produksi benih tersebut bida
terjaga kebersihannya dan apabila akan digunakan untuk pelaksanaan produksi
selanjutnya sudah dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan. Menurut
Hendarto (2003) menyebutkan bahwa maksud dari adanya pemeriksaan secara
ketat pada pelaksanaan produksi benih, bahkan hingga peralatan-peralatan yang
dipakai, ialah untuk mendapat jaminan bahwa benih yang akan dihasilkan dapat
terjamin dengan baik mulai dari tahap produksi hingga pemasaran benih yang
dihasilkan, serta juga untuk menjamin kemurnian sifat dari benih tersebut.
Pada pelaksanaan verifikasi atau pengecekan semua alat-alat yang
berkaitan dalam produksi benih, harus dilakukan oleh badan pengawas dalam
pelaksanaan produksi benih. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya
memiliki suatu standar tertentu yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan
kebersihan setelah pelaksanaan produksi benih (Hasanah dan Rusmin, 2006).
Sehingga dengan tingkat kebersihan setelah pelaksanaan produksi itu dapat
dipertanggung jawabkan dan bisa diukur oleh para konsumen benihnya. Di sisi
lain berbagai alat yang digunakan dalam pelaksanaan produksi benih akan
langsung berhubungan dengan benih yang diproduksi, sehingga jika peralatan
tersebut tidak dalam kondisi yang benar-benar bersih juga dapat langsung
mempengaruhi kebersihan dan kesterilan benih yang dihasilkan.
Adanya pengecekan peralatan dan semuanya yang telah dipakai saat
produksi benih harus dalam keadaan yang bersih juga bertujuan untuk menjaga
keberlanjutan proses produksi benih. Karena selain ditentukan oleh sifat
genetiknya, sifat benih juga ditentukan oleh kondisi lingkungannya. Sehingga
pelaksanaan pengecekan terhadap kebersihan alat-alat yang digunakan ini juga
dapat mendukung produksi benih agar bisa berjalan terus-menerus melalui kondisi
lingkungan dan pelaksanaan yang terjaga kebersihannya.
e. Verify phytosanitary condition of seed, site, and planting equipment (Fasya
Afitra M.P./175040201111050)
Pemeriksaan Fitosanitari bertujuan untuk memverifikasi status fitosanitari
dari komoditas dengan referensi khusus tentang keberadaan hama yang diatur.
Pemeriksa dalam fitosanitari harus memastikan kesesuaian pengiriman dengan
spesifikasi yang dibuat dalam impor. Tugas lain yakni memastikan bahwa
pengiriman bebas dari serangan hama, tanah, dan kontaminasi gulma.
Kegiatan perizinan impor fitosanitari membutuhkan izin yang dikeluarkan
oleh Karantina Tumbuhan Unit Divisi Perlindungan Tumbuhan. Izin Impor
fitosanitari yang dikeluarkan oleh PQU harus dipenuhi oleh konsintasi tertentu
untuk dapat memasuki sebuah negara. Rilis perizinan impor fitosanitari
berdasarkan \berdasarkan tempat asal, kelas komoditas tanaman dan kategori
risiko fitosanitari dari produk.
Persyaratan fitosanitari ditetapkan melalui Analisis Risiko Hama sesuai
dengan prosedur dan pedoman didirikan oleh ISPM IPPC yang relevan. "CASE"
diidentifikasi oleh kombinasi kode produk dan kode tempat asal yang telah
ditentukan oleh karakteristik berikut:
Kode Produk
1. Genera dan spesies
2. Bagian tanaman: umbi, benih benar, umbi mini, daun, dll. (Kode bagian
tanaman)
3. Tingkat pemrosesan: alami, kulit kayu kering, dehidrasi, dll. (Kode
pemrosesan)
4. Penggunaan yang dimaksudkan: konsumsi, propagasi (Kode penggunaan
yang disengaja
5. Asal transgenik: Ya atau Tidak
Kondisi Benih
Benih yang dipergunakan dalam perbanyakan harus melalui proses
diantara lain :
a. Inspeksi dan pengambilan sampel dilakukan melalui pengambilan benih oleh
pihak inspekstur yang berwenang dan diperintah oleh berdasarkan ayat 3 (15)
bab II. Benih akan masuk dari pelabuhan dalam bentuk kantong benih yang
dapat diidentifikasi.
b. Pengambilan sampel benih propagasi disesuaikam dengan prosedur
pengambilan sampel yang ditentukan oleh International Seed Testing
Association (ISTA) Rules.
c. Lot benih yang digunakan pada tanaman pertanian dan hortikultura
mempunyai ukuran maksimum 20 metrik ton dengan biji seukuran gandum
yang sama atau lebih besar.
d. Pengambilan sampel dalam jumlah besar dilakukan oleh slotted tube sampler
atau Nobbe sampler dari tempat penyimpanan yang cukup dalam.
