Anda di halaman 1dari 21

TEKNOLOGI PRODUKSI

TANAMAN HORTIKULTURA

KELOMPOK 2
KELAS G
AMELIA GABRIELA L 175040207111115
SRI NGENANA BR 175040207111134
HASBI FIRDHANI 175040207111135
LAKSMANA ADI RAMA PUTRA 175040207111143
FIRHAN ARYAPAKSI 175040207111149
NAZWA ASRITA NURSABRINA 175040207111163
SATRIA PRATAMA ANDY 175040207111169
FUTUHIYAH 175040207111184

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
2

DAFTAR ISI
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Tujuan...................................................................................................................................3
BAB II.............................................................................................................................................4
2.1 Tanaman Stroberi................................................................................................................4
2.2 Tanaman Nanas..................................................................................................................10
2.3 Tanaman Pisang.................................................................................................................14
2.4 Tanaman Timun Suri.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21
3

BAB I
1.1 Latar Belakang
Tanaman semusim dalam satu musim penanaman melewati satu siklus hidup yang
pada umumnya menghasilkan biji pada ahir musim tanam lalu mengalami fase tidur pada
biji tersebut lalu dimusim selanjutnya akan mengalami perkecambahan hingga tumbuh
tanaman yang baru. Pertanian di daerah yang memiliki iklim sedang dapat dapat diartikan
sebagai tanaman semusim adalah apabila tanaman pertanian tidak perlu mengalami musim
dingin bagi pembuangaannya. Tumbuhan semusim adalah tanaman yang berkecambah,
tumbuh, berbunga, menghasilkan biji, dan mati hanya dalam waktu satu musim.
Jenis tanaman semusim di daerah tropis, dapat tumbuh dimana saja termasuk di
sekitar rumah kita sebab suhu yang ada menunjang tumbuh dan berkembangnya tanaman
semusim. Daerah subtropis tanaman semusim hanya dapat tumbuh pada musim semi saja
sebab suhu yang ada di sekitar tidak menunjang tanaman semusim untuk tumbuh dengan
maksimal akan tetapi pada musim dingin ada sebagian spesies tanaman yang dapat tumbuh
yaitu kacang polong dan tomat. Banyak spesies tanaman yang tumbuh kurang maksimal di
daerah subtropis jika dibandingkan tanaman yang tumbuh di daerah tropis salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi adalah suhu dan kelembapan.
Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan
penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi
proses metabolisme tubuh karena mengandung banyak vitamin serta mineral. Dewasa ini,
masyarakat mulai memperhatikan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung zat gizi. Hal ini berarti bahwa buah-buahan memiliki prospek yang cerah
untuk dikembangkan.
Kendala dalam pertanaman buah di Indonesia, yaitu rendahnya produksi buah
dikarenakan tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon, pemupukan yang tidak
berimbang, serangan hama dan penyakit tanaman, pengaruh cuaca atau iklim, serta teknis
budidaya petani yang masih konvensional. Peningkatan pertumbuhan dan produksi buah
dapat dilakukan dengan pengelolaan dan penanganan yang baik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui teknik budidaya tanaman stroberi
2. Mengetahui varietas unggul tanaman stroberi
3. Mengetahui cara perbanyakan tanaman stroberi
4

BAB II
2.1 Tanaman Stroberi
A. Teknik Produksi
Stroberi sendiri memiliki nilai kesehatan yang cukup tinggi, kandungan
antosianin, senyawa phenolic lainnya, dan asam-asam organik dalam buah, melawan
penyakit degeneratif seperti kanker dan penyakit jantung. Kemudian ellagic acid dalam
buah stroberi terutama biji dan daunnya berfungsi mempercantik kulit, menjadikan gigi
putih, menghilangkan bau mulut, meningkatkan kekuatan otak dan penglihatan. Dalam
membudidayakan stroberi perlu adanya langkah-langkah yang benar dalam usaha
budidaya di lahan. Antara lain :
1. Penyiapan Lahan dan Penanaman
a. Pemilihan lingkungan
Tanaman ini bisa dibudidayakan di lahan, pot talang air dan secara hidroponik asalkan
lingkungannya sesuai dengan kebutuhan tanaman.
 Suhu dan kelembaban
Sebagai tanaman yang berasal dari daerah beriklim subtropik, stroberi juga dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik di daerah pegunungan Indonesia yang udaranya sejuk.
Lokasi yang baik untuk stroberi adalah ketinggian 1.000 – 1.500 m dpl., suhu udara 14 –
24oC, dan kelembaban yang relatif tinggi (85-95%), dan tidak mengalami suhu dan
kelembaban yang ekstrim.
 Tanah dan media tanam :
Stroberi menghendaki tanah gembur dengan porositas dan drainase baik. Karena itu
sangat cocok pada tanah yang kaya bahan organik dan mengandung pasir. Derajad
kemasaman tanah atau pH tanah yang ideal adalah 5,6-6,5. Sinar matahari dan panjang
hariStroberi menyukai sinar matahari penuh dengan lama penyinaran antara 8 – 10
jam/hari.
b. Pengolahan Tanah
 Pembersihan Gulma dan Penggemburan tanah
Sebelum ditanami, gulma atau tumbuhan liar harus dibersihkan dengan dicangkul,
dicabut hingga akarnya, kemudian dikumpulkan di satu tempat. Hindari penggunaan
herbisida agar organisme dalam tanah lestari dan kesuburan tanah terjaga.
Pencangkulan tanah dilakukan sedalam 30-40 cm, selain untuk membersihkan gulma
juga untuk menggemburkan tanah lapisan atas.
 Aplikasi kapur dan pupuk kandang
Setelah tanah gembur dan diratakan, sebarkan 20 – 40 ton/ha pupuk kandang
sekitar 20 ton/ha dengan 2 ton/ha kapur pertanian (dolomit), kemudian dicampur dengan
tanah lapisan atas hinga rata.
 Pembuatan bedengan dan pemasangan mulsa
5

