Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TBT PERKEBUNAN DAN INDUSTRI

TEKNIK BUDIDAYA DAN PROSPEK PASAR TANAMAN KAKAO

Dosen pengampu :

Ir. Maria Ulfah, MP.

Di susun oleh :

Nama : Fenia Aknantasari

NPM : 21801031062

Kelas : Agroteknologi 5B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun makalah dengan judul “Teknik Budidaya dan Prospek Pasar Tanaman
Kakao” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Dengan penyusunan yang sistematis
dan spesifik diharapkan mampu memudahkan pembaca dalam memahami
makalah ini.
Penyusun adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak luput dari kesalahan
dan kelalaian, maka penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam
menyusun makalah ini. Untuk itu, penyusun mengharap kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menjadi lebih sempurna. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca yang budiman.
Malang, 16 Desember 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia
menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi 844.630 ton,
dibawah negara Pantai Gading dengan produksi 1,38 juta ton. Volume ekspor
kakao Indonesia tahun 2009 sebesar 535.240 ton dengan nilai Rp.
1.413.535.000 dan volume impor sebesar 46.356 ton senilai US$ 119,32 ribu
(Ditjenbun, 2010).
Permintaan kakao dunia masih sangat tinggi yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Kebutuhan kakao dunia pertahun mencapai 6,7 juta
ton dan baru bisa terpenuhi 2,5 juta ton. Artinya, masih kurang 4 juta ton lebih
untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga ini tetap
dapat menjadi peluang bagi Indonesia khususnya Sumatera Barat (Yusniar,
2013:1).
Kakao merupakan tanaman tahunan yang dapat mulai berbuah pada umur
4 tahun, dan apabila dikelola secara tepat maka masa produksinya dapat
bertahan lebih dari 25 tahun. Dalam skala perkebunan penanaman Kakao di
Indonesia dimulai pada tahun 1780 di Minahasa selanjutnya pada tahun 1858
dikembangkan di Ambon serta Seram kepulauan Maluku. Di Jawa penanaman
Kakao berkembang secara pesat pada awal abad 19 sebagai tanaman
pengganti kopi yang rusak oleh serangan penyakit karat daun. Berkembangnya
pengusahaan Kakao di pulau Jawa kemudian menyebar ke Bali. Di Bali
produktivitas Kakao rata-rata 777 kg biji kering per hektar, sementara itu
potensi produksinya sebesar 1.100 kg biji kering per hektar. Sampai saat ini
komuditas Kakao tersebut masih memiliki prospek pasar yang baik.
Seperti halnya tanaman perekebunan yang lain, tanaman Kakao
memerlukan persyaratan tumbuh dan teknologi budidaya yang memadai agar
mampu memberikan hasil yang optimal. Teknologi budidaya yang dimaksud
antara lain : persiapan bahan tanam, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan tanaman, dan panen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik budidaya tanaman kakao?
2. Bagaimana aspek budidaya tanaman kakao di Indonesia?
3. Bagaimana prospek pasar tanaman kakao di Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kakao
2. Untuk mengetahui aspek budidaya tanaman kakao di Indonesia
3. Untuk mengetahui prospek pasar tanaman kakao di Indonesia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao


Syarat tumbuh tanaman kakao yaitu garis lintang 10º LS sampai 10º LU -
0 – 600 meter di atas permukaan laut, crah hujan 1.500 – 2.500 mm/tahun,
suhu maksimum 30 - 32ºC dan suhu minimum 18 - 21ºC, dengan kemiringan
tanah kurang dari 45% dan kedalaman olah kurang dari 150 cm, tekstur tanah
50% pasir, 10-20% debu dan 30-40% lempung berpasir - pH 4,0 – 8,5; pH
optimum 6,0 – 7,0.
2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kakao
Pembibitan Bibit coklat Bibit coklat bisa diperoleh dengan 2 cara yaitu :
1. Melalui perbanyakan generatif ( biji ).
2. Melalui perbanyakan vegetatif ( okulasi, enten, atau stek ).
2.2.1 Persemaian
1. Persemaian pendahuluan
Persemaian pendahuluan berfungsi untuk mengecambahkan biji
sebelum dipindahkan ke persemaian pemeliharaan. Persemaian
pendahuluan dapat dibuat dari peti yang berisi pasir steril/serbuk
gergaji steril (yang sudah direbus) atau karung goni steril. Biji – biji
yang dikecambahkan disusun rapat ,tetapi jangan sampai bersentuhan.
2. Persemaian pemeliharaan
Persemaian pemeliharaan adalah tempat menampung dan
memelihara kecambah dari persemaian pendahuluan. Bentuk
persemaian pemeliharaan :
Bentuk keranjang / plastic Keranjang / plastic ini mempunyai ukuran
tinggi 35 – 40 cm dengan garis tengah 15 cm dan di misi tanah, pasir,
kompos, pupuk kandang, dengan perbandingan 4 : 1 : 1 : 1 . Kadang –
kadang campuran ini sedikit diberi kapur. Setiap keranjang / plastic
diisi satu kecambah dengan membenamkan sedalam jari telunjuk , lalu
ditutup dengan tanah. Keranjang / plastik yang sudah diberi tanaman
disusun diatas rak dengan jarak 40 cm, tinggi rak 25 cm dari atas tanah
dan dibuat tempat yang teduh atau dibuat larikan – larikan pohon petai
cina dan turi yang mempunyai jarak tanam 3 – 4 m. Selain itu perlu di
beri atap setinggi 2 m yang dibuat dari daun kelapa, alaang – alang
dsb.Atap ini berangsur – angsur dikurangi. Perawatan persemaian
pemeliharaan dalam keranjang / plastik meliputi :
- Menyiram minimal 1 kali sehari.
- Setiap 10 hari diberipupuk urea 1,4 gr. untuk tiap keranjang /
plastik.
- Pemberantasan hama. Penyakit yang sering menyerang pada
pembibitan adalah GLOESPORIUM. Pemberantasan dilakukan
dengan Dithane m-45 dengan dosis 0,1 – 0,2 % rotasi 2 minggu.

2.2.2 Pengolahan Media Tanam


Persiapan
Lahan perkebunan coklat/kakao dapat berasal dari hutan asli,
hutan sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau pekarangan.
Lahan yang miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi.
Areal dengan kemiringan 25-60% harus dibuat teras individu.
Pembukaan Lahan
Cara penyiapan lahan dapat dengan cara pemberihan selektif
dan pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus
dibersihkan/dimusnahkan supaya tanaman kakao dan pohon naungan
dapat tumbuh baik. Untuk memperlancar pembuangan air, saluran
drainase yang secara alami telah ada harus dipertahankan dan berfungsi
sebagai saluran primer. Saluran sekunder dan tersier dibangun sesuai
dengan keadaan lapangan(Ali & Hariyadi, 2018).
Pengapuran
Tanah-tanah dengan pH di bawah 5 perlu diberi kapur berupa
batu kapur sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak 1.500 kg/ha.
Pemupukan
Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk
merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang tersebut perlu
diberi pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/ lubang atau
pupuk urea sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100
gram/lubang.(Ali, Hosir, & Nurlina, 2017) Pupuk-pupuk tersebut
diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian
lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur
dengan pupuk kandang/kompos.

2.2.3 Teknik Penanaman


Hubungan Tanaman Dan Jarak Tanam
Hubungan tanam yang biasa dipakai untuk tanaman coklat
adalah hubungan segi empat dengan jarak tanam 4 m x 4 m atau 5 m x
5 m . Kadang – kadang dipakai juga hubungan pagar yaitu dengan jarak
antara barisan tanam 4 m dan jarak tanam di dalam barisan 2 m. jarak
tanam 4 m x 2 m ini memberikan hasil lebih tinggi di bandingkan jarak
tanam 4 m x 4 m dengan hubungan segi empat.
Pembuatan Lubang
Tanam Lubang tanam dibuat beberapa bulan sebelum masa
tanam. Ukuran lubang tanam adalah 60 x 60 x 60 cm. Pemupukan
lubang tanam dilakukan dengan memberikan pupuk agrophos 0,3 kg
perlubang tanaman dan dilakukan 2 minggu sebelum masa tanam.
kemudian lubang tersebut ditutup kembali.
Cara Penanaman
Lubang tanam dibuka kembali sebesar tanah putaran atau
besarnya keranjang / plastik dari bibit sebelum penanaman dilakukan.
Sebelum bibit ditanam, bagi bibit keranjang atau kantong plastik,
kranjang atau plastiknya harus dilepas terlebih dahulu dengan cara :
1. Mula – mula alas keranjang / kantong plastik digunting.
2. Lalu bibit dimasukan ke dalam lubang tanam yang dibuat
sebesar tanah putaran dengan telapak tangan sebagai penumpu
alas bibit.
3. Kemudian dinding keranjang atau kantong plastik digunting dari
atas kebawah.
4. Sesudah itu keranjang atau plastik ditarik keluar.

Setelah bibit di tanam sedalam leher akar maka tanah disekitar bibit
dipadatkan serta permukaannya dibuat meninggi menuju leher akar.

