FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020 I. PENDAHULUAN (Berliana Widianti/165040201111264 & Dewi Ayu Nandasari/ 175040200111075) Lahan atau media tanam adalah tempat bagi tanaman hidup, tumbuh dan berkembang. kondisi tanah yang gembur dengan struktur tanah yang mudah ditembus akar akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman jagung. Pengolahan tanah adalah salah satu kegiatan persiapan lahan yang bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan benih dan akar tanaman jagung. Tanah dapat berfungsi sebagai tempat berkembangnya akar, penyedia unsur hara, dan penyimpan air bagi tanaman, sehingga usaha pengolahan tanah memiliki manfaat yang sangat besar dalam mendukung pertumbuhan tanaman jagung. Bulk density tanah yang diolah akan menurun sehingga tanah menjadi gembur dan memudahkan penetrasi akar tanaman jagung, serta aerasi tanah menjadi lebih baik karena peningkatan porositas (Pamungkas et al., 2016). Pengolahan tanah juga dapat memberi dampak negatif apabila dilakukan secara intensif. Karena pengolahan tanah secara intensif dapat mempercepat kerusakan sumber daya tanah seperti meningkatkan laju erosi. Hal tersebut dikarenakan permukaan tanah yang bersih dan gembur tidak mampu menahan laju aliran permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah yang mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa oleh air menuju hilir. Dengan demikian, diperlukan teknik pengolahan tanah yang tepat yang sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman jagung. Selain pengolahan tanah, kegiatan persiapan lahan lainnya meliputi pemberian pupuk dasar seperti pupuk kandang dan kompos pada lahan. Kegiatan pemberian pupuk dasar ini dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat menguntungkan bagi pertumbuhan benih tanaman jagung dengan memasok sejumlah nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, pembuatan bedengan dan pemilihan waktu tanam yang tepat juga merupakan salah satu bentuk persiapan lahan. Selain hal yang telah di sebutkan di atas, persiapan dalam menanam, manajemen dalam menggunakan peralatan sangat dibutuhkan dikarenakan dapat mengatur dan menentukan kapan harus menggunakan alat-alat yang digunakan sesuai fungsinya pada saat sedang menanam. Dengan menggunakan alat akan mempermudah dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut selaras dengan perkembangan dunia pertanian dimana sejak revolusi hijau penggunaan teknologi pendukung usaha pertanian semakin intensif sejalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Adjid, 2001) yang tujuannya adalah mengatasi permasalahan bidang pertanian dengan tujuan akhir adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Suryana, 2005). Hal tersebut sangat berperan dalam mengatasi salah satu kendala bidang pertanian dalam mempercepat peningkatan produksi tanaman pangan tentang kendala semakin terbatasnya jumlah tenaga kerja. Penanaman jagung sendiri menggunakan sistem sebar yang merupakan cara penanaman yang paling lama dan sederhana. Penebaran benih jagung dengan menggunakan mesin dikatakan lebih teliti dan cepat bila dibandingkan penebaran dengan tangan. Produktivitas jagung yang tinggi hanya dapat dicapai dengan menggunakan cara budidaya dan teknologi tepat guna dalam bentuk mesin dan peralatan yang benar, bibit unggul, serta obat-obatan dan pupuk yang tepat. Para pengusaha tani sendiri tidak akan mampu melakukan hal ini, kecuali dengan bantuan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang penyediaan input-input pertanian dan pemasaran hasil pertanian. II. PEMBAHASAN 1.1 Analysis Of Product Integrity And Control Concern a. Appropriate isolation not established or maintained (Nurhayati/175040201111068) Isolasi merupakan kegiatan perlindungan tanaman dari penyerbukan silang dari varietas yang berbeda. Dengan melakukan isolasi, kemungkinan benih terhindar dari penyebaran oleh serbuk sari dari tanaman lain atau tanaman liar sangat tinggi sehingga kemurnian benih dapat terjaga. Kegiatan isolasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu isolasi waktu, isolasi fisik dan isolasi jarak. Persilangan dengan serbuk sari dari kultivar lain dari species yang sama perlu dicegah bagi suatu kultivar silang sempurna atau sebagian. Pada waktu berbunga tanaman penghasil benih harus dilindungi terhadap serbuk sari yang terbawa angin dan serangga dari tanaman yang berdekatan atau tanaman voluntir dan dari tanaman liar dari spesies yang sama. Perlindungan terbaik tehadap penyerbukan oleh serbuk sari asing adalah pasokan yang berlimpah dengan serbuk sari kultivar itu sendiri pada waktu putik reseptif. Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program produksi benih. Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh: (a) persilangan alamiah dengan varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe simpang yang berada di lahan untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu menyemai, panen, pengolahan dan penanganan benih dan (c) kontaminasi oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Perlindungan dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara kemurnian genetik dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah isolasi jarak dan isolasi waktu. Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan selang waktu tanam yang berbeda antara dua varietas yang berbeda dengan areal berdampingan sehingga saat pembungaan waktunya berbeda pula (minimum 30 hari untuk jagung misalnya). Dengan menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis tanaman dengan varietas yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada areal yang sama. Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua varietas tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak tertentu, (misalnya 200 m untuk jagung). Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan: (1) mengosongkan tanah antara kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah, (3) bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu panen tidak dilibatkan sebagai calon benih. Jarak isolasi ditetapkan tergantung pada cara penyerbukan tanaman, kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama penyerbukan. Pertimbangan utama dalam menentukan jarak isolasi yang memadai bagi tanaman penghasil benih adalah apakah tanaman tersebut bersifat menyerbuk sendiri atau lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak aktualnya tergantung pada apakah serbuk sari dibawa angin atau serangga. Jarak isolasi ini dapat dikurangi jika terdapat tanaman penghalang (barrier), bangunan-bangunan/penghalang lain yang terletak diantara tanaman-tanaman yang dapat saling menyerbuk silang tersebut. Jarak yang aman tergantung pada arah angin datang, kehadiran pohon-pohon, tanah yang tinggi atau penghalang lainnya bagi aliran udara, banyaknya sumber serbuk sari asing yang mungkin dapat dilepaskan, dan luas areal pertanaman untuk benih itu sendiri. Isolasi jarak yang diperlukan juga dipengaruhi oleh kategori benih yang diperbanyak. Benih dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai standar kemurnian yang lebih tinggi daripada benih dari kelas yang lebih rendah. Teknik isolasi lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan menggunakan bangunan-bangunan seperti rumah kaca dan sangkar dari kawat kasa. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya penyerbukan silang oleh serangga dapat dikurangi atau dihindari. Isolasi demikian biasanya diterapkan pada areal produksi benih yang sempit, atau untuk produksi benih dengan tingkat kemurnian yang sangat tinggi seperti untuk kelas benih penjenis (Mayun, 2016). b. Producer unexpectedly plants the same crop within the area of isolation (Nahla Shifa Anrozi/175040207111087) Gulma, secara umum, mendahului tanaman melalui kehadiran benih yang tidak aktif di tepi benih tanah dan dengan berkecambah sebelumnya. Ditambah dengan pertumbuhan yang kuat, memberikan gulma keunggulan kompetitif yang berbeda dari tanaman, yang menjelaskan mengapa mereka merupakan faktor utama yang mengurangi hasil panen. Benih gulma dapat tetap dorman selama bertahun-tahun di bank benih tanah, di mana mereka muncul secara sporadis sebelum, bersama-sama dengan, atau setelah panen. Spesies tahunan mendominasi spektrum gulma dalam pertanaman tahunan. Gulma bersaing dengan tanaman untuk sumber daya yang sama, pada dasarnya air, nutrisi, cahaya dan karbon dioksida (van Andel, 2005). Banyak gulma telah ditemukan menghasilkan dan mengeluarkan bahan kimia yang dapat menghambat perkecambahan dan pertumbuhan spesies lain (gulma dan tanaman) - fenomena ini disebut 'allelopathy', dan efek gabungan dari kompetisi dan allelopathy disebut sebagai 'tanaman-tanaman gangguan'. Sebagaimana ditetapkan dalam sebagian besar standar produksi benih bersertifikat, lahan harus sebersih mungkin gulma untuk memfasilitasi inspeksi lapangan dan untuk mengurangi kemungkinan benih gulma hadir dalam benih yang dipanen untuk dijual. Faktanya, benih tanaman yang mengandung jumlah propagul berlebihan dari setiap gulma dapat ditolak dari sertifikasi. Untuk menjaga ladang mereka tetap bersih, petani benih dapat menyiangi dengan beberapa cara, yakni dengan pengendalian gulma terpadu atau Integrated Weed Management (IWM). konsep IWM menuntut bahwa semua metode pengendalian gulma (kimia, budaya, mekanik, biologis) harus dipertimbangkan dalam situasi tertentu, dan menjanjikan bahwa penggunaan rasional dua atau lebih metode kontrol dalam kombinasi kemungkinan akan mempromosikan pengelolaan gulma yang efisien di luar apa yang dapat dicapai dengan metode apa pun yang diterapkan secara terpisah. Spektrum gulma, sistem penanaman, ekonomi, akses ke teknologi, pengetahuan petani dan keterampilan manajemen adalah faktor kunci yang menentukan apakah IWM dapat dipraktikkan dengan sukses atau tidak. 1. Pengendalian secara kultur teknis Praktik budaya memainkan peran penting dalam program manajemen gulma di jagung. Jagung adalah tanaman yang sangat kompetitif; jadi jika dikelola dengan baik, itu memberikan persaingan yang cukup besar terhadap gulma. Penelitian telah menunjukkan bahwa gulma yang muncul setelah 4 minggu pembentukan jagung memiliki dampak yang lebih kecil pada hasil jagung; Oleh karena itu, pengendalian gulma awal musim sangat penting untuk mendapatkan hasil jagung yang kompetitif. Penting untuk membuat tegakan tanaman seragam pada kepadatan yang diinginkan. Kesesuaian tanah, kesuburan, pH, dan drainase harus sesuai agar tanaman dapat bersaing dengan gulma. Sebisa mungkin, tanaman harus dikelola untuk meminimalkan tekanan pada tanaman dari kerusakan serangga dan penyakit dan tekanan lingkungan (embun beku, banjir, kekeringan, dll.) Jarak baris adalah praktik budaya penting yang mempengaruhi pengendalian gulma karena jagung di baris sempit akan menaungi permukaan tanah lebih awal daripada jagung di baris yang lebih luas. Setelah kanopi tertutup, sangat sedikit cahaya yang mencapai permukaan tanah atau gulma di bawah kanopi Rotasi tanaman, yang merupakan salah satu praktik pengendalian gulma budaya, diperlukan oleh sebagian besar standar atau protokol pada produksi benih bersertifikat, itu harus menjadi bagian dari strategi pengelolaan gulma petani. Praktek ini tidak hanya mengganggu siklus hama (termasuk gulma) dan penyakit; itu juga merupakan alat penting dalam strategi untuk menghindari evolusi resistensi gulma terhadap herbisida karena memungkinkan penggunaan beragam kimia, yaitu herbisida dengan mekanisme aksi yang berbeda, serta metode pengendalian gulma alternatif yang ditentukan oleh tanaman tertentu. Rotasi tanaman, jika sesuai dan diterapkan dengan benar, kemungkinan akan meningkatkan kuantitas dan kualitas benih, membatasi infestasi gulma, dan akibatnya, biaya manajemen gulma. 2. Pengendalian secara mekanis Pengolahan tanah adalah metode pengendalian gulma mekanis yang paling umum dan dapat dibagi menjadi dua kategori: (1) persiapan lahan sebelum tanam dan (2) penanaman berturut-turut. Tujuan persiapan lahan pra-tanam adalah untuk membunuh semua gulma yang ada sebelum menanam jagung untuk memberikan tanaman awal yang lebih baik untuk bersaing dengan gulma selama tahap awal. Penanam dan cakram lapangan umumnya digunakan oleh petani, dan sangat efektif untuk mengendalikan bibit gulma jika digunakan dengan benar. Budidaya dalam baris digunakan untuk menghilangkan gulma setelah tanaman ditanam, biasanya menggunakan rotari cangkul atau pembudidaya antar baris. Cangkul rotari paling efektif pada gulma berdaun lebar kecil dan rumput, tetapi mereka kurang efektif pada gulma berdaun lebar berbiji besar. Cangkul rotari biasanya dioperasikan pada kecepatan 13-19 km / jam dan harus digunakan setelah penanaman tanaman tetapi sebelum gulma muncul atau setelah perkecambahan gulma. Keuntungan lain dari penanaman berturut-turut adalah bahwa mereka berguna ketika herbisida yang diaplikasikan di tanah gagal mengendalikan gulma karena kurangnya curah hujan. Beberapa jenis pembudidaya berturut-turut tersedia di pasaran, tetapi penting untuk menyesuaikan peralatan agar secara efektif membunuh sebanyak mungkin rumput liar di daerah sawah sambil meminimalkan gangguan tanaman tanaman. 3. Pengendalian secara biologis Pendekatan pengendalian biologis memanfaatkan musuh secara alami untuk membantu mengurangi dampak gulma pada pertanian dan lingkungan. Ini hanya bertujuan untuk menyatukan kembali gulma dengan musuh alami mereka dan mencapai kontrol gulma berkelanjutan. Musuh alami gulma ini sering disebut sebagai agen kontrol biologis. Misalnya, bio-herbisida komersial Colego, herbisida jamur, telah digunakan untuk mengendalikan pengambilan sambungan utara (Aeschynomene americana L.) dalam beras (Oryza sativa L.) di AS selatan [57]. Sangat penting bahwa agen kontrol biologis tidak menjadi hama sendiri. Pengujian spesifisitas inang yang cukup banyak adalah wajib karena sesuai dengan banyak peraturan dan peraturan pemerintah sebelum pelepasan agen kontrol biologis untuk memastikan bahwa mereka tidak akan menimbulkan ancaman terhadap spesies yang tidak ditargetkan, seperti tanaman asli dan pertanian. Tidak semua gulma cocok untuk pengendalian biologis. Mengembangkan proyek pengendalian biologis memerlukan investasi besar, kadang-kadang menelan biaya jutaan dolar. Saat ini, tidak ada produk komersial untuk pengendalian gulma biologis dalam jagung, meskipun area ini menawarkan potensi besar untuk opsi pengendalian gulma baru di masa depan. 4. Pengendalian secara kimiawi Aplikasi herbisida adalah metode pengendalian gulma yang paling penting dalam jagung. Herbisida telah diadopsi oleh mayoritas petani jagung di AS dan banyak bagian dunia lainnya karena efektif dan ekonomis. Herbisida dapat diterapkan pada interval waktu yang berbeda, seperti sebelum tanaman ditanam (pra- tanaman), setelah tanaman ditanam tetapi sebelum kemunculan (preemergence), dan setelah kemunculan tanaman (postemergence). Pilihan waktu aplikasi herbisida tergantung pada banyak faktor dan bervariasi dari petani ke petani dan dari satu bidang ke bidang lainnya. Banyak petani jagung menggunakan lebih dari satu aplikasi herbisida yang dapat memberikan kontrol gulma lama musim. c. Planter not properly cleaned and contains seed of a different product (Amelia Fauzia/175040201111078) Planter atau alat penanaman benih adalah alat yang digunakan untuk menanam benih dilahan. Kemurnian benih yang di tanaman sangat penting sehingga kebersihan alat penanaman dari benih lain adalah hal yang sangat penting. Sebelum menggunakan alat penanaman maka perlu dilakukan pembersihan dengan mengecek apakah kotak benih (hoper) benar benar kosong sehingga tidak sampai tersisa benih yang akan mencampuri benih yang akan di tanam. Benih yang akan ditanam tentunya memilki bentuk dan karakteristik tertentu. Sehingga sebelum dilakukan penanaman tentunya perlu dilakukan pengecekan pada alat penanaman. Hal yang lebih penting lagi adalah ketika sudak selesai menggunakan alat penanaman tersebut maka lebih baik untuk membersihkan alat sehingga memudahkan ketika akan kembali menggunakan. Perihal kebersihan alat penanaman dapat di masukkan dalam SOP sehingga semua pihak dapat menjalankan dan memastikan bahwa benih yang akan dihasilkan benar benar terjaga kemurniannya. d. Natural disaster and vandalism vulnerability of site (Amelia Fauzia/175040201111078) Pertimbangan yang harus di pikirkan sebelum menentukan lokasi penanaman adalah kerentanan lokasi penanaman dari bencana alam maupun pengrusakan. Bencana alam merupakan suatu kondisi yang tidak dapat di prediksi sehingga diperlukan suatu antisipasi agar tidak mengalami kerugian yang tidak diharapkan. Berkembangknya teknologi telah memudahkan dalam melakukan tindakan preventif untuk memperkirakan lokasi penanaman yang aman dan tepat. Terdapat berbagai informasi mengenai prediksi terjadinya bencana seperti longsor, banjir, maupun kekeringan. Salah satu badan penyedia informasi tersebut adalah BNPB (Badan Nasional Penanggulanganan Bencana). Dibawah ini merupakan contoh informasi yang di sampaikan BNPB mengenai prediksi bencana alam di berbagai daerah.