Pengambilan sambel benih dilakukan secara cepat dengan tangan yang
nantinya akan segera diserahkan kepada penguji laboratorium.
Pengujian kesehatan benih dilakukan oleh ahli teknis spesialis dalam
patologi benih untuk bertanggungjawab dalam diagnosis dan identifikasi pathogen
yang terbawa benih. Pencatatan sampel benih kemudian akan diterima oleh
penguji kesehatan benih untuk dimasukan kedalam buku kerja laboratorium.
Lokasi
Pemeriksaan di pertanaman/tempat produksi
Pelaksanaan pemeriksaan pada tempat produksi menggunakan check list sebagai
berikut :
 Catatan asal benih.
 Daftar organisme pengganggu tumbuhan yang pernah dijumpai/yang ada
di lokasi (data survey)
 Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) Program pengendalian
organisme pengganggu tumbuhan termasuk eradikasi.
 Kapasitas produksi (per ha/tahun)
 Alur proses produksi meliputi tata cara panen, pengemasan (kemasannya,
cara mengemas, dan cara pengangkutannya), penyimpanan, pemuatan
(stuffing).
 Pemeriksaan terhadap tempat pengemasan di tempat pertanaman sesuai
dengan pemeriksaan terhadap tempat pengemasan sebagaimana diuraikan
pada
 Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor.
Pemeriksaan di tempat pengemasan
Pelaksanaan pemeriksaan pada tempat pengemasan dilakukan beberapa tindakan
antara lain :
 Standar Operasional Prosedur (SOP) penerimaan komoditas termasuk
catatan sumber produksi.
 SOP pembersihan, penyortiran, dan pengemasan.
 Sanitasi lingkungan tempat pengemasan: ruang penerimaan, ruang tempat
proses (processing room), tempat penyimpanan (gudang), peralatan yang
digunakan.
 Pemeriksaan tempat penyimpanan/gudang di tempat pengemasan sesuai
dengan pemeriksaan gudang sebagaimana diuraikan pada gudang pemilik.
 Bentuk, jenis dan bahan yang digunakan sebagai kemasan.
 Sistem dokumentasi dan rekaman.
 Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor.
Pengemasan pada gudang pemuatan (stuffing)
Kondisi gudang pengemasan dilakukan pemeriksaan terhadap sanitasi
gudang yang meliputi cara peletakan komoditas, ada tidaknya pemisahan
komoditas, ada tidaknya kemungkinan masuknya organisme pengganggu
tumbuhan. Tatacara pemeriksaan gudang mengacu pada peraturan perundang-
undangan Permentan 35 tahun 2008.

1.7 Establish Record Keeping And Documentation Procedures


a. Maintain records of planter cleanout and verification. (Rafly Ibrahim
Fitrah/165040201111219)
Memelihara atau mengontrol catatan pembersihan perkebunan sangat
penting. Karena dari catatan tersebut dapat diketahui riwayat sebelumnya
perkebunan tersebut dan bagaimana tindakan selanjutnya agar tidak berdampak
pada hal yang tidak diinginkan dalam pembenihan di kebun atau lahan tersebut.
Dan perlunya dilakukan catatan verifikasi atau pemeriksaan agar tidak terjadinya
kecerobohan dalam pemeriksaan lahan yang seharusnya dicek berkala dan rutin.
Seperti pada lahan jagung di Indonesia, pembersihan lahan biasa dilakukan
dengan 3 cara. Yaitu dengan cara manual, kimiawi, dan mesin. Hendrival et al
(2014), menyatakan bahwa untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas
produksi secara maksimal pengendalian gulma perlu diperhatikan dan frekuensi
pengendalian gulma tergantung pada pertumbuhan gulma di lahan budidaya.