2.2.4 Pemeliharaan Tanaman

Penjaringan dan Penyulaman


Penyulaman dapat dilakukan sampai tanaman berumur 10 tahun.
Penyiangan Pengendalian gulma dilakukan dengan membabat tanaman
pengganggu sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida
sebanyak 1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air.
Penyiangan yang paling aman adalah dengan cara mencabut tanaman
pengganggu.
Tujuan penyiangan/pengendalian gulma adalah untuk mencegah
persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara, untuk mencegah hama
dan penyakit serta gulma yang merambat pada tanaman cokelat/kakao.
Dalam pemberantasan gulma harus dikaukan rutin minimal satu bulan
sekali, yaitu dengan menggunakan cangkul, koret/dicabut dengan
tangan(Ali, 2018).
Tujuan pemangkasan adalah untuk menjaga/pencegahan serangan
hama atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk
memacu produksi.
a. Pemangkasan bentuk
1. Fase muda
Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan
dengan membuang cabang yang lemah dan
mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke
segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan)
2. Fase remaja
Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan
dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari
jorquette (percabangan)
b. Pemangkasan pemeliharaan.Membuang tunas yang tidak
diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang
menyebabkan tanaman terlalu rimbun.
c. Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman
agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal.
Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun.
Pemupukan
Dosis pemupukan tanaman yang belum berproduksi (gram/tanaman):
a. Umur 2 bulan: ZA=50 gram/pohon.
b. Umur 6 bulan: ZA=75 gram/pohon; TSP=50 gram/pohon;
KCl=30 gram/pohon; Kleserit=25 gram/pohon.
c. Umur 12 bulan: ZA=100 gram/pohon.
d. Umur 18 bulan: ZA=150 gram/pohon; TSP=100 gram/pohon;
KCl=70 gram/pohon; Kleserit=50 gram/pohon
e. Umur 24 bulan: ZA=200 gram/pohon Dosis pemupukan
tanaman berproduksi (gram/tanaman):a) Umur 3 tahun: ZA = 2
x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 50 gram/pohon, TSP = 2 x 50
gram/pohon, KCl = 2 x 50 gram/pohon.b) Umur 4 tahun: ZA =
2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 100 gram/pohon, TSP = 2 x
100 gram/pohon, KCl = 2 x 100 gram/pohon.c) > 5 tahun: ZA =
2 x 250 gram/pohon, Urea = 2 x 125 gram/pohon, TSP= 2 x 125
gram/pohon, KCl = 2 x 125 gram/pohon. Pemupukan dilakukan
dengan membuat alur sedalam 10 cm di sekeliling batang kakao
dengan diameter kira-kira ½ tajuk. Waktu pemupukan di awal
musim hujan dan akhir musim hujan.
Rehabilitasi Tanaman Dewasa
Tanaman dewasa yang produktivitasnya mulai menurun tidak
diremajakan (ditebang untuk diganti tanaman baru), tetapi direhabilitasi
dengan cara okulasi tanaman dewasa dan sambung samping tanaman
dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena peremajaan dapat
dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih cepat
berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau
produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau
kekakaoan atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 40-50 cm.
Sambungan dapat dibuka setelah 3-4 minggu.
Penyiraman
Penyiraman tanaman cokelat yang tumbuh dengan kondisi tanah
yang baik dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air.
Air yang berlebihan menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat
lembab. Penyiraman pohon cokelat dilakukan pada tanaman muda
terutama tanaman yang tak diberi pohon pelindung.

2.2.5 Cara Panen


Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah
tinggi, pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan
sampai melukai batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat
hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat
dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak
menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan berada
di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang per
hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah
per hari. Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan
sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari.
Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem 7/14.
Periode Panen Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen
jangan melukai batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak
dapat tumbuh labi di tempat tersebut pada periode berbunga
selanjutnya.

2.2.6 Pascapanen
Pengumpulan
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat
tertentu dan dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan
kulit dilaksanakan dengan menggunakan kayu bulat yang keras.
Penyortiran/pengelompokkan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan
berdasarkan mutunya:
 Mutu A: dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir bijib) Mutu
B: dalam 100 gram biji terdapat 100- 110 butir bijic)
 Mutu C: dalam 100 gram biji terdapat 110-120 butir biji.