Buatlah bedengan dengan lebar 1 00 cm, tinggi  40 cm, dan jarak antar bedengan
50 cm, dengan panjang bergantung pada ukuran lahan. Pasanglah mulsa plastik hitam
perak, dan buatlah lubang pada mulsa sebagai lubang tanam dengan jarak 40 x 30 atau
50 x 50 atau 50 x 40 cm.  Biarkan bedengan tertutup mulsa sekitar 1 bulan sebelum
tanam agar terjadi reaksi sempurna antar tanah, pupuk kandang dan kapur
c. Penyiapan Benih
Benih stroberi bisa diperoleh dengan cara membeli di Balitjestro (hasil kultur
jaringan), penangkar di daerah sentra produksi stroberi atau membuat sendiri. Petani
stroberi bisa membuat benih sendiri dengan stolon maupun anakan. Induk yang
digunakan untuk perbanyakan benih sebaiknya disiapkan tersendiri, bukan diambil dari
tanaman untuk produksi.   Induk tanaman harus sehat, unggul, produksi dan mutu buah
baik, berumur 6-10 bulan.
d. Penanaman
Gali tanah yang berada di lubang mulsa sedalam 10-15 cm atau disesuaikan
dengan perakaran benih stroberi. Keluarkan benih bersama tanahnya dari polibag secara
hati-hati. Tanaman benih satu tanaman/lubang, timbun dengan tanah dan jangan sampai
titik tumbuhnya tertimbun. Lakukan penyiraman secukupnya.
2. Pemeliharaan Tanaman
a. Pemasangan Pelindung Hujan
Tanaman stroberi sangat tidak tahan dengan curah hujan yang berlebihan. Karena itu,
setelah tanam segera pasang atap pelindung tanaman menggunakan plastik putih yang
tembus cahaya. Pelindung plastik dipasang pada kerangka yang berbentuk setengah
lingkaran, dibuat dari bambu yang dilengkung antara sisi bedengan. Pada pagi hari apabila
cuaca baik, plastik pelindung perlu dibuka, kemudian sore hari ditutup kembali untuk
melindungi tanaman dari hujan pada malam hari.
b. Pengairan
Stroberi termasuk kurang tahan terhadap perubahan kadar air tanah yang ekstrim.
Karena itu, lakukan pengairan secara teratur, 2 – 3 kali dalam seminggu kecuali pada
musim hujan. Volume siraman untuk setiap tanaman kurang lebih 150 –250 cc bergantung
pada fisik tanah, kelembaban udara dan temperatur. Pada masa pembungaan dan awal
pembentukan buah, sebaiknya pemberian air dikurangi untuk mendorong pertumbuhan
generatif sehingga buah yang terbentuk dapat berhasil dengan baik.
c. Pemupukan
Pemupukan tanaman stroberi dalam bentuk larutan, hasilnya lebih baik dan
penggunaan pupuk lebih efisien dibandingkan dalam bentuk padatan.
6

d. Pemangkasan Daun
Pangkas daun yang terserang penyakit, daun tua, dan daun yang terlalu rimbun agar
tanaman efisien melakukan fotosintesis dan penyakit tidak menular sehingga produksi dan
mutu uahnya prima. Pemangkasan daun tua juga akan mendorong tumbuhnya daun baru.
e. Pemangkasan Stolon
Pangkas/kurangi jumlah stolon yang terlalu banyak agar hasil fotosintesis lebih
difokuskan untuk menghasilkan buah, bukan untuk pertumbuhan stolon.
F. Penyiangan Gulma
Perakaran stroberi relatif dangkal sehingga adanya gulma menyebabkan persaingan
nutrisi dalam tanah. Karena itu, gulma harus selalu dibersihkan secara mekanis dengan
dicabut.
Itulah bebarapa tahapan dalam budidaya stroberi di lahan. Dengan teknologi yang
tepat diharapkan produksi akan meningkat sehingga stroberi dapat dikembangkan lebih
luas lagi.

B. Teknik Khusus Produksi Tanaman Stroberi


Pada suatu penelitian, terdapat teknologi ramah lingkungan terhadap kualitas buah
Stroberi. Bahan yang digunakan meliputi bibit tanaman stroberi, mulsa plastik hitam
perak, polibag untuk bibit, pupuk kandang ayam, Urin kelinci, Trichoderma koningii
1x107 CFU. Percobaan lapangan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK),
dengan 2 perlakuan yaitu : 1) PT = Perlakuan teknologi Petani yaitu pupuk kandang ayam
20 ton/ha + Urin Kelinci 1 : 5 liter air; 2) PP = Perlakuan T. koningii 15 g/kg tanah +
pupuk kandang ayam 5 ton/ha yang diulang sebanyak 5 kali. Pengujian lapang, tanah
digemburkan kemudian dibuat bedengan dengan ukuran guludan lebar 0.8 m, tinggi 0,4-
0,5 m jarak guludan 0,3 m. Setelah bedengan terbentuk tahap berikutnya pemberian
kompos sesuai perlakuan. Tutup bedengan dengan mulsa plastik hitam perak, buat lobang
tanam sesuai jarak 20 cm x 20 cm bentuk segi tiga. Penamanan bibit stoberi berasal dari
stolon pertama dilakukan dengan cara dibenamkan pada lobang dan ditutup dengan
media tanah halus, dijaga jangan kuncup bibit tertutup tanah
Terdapat perbedaan antara teknologi budidaya ramah lingkungan yang digunakan
petani dengan aplikasi teknologi Trichoderma koningii terhadap kualitas buah Stroberi.
Teknologi budidaya T. koningii (PP) lebih baik dibanding teknologi Petani (PT) yang
ditunjukan oleh variabel Tekstur/ kekerasan buah 2.20 g/mm/10 det, total kandungan gula
sebesar 16.72%, dan kandungan Vitamin C adalah 27.1 mg/100g.