Penyiangan gulma dilakukan untuk membersihkan tanaman dari gulma yang
dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang dengan optimal. Marliah et al (2010), menyatakan bahwa
kerugian pengendalian gulma dengan metode penyiangan membutuhkan waktu,
tenaga dan biaya yang tinggi. Namun kerugian metode pengendalian gulma
dengan penyiangan dapat dikurangi dengan metode pengendalian gulma dengan
cara aplikasi herbisida. Dapat diambil kesimpulan bahwa sangat penting
mengontrol catatan pembersihan suatu lahan, karena akan sangat membantu
mendapatkan hasil panen benih yang masimal tanpa ada kerugian yang besar.
b. Create a preliminary site/field map to be finalized after planting (Dyah
Vitania/ 17504020711142)

Gambar 5. Jagung Varietas Bima


Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang
tidakm dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari
pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut
telah memiliki ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal
penangkaran serealia sering disarankan interval sebanyak dua musim tidak
ditanami tanaman sejenis atau tanaman lain yang mengancam kemurnian
genetisnya, tetapi dalam beberapa program sertifikasi satu musim tanam pun
diterima. Melakukan pengolahan tanah dan roguing secara intensif, sistim tanam
tandur jajar, dan persemaian pada areal yang bebas voluntir sangat efektif untuk
mencegah pencemaran genetis pada tanaman padi. Sedangkan untuk penengkaran
tanaman kacang-kacangan diperlukan interval tiga bulan bera pada lahan-lahan
yang sebelumnya ditanami tanaman sejenis.
Persyaratan sejarah lahan ini lazimnya tidak diperlukan dalam produksi
benih berlabel. Tidak ada keperluan lahan spesifik untuk produksi benih jagung,
kecuali bahwa lapang produksi harus bebas tanaman voluntir dan berdrainase
baik. Lapang hendaknya beraerasi baik dan sesuai untuk jagung. Untuk
menghindari banyak tanaman voluntir disarankan agar menggunakan lahan yang
ditanami spesies lain dalam musim sebelumnya. Jagung merupakan tanaman yang
dibuahi silang, karena itu memerlukan isolasi yang memadai untuk menghindari
penyerbukan silang oleh serbuk sari yang tidak diinginkan. Isolasi jarak minimum
lazimnya sejauh 200 m dan isolasi waktu kurang lebih satu bulan, yang di
Indonesia keduanya berlaku untuk semua kelas benih bersertifikat. Jarak isolasi
ini dapat berkurang jika barisan-barisan tanaman terluar yang berbatasan dengan
pertanaman varietas lain dibuang atau bukan untuk menghasilkan benih. Jumlah
berisan yang yang harus dibuang juga tergantung pada luas lahan dan isolasi jarak
yang digunakan.
c. Maintain a copy of the signed producer contract (Dyah Vitania/
17504020711142)
Bentuk Bantuan Pemerintah Kegiatan Budidaya Jagung Alokasi DIPA
Pusat Tahun 2018 adalah bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan
Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA). Jenis Bantuan
Pemerintah berupa benih jagung hibrida dan pupuk urea bersubsi disesuai alokasi
pada DIPA dan POK. Untuk melaksanakan strategi dimaksud, pemerintah
memberi bantuan berupa sarana produksi, meliputi benih jagung hibrida dan
pupuk urea bersubsidi. Sedangkan untuk kegiatan jagung di lahan kawasan eks
tambang, kegiatan di lahan marginal, kegiatan pilot proyek berbasis korporasi dan
kegiatan jagung VUB, bantuan berupa benih jagung hibrida, pupuk urea
bersubsidi, kapur pertanian, pupuk organik, pupuk hayati dan insektisida. Total
kegiatan jagung seluas 2.805.800 hektar dialokasikan melalui anggaran DIPA
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Satker Pusat, Satker Provinsi, dan beberapa
Satker Kabupaten/Kota tahun 2018.
CPCL diusulkan dan diverifikasi oleh SKPD Kabupaten/Kota yang
membidangi Tanaman Pangan disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab
(SPTJ) ke SKPD Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan. SKPD Provinsi
yang membidangi Tanaman Pangan mengusulkan CPCL yang telah diverifikasi
baik oleh SKPD 40. Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan secara
lengkap maupun oleh SKPD Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan secara
acak (random) dan selanjutnya diusulkan kepada PPK Direktorat Serealia
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk ditetapkan dan disahkan oleh KPA.