Penyimpanan

Biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam


kotak kayu tebal yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi
lubang-lubang kecil dengan cara sebagai berikut:
 Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan tidak
lebih dari 75.
 Tutup dengan karung goni atau daun pisang.
 Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik
sampai 50 derajat C.
Pengemasan dan Pengangkutan
Biji-biji cokelat yang sudah kering dapat dimasukan dalam karung
goni. Tiap goni diisi 60 kilogram biji cokelat kering. kemudian karung-
karung yang berisi biji cokelat kering tersebut disimpan dalam gudang
yang bersih, kering dan berfentilasi yang baik. Sebaiknya biji cokelat
tersebut sudah segera bisa dijual dan diangkut dengan menggunakan
truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang, sebaiknya tidak lebih
dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk melihat ada
tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji cokelat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pasar dan Harga


Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian
kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor
sebagian besar (78,5%) dalam bentuk biji kering (produk primer) dan hanya
sebagian kecil (21,5%) dalam bentuk hasil olahan. Tujuan utama ekspor
kakao Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, Brazil dan Singapura. Di
sisi lain, Indonesia juga mengimpor biji kakao yang akan digunakan untuk
campuran bahan baku industri pengolahan dalam negeri. Negara asal impor
biji kakao Indonesia antara lain: Pantai Gading, Ghana dan Papua Nugini.
Volume produksi dan ekspor kakao Indonesia terus meningkat cukup
tajam, sementara volume impornya relatif stabil pada tingkat yang sangat
rendah. Impor biji kakao dibutuhkan sebagai bahan pencampur bahan baku
industri pengolahan kakao domestik. Harga kakao domestik mengikuti harga
kakao internasional terutama harga di bursa New York karena sebagian besar
ekspor kakao Indonesia ditujukan ke Amerika Serikat. Harga kakao dunia
berfluktuasi cukup tajam mulai dari US$ 800/ton pada bulan Nopember 2000
sampai US$ 2.239/ton pada bulan Pebruari 2003. Pada beberapa bulan
terakhir harga kakao dunia relatif stabil pada kisaran US$ 1.550-1.650/ton.
Harga biji kakao domestik bergerak mengikuti fluktuasi harga kakao dunia
walaupun arahnya tidak persis sama karena pengaruh nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika. Secara umum harga kakao di tingkat petani beberapa
tahun terakhir berkisar antara Rp 8.000-10.000/kg biji kering.
3.2 Prospek Pasar
Negara kita sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao
dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao
dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik.
Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk
pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya,
Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara.
Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang untuk
ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang
dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia beberapa tahun
terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada
tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk
segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti
yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia masih sangat terbuka
dan pasar domestik masih belum tergarap.
Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao,
salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas
harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani akan termotivasi untuk
meningkatkan produksinya. Hal ini berarti, tidak cukup hanya dengan
meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha
penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang
diterima petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya
harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen merupakam
perbaikan bidang pemasaran yang bertujuan memperbesar tingkat efisiensi
pemasaran.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teknik budidaya yang tepat menjadi salah satu factor terpenting dalam
meningkatnya produksi tanaman kakao sehingga dengan begitu penting untuk
mengetahui teknik budidaya yang tepat sebagai modal dasar dan paling utama
dalam budidaya tanaman kakao ini. Teknik budidaya yang tepat diantaranya
yaitu pembibitan dilakukan dengan hati-hati, persemaian, persiapan,
pembukaan lahan, pengapuran, pemupukan, pengaturan jarak tanaman,
sampai dengan pemeliharaan harus dilakukan sesuai anjuran yang telah ada
sehingga produksi tanaman kakao akan menjadi maksimal.
Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila
berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi
dan agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih
memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao yaitu
lebih dari 6,2 juta ha terutama di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi
Tangah Maluku dan Sulawesi Tenggara.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., Hosir, A., & Nurlina, N. (2017). Perbedaan Jumlah Bibit Per Lubang
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Dengan Menggunakan Metode SRI. Gontor AGROTECH Science Journal,
3(1), 1–21.
Ditjenbun. (2010). Kakao, Statistik Perkebunan. In Ditjenbun, Statistik
Perkebunan Indonesia. Jakarta.
Hariyadi, B. W., Ali, M., & Nurlina, N. (2017). Damage Status Assessment Of
Agricultural Land As A Result Of Biomass Production In Probolinggo
Regency East Java. ADRI International Journal Of Agriculture, 1(1).
Nanang Sutomo, Bambang Wicaksono Hariyadi, Mahrus Ali. 2018. Budidaya
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.). Fakutas Pertanian Universitas
Merdeka Surabaya.
Yusriana dan Rahman Jaya. 2016. Karakteristik Mutu Spesifik Kakao Aceh :
Fisik, Kimia dan Sensori. Seminar Hasil Riset dan Standarisasi Industri V,
Banda Aceh. Hal 1-10.

Anda mungkin juga menyukai