C. Teknik yang sudah dikembangkan


Stroberi merupakan tanaman buah yang memiliki manfaat sebagai makanan dalam
keadaan segar ataupun olahannya.
7

 Teknik Perbanyakan Secara Vegetative dengan Cara Stolon:


Stolon merupakan perpanjangan dari tunas yang tumbuh secara horizontal sejajar
dengan permukaan tanah (menjalar) yang merupakan organ perbanyakan vegetative pada
tanaman. Geragih atau stolon merupakan modifikasi batang. Stolon tampak sedikit
berbeda dari batang biasa karena memiliki node yang berbeda dimana pertumbuhan baru
dapat terjadi. Stolon dapat menjadi alat perbanyakan vegetatif terutama apabila tumbuh
akar di sekitar buku tanaman muda. Biasanya pada stolon terdapat ruas yang dapat
mencapai 30cm. Pada ruas tersebut terdapat tunas/pucuk aksilar yang dapat berkembang
menjadi anakan-anakan stroberi. Anakan ini membentuk akar pada saat pucuk
membentuk daun trifoliate (Budiman dan Saraswati, 2006).
Stolon mampu menghasilkan klon dari tanaman induknya. Menurut Aristya dkk
(2017) anakan yang terbentuk dari stolon adalah anakan vegetatif yang karakter dan
sifatnya akan sama dengan induknya. Stolon dapat tumbuh tegak lalu kemudian
membungkuk atau terkulai ke bawah untuk memungkinkan node untuk masuk ke dalam
tanah sehingga tanaman dapat bertunas dan menghasilkan keturunan yang persis dengan
induknya. Awalnya, klon yang berkembang pada stolon bergantung pada tanaman induk
untuk memperoleh nutrisi. Seiring berjalannya waktu, tanaman akan menghasilkan akar
sendiri dan menjadi mandiri dan tidak lagi memerlukan nutrisi dari stolon tersebut. Hal
ini juga dapat merambat keluar stolon itu sendiri, sehingga meningkatkan ukuran koloni
tanaman.
Perbanyakan vegetatif pada stoberi lebih baik melalui stolon. Stolon mampu
menghasilkan klon tanaman induk, sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh di
tanah dengan mudah. Pembibitan dengan stolon terbukti lebih cepat, praktis dan lebih
banyak menghasilkan bibit baru yang siap tanam. Adapun kelemahan dari stolon adalah
bahwa karena stolon ini merupakan tanaman klon dari tanaman asli, maka hasilnya akan
rentan terhadap masalah yang sama. Jika tanaman induk rentan terhadap penyakit tertentu
maka tanaman barupun akan seperti itu. Perbanyakan secara vegetatif ini artinya memiliki
masalah dalam potensi produktivitasnya dan daya tumbuh yang terus menerus menurun
pada generasi berikutnya. Jika perbanyakan terus-menerus dilakukan maka kemudian hari
akan muncul tanaman baru yang sudah berumur tua. Stolon juga memungkinkan menjadi
masalah karena stolon dapat membuat pentane menjadi sangat sulit untuk benar-benar
memberantas gulma.
8

  Perbedaan Geragih dengan Stolon.


Geragih merupakan batang yang menjalar diatas permukaan tanah dan apabila
batang tersebut tertimbun tanah akan tumbuh menjadi tanaman baru. Geragih yang
menjalar dibawah permukaan tanah dan disebut stolon. Di sepanjang stolon dapat tumbuh
tunas adventisia (liar), dan masing-masing tunas ini dapat menjadi anakan tanaman.
Contoh: pada rumput teki, rumput gajah dan stroberi.

 Tahapan-tahapan perbanyakan stroberi dengan menggunakan teknik stolon:


o Pada perbanyakan vegetative tanaman stroberi dimulai dengan memilih tanaman induk
yang berumur 1-2 tahun yang sehat dan produktif.
o Pembibitan stroberi secara stolon dimana pembibitan ini menggunakan akar sulur
pertama dan kedua.
o Pilih tanaman stroberi yang mempunyai sulur tanaman (stolon) dengan panjang sulur
sekitar 30 cm
o Stolon ditanam dalam polybag
o Beri pengairan yang baik agar media tanam untuk stolon tidak kering, hal ini untuk
merangsang bibit tanaman dari stolon mengeluarkan akar.
o Setelah beberapa minggu, bibit stroberi dalam polybag bisa dipindahkan ke dalam pot
yang lebih besar jika sudah mempunyai 4 sampai 5 daun.
9

o Potonglah sulur tanaman yang menghubungkan anakan stolon dengan indukan tanaman
stroberi
o Proses berikutnya yaitu pemeliharaan yang dilakukan dengan pengairan dan pemupukan.
o Setelah itu tinggal tunggu bibit tanaman baru menjadi dewasa dan menghasilkan buah.
D. Statistik Produksi Tanaman Stroberi
Berikut ini merupakan hasil produksi stroberi di Indonesia dari tahun 2014 sampai
2018 menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (2020):
10

Berdasarkan data diatas, diketahui produksi stroberi dari tahun 2014 hingga tahun
2018 mengalami penurunan. Pada data diatas didapatkan hasil produksi stroberi terbesar
yaitu pada tahun 2014 sebesar 58.884 ton dan terendah pada tahun 2018 yaitu sebesar
8.531 ton.
2.2 Tanaman Nanas