CPCL diusulkan oleh lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah disertai Surat
Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) ke SKPD kabupaten yang membidangi
Tanaman Pangan. SKPD kabupaten melakukan verifikasi bersama dengan instansi
yang mengusulkan. Selanjutnya CPCL yang sudah diverifikasi tersebut diusulkan
kepada SKPD Provinsi yang membidangi tanaman Pangan di sertai dengan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ)
d. Maintain site/field inspection records · Maintain records of phytosanitary
conditions (Faadhilah Fairuz Alyadin/175040200111095)
Dalam penyimpanan benih perlu dilakukan penyimpanan catatan
lapang/catatan kondisi phytosanitari. Catatan tersebut digunakan sebagai catatan
kesehatan tumbuhan yang pindah dari satu lokasi ke lokasi berbeda. Catatan
kondisi phytosanitary merupakan catatan kesehatan. Menurut Permentan (2009)
terdapat beberapa aturan terkait catatan kondisi phytosanitary, yaitu:
SERTIFIKAT KESEHATAN TUMBUHAN DARI NEGARA ASAL DAN
NEGARA TRANSIT
Sertifikat kesehatan tumbuhan dari Negara asal dan Negara transit khusus
untuk tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan, dengan ketentuan:
1. Berupa Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang (NPPO) di negara asal apabila:
a. Tumbuhan dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara tempat
produksi (ditanam).
b. Tumbuhan dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara asal
yang singgah sementara di negara transit dan tidak disimpan, tidak
dipecah, tidak dirubah kemasannya, sehingga tidak mungkin terjadi
infestasi atau kontaminasi OPTK selama transit.
2. Berupa Sertifikat Kesehatan Tumbuhan untuk Reekspor (Phytosanitary
Certificate for Re-Export) dari negara transit dan dilampiri Sertifikat
Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari negara asal, baik asli
atau salinan yang telah dilegalisir oleh NPPO negara transit apabila tumbuhan
dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara asal yang singgah
sementara di negara transit dan disimpan, dipecah serta dirubah kemasannya,
namun identitas asal komoditas tersebut masih dapat diketahui dan masih
dimungkinkan terjadi infestasi atau kontaminasi OPTK di negara transit.
3. Berupa sertifikat kesehatan tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari negara
transit apabila tumbuhan dan atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari
negara asal yang singgah di negara transit dan disimpan, dipecah, dirubah
kemasannya, sehingga asal-usul komoditas dan status kesehatannya tidak
dapat diketahui.
4. Model Phytosanitary Certificate dan Phytosanitary Certificate for ReExport
sesuai dengan lampiran naskah Konvensi Perlindungan Tanaman
Internasional (International Plant Protection Convention).
5. Phytosanitary Certificate atau Phytosanitary Certificate for Re-Export
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang (NPPO) di negara asal atau negara
transit sebelum dinaikkan ke atas alat angkut.
6. Phytosanitary Certificate atau Phytosanitary Certificate for Re-Export
dianggap tidak sah apabila:
a. diterbitkan bukan oleh pejabat dan atau institusi yang berwenang di negara
asal dan/atau negara transit.
b. informasi yang dibutuhkan mengenai komoditas tersebut tidak benar, tidak
lengkap, tidak jelas maksudnya dan atau/tidak konsisten.
c. masa berlakunya sudah kadaluwarsa paling lama 90 hari sejak diterbitkan.
d. diterbitkan setelah komoditas dikirim/ dikapalkan dari negara asal maupun
dari negara transit atau telah masuk ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia.
e. ada perbaikan atas kesalahan penulisan yang tidak diparaf oleh pejabat dan
tidak diterakan stempel koreksi instansi yang berwenang.
f. dalam keadaan rusak dan tidak terbaca; dalam bentuk copy yang tidak
dilegalisir oleh pejabat dan atau institusi yang berwenang.
III. PENUTUP
(Nita Febrianty/175040201111076)
Persiapan operasional dan manajemen peralatan budidaya perlu
diperhatikan dalam bisnis benih. Kegiatan tersebut merupakan tahap awal
sebelum dilakukanya produksi sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh.
Dengan kata lain, kegiatan tersebut perlu dilakukan untuk memberikan hasil benih
yang baik secara kualitas dan kuantitas, termasuk dalam produksi benih jagung.