Gambar 1. Peta resiko bencana
Selain resiko terjadinya bencana alam, resiko pengrusakan yang dapat terjadi juga menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi penanaman. Pengrusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh manusia maupun organisme lain contohnya hewan. Ketika sudah di ketahui suatu kemungkinan pengrusakan yang dapat terjadi maka dapat di lakukan antisipasi dengan beberapa hal seperti membuat pengaman (pagar), pengawasan, dan sebagainya. Namun apabila resiko yang di timbulkan terlalu besar maka berpindah lokasi adalah hal yang lebih tepat untuk dilakukan. e. Presence of sexually compatible plants in the area of isolation (Erlinda Damayanti/175040207111069) Sortasi dilakukan untuk mendapatkan bahan dengan kualitas yang seragam dan mengelompokkan bahan dengan kualitas yang sama. Sortasi jagung memisahkan biji jagung sehat (baik) dari biji-biji pecah, rusak, dan hampa serta untuk menyeragamkan ukuran butirannya. Proses pembersihan bertujuan untuk membersihkan butiran jagung dari kotoran seperti sisa tongkol, seresah, dan kotoran-kotoran lainnya. proses sortasi dan pembersihan dapat dilakukan dengan cara manual (konvensional) menggunakan tangan dan peralatan sederhana atau dengan menggunakan cara mekanis yaitu menggunakan alat dan mesin pertanian. Secara manual sortasi dan pembersihan pipilan jagung dapat dilakukan dengan cara : a) menggunakan tangan untuk memilih dan memisahkan jagung yang rusak, pecah, hampa, dan kotoran-kotoran yang terbawa, b) menggunakan ayakan, jagung diayak sehingga kotoran dan jagung yang berukuran kecil akan jatuh dan terpisah sesuai ukurannya. Sedangkan untuk cara mekanis dapat dilakukan dengan menggunakan blower/winowwer (Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM, 2017). Prinsip kerja blower/winowwer adalah menghembuskan udara pada pipilan jagung sehingga kotoran-kotoran, jagung berukuran kecil, dan hampa akan terpisah satu sama lain. Dalam memproduksi benih jagung hibrida, pencabutan bunga jantan pada induk tanaman betina harus dilakukan, hal ini dilakukan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri, pencabutan bunga jantan pada induk tanaman betina dilakukan sebelum malai bunga jantan keluar atau saat bunga jantan masih terbungkus daun bendera. Untuk mencegah agar tidak ada tanaman yang terlewatkan tidak tercabut bunga jantannya, maka pencabutan dilakukan setip hari selama periode berbunga, pencabutan bunga jantan ini sebaiknya dilakukan pada pagi hari (Kampus Tani, 2019). f. Improper removal of volunteer plants from earlier growing seasons (Erlinda Damayanti/175040207111069) Menurut Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM (2017) pada proses pemanenan, penentuan umur panen merupakan hal yang perlu diperhitungkan karena bila jagung dipanen sebelum waktu panen akan menyebabkan banyak butir muda yang belum masak terpanen, sehingga kualitas jagung menurun begitu pula dengan daya simpannya juga akan menurun. Sebaliknya bila dipanen melebihi umur panen, jagung akan mengalami degradasi nutrisi yang mengakibatkan kenaikan kehilangan hasil serta ancaman dari tumbuhnya jamur (Aspergillus sp.) dan cendawan dengan tanda-tanda klobot dan atau biji berwarna kehitam-hitaman, putih dan kehijauan. Ciri-ciri jagung yang telah memasuki umur siap panen yaitu a) jagung berumur 7-8 minggu setelah berbunga, b)daun dan batang tanaman mulai menguning dan berwarna cokelat pada kadar air 35-40%. Penentuan umur panen juga dapat bervariasi berdasarkan varietas jagung yang ditanam. Alat dan mesin yang digunakan dalam proses pemanenan jagung meliputi sabit (konvensional) dan alat pemanen jagung / corn harvester (modern) yang pada tahun 2015 telah mendapat pujian dari Menteri Pertanian dikarenakan dengan menggunakan alat pemanen ini dapat menekan biaya panen hingga 60%. Untuk pemanenan dengan cara konvensional menggunakan sabit terdapat dua tipe pemanenan yaitu jagung tongkol dengan klobot dan pemanenan jagung tongkol tanpa klobot. Pada pemanenan jagung dengan klobot, jagung berkadar air tinggi yaitu berkisar 30-40% dan jagung disabit setinggi pinggang, lalu jagung segera dipetik dan dipisahkan dari kelobotnya. Jagung yang sudah bersih kemudian dimasukkan dalam keranjang. Sedangkan untuk jagung tanpa klobot, jagung berkadar air rendah berkisar 17-20% dan jagung dipisahkan terlebih dari klobotnya terlebih dahulu lalu dipetik jagung tanpa harus menyabit batang jagung terlebih dahulu. Jagung yang berasal dari proses pemanenan biasanya memiliki kadar air yang terlalu tinggi dan amat berbahaya pada proses penyimpanan. Pengeringan diperlukan untuk mengurangi kadar air bahan sehingga aman untuk disimpan. Dengan pengeringan jagung juga lebih mudah untuk dipipil. Pengeringan pada jagung dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu a) pengeringan jagung tongkol di lahan, cara ini biasanya digunakan para petani di daerah yang memiliki karakteristik tadah hujan dan kering yang periode perisapan penanaman berikutnya tidak mendesak, b) pengeringan dalam bentuk jagung tongkol, dan c) pengeringan dalam bentuk jagung pipilan. Untuk pengeringan jagung tongkol sendiri terbagi menjadi 2 bentuk yaitu jagung tongkol berkelobot dan jagung tongkol tanpa kelobot, namun perlu diperhatikan bahwa pengeringan jagung tongkol berkelobot tidak dianjurkan karena memakan waktu yang lama dan hasilnya tidak baik. Dalam pengeringan jagung terdapat dua metode pengeringan yaitu pengeringan dengan cara konvensional yaitu dengan pengeringan sinar matahari langsung dan cara modern dengan menggunakan alat pengeringan khusus jagung contoh bed dryer, recirculation batch dryer, dan continuous mix flow dryer, dan lain sebagainya. Pengeringan jagung dalam bentuk tongkol tanpa kelobot diusahakan mencapai kadar air 17-18% dan pengeringan jagung pipil dilakukan hingga mencapai 14-15%. Selain itu juga dilakukan Roguingsebanyak 4 kali yaitu : Roguing pertama dilakukan pada saat umur tanaman 7-15 HST, dengan mengecek warna batang, tanaman yang tumbuh diluar barisan tanaman yang dikehendaki, bentuk daun, tinggi daun dan sebagainya. Roguing kedua dilakukan pada saat umur tanaman 32-35 HST, dengan mengecek warna batang, bentuk daun, tekstur daun dan bentuk lidah daun. Roguing ketiga dilakukan pada saat umur tanaman 45-52 HST, dengan mengecek warna bunga betina/jantan, bentuk malai, posisi tongkol dan warna rambut yang tidak dikehendaki. Roguing panen/seleksi tongkol yaitu tetua jantan dipanen lebih awal, lalu tetua betina sebagai benih hibrida. g. Crop rotation is not adequate (Gaka Yoga Putra/175040207111092) Rotasi tanam yang dilakukan dalam produksi benih jagung harus diperhatikan. Rotasi tanam dalam produksi benih bertujuan untuk mempertahankan kualitas benih dan terbebas dari gangguan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). Maka perlu mengetahui sejarah pertanaman yang berkaitan dengan varietas atau spesies yang ditanam sebelumnya untuk menghindari percampuran varietas, sejarah lahan, yakni catatan urutan jenis dan varietas tanaman yang pernah ditanam, perlu diperhatikan. Secara umum, dalam satu lokasi lahan produksi benih tidak dapat ditanami dua varietas berbeda dari jenis tanaman yang sama secara berturut karena akan menimbulkan penyerbukan silang. Adanya tanaman voluntir juga merupakan kontaminan. Selain dari dalam lahan, percampuran dapat terjadi dari pertanaman sejenis yang berbeda varietas yang ada di sekitar lahan produksi. h. Seed source is infected with pathogens or pests (Gaka Yoga Putra/175040207111092) Tetua atau sumber benih yang terinfeksi pathogen atau hama maka perlu dilakukan tindakan isolasi atau membuang tanaman yang terinfeksi oleh pathogen. Maka sebelum tanam tetua harus dipastikan dalam keadaan sehat, control tanaman mulai fase pertumbuhan awal, dan jika sudah mengalami infeksi segera dilakukan pencabutan dan diisolasi atau dibuang jauh dari lahan produksi. Langkah pembuangan pun perlu diperhatikan. Dalam membuang benih atau tetua yang terinfeksi benih dilakukan dengan membungkus tanaman tersebut untuk menghindari penularan ketika mobilisasi dan alat-alat yang digunakan sebelum dipakai kembali perlu dibersihkan. i. Proximity to plants harboring pests or pathogens of concern (Rakka Gecol Andika Satya/165040207111062) Hama dalam arti luas adalah semua bentuk gangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Pengertian hama dalam arti sempit yang berkaitan dengan kegiatan budidaya tanaman adalah semua hewan yang merusak tanaman atau hasilnya yang mana aktivitas hidupnya ini dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis.Adanya suatu hewan dalam satu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian ini belum termasuk hama. Namun demikian potensi mereka sebagai hama nantinya perlu dimonitor dalam suatu kegiatan yang disebut pemantauan (monitoring). Secara garis besar hewan yang dapat menjadi hama dapat dari jenis serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Mungkin di suatu daerah hewan tersebut menjadi hama, namun di daerah lain belum tentu menjadi hama (Dadang, 2006). Ciri-ciri hama antara lain sebagai berikut: 1. Hama dapat dilihat oleh mata telanjang 2. Umumnya dari golongan hewan (tikus, burung, serangga, ulat dan 3. sebagainya). 4. Hama cenderung merusak bagian tanaman tertentu sehingga 5. tanaman menjadi mati atau tanaman tetap hidup tetapi tidak 6. banyak memberikan hasil 7. Serangan hama biasanya lebih mudah di atasi karena hamanya 8. tampak oleh mata atau dapat dilihat secara langsung. Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, mungkin sejak munculnya dunia tumbuh-tumbuhan di atas bumi ini. Gejala bercak daun ditemukan pada fosil daun yang berasal dari zaman purba. Orang Yunani dan Yahudi (500 – 280 SM). Penyakit adalah sesuatu yang menyebabkan gangguan pada tanamansehingga tanaman tidak bereproduksi atau mati secara perlahan- lahan.Tanaman dikatakan sakit apabila ada perubahan atau gangguan pada organ- organ tanaman Ciri-ciri penyakit antara lain sebagai berikut : Penyebab penyakit sukar dilihat oleh mata telanjang. Penyebab penyakit antara lain mikroorganisme (virus, bakteri, jamur atau cendawan) dan kekurangan zat tertentu dalam tanah. Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman mati secara perlahan-lahan. Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus). Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama. Dapat diambil kesimpulan bahwa hama dan pathogen dapat dikendalikan secara mekanis,kultur teknis,kimia dan karantina dan juga dapat melakukan pengendalian secara hayati j. Weed control in borders and adjacent fields is not adequate (Sinta Ningsih/175040200111011) Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh disekitar lahan budidaya yang mana tidak dikehendaki keberadaannya. Keberadaan gulma pada siklus hidup tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman. Oleh karena itu, gulma perlu dilakukan pengendalian agar pertumbuhannya sebelum mengganggu pertumbuhan tanaman. Menurut Wijaya (2017), hal tersebut dikarenakan gulma dapat memperluas daya adaptasi dan daya saing (kompetisi) hingga merugikan tanaman budidaya. Adapun sifat-sifat umum yang dimiliki gulma antara lain cepat berkembang biak, daya adaptasi luas dan tahan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan (Wijaya, 2017). Namun bagaimana jika pengendalian atau control gulma gagal dilakukan? Apabila pengendalian gulma yang dilakukan tidak berpengaruh maka dapat dilakukan pencegahan. Adapun kegiatan pencegahan pertumbuhan gulma meliputi pengolahan tanah maupun penggunaan herbisida pra-tanam. Namun untuk pengendalian gulma skala besar pada perusahaan-perusahaan yang memproduksi benih jagung dapat dilakukan dengan penyemprotan herbisida pra- tanam dan herbisida selektif sesuai dosis yang tepat. Penggunaan herbisida ini dimaksudkan untuk menghemat waktu, tenaga serta biaya yang diperlukan untuk pengendalian gulma. Menurut Wijaya (2017), cara pengendalian gulma menggunakan kultur teknis dengan pengolahan tanah meliputi pengolahan tanah pertama yang mana gulma dibenamkan kedalam tanah, sedangkan pengolahan tanah yang kedua untuk merusak dan mematikan gulma yang masih tumbuh. Kemudian Wijaya (2017) juga menjelaskan tentang waktu pengaplikasian herbsida yang dilakukan sebagai pencegahan yaitu sebagai berikut: 1. Pra pengolahan yang dilakukan sebelum pengolahan tanah yang mana gulma yang ada di atas lahan diberi herbisida untuk memudahkan pengolahan. 2. Pra tanaman yang diaplikasikan setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam yang mana herbisida diberikan untuk menghambat pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam. 3. Pra tumbuh diaplikasikan setelah tanam yang mana herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma muncul
Pengaplikasian herbisida sebelum gulma tumbuh atau pra-tanam maupun
pra-pengolahan dilakukan untuk meningkatkan efikasinya. Menurut Bangun (2018), herbisida pra-tumbuh diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman tumbuh. Efektivitas herbisida akan mencapai maksimum bila tanahnya tidak berbongkah- bongkah. Tanah berbongkah mengakibatkan herbisida menyebar tidak merata di permukaan tanah. Dengan demikian, pengolahan tanah harus sempurna, gembur, dan rata. Tidak dianjurkan penyemprotan herbisida pada guludan-guludan kecil, pada waktu curah hujan sangat tinggi. Ini disebabkan tanah di bagian permukaan yang sudah mengandung partikel herbisida akan tergulir ke bagian bawah, tercuci bersama aliran permukaan atau mengalami perkolasi sehingga permukaan tanah jadi terbuka, dan biji gulma akan tumbuh tanpa hambatan. Berikut merupakan berbagai jenis gulma dan pengaplikasian herbisida pada tanaman jagung Gambar 2. Daftar gulma jagung, Bangun (2018) k. Inspection or testing for pathogens and pests in transplants, if used (Ferdin Imaduddin A./165040200111153) Setelah benih jagung tumbuh, dilakukan transplanting ke lahan terbuka. Saat penyemaian tanaman akan lebih terlindungi dari cuaca maupun serangan hama dan penyakit tanaman. Namun saat dilakukan transplanting, tanaman akan beradaptasi dengan lingkungan terbuka secara langsung yang memungkinkan tingginya serangan hama dan penyakit bagi tanaman jagung. Karena itu perlu dilakukan adanya pengawasan atau inspeksi pada tanaman pada saat transplanting. Setelah tanaman dilakukan transplanting, tanaman akan beradaptasi yang memungkinkan terjadinya stress pada tanaman jagung yang menyebabkan efek dari serangan hama dan penyakit menjadi lebih berpengaruh buruk terhadap kondisi tanaman. Menurut Arif Alfiyan, dkk (2014), tanaman jagung pada umumnya memiliki rata-rata kandungan gula dan kelembaban biji yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan infeksi pathogen dan mengurangi vigor benih. Hal ini dapat menjadi masalah yang cukup besar terutama apabila budidaya jagung tersebut ditujukan untuk produksi benih. Hama dan penyakit tanaman jagung dapat diawasi saat setelah dilakukan transplanting ke lahan. Pada saat usia tanaman jagung masih muda, biasanya akan mudah terserang hama maupun penyakit karena terdapat kemungkinan bahwa tanaman jagung tersebut stress karena harus beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sehingga dapat berpengaruh terhadap kondisi ketahanan tubuh tanaman menjadi lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Dalam pengawasan hama dan penyakit atau patogen dilakukan dengan mengamati kondisi daun apakah terdapat gejala atau tanda serangan hama. Jika terdapat hama, maka dapat dilakukan penanganan secara mekanis selama masih belum dalam intensitas serangan yang tinggi. Selain itu, dapat dilakukan pengamatan terhadap kondisi tanaman apakah tanaman tersebut layu yang bisa disebabkan oleh serangan bakteri maupun jamur. Untuk mencegah serangan bakteri dan jamur dapat dilakukan dengan menjaga kondisi lingkungan agar tidak terlalu lembab yang dapat menyebabkan patogen tesebut tumbuh dengan pesat. Selain itu dapat dilakukan aplikasi fungisida secara terkendali agar dapat meminimalisir efek buruk pada tanaman jagung. Tanaman jagung dapat terserang oleh hama dan penyakit pada saat fase vegetatif dan generatif (Adnan, 2009). Pada saat fase vegetatif dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sedangkan saat fase generatif dapat berpengaruh terhadap hasil dan mutu benih jagung. Pada saat fase vegetatif perlu dilakukan pengawasan pada saat transplanting. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Aplikasi insektisida ini bertujuan untuk mencegah serangan hama maupun vektor penyakit seperti lalat bibit dan semut.