A. Teknik Produksi Tanaman Nanas


Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) merupakan tanaman hortikultura yang termasuk
dalam family bromiliaceae dan biasanya berkembang di daerah yang beriklim tropis.
Menurut Ashari (2006), tanaman nanas memiliki empat golongan varietas yaitu Spanis,
Queen, Abacaxi, dan Smooth Cayenne. Tanaman nanas sama seperti tanaman lain yang
mempunyai tahap-tahap dalam budidaayanya. Menurut Hadiati dan Indriyani (2008),
tahap-tahap yang dilakukan dalam budidaya tanaman nanas yaitu:
 Sanitasi, persiapan lahan, dan penanaman
Lahan yang ditanami dibersihkan dari batu-batu besar, kotoran-kotoran, daun, dan ranting
bekas pangkasan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit dengan tujuan
agar tidak mengganggu sistem perakaran tanaman atau menghambat penyerapan unsur
hara. Pola tanam yang banyak digunakan adalah pola dua baris tanaman per bedeng.
Penanaman nanas dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu seperti
cangkul. Bibit ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan sedalam 5-10 cm dan satu
bibit per lubang tanam. Agar tanaman nanas tidak mudah roboh dan perakarannya dapat
mencapai air tanah maka perlu diperhatikan sumber airnya kemudian dilakukan
penyiraman sampai tanah lembab dan basah.
 Pemupukan
Dosis pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kesuburan lahan. Secara umum
terdapat dua macam pemupukan, yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan.
o Pupuk dasar, berupa pupuk kandang dengan dosis 10-15 ton/ha diberikan dengan
cara dilarik atau dibenamkan ke dalam tanah.
o Pupuk susulan, diberikan sebanyak dua kali. Pemupukan pertama diberikan 3
bulan setelah tanam dan pemupukan kedua diberikan 10-14 bulan kemudian
menjelang forcing/pemacu pembungaan. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dilarik sedalam 5-10 cm di sekeliling tanaman, kemudian ditutup kembali dengan
tanah.
 Pengairan
Pengairan dilakukan apabila curah hujan tidak mencukupi kebutuhan tanaman karena
tanaman nanas termasuk tanaman yang tahan kekeringan. Pengairan sangat diperlukan
sampai tanaman berumur 1-2 bulan. Oleh karena itu, konservasi air tanah perlu dilakukan
melalui pengendalian gulma, penggunaan populasi tanaman yang optimum, pengaturan
saat tanam, pemilihan bibit sehingga dapat mengurangi evapotranspirasi.
11

 Penggemburan tanah dan penyiangan


Tanaman nanas memiliki perakaran yang tumbuh dekat permukaan tanah, pendek, dan
dangkal. Tanaman nanas membutuhkan udara untuk pertumbuhannya. Agar udara tersedia
bagi tanaman, lahan pertanaman nanas harus gembur. Penggemburan tanah di sekitar
pertanaman dapat dilakukan beberapa kali selama pertumbuhan tanaman nanas.
Penggemburan dapat dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan diupayakan agar tidak
merusak akar tanaman.
 Penjarangan anakan
Penjarangan anakan sebaiknya dilakukan secara teratur, agar dapat dihasilkan buah yang
berukuran besar dan mutunya bagus. Penjarangan tunas anakan dilakukan dengan
mengatur jumlah maksimal 2 anakan dalam setiap rumpun.
 Perangsangan pembungaan
Agar tanaman nanas dapat berbunga serentak dan dipanen sesuai dengan keinginan, maka
dapat dilakukan perangsangan pembungaan. Pembungaan nanas dapat dirangsang dengan
menggunakan gas ethylene, Ca carbide atau menggunakan Ethrel pada saat tanaman
berumur 10 bulan. Perangsangan pembungaan sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau
sore hari.
 Pengendalian hama dan penyakit
Pengamatan hama dan penyakit harus dilakukan secara berkala dengan tujuan dapat
mencegah adanya serangan hama dan penyakit sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman nanas pada umumnya dilakukan dengan
cara menggunakan bibit tanaman yang tahan nematoda, merendam bibit tanaman kedalam
larutan chemitation, menanam refugia, pergiliran tanaman, sanitasi, dan pengaplikasian
pestisida.
 Panen
Panen biasanya dilakukan 5 bulan setelah pemacuan pembungaan. Pertanaman yang
berasal dari anakan dapat dipanen 15-18 bulan setelah tanam. Penentuan saat panen yang
tepat perlu dilakukan secara cermat. Saat panen yang kurang tepat dapat mempengaruhi
kualitas buah. Panen nanas umumnya dilakukan dengan cara memotong tangkai buah dan
disisakan sepanjang 6 cm atau lebih untuk mencegah pembusukan lewat pangkal buah.
Adapun ciri-ciri buah nanas yang siap dipanen sebagai berikut:
o Mahkota lebih terbuka
o Tangkai buah menjadi keriput
o Mata lebih datar dan berbentuk bulat
o Warna kulit pada dasar buah mulai menguning
o Aroma buah mulai muncul
B. Teknik yang sudah dikembangkan
12

Nanas dapat diperbanyak secara konvensional yang dilakukan dengan cara generatif
maupun vegetatif. Perbanyakan generatif biasanya dilakukan untuk tujuan pemuliaan.
Nanas mempunyai sifat self incompatible yaitu polen tidak dapat berfungsi jika terjadi
penyerbukan sendiri sehingga tidak terbentuk biji. Biji hanya dapat terbentuk apabila
terjadi penyerbukan di antara varietas yang berbeda. Perbanyakan nanas secara vegetatif
dapat dilakukan melalui tunas anakan, tunas batang, slip (tunas dasar buah), tunas
mahkota, mahkota, dan stek batang.