Kegiatan persiapan operasional dibagi menjadi beberapa kegiatan salah satunya
adalah persiapan penanaman seperti seleksi lokasi penanaman, persiapan lahan,
serta persiapan peralatan. Kegiatan persiapan penanaman dilakukan dengan
rincian berbagai kegiatan seperti analisis integritas dan kontrol produk, penentuan
titik control, penetapan tindakan pencegahan, penetapan pengawasan produser,
penetapan tindakan perbaikan, penetapan verifikasi produser, serta menentukan
prosedur penyimpanan dan dokumentasi.
Analisis integritas dan kontrol produk dilakukan dengan memperhatikan
produk serta kondisi lahan budidaya. Kegiatan tersebut dapat dipermudah apabila
pemilihan lahan dilakukan secara tepat sehingga dapat meminimalisir kontaminasi
dan gangguan lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencegahan gangguan
dengan melakukan isolasi pada lahan produksi benih, pengawasan terhadap
produser agar kegiatan yang dilakukan sesuai prosedur, serta memiliki solusi
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ketidaksesuaian lahan dan
serangan patogen. Hal lain yang perlu disiapkan adalah verifikasi produser untuk
memastikan kemampuan dari produsen. Persiapan prosedur penyimpanan dan
dokumentasi juga perlu dilakukan dan ditata secara rapi agar mudah ditemukan
saat diperlukan. Seluruh kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan baik dan tertata
untuk mendapatkan hasil produk yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:


09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang persyaratan dan tatacara tindakan
karantina tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa organisme
pengganggu tumbuhan karantina ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Pertanian.
Adjid, D.A. 2001. Membangun Pertanian Modern. Penerbit Pengembangan Sinar
Tani: Jakarta.
Adnan, A.M 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Balai.
Penelitian Tanaman Serealia
Apriyana, Y. dan T.E. Kailaku. 2015. Variabilitas iklim dan dinamika waktu
tanam padi di wilayah pola hujan monsunal dan equatorial.
Proc.Sem.Nas.Bio.Dev. Indon 1(2):366-372.
Arif Alfiyan, Dkk. 2014. Pengaruh Umur Transplanting Benih Dan Pemberian
Berbagai Macam Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata Sturt.). Jurnal Produksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
Azrai, M., Aqil, M., Arief, R., Koes, F., R, Y, Arvan. 2018. Petunjuk Teknis
Produksi Benih Jagung Hibrida. Balitsereal Litbang Pertanian. IAARD Press
Badan Pengendali Bimas, 1977. Pedoman Bercocok anam Padi, Palawija,
Sayursayuran. Badan Pengendali Bimas. Jakarta.
Bambang Sayaka dan Deri Hidayat. 2015. Sistem Pembenihan Padi dan
Karakteristik Produsen Benih Padi di Jawa Timur. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian 13 (2) : 185-202
Bangun. 2018. Pengendalian Gulma Pada Budidaya Jagung. Online. Diakses dari
http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2018/08/12gulma.pdf pada 25 Februari 2020.
Chris, Hermawati dan Yopi. 2015. Standar Operasional Produksi Benih Padi
Inbrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ; Maluku
Dadang, 2006, Pengendalian Terpadu Hama Utama dan Potensial Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha curcas Linn), Prosiding Workshop yang diselenggarakan
oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi,LPPM,IPB.Bogor.5-6
Desember 2006.
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem. 2017. Teknologi Pasca Panen
Jagung. Universitas Gadjah Mada.
http://pascapanen.tp.ugm.ac.id/2017/09/05/ teknologi-pascapanen-jagung/
Diakses pada 25 Februari 2020.
Directorate of Plant Protection, Quarantine & Storage . 2015. Standard
Operating Procedures for Phytosanitary Inspection and Plant Quarantine
Clearance of Plants/ Plant Products & other Regulated Articles.
Government of India Ministry of Agriculture
Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Pedoman Sertifikasi Benih.
Direktorat Bina Produkasi Tanaman Pangan. Jakarta.
Fao. 2014. Plant Quarantine Procedures Manual For The Plant Quarantine Unit
Ministry Of Agriculture Barbados. Food And Agriculture Organization Of
The United Nations Bridgetown
FAO. 2018. Seeds Toolkit Module 3: Seed Quality Assurance. Rome: The Food
and Agriculture Organization of the United Nations and AfricaSeeds.
Fitriana, M. 2008. Pengaruh Periode Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Kenari. Jurnal
Agria.5 (1): 1-4.
Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengolahan Benih Beberapa
Tanaman Obat di Indonesia. Balai penelitian Tanaman Pangan dan Obat. J.
Litbang Pertanian Vol. 25(2): 65-73.
Hendarto, K. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Yogyakarta: Kanisius.
Hendrival, Z. Wirda dan A. Azis. Periode Kritis Tanaman Kedelai Terhadap
Persaingan Gulma. J. Florantek. 9(1):6-13.
http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id/images/downloadpenderasan/Kepmentan
%201316%20Tahun%202016%20Pedoman%20Sertifikasi.pdf
Jhala, A., S.Z Knezevic., Z. A. Ganie and M. Singh. 2014. Integrated Weed
Management in Maize. Recent Advances in Weed Management. Pp 177-
196.
Kampus Tani. 2019. Teknik Produksi Benih Jagung Hibrida.
https://www.kampustani.com/teknik-produksi-benih-jagung-hibrida/
Diakses pada 25 Februari 2020.
Kepmentan 3 Tahun 2015 tentang Penetapan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan
Ubi kayu Nasional. Jakarta (ID): Kementan
Marliah, A., Jumini dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam antar Barisan pada
Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang
Merah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista. 14(1):30-38.
Mayun, I. A. 2016. Kajian Produksi Benih Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai).
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana: Bali.
Mayun, Ida Ayu. 2016. Kajian produksi benih bermutu. Denpasar: Universitas
Udayana
McDougall, K.L., Alexander, J.M., Haider, S., Pauchard, A., Walsh, N.G. and C.
Kueffer. 2010. Alien flora of mountains: global comparisons for the
development of local preventive measures against plant invasions. Diversity
and Distributions., 17(1): 103-111.
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali
Pers. Jakarta.
Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Natsir, M. 2017. Industri Pakan Ternak. Universitas Brawijaya Malang.
Nurwardani, P. 2008. Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Oktavianto, A.P. 2011. Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung
Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. Skripsi. Bogor : Deparrtemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pamungkas, Nanda., Irwan Sukri Banuwa., dan M. Zen Kadir. 2016. Pengaruh
Sistem Olah Tanah Dan Pemberian Herbisida Terhadap Aliran Permukaan
Dan Erosi Pada Fase Generatif Tanaman Singkong (Manihot utilissima).
Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung. 5(1): 35-42
Pertanian Sehat Indonesia. 2015. Rotasi Tanaman. https:// pertaniansehat.com
/read/2015/11/13/rotasi tanam
Poespodarsono, S., 1998. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. IPB Press, Bogor.
Putra, Robinson., A, Saleh., dan N, Purnaningsih. 2016. Strategi Meningkatkan
Kapasitas Penangkar Benih Dengan Optimalisasi Peran Kelompok Tani Di
Kabupaten Lampung Timur. Lampung Litbang Pertanian.
Rukmana,H.R. dan U.U. Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian.
Penerbit Kanisius. 88 hal.
Rustam, Evayusvita. 2013. Identifikasi dan Teknik Pengendalian Hama dan
Penyakit Benih Pulai (Alstonia scholaris). Jurnal Perbenihan Tanaman
Hutan. 1(2): 111-120
Salim, H.S. 2003. Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak.
Jakarta: Sinar Grafika,
Supardi. 2018. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Pertanian Secara
Musiman (Studi di Desa Semanggeleng Kecamatan Sakra Lotim). Jurnal
Ilmiah. Mataram: Fakultas Hukum, Universitas Mataram
Suryana, A. 2005. Rancangan Dasar Program Rintisan dan Akselerasi
Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prosiding
Lokakarya Nasional Prima Tani Mendukung Pengembangan KUAT di
Kalimantan Barat, Kalimantan Barat 2005. Badan Litbang Pertanian
Halaman: 1-25: Jakarta
Wijaya, I. K. A. 2017. Pengaruh Dosis Herbisida Japra 400 Se (Bahan Aktif
Asetoklor 200 G/L +Atrazin 200 G/L) Terhadap Gulma Dan Hasil Tanaman
Jagung. Jurusan Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas
Udayana. Denpasar
Yunasfi. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
Yuniar. 2015. Kajian Perbenihan Tanaman Padi Sawah. Balai Pengkajian
Teknologi Riau
Yunizar. 2019. Kajian Perbenihan Tanaman Pangan. Balai Pengkajian Teknologi
Riau.

Anda mungkin juga menyukai