1.2 Determine Control Points
a. Site/field/producer selection and method of isolation (Jaatsiya Insan Bari/ 165040201111189) Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamate. Dengan sejalannya pertumbuhan jumlah penduduk , diharapkan produktivitas dari jagung pun meningkat. Satu cara dengan menggunakan varietas unggul tuk bisa mendapatkan hasil yang optimal serta didukung dengan teknik budidaya yang tepat. Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas hasil. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit. Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak tanaman yang tidak berbuah. Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing). Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda. Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih hingga 99 % atau lebih. Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 : 2 atau 4 : 1. b. Proper planter and equipment cleanout and management (Baguz Zharfan Z./ 175040207111001) Lahan yang dipilih hendaknya sesuai dengan adaptasi tanaman, memenuhi kelulusan sejarah lahan, bukan daerah banjir dan ada sarana transportasi. Penyiapan lahan dilakukan untuk mendapatkan kondisi yang ideal untuk produksi benih tanaman tertentu. 1. Areal produksi benih harus bersih, dalam arti bebas dari benih-benih tanaman lain, hama dan 2. penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui tanah (soil born deseases), dan terisolasi dari pertanaman padi lainnya. 3. Lahan harus subur dan akan lebih baik jika mempunyai system drainase yang baik 4. Lahan sedapat mungkin mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi untuk memperoleh sinkronisasi pembungaan yang baik 5. Lahan untuk produksi benih sebaiknya bukan bekas tanaman padi, tetapi lahan bera atau bekas tanaman lainnya. Di daerah daerah yang sangat sulit mendapatkan lahan yang bukan bekas tanaman padi, maka perlu dilakukan sanitasi lahan saat pengolahan tanah sebagai berikut : 1. Tanah diolah (bajak I), digenagi selama 2 hari, kemudian dikeringkan (air dikeluarkan) dan dibiarkan selama 7 hari. 2. Tanah diolah untk kedua kalinya (bajak II), digenangi lagi selama 2 hari, kemudian dikeringkan, kemudian dibiarkan selama 7 hari. 3. Pengolahan tanah ketiga dilakukan dengan garu, diratakan, dibersihkan dari bibit bibit padi yang tumbuh liar serta gulma. 4. Perlakuan sanitasi tersebut dimaksudkan agar tanaman dari gabah yang tercecer pada pertanaman sebelumnya dapat dibersihkan dari arel pertanaman. 5. Pertumbuhan gulma ditekan dengan cara menyemprot lahan dengan herbisida pra tumbuh, minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan anjuran pemakaian herbisida yang bersangkutan. c. Movement of seed in and out of isolation area (Amelia Gabriela Labeda/175040207111115) Kesuksesan produksi benih dalam hal kemurnian benih, pada umumnya proses produksi terisolasi. Isolasi yang umum digunakan adalah isolasi waktu dan jarak. Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program produksi benih. Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh: (a) persilangan alamiah dengan varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe simpang yang berada di lahan untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu menyemai, panen, pengolahan dan penanganan benih dan (c) kontaminasi oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Perlindungan dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara kemurnian genetik dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah isolasi jarak dan isolasi waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan, emaskulasi dapat pula dilaksanakan Produksi benih dibuat berbeda dengan waktu tanam produksi benih dan atau non benih suatu varietas lain dari jenis tanaman yang sama, di suatu lahan produksi yang berdekatan agar masa berbunga antara kedua varietas tidak dalam waktu yang bersamaan. Lamanya ditentukan oleh masa pembungaan varietas yang bersangkutan. Secara umum, lama isolasi waktu untuk tanaman pangan sekitar 1 bulan. Dalam melakukan isolasi waktu, dapat terjadi penanaman di luar musim tanam. Jika ini terjadi maka harus ditunjang dengan sarana atau prasarana yang mampu menekan risiko kegagalan, misalnya irigasi yang baik. Dengan menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis tanaman dengan varietas yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada areal yang sama. Isolasi jarak memberi jarak antara satu hamparan pertanaman dan hamparan pertanaman lain dari varietas yang berbeda sehingga tidak dimungkinkan terjadi penyerbukan silang. Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua varietas tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak tertentu, (misalnya 200 m untuk jagung). Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan tanah antara kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah, (3) bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu panen tidak dilibatkan sebagai calon benih. Isolasi jarak dapat berupa lahan kosong, pertanaman dari tanaman jenis lain atau tanaman sejenis yang dijadikan tanaman penghalang (barier) dan tidak ikut dipanen sebagai benih. Jarak isolasi tersebut ditentukan oleh tipe (jenis) dan cara penyerbukan dari tanaman yang bersangkutan. Isolasi jarak untuk tanaman dengan penyerbukan silang (misalnya jagung, isolasi jarak 200 m) askan lebih jauh dibandingkan tanaman dengan penyerbukan sendiri Demikian pula, isolasi jarak untuk tanaman dengan penyerbukan yang dibantu oleh angin (misalnya jagung) lebih jauh dibanding tanaman yang penyerbukannya dibantu oleh serangga. d. Presence of sexually compatible plants in the area of isolation (Rahel Amelia/165040200111060) Benih merupakan sarana penting dalam produksi pertanian dan menjadi pembawa perubahan teknologi. Peningkatan produksi salah satunya disebabkan oleh penggunaan varietas-varietas unggul serta budidaya yang sesuai. Oleh sebab itu dilakukan upaya-upaya agar diperolehnya benih dengan mutu yang tinggi. Hal ini mencangkup uji mutu genetik, fisik, dan fisiologis. Semua faktor dan tahap produksi benih perlu dikendalikan agar diperoleh benih berkualitas tinggi dan jumlah maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mutu dan hasil benih juga perlu diketahui agar dapat menerapkan teknik produksi yang tepat. Pada saat produksi benih banyak faktor yang dapat menyebabkan kemunduran genetik benih, sehingga diperlukan pengendalian yang tepat agar diperoleh benih dengan mutu genetik yang tinggi. Salah satu hal yang perlu diperhatikan selama produksi benih adalah isolasi. Isolasi dilakukan untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varietas yang berbeda, menghindari tercampurnya varietas lain saat panen dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang lain (Yunizar, 2019). Terdapat beberapa jenis isolaso yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik. Dari kegiatan isolasi pelaku produksi benih dapat mengontrol penyerbukan tanaman. penggunaan isolasi dapat menghindari terjadinya penyerbukan silang antar varietas atau antar tanaman. Sehingga didapat benih dengan mutu yang tinggi secara fisik, fisiologis dan genetik. kehadiran tanaman yang kompatibel secara seksual di bidang isolasi menyebabkan penyerbukan yang merata. Isolasi ini menghindari tanaman yang kompatibel tersebut dari penyerbukan silang sehingga benih tidak tercampur dengan varietas lain yang akan menyebabkan turunnya mutu benih. e. Observation of weeds in and adjacent to the field to prevent weed seed contaminants (Shofa Salsabila/175040207111068) Dalam memproduksi benih tanaman diperlukan persiapan dan peralatan penanaman oprasional, salah satu titik kontrol yang harus diperhatikan adalah untuk mengamati gulma yang terletak disekitar lahan sehingga mencegah kontaminan benih gulma. Oleh karena itu diperlukan adanya pengendalian gulma, diantaranya adalah pengendalian gulma secara preventif (pencegahan). Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu kita harus menjaga benih yang akan ditanaman sebersih mungkin dan bebas kontaminasi dengan biji gulma, penggunaan alat pertanian yang bersih, pembuatan kompos yang sempurna dan menyaring air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman atau tidak membawa biji gulma ketempat penampungan air pengairan. Selain itu dapat dilakukan pengendalian secara mekanik, pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat (Rukmana, 1999). Menurut Fitriana (2008), pengendalian gulma secara mekanik dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: a. Pencabutan dengan tangan atau disebut dengan tangan. Cara ini sangat praktis, efisiendan murah jika diterapkan pada suatu areal yng tidak luas, seperti di halaman rumah,dalam barisan dan guludan di mana alat berat sulit untuk men- capainya. , b. Pengolahan tanah, suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennual dan perennial. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara pembajakan serta pembubunan tanah., c. Penggenangan, pelaksanaan penggenangan pada umumna berhasil untuk gulma perennial. Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi 15-25 cm selama 2-8minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkann ada tumbuhan yangmencuat di atas permukaan air. Penggenangan dapat berhasil dengan memuaskan bilaketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru. f. Seed inspection for foreign material and evidence of improper storage during seed preparation (Amanda Amelia Agustin/175040201111077) Keberhasilan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Pertanian Kementerian Pertanian RI dalam menciptakan bibit unggul jagung hibrida tipe Bima 3 Batimurung, akan memberikan pencerahan bagi dunia pertanian di Indonesia. Pasalnya, selama ini, petani hanya tergantung ke pasokan bibit jagung dari perusahaan multinasional yang menguasai dan mendominasi pasar bibit di Tanah Air. Keberhasilan Balitbangtan Pertanian dalam menghasilkan Bima 3 Batimurung, diikuti dalam hal pemasaran. Di sini, adalah PT Golden Indonesia Seed (PT GIS) yang menjadi lisensor pemasaran Bima 3 Batimurung. Untuk mendapatkan benih bermutu dan tahan disimpan, biji yang sudah dipanen perlu dikeringkan sampai dengan kadar air tertentu, kemudian dilakukan pembersihan dan pemilahan. Untuk menunggu benih sampai saatnya ditanam dan untuk mempertahankan mutunya selama disimpan, benih perlu dikemas dengan bahan kemasan (wadah) yang kedap udara seperti toples, kaleng, plastik poly etilen atau yang lainnya. “Keuntungan penggunaan benih bermutu buatan sendiri adalah dapat dilakukan secara mandiri dan kualitasnya tidak kalah dibanding dengan benih dari produsen benih. Dengan demikian, petani dapat menghemat biaya produksi untuk membeli benih dan bahkan jika sudah mapan dapat diajukan untuk mendapat sertifikasi dari pihak yang berwenang” Penyimpanan yang tidak tepat dalam penyimpanan benih : Tidak membersihkan benih dari kotoran, benih cacat, busuk, serta hewan yang mungkin masih terbawa (untuk benih non kemasan). Benih masih basah Benih yang rawan serangan jamur, dapat direndam dengan larutan fungisida sesuai standar pemakaian, kemudian dijemur lagi sampai kering. Tidak disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, sehingga respirasi benih dapat dikurangi dan benih lebih awet. Jangan simpan di ruangan yang terlalu panas, karena akan menyebabkan benih cepat rusak dan embrio benih mati. Lakukan test berkala (periode bulanan) untuk memastikan kondisi benih. Menurut Natsir (2017) Standar kualitas yang dapat diterima berdasarkan sumber energi :
Gambar 3. Standar Kualitas Benih
1.3 Establish Preventive Measures a. Establish parameters of isolation from other crops of the same species as required by applicable regulations5 and/or company standards (Vanensya Vernanda S.U./ 165040200111163) Parameter merupakan ukuran seluruh populasi dalam penelitian yang harus diperkirakan dari yang terdapat di dalam percontoh; ukuran atau patokan. Parameter isolasi yang digunakan dalam aturan yang berlaku, telah ditetapkan oleh kebijakan dari Kementrian Pertanian, yang telah diatur dalam Peraturan Mentri Pertanian, antara lain ; a) Peraturan Menteri Pertanian no.15/Permentan/HR.060/5/2017 tentang pemasukan dan pengeluaran benih hortikultura b) Peraturan Menteri Pertanian no.50/Permentan/KB.020/9/2015 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih Tanaman Perkebunan c) Peraturan Menteri Pertanian no.56/Permentan/KB.110/11/2015 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih BINA Tanaman Pangan dan Tanaman Hijauan Pakan Ternak d) Peraturan Menteri Pertanian no.39/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih BINA Varitas unggul baru yang dihasilkan melalui program pemuliaan hanya akan bermanfaat apabila benihnya tersedia bagi petani. Benih penjenis yang dihasilkan pemulia, memiliki jumlah yang sangat terbatas sehingga perlu dilipatgandakan agar dapat mencukupi kebutuhan benih untuk areal dan jumlah tertentu. Pemulia tanaman memiliki tanggung jawab atas kebenaran mutu benih tersebut. Benih penjenis yang jumlahnya terbatas tersebut dapat diperbanyak menjadi benih dasar, lalu diperbanyak lagi menjadi benih pokok dan benih sebar. Pengawasan mutu ketiga kelas tersebut dilakukan oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) terhadap produsen-produsen yang belum mempunyai sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM). Isolasi merupakan tindakan preventif, dimana preventif adalah sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan, sehingga implikasi dilapangan isolasi penting untuk diketahui. Sebagai contoh, benih padi yang digunakan menurut Balai Pengkajian Teknologi Riau memiliki standar isolasi yang telah digunakan menurut Petunjuk Pengawas Benih Direktorat Jendral Pertanian Tan. Pangan (1994) yakni ketentuan isolasi diterapkan untuk menghindari terjadinya penyerbukan silang dari varitas yang berbeda, menghindari tercampurnya varitas lain pada saat panen, dan penyebaran hama dan penyakit dari tanaman inang yang lain. Beberapa jenis isolasi yaitu isolasi jarak, isolasi waktu dan isolasi fisik. Isolasi Jarak : Areal produksi benih suatu varitas perlu mempunyai jarak dengan pertanaman varitas yang lain agar tidak terjadi percampuran. Sifat penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tanaman yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi persilangan. Isolasi Waktu : Penerapan dengan memberikan selang waktu tanaman yang berbeda antara dua varitas dengan blok/areal yang berdampingan sehingga pada saat pembungaan berbeda (misal minimum 30 hari untuk tanaman padi dan jagung). Bila persyaratan isolasi jarak tidak dapat diterapkan, maka dapat dilakukan isolasi waktu. Isolasi Fisik : Isolasi yang diberikan dengan memperhatikan karakteristik dari varietas unggul yang akan digunakan, sehingga dapat dipertimbangkan dari segi pasar dan kebutuhan. Varietas mana yang lebih baik untuk diaplikasikan ke lapang.