Gambar 1. Berbagai jenis tunas nanas: A). Tunas anakan; B). Slip; C). Tunas Mahkota; D). Mahkota; E). Stek
Menurut Hadiati dan Indriyani (2008), karakteristik jenis tunas nanas yaitu sebagai berikut:
Jenis Tunas
Anakan Slip Mahkota
Ciri-ciri morfologi Daun lebih oanjang Batang dan daun Batang sangat
dan langsing lebih pendek dan
serta sudah pendek, daun banyak
berakar lebih roset
disbanding
anakan
Jumlah 2-3 anakan ±5 anakan Biasanya hanya 1
tunas/anakan tergantung anakan
pada
kultivar dan
kesehatan
tanaman
Bobot tunas Bervariasi 50g – 100g 100g – 250g
tergantung
fase
perkembangan
pada saat
diambil (300g
- 500g)
13

Homogenitas Sangat heterogen, Kurang heterogen Biasanya seragam


jika tunas dibanding
dipanen pada anakan
fase
perkembangan
yang berbeda
Periode 4-12 bulan setelah Pada saat anen Pada saat panen
ketersediaan buah dipanen
Ketahanan Agak tahan Agak tahan Kurang tahan
terhadap
penyakit
(Ceratocysti
s spp. dan
Phytopthora
sp.)
Kedalaman tanam Tunas ditanam Ditanam kurang Ditanam dangkal
dalam untuk dalam
mencegah disbanding
kekeringan tunas anakan
Berbuah pada 12 bulan setelah 18 bulan setelah 23 bulan setelah
umur tanam tanam tanam

C. Teknik Khusus Budidaya Nanas


Nanas dapat diperbanyak secara generatif maupun vegetatif. Perbanyakan secara
generatif dengan menggunakan bijinya dilakukan hanya untuk tujuan pemuliaan.
Umumnya nanas diperbanyak secara konvensional dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman. Teknik perbanyakan konvensional dengan menggunakan bagian vegetatif
tanaman seperti crown (mahkota buah), slip (tunas dasar buah), shoot (tunas samping) dan
sucker (anakan) memerlukan waktu lama, jumlah bibit yang dihasilkan sedikit dan tidak
seragam.
Perbanyakan tanaman dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat dan tempat
terbatas sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan kualitas pertanian khsusunya tanaman
nanas. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.
Dengan metode kultur jaringan dapat dihasilkan tanaman baru secara in vitro dengan
jumlah yang tidak terbatas.Dasar dari teknik kultur jaringan adalah kemampuan sel suatu
tanaman yang dapat tumbuh menjadi tanaman sempurna apabila ditempatkan di
lingkungan yang tepat. Kemampuan sel tanaman yang seperti ini disebut dengan
totipotensi sel. Bagian dari tanaman yang dapat dikulturkan (diperbanyak) adalah daun
muda, mata tunas, ujung akar, keping biji dan bagian lainnya yang bersifat meristematik,
yaitu mudah tumbuh dan berkembang. Bagian-bagian tubuh tanaman tersebut dikulturkan
dan ditumbuhkan kembali dalam kondisi aseptik (steril) yang kaya nutrisi dan zat pengatur
14

tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap (Siallagan, 2012).

D. Produksi Nanas

Komodita Tahun Pertumbuhan(%)


No.
s 2014 2015 2016 2017 2018

1 Nanas 1.835,483 1.729,60 1.396,141 179,98 1.805,499 0,53


0 2
Sumber: Badan Pusat Statistik Tanaman Hortikultura 2014-2018
Dari data Badan Pusat Statistik tanaman nanas 2014-2018. Produksi tanaman nanas
mengalami penaikan dan penurunan. Produksi terendah tanaman nanas terdapat pada tahun
2016 yaitu 1.396,141 kg dan produksi tertinggi tanaman nanas terdapat pada tahun
1.835.483 kg. Selama priode tahun 2014-2018 produksi tanaman nanas mengalami
penurunan. Penurunan produksi dikarenakan sistem budidaya yang kurang tepat dan
teknologi yang kurang maksimal.
Salah satu penyebab rendahnya produksi nanas adalah bentuk kultur budidayanya yang
masih bersifat usaha sampingan belum intensif dalam skala agribisnis. Selain itu, panen
buah nanas dilakukan setelah nanas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang
digunakan. Bibit yang berasal dari mahkota bunga berbuah pada umur 24 bulan, hingga
panen buah setelah berumur 24 bulan. Tanaman yang berasal dari tunas batang dipanen
setelah umur 18 bulan, sedangkan tunas akar setelah berumur 12 bulan. Hal inilah yang
juga menyebabkan produksi masih rendah karena membutuhkan waktu yang lama untuk
memetik hasil (Sidi et al., 2014).
2.3 Tanaman Pisang
A. Teknologi Produksi Pisang
 Penanaman
Bila hujan telah turun dengan teratur, lakukan penanaman. Sebaiknya penanaman
dilakukan pada sore hari agar bibit mendapatkan udara yang sejuk dan tidak langsung
mendapatkan cahaya matahari. Lubang tanam yang telah ditimbun, digali seluas gumpalan
tanah yang menutup media bibit pisang. Buka polybag bagian bawah, setelah itu bagian
samping secara hati-hati. Letakkan bibit pisang secara tegak lurus. Tutup lubang tanam
dengan tanah galian dan tekan sedikit disamping tanah bekas polybag, selanjutnya siram
bibit secukupnya.
15

