Anda di halaman 1dari 21

STANDART OPRASIONAL PRODUKSI DAN SERTIFIKASI BENIH

TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L)

Disusun oleh
Kelompok 2:

Lubna Mutiara Aini 201810200311034


Rajendra Febie Rilgahappy 201810200311049
Yuliana Rahmawati 201810200311050

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN PETRNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2

BAB II ISI.............................................................................................................3
2.1 Persiapan Produksi..............................................................................3
2.2 Proses Produksi....................................................................................3
2.3 Pemeliharaan Mutu Genetik................................................................6
2.4 Teknologi Pasca Panen........................................................................8
2.5 Sertifikasi Benih Kacang Tanah..........................................................13
BAB III PENUTUP...............................................................................................17
3.1 Kesimpulan..........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan kacang tanah dari waktu ke waktu cenderung meningkat dan
belum dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga masih harus
ditutup dengan melakukan impor. Hal ini menunjukkan bahwa peluang usaha
kacang tanah masih sangat terbuka. Kacang tanah bukanlah komoditas yang
terlalu sulit dibudidayakan, rentang toleransi yang tinggi terhadap jenis dan
taraf kemasaman tanah, serta sifat kleistogam dari tanaman adalah
kemudahan-kemudahan yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan
pengelolaan yang baik dan benar, produktivitas sesuai potensinya dapat
dengan mudah dicapai.
Benih kacang tanah termasuk komoditas palawija yang tidak tahan
disimpan lama yang mungkin menyebabkan rendahnya minat bagi para
penangkar. Apabila dalam suatu wilayah memungkinkan untuk dibangun
sistem penyediaan benih antar lokasi atau antar musim, hal ini sangat baik dan
bahkan sangat dianjurkan, karena berpeluang menjadi jejaring agribisnis dan
perbenihan kacang tanah tersedia sepanjang tahun. Model penyediaan benih
kacang tanah melalui jalur benih antarlapang dan musim (jabalsim) seperti
halnya pada benih kedelai cocok juga diterapkan untuk penyediaan benih
kacang tanah di tingkat petani. Dengan Jabalsim, keberadaan para penangkar
benih berpeluang dijadikan fasilitator penyebaran varietas unggul baru dan
sumber benih berkualitas bagi petani. Benih atau varietas yang berkualitas
adalah masukan dasar dalam setiap usahatani. Tingkat kualitas benih yang
digunakan sebagian besar petani adalah gambaran tingkat budidaya pertanian
yang dilakukan petani, meski untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal
diperlukan keterpaduan varietas unggul, benih bermutu, dan tingkat
pengelolaan tanaman. Sifat individualisme petani tidak akan berperan banyak
di dalam peningkatan produksi, tetapi interaksi di antara mereka dan upaya
terus saling melengkapi akan mempunyai peran yang besar
Benih varietas unggul, terutama kacang tanah, merupakan masukan
usahatani yang mahal. Kelangkaan ketersediaan benih bermutu dari varietas
unggul kacang tanah sering terjadi di Indonesia, demikian juga di negara
penghasil kacang tanah. Padahal, benih menempati posisi yang sangat strategis
karena benih adalah pembawa teknologi kepada petani. Benih kacang tanah
termasuk kelompok benih yang sangat mudah turun viabilitasnya karena
ukuran bijinya serta sifat hampir tidak ada dormansi bagi kebanyakan varietas
di Indonesia (Pitojo, 2015), sehingga untuk memproduksi benih kacang tanah
bermutu perlu memperhatikan prosedur baku, sejak penyiapan benih sumber
hingga penanganan pascapanennya (prapanen hingga pascapanen). Upaya
apapun yang dilakukan di dalam penyimpanan tidak akan dapat meningkatkan
mutu benih. Penyimpanan sifatnya hanya mempertahankan atau menahan agar
laju kemerosotan viabilitas menjadi nol atau sekecil mungkin sampai tiba

1
saatnya benih tersebut digunakan. Oleh karenanya, mempertahankan mutu
benih secara berkelanjutan adalah perlu (Anesta, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Produksi Benih Kacang Tanah?
3. Bagaimana Teknologi Pasca Panen Benih Kacang Tanah?
4. Bagaimana Sertifikasi Benih Kacang Tanah ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Teknik Produksi Benih Kacang Tanah.
2. Mengetahui Teknologi Pasca Panen Benih Kacang Tanah.
3. Mengetahui Sertifikasi Benih Kacang Tanah.