Ket : CVL = campuran varitas lain
Penjelasan lebih lanjut terdapat pada Standar Operasional Produksi Benih Padi Inbrida oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku (2015), diantara lain : Alat dan Bahan - Meteran, deskripsi tanaman, tanaman barier Fungsi - Meteran digunakan jika menggunakan isolasi jarak - Deskripsi varietas digunakan untuk mengidentifikasi periode pembungaan pada tanaman (jika menggunakan isolasi waktu). - Tanaman barier seperti jagung, sorgum sebagai penghalang antara 2 varietas padi. Prosedur Pelaksanaan Isolasi Jarak a. Buat blok untuk produksi benih padi inbrida yang jaraknya minimal 3 m dari pertanaman padi lainnya. Isolasi Waktu a. Tentukan periode pembungaan dari masing-masing varietas yang akan ditanam b. Atur waktu tanam sehingga perbedaan waktu berbunga antara tanaman pada areal produksi benih dengan varietas lainnya minimal 21 hari. Isolasi dengan penghalang (barier) a. Buat desain blok untuk pertanaman tanaman penghalang b. Tanaman penghalang sekitar petak produksi benih inbrida, paling sedikit harus mempunyai lebar 3-4 m, bergantung kepada tipe tanaman. c. Sesbania rostrata atau tanaman jagung, sorgum atau millet yang tinggi dan sehat merupakan barrier yang dapat mencegah kontaminasi dengan baik. Gambar 4. Teknik Isolasi dengan Barier (Penghalang) Menurut Bambang Sayaka dan Deri Hidayat (2015), menerangkan bahwa calon benih padi harus memenuhi syarat sesuai kelas benih seperti yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Berikut persyaratan standar pelayanan sertifikasi benih padi : Tabel 1. Standar pelayanan sertifikasi benih padi di Jawa Timur (2011)
Sumber : UPT PSBTPH Jawa Timur (2011)
Hasil dari ketentuan yang telah ditetapkan dan diikuti oleh PT dan beberapa UD menunjukkan hasil sebagai berikut : Tabel 2. Responden produsen benih padi di Jawa Timur (2013) Sumber : Data Primer Tabel 3. Varietas padi yang disukai petani di Jawa Timur (2012/2013)
Sumber : UPT PSBTPH Jawa Timur (2012, 2013), BPSB Banyuwangi
(2013) b. Establish isolation maintenance plan and timing Establish that the site or field is not adjacent to any areas prone to unauthorized access (Utari Putri Anbarwati/175040207111100) Pada persiapan penanaman jagung di haruskan menetapkan rencana penanaman dan setelah itu dilakukan waktu pemeliharaan yang sesuai. Menurut Pioner (2007), Pada saat penanaman tanah harus cukup lembab tetapi tidak becek. Jarak tanaman harus diusahakan teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam dan pemeliharaan tanaman mudah. Beberapa varietas mempunyai populasi optimum yang berbeda. Populasi optimum dari beberapa varietas yang telah beredar dipasaran sekitar 50.000 tanaman/ha Jagung dapat ditanam dengan menggunakan jarak tanam 100 cm x 40 cm dengan dua tanaman perlubang atau 100 cm x 20 cm dengan satu tanaman perlubang atau 75 cm x 25 cm dengan satu tanaman perlubang. Lubang dibuat sedalam 3-5 cm menggunkan tugal, setiap lubang diisi 2-3 biji jagung kemudian lubang ditutup dengan tanah. Dan juga Tindakan pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyulaman, penjarangan, penyiangan, pembubuan dan pemangkasan daun. Penyulaman dapat dilakukan dengan penyulaman bibit sekitar 1 minggu. Penjarangan tanaman dilakukan 2-3 minggu setelah tanam. Tanaman yang sehat dan tegap terus di pelihara sehingga diperoleh populasi tanaman yang diinginkan.Penurunan hasil yang disebabkan oleh persaingan gulma sangat beragam sesuai dengan jenis tanaman, jenis lahan, populasi dan jenis gulma serta faktor budidaya lainnya. Periode kritis persaingan tanaman dan gulma terjadi sejak tanam sampai seperempat atau sepertiga dari daur hidup tanaman tersebut.Agar tidak merugi, lahan jagung harus bebas dari gulma. Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari setelah tanam dan harus dijaga jangan sampai menganggu atau merusak akar tanaman. Penyiangan kedua dilakukan sekaligus dengan pembubuan pada waktu pemupukan kedua. Pembubuan selain untuk memperkokoh batang juga untuk memperbaiki drainase dan mempermudah pengairan. Tindakan pemeliharaan lainnya yaitu pemangkasan daun.Daun jagung segar dapat digunakan sebagai makanan ternak. Dari hasil penelitian pemangkasan seluruh daun pada fase kemasakan tidak menurunkan hasil secara nyata karena pada fase itu biji telah terisi penuh. Selain tu area lahan jagung juga tdak bisa berdekatan dengan area lahan tidak sah, yang dimaksud adalah lahan yang tidak steril yang akan menyebabkan penularan hama dan penyakit pada lahan jagung. Menurut Ruslan (2011), kesesuaian lahan sangat diperlukan untuk perencanaan penggunaan lahan yang produktif dan lestari. c. Implement proper crop rotation and field selection to keep pest levels as low as possible (M. Rifky Ramdani/175040207111077) Petani di Indonesia telah mengetahui pentingnya penerapan pola tanam dalam usaha pertanian secara rotasi. Pertimbangannya adalah memanfaatkan lahan untuk memproduksi komoditas guna mencukupi kebutuhan pangan (konsumsi) atau komoditas yang mudah dijual sebagai sumber pendapatan (Pertanian Sehat Indonesia 2015). Rotasi tanaman itu sendiri merupakan praktik penanaman beberapa jenis tanaman secara bergiliran di satu luasan lahan. Kini penerapan rotasi tanaman semakin penting, mengingat besarnya dampak perubahan iklim, khususnya perubahan pola curah hujan. Menurut Apriyana dan Kailaku (2015) menggambarkan bahwa terjadinya perubahan pola curah hujan di beberapa lokasi telah mengubah waktu tanam padi sawah dan berkurangnya areal tanam, selain menurunnya produktivitas. Apabila tidak melakukan pemilihan lahan yang tepat dan tidak menerapkan rotasi tanam maka dengan perubahan iklim dapat meningkatkan populasi hama. Pemilihan tempat yang menggunakan daerah lembab dan sejarah lahan yang kurang baik dapat mengundang hama dan meningkatkan populasinya. Apabila pada suatu lahan tidak menerapkan rotasi tanam maka tanaman yang akan dibudidayakan akan sama sehingga hamanya pun akan sama dan dapat meningkatkan populasi hama pada suatu lahan. Oleh karena itu dalam menentukan pola rotasi, baik jenis tanaman/komoditas, maupun luasannya dan waktu tanam perlu mempertimbangkan kondisi lahan tersebut dan ketersediaan air serta unsur hara yang terdapat pada suatu lahan. d. Establish producer access to the land through ownership, lease or grower agreement (Tri Putri Rosiana/175040207111112) Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan. Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pemeriksaan lahan adalah jenis tanah, temperatur tanah, ketersediaan air, kelembaban tanah, tekstur tanah, bahan kasar tanah, pH tanah, koefisien tukar kation (KTK), toksisitas, variabel penyiapan tanah, bahaya banjir, bahaya erosi, dan lain sebagainya. Hasil pemeriksaan lapang adalah diketahuinya kelas kesuaian lahan yang meliputi kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian lahan S1 merupakan lahan yang sangat baik untuk pengusahaan pertanian sedangkan kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas lahan yang tidak dianjurkan untuk pengusahaan pertanian. Pemeriksaan lapang yang dilakukan tidak menentukan kelas kesesuaian lahan tetapi dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan yang akan bekerja sama dengan perusahaan. Pemeriksaan lapang meliputi pemetaan wilayah sarana irigasi, pola tanam, ketinggian tempat, areal pertanian potensial, areal potensial penanaman jagung, jalan angkutan panen dan upah tenaga kerja pada setiap wilayah. Berdasarkan pemeriksaan lapang yang dilakukan perusahaan, wilayah yang mengikuti kerjasama dengan perusahaan adalah lahan yang mempunyai potensi wilayah lebih dari 15 hektar, memiliki saluran irigasi dan memiliki akses yang cukup baik dengan jalan. Pemeriksaan sarana irigasi dilakukan karena perusahaan tidak akan melakukan kerja sama pada wilayah dengan kondisi lahan pertanian tanpa irigasi atau lahan tadah hujan karena kondisi lahan tersebut dianggap tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pola tanam di setiap wilayah perlu diketahui untuk mengetahui sejarah lahan, apabila sejarah lahan diketahui diharapkan dapat memprediksi produksi yang dihasilkan serta prediksi serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi lahan yang ditanam palawija sebelum penanaman jagung akan lebih baik dibandingkan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Lahan yang ditanam palawija sebelumnya lebih mudah diolah dan setelah pengolahan lahan tersebut mempunyai aerasi yang lebih baik dibandingkan dengan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Kondisi lahan yang baik dapat membantu meningkatkan produksi tanaman. Lahan sebelumnya ditanam palawaija juga perlu diketahui komoditas palawija tersebut. Lahan yang sebelumnya ditanam komoditas jagung memiliki potensi yang lebih besar terkena seangan OPT khususnya penyakit bulai yang merupakan penyakit tular tanah dan benih. Pemeriksaan sejarah lahan diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan sehingga perusahaan memiliki cara tepat dalam memproduksi benih sehingga dihasilkan benih dengan produksi tinggi dan bermutu baik. Pemeriksaaan terhadap upah tenaga kerja dilakukan sebagai dasar penyusunan biaya detasseling karena perusahaan bertanggung jawab terhadap kegiatan detasseling. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik karena hal tersebut berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Pertemuan dengan Petani Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan sebagai langkah awal dalam penandatanganan kontrak kerjasama. Pertemuan ini dilakukan pada setiap wilayah yang telah memenuhi kelas sesuaian lahan pada pemeriksaan lapang. Pertemuan terbuka bagi seluruh petani. Koordinator desa mengundang secara resmi ketua kelompok tani, broker, petani yang mempunyai pengaruh besar dalam kelompok, wakil perusahaan, kepala daerah serta perwakilan dinas pertanian setempat. Pada umumnya, pertemuan dengan petani dihadiri oleh petani dengan kepemilikan lahan yang luas. Petani yang memiliki lahan sempit mewakilkan kehadiranya kepada petani yang memiliki lahan yang luas yaitu dengan kepemilikan lahan kurang lebih satu hektar. Pertemuan antara perusahaan dengan petani menegaskan system kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan dengan petani. Pada pertemuan ini juga dibahas tentang peraturan tanam yang harus dilakukan dan produksi benih oleh petani yang bersedia bekerja sama dengan perusahaan. Hak dan kewajiban petani serta perusahaan dijelaskan sehingga petani mengetahui dengan jelas mengenai kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani. Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu wilayah. Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat, kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir. Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah, sehingga petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya perusahaan benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut bertujuan untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga. e. Establish grower contract (Tri Putri Rosiana/175040207111112) Di dalam KUHPerdata tidak ditetntukan secara tegas dengan bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena itu, perjanjian sewa menyewa dapat dibuat secara tertulis atau lisan. Akan tetapi, yang paling dominan dalam menentukan subtansi perjanjian adalah dari pihak yang menyewakan, sehingga pihak penyewa berada pada pihak yang lemah. Dengan demikian semua peryataan yang diajukan oleh pihak yang menyewakan tinggal disetujui. Setelah kedua belah pihak sepakat lalu dibuat perjanjian atau pesetujuan yang isinya mengenai hal-hal sebagai berikut: 1. Tahap pelaksanaan perjanian sewa menyewa tanah pertanian secara musiman a. Tahap pra kontraktual Untuk membuat sebuah perjanjian yang baik serta untuk mencegah terjadinya masalah hukum dikemudian hari, tahapan yang sering dilakukan sebelum mencapai kata sepakat adalah negosiasi. Negosiasi adalah proses dimana dua atau lebih kelompok yang mempunyai kepentingan yang sama atau berbeda berkumpul bersama untuk mencapai kesepakatan. Tujuan dari negosiasi adalah untuk mendapatkan atau mencapai kata sepakat yang mengandung kesamaan persepsi, saling pengertian dan untuk mendapatkan atau mencapai kondisi saling menguntungkan dimana masing-masing merasa senang dan nyaman. b. Tahap kontraktual 1)Tertulis Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang sudah disepakati oleh dua orang atau lebih yang ditulis dilembar kertas atau media lainnya dan diketahui oleh banyak orang. berdasarkan hasil penelitian, ketentuan mengenai perjanjian tertulis jarang tertulis jarang terjadi antara pemilik lahan pertanian dan penyewa lahan pertanian. 