Jarak tanam sesuai dengan jenis pisang. Untuk jenis pisang Bas dan Barangan,
jarak tanam yang digunakan adalah 2 m x 2 m. Untuk jenis pisang Ambon, Cavendish,
Raja Sereh, dan Raja Nangka jarak tanam yang digunakan adalah 3 m x 3 m. Jenis pisang
Kepok dan Tanduk menggunakan jarak tanam 3 m x 3 m atau 3 m x 3,5 m. Pemberian
pupuk kandang pada lubang tanam dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.
 Pemupukan
Sebelum penanaman, lubang tanam diberi pupuk kandang sebanyak 10 kg/lubang,
dan dibiarkan selama 1-2 minggu. Pupuk kimia yang diberikan meliputi 350 kg Urea, 150
kg SP36, dan 150 kg KCl per hektar per tahun, atau 0,233kg Urea, 0,10 kg SP36, dan 0,10
kg KCl per tanaman. Untuk tanaman yang baru ditanam, pemupukan dilakukan sebanyak 3
kali, yaitu ¼ bagian saat tanam dan sisanya dibagi 2, yaitu pada umur 3 bulan dan 6 bulan.
Pupuk diletakkan pada alur dangkal berjarak 60-70 cm dari tanaman, dan ditutup tanah.
Sedangkan untuk tanaman berumur 1 tahun atau lebih, pupuk diberikan 2 kali, yaitu pada
awal musim hujan dan menjelang akhir musim hujan.
 Pemberian Agensia Hayati Antagonis
Untuk pencegahan terhadap serangan penyakit layu, terutama yang disebabkan oleh
jamur Fusarium, tanaman pisang dapat diberi agensia hayati, seperti Trichoderma sp dan
Gliocladium sp. Cara pengembangannya yaitu 250 g agensia hayati (misal : Gliokompos)
dicampur dengan 25 kg pupuk kandang mentah, diaduk hingga merata. Dibiarkan selama
10-15 hari di udara terbuka, dan tiap hari diaduk agar udara dapat masuk ke bagian dalam
tumpukan pupuk kandang. Untuk pengembangan selanjutnya, campuran yang telah dibuat
dapat dicampur lagi dengan pupuk kandang sebanyak 500 kg dan dibiarkan selama 2
minggu hingga 1 bulan di tempat teduh dalam keadaan lembab.
Pemberian di lapangan disesuaikan dengan dosis pupuk kandang, yaitu 10
kg/lubang tanam dicampur dengan tanah bekas galian lubang. Pemberian selanjutnya
dilakukan pada saat tanaman berumur 3 dan 6 bulan, dengan cara menaburkannya di
sekitar tanaman, dengan dosis 0,5 kg/tanaman.
 Pemangkasan
Pemangkasan daun yang kering bertujuan untuk pencegahan penularan penyakit,
mencegah daun-daun yang tua menutupi anakan, dan melindungi buah dari goresan daun.
Pada saat pembungaan, setidaknya ada 6-8 daun sehat agar perkembangan buah menjadi
maksimal. Setelah pemangkasan bunga jantan, sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan
daun lagi. Daun bekas pemangkasan dari tanaman sakit dikumpulkan dan dibakar.
Selanjutnya alat pemangkas disterilkan dengan desinfektan, misalnya menggunakan
Bayclean atau alkohol.
 Penyiangan
Pengendalian gulma secara mekanis terutama dilakukan pada saat tanaman berumur
1 sampai 5 bulan. Setelah berumur 5 bulan, pengendalian dapat dikurangi karena kanopi
tanaman sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma. Pada saat tersebut, pengendalian
16

gulma dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan dengan


selang waktu 2-3 bulan.
Pada daerah yang pernah terserang penyakit layu, penyiangan dianjurkan
menggunakan herbisida dan tidak dianjurkan menggunakan cangkul atau kored, untuk
mencegah penularan penyakit karena kontak dengan alat.

B. Teknik yang dikembangkan


Tanaman pisang merupakan tanaman yang serbaguna , mulai dari akar (rhizome) sampai
daun dapat dimanfaatkanoleh manusia. Bonggol pisang banyak mengandung air dan pati
yang kaya karbohidrat, jika dikeringkan menjadi abu akan menghasilkan soda yang di
gunakan sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium. Air yang terkandung dalam bonggol
secara tradisional dapat di gunakan sebagai obat anti sakit perut, dan pendarahan pada
usus. Batangnya dapat digunakan sebagai penghasil serat untuk bahan baku kain dan
sebagai makanan ternak. Daunnya dapat di gunakan untuk pembungkus berbagai makanan
seperti nasi, makanan kecil dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut banyak penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan teknologi produksi pisang, diantaranya:
 Sistem Penyediaan Benih dengan Anakan

Berikut langkah kerja budidaya tanaman pisang melalui sistem penyediaan benih dengan
anakan:
o Pilih tanaman induk yang sudah berbuah dan sehat
o Pilih tanaman dari lahan yang bebas penyakit terutama penyakit layu fusarium dan layu
bakteri
o Pilih anakan pedang bukan anakan air
o Pisahkan anakan dari bonggol induknya
o Benih dikumpulkan di tempat yang teduh, akar dibersihkan dari tanah, daun dikurangi
o Buang mata tunas yang timbul
o Benih diseleksi menurut besar dan tinggi untuk mendapatkan benih yang seragam
o Sebelum ditanam ditanam ke polibag, benih direndam dengan campuran agens antagonis
bakteri (Pseudomonas fluurescens + Bacillus substilis) 13 selama 24 jam atau boleh juga
direndam dengan fungisida Benlate atau Dithane M-45 dengan konsentrasi 2 g/liter air
selama 2 jam
 Penyediaan Benih dari Bonggol
17

Berikut langkah kerja budidaya tanaman pisang melalui sistem penyediaan benih dari
bonggol:
o Pilih bonggol dari tanaman yang dewasa, sehat serta bebas dari hama dan penyakit
o Bersihkan bonggol dan buang akarnya dengan tidak merusak mata tunas
o Belah bonggol menurut ukuran mata tunas dengan ukuran 10 x 10 x 10 cm
o Bonggol yang sehat adalah bila dibelah berwarna putih
o Untuk mengurangi serangan penyakit sebelum ditanam ke polibag, rendam bonggol dalam
campuran agens antagonis bakteri (Pseudomonas fluurescens + Bacillus substilis) selama 2
jam atau boleh juga direndam dengan fungisida Benlate atau Dithane M-45 dengan
konsentrasi 2 g/liter air selama 2 jam
C. Teknik Khusus
Dalam budidaya pisang tentunya ada beberapa aspek yang menjadi perhatian khusus agar
pertumbuhan pisang tetap maksimal.
 Pengairan
Pengairan lahan harus dilakukan paling lambat 3 –4 hari setelah tanam jika ditanam pada
saat tidak turun hujan. Penyiraman dilakukan dengan gembor atau selang dari atas
permukaan tanah sekitar pohon sampai tanah terlihat basah pada kedalaman minimal 20
cm. Penyiraman dapat dilakukan pada pagi atau sore hari, sekurang-kurangnya 2 kali
seminggu apabila tidak turun hujan. Tanaman pisang yang kekurangan air dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
 Penjarangan Anakan
Penjarangan anakan dilakukan dengan tujuan mengurangi persaingan hara antar tanaman
dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas hasil. Membiarkan
anakan pada tanaman pisang dapat mengurangi produksi. Saat penjarangan juga berperan
penting dalam managemen produksi.
Penjarangan anakan dapat dilakukan dengan cara mematikan anakan dengan metode
sebagai berikut:
o Potong anakan sebatas permukaan tanah, congkel bagian tengah batang lalu tuangkan
2 –3 ml (½ sendok teh) minyak tanah.
o Dapat juga menggunakan 2,4 –D 50% sebanyak 2 –12 tetes pada batang semu anakan
yang telah mencapai tinggi 30 –60 cm. Anakan yang lebih kecil dosisnya dapat dikurangi.
 Perawatan Tandan
Perawatan tandan dilakukan dengan membersihkan daun di sekitar tandan, terutama daun
yang sudah kering. Selain itu, membuang buah pisang yang tidak sempurna, yang biasanya
pada 1-2 sisir terakhir, dan diikuti dengan pemotongan bunga jantan, agar buah yang
berada di atasnya dapat tumbuh dengan baik. Buah juga perlu dibungkus/dikerodong
dengan kantong plastik warna biru ukuran 1 m x 45 cm. Hal ini dilakukan untuk
melindungi buah dari kerusakan oleh serangga atau karena gesekan daun. Setelah
dibungkus, tandan yang mempunyai masa pembuahan yang sama dapat diberi tanda
18

(misalnya dengan tali rafia warna yang sama). Hal ini untuk menentukan waktu panen
yang tepat, sehingga umur dan ukuran buah dapat seragam.

D. Statistik Produksi Pisang di Indonesia


Tabel 1. Produksi Pisang Menurut Provinsi, Tahun 2014-2018

Dari data diatas yang diperoleh diketahui bahwa produksi pisang di Indonesia pada
tahun 2014-2018 tidak menentu. Sempat terjadi penurunan pada tahun 2016. Produksi
pisang tertinggi terjadi pada tahun 2015. Penurunan produksi pisang bisa terjadi karena
kurang maksimalnya pertumbuhan pada tanaman tersebut, hal itu dapat terjadi karena
disebabkan oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Cahyono (2002) yang menyatakan bahwa tanaman pisang
merupakan tanaman yang rentan, maka dari itu segala aspek syarat tumbuh yang
diperlukan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman pisang harus dipenuhi. Apabila
ada gangguan yang berasal dari lingkungan maka akan berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman pisang.
2.4 Tanaman Timun Suri
A. Teknik Produksi Timun
19

Timun Suri merupakan salah satu jenis sayuran buah yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Timun suri termasuk kedalam tumbuhan semusim penghasil buah
anggota suku Cucurbitceae atau labu – labuan. Buah timun suri juga mengandung zat-zat
gizi lain seperti vitamin C juga mengandung asam manolat yang berfungsi untuk menekan
gula darah. Menurut Amin, A.R (2015) Tanaman timun suri dibudidayakan melalui
beberapa tahapan antara lain :
 Persiapan Benih
Benih dapat diperoleh dengan cara membuat benihsendiri dari tanaman sebelumnya
Pilihlah buah timunn suri yang sehat dan cukup tua, ditandai dengan kulit buah yang pecah
dan mengeluarkan aroma harum khas timun suri. Biji timun suri kemudian dibersihkan dan
diseleksi dengan cara merendamnya dalam air. Ambil benih yang tenggelam dan buang
benih yang terapung, kemudian tiriskan dan dijemur hingga kering. Benih timun suri bisa
ditanam langsung ke lahan atau disemai terlebih dahulu. Namun jika menginginkan benih
yang seragam dan tumbuh serempak, lebih baik disemai terlebih dahulu menggunakan
polybag. Siapkan media semai dan polybag, media semai yang digunakan adalah campuran
tanah dan pupuk akndang atau kompos Masukkan 1 benih satu polybag, urug tipis
menggunakan tanah dan buat naungan agar tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah
tumbuh, perkenalkan dengan sinar matahari secara penuh agar bibit kuat dan tidak layu
saat ditanam.
 Persiapan Lahan
Lahan untuk budidaya timun suri dibersihkan terlebih dahulu dari gulma dan sisa-sisa
tanaman sebelumnya kemudian lahan dibajak atau dicangkul. Perlu dicatat bahwa lahan
untuk timun suri sebaiknya bukan bekas tanaman sefamili. Tahapan selanjutnya keringkan
tanah kurang lebih 2 minggu lalu lakukan kembali pengelolahan tanah dan di beri pupuk
kandang. Apabila diperlukan, bisa juga dibuat bedengan dengan lebar 80-90 cm dan
panjang sesuai ukuran lahan. Bedengan dibuat 2 lajur kanan dan kiri, di tengah-tengah nya
dibuat parit selebar 40-50 cm. Parit tersebut dibuat untuk memudahkan perawatan dan
pemeliharaan.
 Penanaman
Waktu penanaman buah mentimun yang paling baik adalah pada akhir musim hujan
(Maret/April) atau pada musim kemarau. Sedangkan cara menanam mentimun dapat
dilakukan dengan sistem tanam langsung benihnya atau memindahkan bibit dari
persemaian.
 Pemeliharaan
o Penyulaman dan Seleksi Tanaman
penyulaman dapat dilakukan sedini mungkin atau sejak tanam hingga umur 15 hari
setelah tanam. Sementara itu pada sistem tanam langsung (benih), penyulaman tanaman
yang mati atau tumbuhnya abnormal diganti dengan benih yang baru. Namun di samping
penyulam, juga dilakukan seleksi tanaman. Yaitu dengan cara, tanaman yang tumbuhnya
lemah dicabut dan disisakan satu tanaman terbaik perlubang tanaman.Sedangkan pada
20