2) Tidak tertulis (lisan) Perjanjian tidak tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh dua orang atau lebih secara tidak ditulis dimedia apapun dan tidak semua orang yang mengetahui. Perjanjian tidak tertulis adalah sah sepanjang perjanjian itu dilakukan dengan tidak melanggar undang-undang, ketertiban dan kesusilaan. Seperti di Pasal 1320 KUHPerdata mengenai syarat sahnya perjanjian yang harus dipenuhi yaitu: a) Kesepakatan bagi mereka yang mengikatkan dirinya b) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c) Suatu pokok tertentu d) Suatu sebab yang tidak terlarang c. Tahap post kontraktual Yang dimaksud dengan pelaksanaan perjanjian adalah realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban yang telah di perjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. Pelaksanaan pada dasarnya menyangkut soal pembayaran dan penyerahan barang yang menjadi objek utama perjanjian. Barang yang disewakan berupa lahan pertanian dan fasilitas-fasilitas yang ada di daerah pertanian dalam keadaan baik. Pembayaran dan penyerahan barang dapat terjadi secara serentak. Mungkin pembayaran lebih dahului disusul dengan penyerahan barang atau sebaliknya penyerahan barang dulu baru kemudian pembayarannya. Pihak yang melakukan pembayaran pada dasarnya adalah pihak penyewa yang menjadi pihak dalam perjanjian dan alat pembayaran yang digunakan pada umumnya adalah uang. 2. Bentuk perjanjian sewa menyewa tanah pertanian secara musiman Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan lisan. Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis. Sedangkan perjanjian lisan suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak) KUHPerdata menentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam buntuk tertulis maupun lisan. 3. Subtansi perjanjian a. Obyek sewa menyewa Obyek dalam perjanjian sewa menyewa adalah barang atau benda, dengan syarat atau benda benda yang disewakan adalah barang yang halal, artinya tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban dan kesusilaan. Subyek atau pihak terlibat dalam perjanjian sewa menyewa adalah pihak yang menyewakan dan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan adalah orang atau badan hukum yang menyewakan barang atau benda kapada pihak penyewa, sedangkan pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang atau benda dari pihak yang menyewakan. b. Ketentuan waktu dalam sewa menyewa lahan pertanian Berdasarkan hasil penelitian, ketentuan waktu dalam sewa menyewa lahan pertanian baik didusun penutus, pongkor, gerisak dan gerisak semanggeleng di tentukan waktunya oleh pemilik lahan pertanian. 4. Berakhirnya perjanjian sewa menyewa lahan pertanian Berakhirnya perjanjian secara tegas tidak diatur, melainkan hanya didalam KUHPerdata menyebutkan mengenai hapusnya perjanjian pada Pasal 1381 KUHPerdata. Walaupun demikian, ketentuan-ketentuan tentang hapusnya perjanjian tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya perjanjian karena pada umumnya perjanjian lahir karena adanya suatu yang di perjanjikan. Berdasarkan Pasal 1381 KUHPerdata hapusnya perjanjian karena sebagai berikut: a. Pembayaran b. Penawaran pembayaran tunai, diikuti oleh penyimpanan atau penitipan c. Karena pembaharuan utang d. Karena penjumpaan utang atau kompensasi e. Karena prcampuran utang f. Karena pembebasan utangnya g. Karena musnahnya barang yang tertuang h. Karena pembatalan atau kebatalan i. Karena berlakunya suatu syarat batal j. Karena lewatnya waktu Berdasarkan hasil penelitian, meskipun waktunya telah ditentukan tetapi tidak dibuat secara tertulis, maka perjanjian sewa menyewa tanah pertanian tidak berakhir tepat pada waktunya.7 Seperti yang dimaksud dengan Pasal 1571 KUHPerdata yang berbunyi: “Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan mengindahkan tenggang-tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempa.” f. Establish procedures for proper cleaning and inspection of field equipment, including for possible pest infested or pathogen infected material (Hutur Gumara R.K./165040201111140) METODE PEMBERSIHAN 1. Busa sabun : pembersihan busa sabun digunakan untuk membersihkan lapisan luar peralatan bisa menggunakan sabun atau detergent. pembersih ini meningkatkan waktu sentuh bahan kimia dengan larutan kimia dengan tekanan mekanis dan temperatur yang kecil 2. high pressure : meningkatkan tekanan mekanis membantu menghilangkan kotoran. metode pembersih ini terkadang di tambahkan detergen dan penambahan suhu untuk meningkatka n efisiensi pembersihan. 3. clean in place (CIP) : pembersihan untuk permukaan bagian dalam tanki dan pipa. larutan kimia dimasukan kedalam sirkut tanki untuk membersihkan bagian dalam. waktu,suhu dan tekanan kimia di ubah-ubah sesuai kebutuhan untuk mencapai pembersihan maksimal. 4. mechanical : menggunakan sikat baik dengan tangan ataupun dengan menggunakan mesin. 5. clean out of place(COP): pembersihan yang dilakukan untuk suku cadang mesin yang dapat dilepas. pembersihan dilakukan di wadah berisi cairan kimia yang di panaskan. g. Establish communication with neighboring seed growers, farms and residences as appropriate. (Fakhrizal Azizi/175040207111124) Ketersediaan benih bermutu tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam penangkaran benih.Kondisi keberagaman sosial ekonomi masyarakat dalam mengkomunikasi pencapaian ketersediaan benih tanaman pangan melalui pendekatan kelompok. Kementerian Pertanian (2015b) mengutip pernyataan Food and Agriculture Organization (FAO) bahwa negara berkembang melibatkan farm saved seed oleh petani sendiri dan commercial seed keterlibatan penangkar benih dan industri benih. Kementerian Pertanian telah menerbitkan Kepmentan No.3 Tahun 2015 tentang penetapan kawasan padi, jagung, kedelai dan ubi kayu nasional dalam mendukung ketersediaan benih nasional, bentuk programnya kawasan mandiri benih terdiri dari seribu desa mandiri benih (Kementan 2015a). Penerapan teknologi pertanian banyak menggunakan pendekatan kelompok, termasuk program pengembangan potensi penangkar benih. Permasalahan tentang penangkaran benih adalah produksi benih masih tergantung dengan keberadaan kelompok tani penangkar. Keberhasilan kelompok tani penangkar benih dalam melaksanakan peran dan fungsinya dapat dilihat dari kapasitas penangkar benih. Kapasitas penangkar benihmeliputi: (1) penguasaan inovasi teknologi; (2) persiapan budidaya; (3) penerapan komponen teknologi; (4) berorientasi pemasaran hasil; (5) menjalin kemitraan; (6) keberlanjutan usaha. Peran kelompok tani sebagai kelas belajar, wadah kerjasama, unit produksi dan unit pemasaran hasil. ) Hasil analisis SWOT menunjukkan strategi meningkatkan kapasitas petani penangkar benih dapat melalui optimalisasi`peran kelompok tani misalnya melakukan pertemuan rutin, menyelenggarakan kelas belajar, uji coba teknologi dan pendampingan teknologi penangkaran benih. h. Establish procedures to detect presence of and destroy sexually compatible plants in the area of isolation (Hartsa Salsabilla/175040207111185) 1. Menetapkan prosedur pembersihan dan peralatan yang digunakan untuk produksi benih / tanaman 2. Prosedur operasi standar yang berlaku mengenai perpindahan personel dari satu lokasi atau bidang ke yang lain 3. Membuat prosedur untuk pemantauan area isolasi secara berkala dari tamanan yang tidak terduga secara berkala sampai pembungaan tanaman selesai 4. Menetapkan rencana darurat bencana alam 5. menetapkan praktik manajemen lapangan yang tepat sebelum penanaman 6. Pantau perkembangan penyakit tanaman dan hama lain pada berbagai tahap pertumbuhan i. Appropriate elimination of infected plant debris during land preparation (Dzaky Fakhriza Ridwan/175040200111023) Dalam melakukan usaha benih jagung, kemurnian benih merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penularan penyakit pada tanaman. Menurut Yunasfi (2002), penyakit menular dapat berkembang dan menyebar secara aktif dari satu pohon ke pohon yang lain melalui tanah, pertautan akar, pertautan daun, atau menyebar secara pasif dari satu tanaman ke tanaman lain karena terbawa oleh angin atau aliran pada permukaan tanah, selokan atau sungai. Ketika suatu tanaman budidaya terinfeksi penyakit, maka kualitas benih yang dihasilkan juga tidak maksimal. Penyakit pada benih merupakan permasalahan yang harus dihindari dari produser benih. Menurut Rustam (2013), Adanya serangan hama atau penyakit pada benih akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas semai ataupun bibit hingga pertumbuhan tanaman di lapangan. Sumber penyakit atau hama bisa jadi dapat berasal dari sisa-sisa tanaman yang sebelumnya yang telah dipanen. Hama dan penyakit harus dikendalikan selama proses pengadaan benih, hal ini dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada benih yang sudah terinfeksi serta untuk mencegah penyebarannya terhadap benih-benih yang lain. Untuk itu sebelum melakukan penanaman tanaman perlu diadakan persiapan lahan berupa membersihkan sisa-sisa tanaman sebelumnya yang telah terinfeksi penyakit sehingga tidak akan menginfeksi tanaman yang akan dibudidayakan.
1.4 Establish Monitoring Procedures
a. Prior to planting, inspect all land within the area of isolation to establish that no crops of the same species are planted. (Muhammad Ario Pambudi/175040207111178) Pada persiapan produksi benih jagung hibrida, isolasi sangat diperlukan agar tidak terjadi kontaminasi dari tanaman lain yang sejenis. Pemilihan tempat juga menjadi pentinng. Pemilihan lokasi yang tepat. Tempat penanaman harus bersih dari benih-benih jagung dan jagung manis lain, bukan daerah endemik hama dan penyakit utama, tanah subur, cukup air, mempunyai sistem irigasi dan drainase yang baik, serta tingkat keseragaman (homogenitas) tanah yang tinggi. Penempatan lokasi produksi benih dengan lokasi varietas lain yang mempunyai waktu berbunga hampir bersamaan minimal 200 m dan perlu diperhatikan arah angin. Atau dapat juga dilakukan dengan isolasi waktu, artinya penanaman dilakukan dengan selisih waktu tanam minimal 21 hari sebelum atau sesudah varietas lain ditanam. Pada varietas yang mempunyai umur panen berbeda dapat dilakukan penanaman secara bersamaan, namun untuk varietas yang berumur lebih genjah (singkat) ditanam lebih dulu dari yang berumur dalam (panjang). Hal ini untuk mencegah terjadinya pembungaan yang bersamaan dan persilangan. Penyiapan lahan dilakukan dengan cara membersihkan sisa-sisa tanaman dari penanaman sebelumya. jika pertanaman sebelumnya adalah jagung. Jika gulma dapat mengganggu pengolahan tanah dapat diberikan herbisida kontak untuk mempercepat pengolahan tanah (Azrai Et al, 2018). b. Communicate with neighboring producers to establish that they are not planting sexually compatible species or types within the isolation distance (Maghfira Nur Fadzilah/165040201111122) Sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain maka akan membutuhkan suatu komunikasi. Hal itu dikarenakan komunikasi merupakan salah satu sarana untuk terkoneksi dengan orang dikeliling kita. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi bisa berupa pesan, ide, gagasan dari satu pihak kepada pihak lain. Sebagai produsen benih, komunikasi dengan konsumen maka harus dilakukan sesuai prosedur pelaksanaannya. Termasuk adanya spesies inkompatibilitas. Kompatibilitas adalah kesesuaian antara organ jantan dan betina sehingga penyerbukan yang terjadi dapat diikuti dengan proses pembuahan. Tanaman dikatakan bersifat kompatibel jika terjadi pembuahan setelah penyerbukan. Ketidaksesuaian antara organ jantan dan betina disebut inkompatibilitas. Ketidaksesuaian dikendalikan oleh faktor lingkungan, genetik dan fisiologis (Poespodarsono, 1998). Inkompatibilitas (incompatibility) adalah bentuk ketidaksuburan yang disebabkan oleh ketidakmampuan tanaman. Maka pada pelaksanaan budidaya benih, dilakukan dalam jarak isolasi. Jarak isolasi merupakan area produksi benih (suatu varitas) yang perlu mempunyai jarak dengan pertanaman benih yang lain (varitas yang lain) agar tidak terjadi percampuran. Sifat penyerbukan yang menyebabkan perbedaan jarak isolasi. Tanaman yang menyerbuk sendiri tidak perlu diberi jarak isolasi yang jauh, tetapi tanaman yang menyerbuk silang harus diberi jarak tertentu agar tidak terjadi persilangan. c. Prepare site map to identify locations of any sexually compatible wild relatives (Sherina Syafitri Hidayat/175040200111049) Sebelum melakukan penanaman, perlu adanya kegiatan pemantauan untuk mempersiapkan peta situs untuk melihat lokasi didaerah dekat penanaman agar dapat mengidentifikasi adanya tanaman disekitar situs lokasi. Apabila terdapat tanaman liar atau tanaman yang satu kerabat dengan jenis tanaman yang akan ditanam dapat dihilangkan. Hal ini untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berkurangnya kualitas kemurnian benih. Pembangunan persemaian didasarkan pada pertimbangan tujuan yang ingin dicapai, apakah bibit yang diproduksi digunakan untuk penanaman lokal, dijual di pasaran atau untuk rehabilitasi lahan. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan persemaian meliputi Penentuan lokasi persemaian, Jarak dan akses. Sumber media , Jarak ke sumber bibit dan lokasi penanaman, Ukuran persemaian, Ruangan perkecambahan, Ruangan penyimpanan media, Ruangan alat kerja, dan Bentuk meja bibit. d. Inspect fields for evidence of pests and pathogens of phytosanitary concern prior to planting (M. Iqbal Septian H./ 175040207111191) Kesehatan lahan sangat penting untuk diperhatikan sebelum memulai penanaman. Lahan yang tidak sehat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Adanya hama dan penyakit pada lahan bisa terjadi akibat sisa-sisa tanaman pada musim sebelumnya. Selain itu penyebaran hama dan penyakit juga bisa disebabkan oleh cuaca maupun lingkungan sekitar. Sehingga perlu adanya tindakan pencegahan dengan cara membersihkan lahan sebelum penanaman. Pada skala industri benih, terdapat persyaratan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSP-TPH) pada saat produsen benih ingin melepaskan suatu varietas. Salah satu persyaratan tersebut adalah lolos dalam pemeriksaan lahan pendahuluan (sebelum tanam). Menurut Badan Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSP-TPH) pemeriksaan lapang pendahuluan bertujuan untuk memeriksa kebenaran areal. Permohonan pemeriksaan lapang pendahuluan diajukan oleh produsen benih paling lambat satu minggu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan sebelum tanam yaitu pada saat tanah sebelum diolah atau paling lambat pada saat pengolahan tanah. Hal-hal yang diperiksa: 1. Kebenaran nama dan alamat penangkar 2. Letak situasi real dan luas areal 3.Jenis tanaman sebelumnya, untuk mempermudah campuran varietas lain (CVL) yang akan tumbuh pada areal sertifikasi 3. Kepastian batas-batas lokasi yang akan digunakan untuk areal sertifikasi. 4. Kebenaran varietas benih sumber yang akan digunakan dalam kelas benih yang akan dihasilkan Memeriksa apakah benih sudah disebar atau belum, mencari kepastian apakah varietas yang disebar sesuai dengan permohonan. Hasil pemeriksaan lapang diberitahukan kepada produsen satu minggu setelah pemeriksaan. Laporan pemeriksaan juga harus mencantumkan realisasi tanggal sebar. Produsen benih diwajibkan untuk membayar biaya pemeriksaan apabila lahan yang diperiksa memenuhi persyaratan. e. Inspect field equipment for possible sources of contamination (M. Thoriq Azam/165040207111058) Proses produksi benih perlu diupayakan supaya kemundurna genetik tidak terjadi dan benih yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi. Kegiatan pengendalian mutu internal harus dilaksanakan oleh produsen benih denga menerapkan prinsip-prinsip genetik dalam proses produksi benih. Menurut Mayun (2016),salah satu kegiatan yang terkait dengan prinsip-prinsip genetik tersebut yaitu menghindari kontaminasi pada mekanis. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber kontaminasi juga merupakan syarat penting dalam program produksi benih, salah satunya kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada saat menyemai, panen, pengolahan, dan penanganan benih. Menghindari kontaminasi mekanis sama pentingnya dengan menghindari kontaminasi genetik oleh serbuk sari asing. Menurut Mayun (2016), semua alat dan wadah pada setiap kegiatan harus dibersihkan mulai dari alat pengolah tanah, penanaman, pemotong, perontok, pengeriting, wadah simpan, dan sebagainya f. Inspect field for unintended plants (M. Thoriq Azam/165040207111058) Pemeliharaan tanaman untuk tujuan produksi benih tidak jauh berbeda dengan tujuan produksi konsumsi. Salah satunya pemeliharaan dari tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di sekitar tanaman, yaitu gulma. Pengendalian gulma dilakukan karena gulma sangat merugikan dalam pertanaman untuk benih. Menurut Mayun (2016), kerugian yang disebabkan dari gulma, sebagai berikut: 1. Bersaing untuk hara dan air 2. Menekan tanaman, mengurangi cahaya, dan menghambat panen 3. Mengganggu pengolahan tanah 4. Mengganggu panen, misalnya memanjat tanaman dan jika benih gulma dipanen masih hijau, meningkatkan ongkos pengeringan 5. Dapat beracun 6. Dapat bersifat parasit bagi tanaman 7. Dapat menjadi inang bagi hama penyakit Suatu pertanaman untuk benih, spesies tanaman lain harus dipandang sebagai gulma. Menurut Mayun (2016), upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian gulma, antara lain: 1. Drainase, untuk mengendalikan gulmayang merajalela dalam kondisi basah dan mendorong pertumbuhan tanaman 2. Menggunakan pupuk hijau hanya setelah busuk untuk menghancurkan benih gulma 3. Menggunakan pupuk untuk mendorong pertumbuhan tanaman agar mampu berkompetisi dengan gulma 4. Menyemai pada lahan bersih setelah pengolahan tanah dan menggunakan herbisida pra-muncul lapang
1.5 Establish Corrective Measures
a. If the isolation parameters are not met, find a different, more suitable site or field (Angie Kentylia R.S./175040201111061) Isolasi merupakan pemisahan bidang tanaman benih dari bidang tanaman lain untuk mencegah kontaminasi mekanik atau genetik benih yang akan dipanen. Isolasi bisa berupa jarak, waktu dan hambatan fisik. Otoritas sertifikasi menetapkan persyaratan isolasi yang dapat bervariasi sesuai dengan spesies dan kategori benih. Di sebagian besar negara, jarak isolasi minimum adalah 2 m untuk tanaman yang diserbuki sendiri, tetapi jarak yang lebih besar mungkin diperlukan tergantung pada tanaman dan tingkatannya. Pagar tanaman atau pagar permanen dapat diterima sebagai pengganti celah isolasi 2 m. Jika celah tidak memenuhi persyaratan, inspektur akan membiarkan tanaman tetapi tetap menyelesaikan inspeksi. Produsen kemudian dapat mengatur agar petani membuat celah yang benar dan di kemudian hari tanaman tersebut dapat diperiksa ulang untuk isolasi saja (FAO, 2018). Ladang harus dipisahkan dari ladang lain yang dibudidayakan dengan varietas yang sama untuk menjaga identitas genetik. Jarak isolasi tergantung pada mode penyerbukan. Isolasi dapat bersifat spasial atau dipisahkan oleh jarak tertentu dan temporal atau dibudidayakan setelah periode yang ditentukan. Ketika isolasi ruang dan waktu tidak memungkinkan, maka hambatan mekanis dapat dibuat dengan cara seperti pembuatan parit, tanggul, atau jalan; sebagai alternatif, strip tandus dapat dibiarkan untuk mencegah kontaminasi melalui penyilangan silang atau pencampuran selama masa panen. Lebar jalur isolasi tergantung pada spesies dan kelas benih. Lebar jalur isolasi sebesar 2-3 m di sekitar tepi lapangan cukup untuk mencegah kontaminasi untuk tanaman yang diserbuki sendiri, namun untuk tanaman yang diserbuki silang diperlukan jarak yang lebih besar, misalnya untuk jagung dibutuhkan lebar jalur isolasi sekitar 400-500 m (FAO, 2018). b. If a producer unexpectedly plants the same crop species within the isolation zone, negotiate to remove the conflict (Ivhohanna Praharani/ 175040207111160) Kegiatan ini dinamakan dengan Roguing yaitu dengan menyingkirkan tanaman yang menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan varietas yang diusahakan atau yang diinginkan. Hal ini merupakan salah satu syarat penting yang harus dilakukan dalam budidaya tanaman dengan orientasi produksi benih contohnya pada tanaman jagung. Contoh tanaman yang tidak diinginkan seperti gulma, tanaman spesies lain, varietas atau cultivar lain tetapi spesies sama dan tanaman tipe simpang sebagai akibat terjadinya segregasi, mutasi varian, dan termasuk tanaman yang sakit atau abnormal. Roguing pada tanaman jagung yang diisolasi bertujuan untuk menjaga kemurnian mutu benih sehingga keunggulan tanaman jagung dapat terjamin. Dari benih jagung yang unggul ini nantinya diharapkan menghasilkan produksi yang maksimal. Selain itu, tujuan roguing ini adalah agar membuat produk tanaman jagung yang ditanam menjadi seragam. Demi meningkatkan produktivitas tanaman jagung, maka metode pengelolaannya menuntuk keseragaman alat atau tindakan yang digunakan seperti teknologi yang digunakan semakin memperhitungkan waktu usaha yang dikehendaki seefisien mungkin. Beberapa alasan mengapa roguing dilakukan yaitu karena adanya sifat genetik yang mampu membuat tanaman ini menjadi berbeda, adanya diversifikasi dari tanaman yang sedang diusahakan karena varuetas yang diusahakan belum tesedia atau belum mantap, terjadinya penyerbukan contohnya pada tanaman budidaya jagung waktu benih diproduksi, atau tercampur dengan benih lain pada waktu prossesing atau pada saat penanaman dilapang. Pelaksanaan roguing sebaiknya dilakukan sedini mungkin atau dari awal dan dilakukan secara terus menerus pada tahapan pertumbuhan tanaman jagung. Tahapan tersebut adalah ketika tanaman jagung masih di fase bibit, fase sebelum pembungaan, ketika tanaman jagung sudah memasuki fase pembungaan dan fase sebelum tanaman jagung dipanen. c. If the planter has seed in it prior to planting, thoroughly clean it and re-verify (Krisna Reza Darmawan, 175040200111020) Petani yang telah memiliki benih tanam, harus melakukan pembersihan dan pengecekan ulang pada benihnya tersebut sebelum melakukan penanaman. Pembersihan benih ini dapat dilakukan dengan merendam benih dengan air biasa maupun dengan air yang dicampur dengan campuran insektisida maupun campuran lain yang akan membuat benih terbebas dari penyakit ataupun kotoran yang menempel pada benih. Setelah dirasa benih telah bersih maka dilakukan pengecekan ulang pada fisik benih yang akan ditanam. Benih tersebut dipastikan tidak ada kerusakan atau kecacatan pada bentuk fisik benih dari luar. Jika benih telah benar-benar bersih dan siap untuk ditanam maka benih tersebut telah layak untuk ditanam dan menjadi benih yang bersih. d. If infected debris or pathogen infected plants of phytosanitary concern are detected, properly dispose of or destroy them (Nurul Hilmiah Emiliya Putri/165040201111235) Umumnya kebanyakan spesimen tanaman dalam koleksi patogen tanaman berasal dari lapangan, baik dari lingkungan pertanian maupun alam bebas. Spesimen tanaman berpenyakit dapat dikenal dari gejala-gejala dan tanda-tanda yang khusus. Gejala adalah perubahan penampilan pada tanaman atau bagian- bagiannya yang dapat dilihat. Adapun tanda adanya penyakit adalah kehadiran pathogen yang dapat dilihat, misalnya tubuh buah atau kotoran yang berkaitan dengan penyakit. Pengetahuan dasar mengenai gejala dan cara terbentuknya diperlukan untuk menjamin bahwa bagian tanaman yang dikumpulkan terinfeksi patogen. Pada beberapa kasus, gejala-gejala penyakit dapat muncul di suatu bagian tanaman namun patogennya ditemukan di tempat lain, Misalnya penyakit layu yang memiliki gejala yang terlihat pada daun, meskipun patogennya terdapat didalam ssstem pembuluh pada akar dan batang. Badan karantina pertanian berperan penting pada proses pengolahan komoditas pasca panen karena bertugas untuk mengawasi keamanan pertanian. Badan karantina bertugas untuk mengawasi keluar masuknya komoditas pertanian agar terhindar dari adanya penyebaran hama penyakit yang disebabkan oleh pathogen. Pemeriksaan suatu komoditas tanaman sebelum di ekspor memiliki tahapan yang berbeda-beda, tergantung dengan jenis yang akan di ekspor. Pemeriksaan badan karantina pertanian umunya disebut dengan pemeriksaan fitosanitari yang memilki tujuan yaitu agar produk pertnian bebas dari organisme pengganggu tanaman. Pengembangan produk benih tanaman transgenik seperti benih jagung yang mengandung gen BT (gen bakteri Baccillus thuringiensis parasitik terhadap ulat penggerek) masih menjadi materi yang kontroversial. Oleh Karena itu, Pemeriksaan terhadap komoditas yang akan diekspor dilakukan untuk memastikan bahwa komoditas tersebut telah memenuhi persyaratan fitosanitari negara pengimpor. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi : a. Verifikasi dokumen yang berupa kelengkapan b. Pemeriksaan keberadaan OPT sasaran, yang dilakukan sebelum dan setelah perlaukan. Setelah perlaukan, masih mungkin ditemukan OPT sasaran yang masih hidup, namun tidak berarti sertifikat ditolak, kecuali respon yang di persyaratkan adalah mortalitas OPT sasaran. Oleh karena itu, informasi persyaratan teknis atas komoditas yang akan diimpor hasrus disampaikan kepada Negara pengekspor sebelum ekspor dilaksanakan. Organisme pengganggu tanaman jagung salah satunya adalah ulat penggerek tongkol dimana perannya dapat meletakkan telurnya pada silk dan larvanya menginvasi janggel serta memakan biji jagung yang sedang dalam proses pengisian. Oleh karena itu ketika telah masuk pada karantna dilakukan pemeriksaan fitosanitari. Ketika diketahui terdapat pathogen didalam tongkol dapat dilihat dari syarat yang telah ditentukan, pemeriksaan tersebut ketika telah mencapai ambang ekonomi akan segera dihancurkan karena dapat menular pada komoditas yang lain.