sistem tanam pindah bibit dari pesemaian, penyulaman dilakukan dengan cara mengganti
tanaman yang mati atau tumbuhnya lemah dengan bibit baru dari pesemaian.
o Pengairan
kegiatan pengairan tanaman ini bisa dilakukan rutin dua kali sehari (pagi dan sore hari),
terutama pada fase awal pertumbuhan dan keadaan cuacanya kering dan cara
pengairannya, dileb atau disiram dengan menggunakan alat bantu gembor lalu bagi sistem
pengairan berikutnya disesuaikan dengan kondisi iklim, asalkan tanahnya dijaga tidak
kekeringan.Apalagi dalam fase pembungaan dan pembuahan, yang mana keadaan air tanah
harus memadai karena jika tanaman mentimun kekurangan air, akan menyebabkan
buahnya menjadi tidak normal seperti bengkok
o Penyiangan
penyiangan jika terlihat tumbuh rumput liar atau gulma. Penyiangan dilakukan pada
sekitar pangkal batang atau bedengan, sedangkan pada area merambatnya tanaman tidak
perlu dilakukan, kecuali gulma atau rumput tumbuh terlalu lebat dan dikhawatirkan akan
menutupi tanaman. Tanaman timun suri dewasa yang sudah berdaun lebat dan memiliki
banyak cabang mampu bersaing dengan gulma.
o Pemupukan
Agar tanaman timun suri tumbuh maksimal dan sesuai harapan, maka perlu dilakukan
pemupukan susulan. Pemupukan susulan timun suri bisa dilakukan dengan cara dikocor
atau ditaburkan.
 Panen dan Pasca Panen
Setelah 60 – 70 hari masa tanam, biasanya buah timun suri sudah bisa dipanen. Biasanya
ditandai dengan tangkai buah yang mulai mengering hingga buah terlepas dari tangkainya.
Hal ini pertanda bahwa  buah timun suri sudah tua dan siap untuk dipanen. Untuk cara
panen timun suri, cukup dengan memetik dengan tangan atau alat potong. Namun bisa juga
hanya tinggal mengambil saja, mengingat buah timun suri akan terlepas dari batangnya
ketika sudah cukup tua.
B. Teknik yang sudah dikembangkan
Melakukan Pemotongan Cabang sulur dengan cara memangkas mentimun saat sulurnya
mencapai tinggi 30-60 cm. Untuk hasil terbaik, pangkas tanaman setelah ukurannya cukup
besar. Selanjutnya Pangkas mentimun setiap 1-2 minggu sekali untuk mendapatkan hasil
terbaik. Pemangkasan yang teratur akan menghemat nutrisi tanaman dan menjaganya tetap
bebas penyakit. Anda tidak perlu memangkasnya secara terjadwal, tetapi lakukan sebanyak
1-3 kali dalam sebulan. Buang sulur atau bunga yang rusak. uang 4-6 cabang sulur yang
tumbuh dari pangkal tanaman. Cabang sulur adalah batang lateral kecil yang tumbuh dari
sulur utama. Tinggal petik saja menggunakan tangan atau potong dengan gunting.
21

DAFTAR PUSTAKA
Agrilink. 1999. Tropical Banana Information Kit. Key Issues p 36 –37. Queensland
Amin, A.R., 2015. MENGENAL BUDIDAYA MENTIMUN MELALUI PEMANFAATAN
MEDIA INFORMASI. JUPITER 14(1) : 66-71
Aristya, G. R., A.B. Sasongko, L. Hidayati3, A. Setiawan. 2017. Implementasi Inovasi Budi
Daya Stroberi di Agrowisata Banyuroto Kabupaten Magelang Melalui Education
For Sustainable Development. J. Indonesian of Community Engagement. 2(2): 125-132
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: UI Press.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Produksi Tanaman Hortikultura 2014. Jakarta Pusat :
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Tanaman Sayuran Timun 2014-2018. Diakses dari
https://www.bps.go.id/.
Badan Pusat Statistika. 2012. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Desember 2011.
Badan Pusat Statistika.
Budiman, S & Saraswati, D. 2006. Berkebun Stroberi Secara Komersial, Seri Agribisnis.
Penebar Swadaya. Jakarta .
Budiman, S & Saraswati, D. 2006. Berkebun Stroberi Secara Komersial, Seri Agribisnis.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Cahyono, B. 2002. Pisang Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Direktorat Budidaya Tanaman Buah, Dirjen Hortikultura. Departemen Pertanian. 2006. Kebun
Buah Percontohan Pisang . Jakarta
Hadiati, S. 2008. Budidaya Nanas. Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika. Sumatra Barat.
Hadiati, S. dan N. L. P., Indriyani. 2008. Petunjuk Teknis Budidaya Nenas. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Solok, Sumatera Barat.
Hayati, A., E., Lidiasari dan Parwiyanti. 2008. Karakteristik Timun Suri. Laporan Penelitian
PHK A2. Universitas Sriwijaya. Palembang
http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/budidaya-stroberi-fragaria-x-ananassa/. Diakses pada 26
Februari 2020.
J.C. Robinson. 1999. Bananas and Plantations. CABI Publishing, New York. 238 p.
M. Rahmat Suhartanto, Sobir, dan Harti H. 2012. Buku saku pisang (Musa sp.). Direktorat Buah
dan Florikultura, Kementerian Pertanian RI.
Siallagan, J. 2012. Optimasi Teknik Sterilisasi Eksplan Lapang Nanas Asal Sipahutar (Ananas
comosus L.) secara In Vitro (Doctoral dissertation, UNIMED).
Sidi, N. C., Widowati, E., & Nursiwi, A. 2014. Pengaruh Penambahan Karagenan pada
Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather Nanas (Ananas Comosus L. Merr.)
dan Wortel (Daucus Carota). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 3(4). Statistik Produksi
Stroberi.

Anda mungkin juga menyukai