1.6 Establish Verification Procedure
a. Verify that the isolation parameters are met (Devi Wulan Oktavia/ 165040201111106) Isolasi adalah salah satu cara pengaturan tanam untuk memisahkan pertanaman dengan varietas lainnya agar tidak terjadi penyerbukan silang, pencampuran varietas atau penularan penyakit tanaman, dapat menggunakan pengaturan jarak dan waktu. Isolasi Jarak adalah jarak minimal yang harus dipenuhi antara suatu unit penangkaran benih dengan pertanaman sejenis di sekelilingnya. Isolasi Waktu adalah perbedaan waktu tanam minimal yang harus dipenuhi dari suatu unit penangkaran benih dengan pertanaman sejenis di sekelilingnya sehingga waktu berbunga tidak bersamaan. Isolasi Penghalang (barrier) adalah tanaman atau benda penghalang (plastik, fiberglass, dll) yang berfungsi sebagai penghalang penyebaran tepung sari dari pertanaman padi yang lain di sekitar areal penangkaran. Kegiatan verifikasi dengan cara memeriksa pertanaman pertama dengan beberapa parameter yang harus terpenuhi. Pengamatan pada tanaman jagung dilakukan pada fase pertumbuhan tanaman, yaitu sejak dari fase vegetatif (umur 25 Hari Setelah Tanam) hingga fase berbunga (sebelum tepung sari keluar dan malai belum terbuka). 2) Pemeriksaan pertanaman kedua Dilakukan pada fase masak, yaitu setelah panen galur induk jantan. 3) Apabila tidak lulus dalam pemeriksaan pertanaman pertama, dapat dilakukan pemeriksaan ulang 1 (satu) kali selama masih pada fase berbunga berdasarkan permintaan dari produsen benih. c. Parameter yang diperiksa yaitu : 1) Fase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang. 2) Fase berbunga : bentuk/tipe dan warna bunga jantan, posisi tongkol, warna tangkai putik/rambut, bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang, serta bentuk tongkol dan bunga jantan (yang tepung sarinya telah terbuka) yang tertinggal pada tanaman induk betina. 3) Fase masak : tongkol materi induk jantan yang tertinggal dan laju ketuaan tanaman (Litbang Pertanian, 2018). b. Verify isolation with other seed producers.(Devi Wulan Oktavia/ 165040201111106) Pemeriksaan pertanaman Produsen benih tanaman pangan harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman paling lambat satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada UPTD/UPTPSB Provinsi Kalbar. Pemeriksaan pertanaman dapat dilakukan pada fase vegetatif, fase berbunga, fase masak/menjelang panen. Hasil pemeriksaan pertanaman dilaporkan menggunakan formulir 3. Pelaksanaan pemeriksaan pertanaman : Memeriksa dokumen sebelumnya. Memeriksa letak, luas dan tanggal areal pertanaman. Mengetahui isolasi jarak dan waktu (khusus tanaman menyerbuk silang). Menentukan sampel pengamatan (menetapkan secara acak sampel sehingga mewakili seluruh pertanaman, bukan tanaman pinggir). Membuat peta lapangan untuk menentukan titik sampel Mengetahui keadaan pertanaman (1/3 tanaman rebah areal dapat ditolak, apabila rebah mengelompok dapat dilakukan pemeriksaan sisa areal yang tidak rebah, bebas gulma). c. Prior to planting verify that the site/field location and acreage meets specifications (Sri Ngenana Br Tarigan/175040207111134) Benih dari beberapa jenis tanaman sebelum ditanam di lapangan, benihnya perlu disemai terlebih dahulu, misalnya benih cabai, tomat, rambutan, mangga, kopi dan lain-lain. Tahap awal penyemaian adalah menyiapkan tempat penyemaian Tempat pembibitan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk melakukan penyemaian benih/kecambah dan menyapih bibit yang bersifat sementara sampai menjadi bibit siap tanaman di lapangan. Syarat tempat pembibitan antara lain: 1. Lahan bersih dari gulma, sisa tanaman sekelilingnya dan kotoran. 2. Suhu, kelembaban dan intesintas cahaya matahari dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. 3. Sirkulasi udara lancar. 4. Terlindungi dari angin kencang, sengatan matahari dan hujan. 5. Tidak tergenang air. Untuk menyiapkan tempat pembibitan sesuai dengan persyaratan tersebut diatas, maka perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1) Pembersihan lahan Lahan sebagai tempat kegiatan dari pembibitan tanaman harus benar-benar bersih dari sampah dan tanaman pengganggu. Oleh karena itu pembersihan lahan sangatlah penting agar lahan tersebut terbebas dari sisa-sisa tanaman sebelumnya atau rerumputan semak-semak yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa perakaran dari tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu pertumbuhan akar bibit nantinya. Selain itu dimaksudkan untuk membebaskan tempat pembibitan dari sarang patogen yang akan menjadi sumber kontaminasi. Langkah pembersihan sama dengan kompetensi dasar penyiapan lahan. 2) Jenis dan ukuran tempat pembibitan Untuk mendukung tumbuhnya benih kecambah yang disemai dan bibit disapih di tempat pembibitan, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain: a. Raise bed, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya. b. Sunked bed, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan yang terletak dibawah permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dan pada bagian-bagian atasnya diberi atap/naungan yang dapat dibuka tutup. Tempat pemibibitan ini biasanya digunakan untuk daerah yang kelembabannya rendah dan tiupan anginnya cukup kencang sehingga dapat merusak kecambah yang baru tumbuh. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain: a. Shade house, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk bedengan/guludan pada lahan datar dengan dilengkapi naungan yang dapat dibuka dan ditutup pada bagian naungannya. b. Green house, yaitu tempat pembibitan yang berbentuk rumah kaca yang dapat dikendalikan temperaturnya dan kelembaban udara didalamnya sesuai dengan kebutuhan benih kecambah yang ditanam. Pada dasarnya tempat pembibitan dibuat dengan cara yang sama, terdiri dari bedengan dengan naungan atau tanpa naungan. Hanya bedanya dalam perlakuannya tergantung pada tujuan kebutuhan. 1. Bedengan Bedengan merupakan luasan lahan tertentu yang dibuat untuk menghindari terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat mengakibatkan buruknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara selatan dengan maksud agar bedengan tersebut dapat memperoleh cahaya matahari yang cukup dan merata. Umumnya macam bedengan yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya benih antara lain, bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan benih secara langsung. Bedengan ini biasanya dibuat untuk menyemai benih yang jenis tumbuhnya agak lama dan mudah dipindahkan kecambah/ bibitnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pembuatan bedengan yaitu tanah dikondisikan gembur dan subur, pH tanah dikondisikan netral atau sesuai dengan kebutuhan tanaman, dan media dalam polybag. d. Prior to planting, verify that the planter is clean of seed (Afifudin Zuhri/175040207111109) Pelaksanaan pengecekan terhadap seluruh alat-alat serta berbagai tempat yang telah digunakan untuk proses produksi benih sangat penting untuk dilakukan. Hal ini berkaitan dengan kesterilan dan menjaga kondisi lingkungan sekitar tempat produksi benih. Selain itu juga penting dilakukan agar berbagai alat dan tempat yang telah digunakan untuk proses produksi benih tersebut bida terjaga kebersihannya dan apabila akan digunakan untuk pelaksanaan produksi selanjutnya sudah dalam keadaan bersih dan siap untuk digunakan. Menurut Hendarto (2003) menyebutkan bahwa maksud dari adanya pemeriksaan secara ketat pada pelaksanaan produksi benih, bahkan hingga peralatan-peralatan yang dipakai, ialah untuk mendapat jaminan bahwa benih yang akan dihasilkan dapat terjamin dengan baik mulai dari tahap produksi hingga pemasaran benih yang dihasilkan, serta juga untuk menjamin kemurnian sifat dari benih tersebut. Pada pelaksanaan verifikasi atau pengecekan semua alat-alat yang berkaitan dalam produksi benih, harus dilakukan oleh badan pengawas dalam pelaksanaan produksi benih. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaannya memiliki suatu standar tertentu yang dapat dijadikan acuan dalam menentukan kebersihan setelah pelaksanaan produksi benih (Hasanah dan Rusmin, 2006). Sehingga dengan tingkat kebersihan setelah pelaksanaan produksi itu dapat dipertanggung jawabkan dan bisa diukur oleh para konsumen benihnya. Di sisi lain berbagai alat yang digunakan dalam pelaksanaan produksi benih akan langsung berhubungan dengan benih yang diproduksi, sehingga jika peralatan tersebut tidak dalam kondisi yang benar-benar bersih juga dapat langsung mempengaruhi kebersihan dan kesterilan benih yang dihasilkan. Adanya pengecekan peralatan dan semuanya yang telah dipakai saat produksi benih harus dalam keadaan yang bersih juga bertujuan untuk menjaga keberlanjutan proses produksi benih. Karena selain ditentukan oleh sifat genetiknya, sifat benih juga ditentukan oleh kondisi lingkungannya. Sehingga pelaksanaan pengecekan terhadap kebersihan alat-alat yang digunakan ini juga dapat mendukung produksi benih agar bisa berjalan terus-menerus melalui kondisi lingkungan dan pelaksanaan yang terjaga kebersihannya. e. Verify phytosanitary condition of seed, site, and planting equipment (Fasya Afitra M.P./175040201111050) Pemeriksaan Fitosanitari bertujuan untuk memverifikasi status fitosanitari dari komoditas dengan referensi khusus tentang keberadaan hama yang diatur. Pemeriksa dalam fitosanitari harus memastikan kesesuaian pengiriman dengan spesifikasi yang dibuat dalam impor. Tugas lain yakni memastikan bahwa pengiriman bebas dari serangan hama, tanah, dan kontaminasi gulma. Kegiatan perizinan impor fitosanitari membutuhkan izin yang dikeluarkan oleh Karantina Tumbuhan Unit Divisi Perlindungan Tumbuhan. Izin Impor fitosanitari yang dikeluarkan oleh PQU harus dipenuhi oleh konsintasi tertentu untuk dapat memasuki sebuah negara. Rilis perizinan impor fitosanitari berdasarkan \berdasarkan tempat asal, kelas komoditas tanaman dan kategori risiko fitosanitari dari produk. Persyaratan fitosanitari ditetapkan melalui Analisis Risiko Hama sesuai dengan prosedur dan pedoman didirikan oleh ISPM IPPC yang relevan. "CASE" diidentifikasi oleh kombinasi kode produk dan kode tempat asal yang telah ditentukan oleh karakteristik berikut: Kode Produk 1. Genera dan spesies 2. Bagian tanaman: umbi, benih benar, umbi mini, daun, dll. (Kode bagian tanaman) 3. Tingkat pemrosesan: alami, kulit kayu kering, dehidrasi, dll. (Kode pemrosesan) 4. Penggunaan yang dimaksudkan: konsumsi, propagasi (Kode penggunaan yang disengaja 5. Asal transgenik: Ya atau Tidak Kondisi Benih Benih yang dipergunakan dalam perbanyakan harus melalui proses diantara lain : a. Inspeksi dan pengambilan sampel dilakukan melalui pengambilan benih oleh pihak inspekstur yang berwenang dan diperintah oleh berdasarkan ayat 3 (15) bab II. Benih akan masuk dari pelabuhan dalam bentuk kantong benih yang dapat diidentifikasi. b. Pengambilan sampel benih propagasi disesuaikam dengan prosedur pengambilan sampel yang ditentukan oleh International Seed Testing Association (ISTA) Rules. c. Lot benih yang digunakan pada tanaman pertanian dan hortikultura mempunyai ukuran maksimum 20 metrik ton dengan biji seukuran gandum yang sama atau lebih besar. d. Pengambilan sampel dalam jumlah besar dilakukan oleh slotted tube sampler atau Nobbe sampler dari tempat penyimpanan yang cukup dalam. Pengambilan sambel benih dilakukan secara cepat dengan tangan yang nantinya akan segera diserahkan kepada penguji laboratorium. Pengujian kesehatan benih dilakukan oleh ahli teknis spesialis dalam patologi benih untuk bertanggungjawab dalam diagnosis dan identifikasi pathogen yang terbawa benih. Pencatatan sampel benih kemudian akan diterima oleh penguji kesehatan benih untuk dimasukan kedalam buku kerja laboratorium. Lokasi Pemeriksaan di pertanaman/tempat produksi Pelaksanaan pemeriksaan pada tempat produksi menggunakan check list sebagai berikut : Catatan asal benih. Daftar organisme pengganggu tumbuhan yang pernah dijumpai/yang ada di lokasi (data survey) Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) Program pengendalian organisme pengganggu tumbuhan termasuk eradikasi. Kapasitas produksi (per ha/tahun) Alur proses produksi meliputi tata cara panen, pengemasan (kemasannya, cara mengemas, dan cara pengangkutannya), penyimpanan, pemuatan (stuffing). Pemeriksaan terhadap tempat pengemasan di tempat pertanaman sesuai dengan pemeriksaan terhadap tempat pengemasan sebagaimana diuraikan pada Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor. Pemeriksaan di tempat pengemasan Pelaksanaan pemeriksaan pada tempat pengemasan dilakukan beberapa tindakan antara lain : Standar Operasional Prosedur (SOP) penerimaan komoditas termasuk catatan sumber produksi. SOP pembersihan, penyortiran, dan pengemasan. Sanitasi lingkungan tempat pengemasan: ruang penerimaan, ruang tempat proses (processing room), tempat penyimpanan (gudang), peralatan yang digunakan. Pemeriksaan tempat penyimpanan/gudang di tempat pengemasan sesuai dengan pemeriksaan gudang sebagaimana diuraikan pada gudang pemilik. Bentuk, jenis dan bahan yang digunakan sebagai kemasan. Sistem dokumentasi dan rekaman. Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor. Pengemasan pada gudang pemuatan (stuffing) Kondisi gudang pengemasan dilakukan pemeriksaan terhadap sanitasi gudang yang meliputi cara peletakan komoditas, ada tidaknya pemisahan komoditas, ada tidaknya kemungkinan masuknya organisme pengganggu tumbuhan. Tatacara pemeriksaan gudang mengacu pada peraturan perundang- undangan Permentan 35 tahun 2008.
1.7 Establish Record Keeping And Documentation Procedures
a. Maintain records of planter cleanout and verification. (Rafly Ibrahim Fitrah/165040201111219) Memelihara atau mengontrol catatan pembersihan perkebunan sangat penting. Karena dari catatan tersebut dapat diketahui riwayat sebelumnya perkebunan tersebut dan bagaimana tindakan selanjutnya agar tidak berdampak pada hal yang tidak diinginkan dalam pembenihan di kebun atau lahan tersebut. Dan perlunya dilakukan catatan verifikasi atau pemeriksaan agar tidak terjadinya kecerobohan dalam pemeriksaan lahan yang seharusnya dicek berkala dan rutin. Seperti pada lahan jagung di Indonesia, pembersihan lahan biasa dilakukan dengan 3 cara. Yaitu dengan cara manual, kimiawi, dan mesin. Hendrival et al (2014), menyatakan bahwa untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas produksi secara maksimal pengendalian gulma perlu diperhatikan dan frekuensi pengendalian gulma tergantung pada pertumbuhan gulma di lahan budidaya. Penyiangan gulma dilakukan untuk membersihkan tanaman dari gulma yang dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Marliah et al (2010), menyatakan bahwa kerugian pengendalian gulma dengan metode penyiangan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tinggi. Namun kerugian metode pengendalian gulma dengan penyiangan dapat dikurangi dengan metode pengendalian gulma dengan cara aplikasi herbisida. Dapat diambil kesimpulan bahwa sangat penting mengontrol catatan pembersihan suatu lahan, karena akan sangat membantu mendapatkan hasil panen benih yang masimal tanpa ada kerugian yang besar. b. Create a preliminary site/field map to be finalized after planting (Dyah Vitania/ 17504020711142)
Gambar 5. Jagung Varietas Bima
Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang tidakm dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut telah memiliki ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal penangkaran serealia sering disarankan interval sebanyak dua musim tidak ditanami tanaman sejenis atau tanaman lain yang mengancam kemurnian genetisnya, tetapi dalam beberapa program sertifikasi satu musim tanam pun diterima. Melakukan pengolahan tanah dan roguing secara intensif, sistim tanam tandur jajar, dan persemaian pada areal yang bebas voluntir sangat efektif untuk mencegah pencemaran genetis pada tanaman padi. Sedangkan untuk penengkaran tanaman kacang-kacangan diperlukan interval tiga bulan bera pada lahan-lahan yang sebelumnya ditanami tanaman sejenis. Persyaratan sejarah lahan ini lazimnya tidak diperlukan dalam produksi benih berlabel. Tidak ada keperluan lahan spesifik untuk produksi benih jagung, kecuali bahwa lapang produksi harus bebas tanaman voluntir dan berdrainase baik. Lapang hendaknya beraerasi baik dan sesuai untuk jagung. Untuk menghindari banyak tanaman voluntir disarankan agar menggunakan lahan yang ditanami spesies lain dalam musim sebelumnya. Jagung merupakan tanaman yang dibuahi silang, karena itu memerlukan isolasi yang memadai untuk menghindari penyerbukan silang oleh serbuk sari yang tidak diinginkan. Isolasi jarak minimum lazimnya sejauh 200 m dan isolasi waktu kurang lebih satu bulan, yang di Indonesia keduanya berlaku untuk semua kelas benih bersertifikat. Jarak isolasi ini dapat berkurang jika barisan-barisan tanaman terluar yang berbatasan dengan pertanaman varietas lain dibuang atau bukan untuk menghasilkan benih. Jumlah berisan yang yang harus dibuang juga tergantung pada luas lahan dan isolasi jarak yang digunakan. c. Maintain a copy of the signed producer contract (Dyah Vitania/ 17504020711142) Bentuk Bantuan Pemerintah Kegiatan Budidaya Jagung Alokasi DIPA Pusat Tahun 2018 adalah bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA). Jenis Bantuan Pemerintah berupa benih jagung hibrida dan pupuk urea bersubsi disesuai alokasi pada DIPA dan POK. Untuk melaksanakan strategi dimaksud, pemerintah memberi bantuan berupa sarana produksi, meliputi benih jagung hibrida dan pupuk urea bersubsidi. Sedangkan untuk kegiatan jagung di lahan kawasan eks tambang, kegiatan di lahan marginal, kegiatan pilot proyek berbasis korporasi dan kegiatan jagung VUB, bantuan berupa benih jagung hibrida, pupuk urea bersubsidi, kapur pertanian, pupuk organik, pupuk hayati dan insektisida. Total kegiatan jagung seluas 2.805.800 hektar dialokasikan melalui anggaran DIPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Satker Pusat, Satker Provinsi, dan beberapa Satker Kabupaten/Kota tahun 2018. CPCL diusulkan dan diverifikasi oleh SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan disertai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) ke SKPD Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan. SKPD Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan mengusulkan CPCL yang telah diverifikasi baik oleh SKPD 40. Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan secara lengkap maupun oleh SKPD Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan secara acak (random) dan selanjutnya diusulkan kepada PPK Direktorat Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk ditetapkan dan disahkan oleh KPA. CPCL diusulkan oleh lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah disertai Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) ke SKPD kabupaten yang membidangi Tanaman Pangan. SKPD kabupaten melakukan verifikasi bersama dengan instansi yang mengusulkan. Selanjutnya CPCL yang sudah diverifikasi tersebut diusulkan kepada SKPD Provinsi yang membidangi tanaman Pangan di sertai dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) d. Maintain site/field inspection records · Maintain records of phytosanitary conditions (Faadhilah Fairuz Alyadin/175040200111095) Dalam penyimpanan benih perlu dilakukan penyimpanan catatan lapang/catatan kondisi phytosanitari. Catatan tersebut digunakan sebagai catatan kesehatan tumbuhan yang pindah dari satu lokasi ke lokasi berbeda. Catatan kondisi phytosanitary merupakan catatan kesehatan. Menurut Permentan (2009) terdapat beberapa aturan terkait catatan kondisi phytosanitary, yaitu: SERTIFIKAT KESEHATAN TUMBUHAN DARI NEGARA ASAL DAN NEGARA TRANSIT Sertifikat kesehatan tumbuhan dari Negara asal dan Negara transit khusus untuk tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan, dengan ketentuan: 1. Berupa Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang (NPPO) di negara asal apabila: a. Tumbuhan dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara tempat produksi (ditanam). b. Tumbuhan dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara asal yang singgah sementara di negara transit dan tidak disimpan, tidak dipecah, tidak dirubah kemasannya, sehingga tidak mungkin terjadi infestasi atau kontaminasi OPTK selama transit. 2. Berupa Sertifikat Kesehatan Tumbuhan untuk Reekspor (Phytosanitary Certificate for Re-Export) dari negara transit dan dilampiri Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari negara asal, baik asli atau salinan yang telah dilegalisir oleh NPPO negara transit apabila tumbuhan dan/atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara asal yang singgah sementara di negara transit dan disimpan, dipecah serta dirubah kemasannya, namun identitas asal komoditas tersebut masih dapat diketahui dan masih dimungkinkan terjadi infestasi atau kontaminasi OPTK di negara transit. 3. Berupa sertifikat kesehatan tumbuhan (Phytosanitary Certificate) dari negara transit apabila tumbuhan dan atau bagian-bagian tumbuhan berasal dari negara asal yang singgah di negara transit dan disimpan, dipecah, dirubah kemasannya, sehingga asal-usul komoditas dan status kesehatannya tidak dapat diketahui. 4. Model Phytosanitary Certificate dan Phytosanitary Certificate for ReExport sesuai dengan lampiran naskah Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional (International Plant Protection Convention). 5. Phytosanitary Certificate atau Phytosanitary Certificate for Re-Export diterbitkan oleh pejabat yang berwenang (NPPO) di negara asal atau negara transit sebelum dinaikkan ke atas alat angkut. 6. Phytosanitary Certificate atau Phytosanitary Certificate for Re-Export dianggap tidak sah apabila: a. diterbitkan bukan oleh pejabat dan atau institusi yang berwenang di negara asal dan/atau negara transit. b. informasi yang dibutuhkan mengenai komoditas tersebut tidak benar, tidak lengkap, tidak jelas maksudnya dan atau/tidak konsisten. c. masa berlakunya sudah kadaluwarsa paling lama 90 hari sejak diterbitkan. d. diterbitkan setelah komoditas dikirim/ dikapalkan dari negara asal maupun dari negara transit atau telah masuk ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. e. ada perbaikan atas kesalahan penulisan yang tidak diparaf oleh pejabat dan tidak diterakan stempel koreksi instansi yang berwenang. f. dalam keadaan rusak dan tidak terbaca; dalam bentuk copy yang tidak dilegalisir oleh pejabat dan atau institusi yang berwenang. III. PENUTUP (Nita Febrianty/175040201111076) Persiapan operasional dan manajemen peralatan budidaya perlu diperhatikan dalam bisnis benih. Kegiatan tersebut merupakan tahap awal sebelum dilakukanya produksi sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh. Dengan kata lain, kegiatan tersebut perlu dilakukan untuk memberikan hasil benih yang baik secara kualitas dan kuantitas, termasuk dalam produksi benih jagung. Kegiatan persiapan operasional dibagi menjadi beberapa kegiatan salah satunya adalah persiapan penanaman seperti seleksi lokasi penanaman, persiapan lahan, serta persiapan peralatan. Kegiatan persiapan penanaman dilakukan dengan rincian berbagai kegiatan seperti analisis integritas dan kontrol produk, penentuan titik control, penetapan tindakan pencegahan, penetapan pengawasan produser, penetapan tindakan perbaikan, penetapan verifikasi produser, serta menentukan prosedur penyimpanan dan dokumentasi. Analisis integritas dan kontrol produk dilakukan dengan memperhatikan produk serta kondisi lahan budidaya. Kegiatan tersebut dapat dipermudah apabila pemilihan lahan dilakukan secara tepat sehingga dapat meminimalisir kontaminasi dan gangguan lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencegahan gangguan dengan melakukan isolasi pada lahan produksi benih, pengawasan terhadap produser agar kegiatan yang dilakukan sesuai prosedur, serta memiliki solusi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti ketidaksesuaian lahan dan serangan patogen. Hal lain yang perlu disiapkan adalah verifikasi produser untuk memastikan kemampuan dari produsen. Persiapan prosedur penyimpanan dan dokumentasi juga perlu dilakukan dan ditata secara rapi agar mudah ditemukan saat diperlukan. Seluruh kegiatan tersebut perlu dilakukan dengan baik dan tertata untuk mendapatkan hasil produk yang maksimal. DAFTAR PUSTAKA
[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
09/Permentan/OT.140/2/2009 tentang persyaratan dan tatacara tindakan karantina tumbuhan terhadap pemasukan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Pertanian. Adjid, D.A. 2001. Membangun Pertanian Modern. Penerbit Pengembangan Sinar Tani: Jakarta. Adnan, A.M 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Balai. Penelitian Tanaman Serealia Apriyana, Y. dan T.E. Kailaku. 2015. Variabilitas iklim dan dinamika waktu tanam padi di wilayah pola hujan monsunal dan equatorial. Proc.Sem.Nas.Bio.Dev. Indon 1(2):366-372. Arif Alfiyan, Dkk. 2014. Pengaruh Umur Transplanting Benih Dan Pemberian Berbagai Macam Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata Sturt.). Jurnal Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Azrai, M., Aqil, M., Arief, R., Koes, F., R, Y, Arvan. 2018. Petunjuk Teknis Produksi Benih Jagung Hibrida. Balitsereal Litbang Pertanian. IAARD Press Badan Pengendali Bimas, 1977. Pedoman Bercocok anam Padi, Palawija, Sayursayuran. Badan Pengendali Bimas. Jakarta. Bambang Sayaka dan Deri Hidayat. 2015. Sistem Pembenihan Padi dan Karakteristik Produsen Benih Padi di Jawa Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian 13 (2) : 185-202 Bangun. 2018. Pengendalian Gulma Pada Budidaya Jagung. Online. Diakses dari http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp- content/uploads/2018/08/12gulma.pdf pada 25 Februari 2020. Chris, Hermawati dan Yopi. 2015. Standar Operasional Produksi Benih Padi Inbrida. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ; Maluku Dadang, 2006, Pengendalian Terpadu Hama Utama dan Potensial Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn), Prosiding Workshop yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi,LPPM,IPB.Bogor.5-6 Desember 2006. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem. 2017. Teknologi Pasca Panen Jagung. Universitas Gadjah Mada. http://pascapanen.tp.ugm.ac.id/2017/09/05/ teknologi-pascapanen-jagung/ Diakses pada 25 Februari 2020. Directorate of Plant Protection, Quarantine & Storage . 2015. Standard Operating Procedures for Phytosanitary Inspection and Plant Quarantine Clearance of Plants/ Plant Products & other Regulated Articles. Government of India Ministry of Agriculture Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan. 1986. Pedoman Sertifikasi Benih. Direktorat Bina Produkasi Tanaman Pangan. Jakarta. Fao. 2014. Plant Quarantine Procedures Manual For The Plant Quarantine Unit Ministry Of Agriculture Barbados. Food And Agriculture Organization Of The United Nations Bridgetown FAO. 2018. Seeds Toolkit Module 3: Seed Quality Assurance. Rome: The Food and Agriculture Organization of the United Nations and AfricaSeeds. Fitriana, M. 2008. Pengaruh Periode Penyiangan Gulma terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Varietas Kenari. Jurnal Agria.5 (1): 1-4. Hasanah, M. dan D. Rusmin. 2006. Teknologi Pengolahan Benih Beberapa Tanaman Obat di Indonesia. Balai penelitian Tanaman Pangan dan Obat. J. Litbang Pertanian Vol. 25(2): 65-73. Hendarto, K. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius. Hendrival, Z. Wirda dan A. Azis. Periode Kritis Tanaman Kedelai Terhadap Persaingan Gulma. J. Florantek. 9(1):6-13. http://bbp2tp.litbang.pertanian.go.id/images/downloadpenderasan/Kepmentan %201316%20Tahun%202016%20Pedoman%20Sertifikasi.pdf Jhala, A., S.Z Knezevic., Z. A. Ganie and M. Singh. 2014. Integrated Weed Management in Maize. Recent Advances in Weed Management. Pp 177- 196. Kampus Tani. 2019. Teknik Produksi Benih Jagung Hibrida. https://www.kampustani.com/teknik-produksi-benih-jagung-hibrida/ Diakses pada 25 Februari 2020. Kepmentan 3 Tahun 2015 tentang Penetapan Kawasan Padi, Jagung, Kedelai dan Ubi kayu Nasional. Jakarta (ID): Kementan Marliah, A., Jumini dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam antar Barisan pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista. 14(1):30-38. Mayun, I. A. 2016. Kajian Produksi Benih Bermutu (Padi, Jagung, Kedelai). Fakultas Pertanian, Universitas Udayana: Bali. Mayun, Ida Ayu. 2016. Kajian produksi benih bermutu. Denpasar: Universitas Udayana McDougall, K.L., Alexander, J.M., Haider, S., Pauchard, A., Walsh, N.G. and C. Kueffer. 2010. Alien flora of mountains: global comparisons for the development of local preventive measures against plant invasions. Diversity and Distributions., 17(1): 103-111. Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Pers. Jakarta. Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. Natsir, M. 2017. Industri Pakan Ternak. Universitas Brawijaya Malang. Nurwardani, P. 2008. Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Oktavianto, A.P. 2011. Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang. Skripsi. Bogor : Deparrtemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pamungkas, Nanda., Irwan Sukri Banuwa., dan M. Zen Kadir. 2016. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Pemberian Herbisida Terhadap Aliran Permukaan Dan Erosi Pada Fase Generatif Tanaman Singkong (Manihot utilissima). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. 5(1): 35-42 Pertanian Sehat Indonesia. 2015. Rotasi Tanaman. https:// pertaniansehat.com /read/2015/11/13/rotasi tanam Poespodarsono, S., 1998. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. IPB Press, Bogor. Putra, Robinson., A, Saleh., dan N, Purnaningsih. 2016. Strategi Meningkatkan Kapasitas Penangkar Benih Dengan Optimalisasi Peran Kelompok Tani Di Kabupaten Lampung Timur. Lampung Litbang Pertanian. Rukmana,H.R. dan U.U. Saputra. 1999. Gulma dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius. 88 hal. Rustam, Evayusvita. 2013. Identifikasi dan Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Benih Pulai (Alstonia scholaris). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. 1(2): 111-120 Salim, H.S. 2003. Hukum Kontrak Teori Dan Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika, Supardi. 2018. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Menyewa Tanah Pertanian Secara Musiman (Studi di Desa Semanggeleng Kecamatan Sakra Lotim). Jurnal Ilmiah. Mataram: Fakultas Hukum, Universitas Mataram Suryana, A. 2005. Rancangan Dasar Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani). Prosiding Lokakarya Nasional Prima Tani Mendukung Pengembangan KUAT di Kalimantan Barat, Kalimantan Barat 2005. Badan Litbang Pertanian Halaman: 1-25: Jakarta Wijaya, I. K. A. 2017. Pengaruh Dosis Herbisida Japra 400 Se (Bahan Aktif Asetoklor 200 G/L +Atrazin 200 G/L) Terhadap Gulma Dan Hasil Tanaman Jagung. Jurusan Agroekoteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Denpasar Yunasfi. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Yuniar. 2015. Kajian Perbenihan Tanaman Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Riau Yunizar. 2019. Kajian Perbenihan Tanaman Pangan. Balai Pengkajian Teknologi Riau.