2
BAB II
ISI
2.1 Persiapan Produksi
Persiapan dalam proses produksi harus sangat diperhatikan guna mendapat
benih yang berkualitas. Hal hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan
sebelum memulai proses budidaya adalah sebagai berikut:
2.1.1 Penentuan lokasi
Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan.
Benih dengan mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi hanya dapat dihasilkan
dari pertanaman di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, lahan yang akan
digunakan hendaknya beririgasi teknis dengan pengairan yang terkontrol. Selain itu,
perlu diperhatikan bahwa lahan tersebut bukan bekas pertanaman kacang tanah
varietas lain. Sebaiknya digunakan lahan yang sebelumnya ditanami komoditas lain
atau bera.
Disamping itu, perlu pula dipertimbangkan kemudahan akses transportasi
menuju lokasi, karena proses produksi memerlukan pengelolaan dan pengawasan
intensif, termasuk oleh pihak BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih).
2.1.2 Pemilihan varietas unggul
Gunakanlah hanya varietas unggul karena produktivitasnya yang tinggi serta
beberapa keunggulan yang dimiliki. Saat ini telah tersedia varietas unggul baru
kacang tanah yang sesuai untuk lahan sawah, antara lain Kancil, Jerapah, Bison,
Tuban, Zebra, Panter, Singa, Domba, Hypoma1, Hypoma2, untuk lahan masam
antara lain Talam. Kebutuhan benih per hektar 120 kg polong kering atau 75 kg biji.
2.1.3 Penyiapan benih sumber
Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar dapat
menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Benih sumber yang
ditanam harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Sebagai
contoh, untuk memproduksi benih kelas BD (Benih Dasar), maka yang harus ditanam
adalah benih kelas BS (Benih Penjenis); untuk memproduksi benih kelas BP (Benih
Pokok) harus berasal dari benih kelas BD.
Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih ditanam dimana
mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama produsen, varietas,
tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu benih (daya kecambah, kadar
air, dan kemurnian fisik).

2.2 Proses Produksi


Setelah proses persiapan selesai dilakukan maka proses produksi boleh
dilaksanakan, adapun syarat dan ketentuan untuk proses produksi juga harus sesuai
standart yaitu sebagai berikut:

3
2.2.1 Penyiapan Lahan
Tanah bekas pertanaman padi (bukan bekas tanaman kacang tanah), diolah,
dibajak dua kali saling-silang hingga gembur, dibersihkan dari gulma kemudian
diratakan, selanjutnya dibuat bedengan selebar 3-4m.
Di antara bedengan dibuat saluran dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar 30 cm
yang akan berfungsi sebagai saluran drainase untuk mengurangi kelebihan air
sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat diperlukan air.

Gambar 1. Penyiapan lahan tanam


2.2.2 Penanaman
Benih ditanam secara tugal dengan kedalaman 2-3 cm. Jarak tanam: 40 cm x
10 cm atau 35 cm x 10 cm, 1 biji/lubang tanam. Segera dilakukan irigasi jika tanam
telah selesai. Disarankan untuk tidak menunda saat irigasi setelah tanam sampai
keesokan harinya karena benih kacang tanah cukup peka terhadap cahaya terik
matahari langsung.

2.2.3 Pemupukan
Tanaman kacang tanah dianjurkan untuk melakukan pemupukan walau
lahan yang digunakan bekas tanaman padi. Takaran pupuk yang digunakan sekitar 50
kg Urea, 100 kg SP36 + 100-150 kg KCl/ha. Pupuk diberikan seluruhnya pada saat
tanam. Pada kondisi tertentu penggunaan Dolomit diperlukan untuk memperbaiki
kualitas polong dan biji.

Gambar 2. Pemupukan awal dan pertengahan HST

2.2.4 Pengairan

4
Pengairan dilakukan pada :
 Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap ke- kurangan air
adalah awal pertumbuhan vegetatif (15-20 HST).
 Saat berbunga (30-40 HST).
 Saat pengisian polong (60-70 HST).
Gambar 3. Pengairan dan pada fase vegetative dan generatif

2.2.5 Pengendalian Gulma


Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan menggunakan mulsa jerami,
maupun dengan penyiangan dan penyemprotan herbisida.
a. Pengendalian gulma dengan menggunakan mulsa jerami.
 Mulsa jerami dapat menekan frekuensi penyiangan.
 Pada daerah endemis serangan lalat kacang, pemberian mulsa dapat
menekan serangan tersebut.
 Mulsa jerami diberikan sebanyak 5 ton/ha, dihamparkan merata, dengan
ketebalan <10 cm.
 Jika gulma bukan merupakan masalah, jerami dapat dibakar pada hamparan
lahan. Cara ini lebih menyeragamkan per- tumbuhan awal dan
mematikan biji-biji gulma.
b. Pengendalian gulma dengan penyiangan.
 Pengendalian gulma dilakukan secara optimal, sehingga pertanaman
kacang tanah tidak mengalami gangguan.
 Penyiangan minimal dilakukan dua kali, yaitu pada umur 10–14 hari dan
30-35 hari setelah tanam. Gulma dikeluarkan dari lahan pertanaman. umur
10–14 hari dan 30-35 hari setelah tanam. Gulma dikeluarkan dari lahan
pertanaman.
 Pada penyiangan ke-2, diikuti dengan penggemburan tanah sekaligus
pembumbunan.
 Apabila masih diperlukan penyiangan lagi, maka penyiangan dilakukan
setelah berbunga, pada umur 55-60 hari, dengan cara memotong pada
pangkal batang gulma.
2.2.6 Pengendalian Hama
 Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan
pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan
pencemaran lingkungan.
 Pengendalian secara kultur eknis antara lain penggunaan mulsa jerami,

5
pengolahan tanah, pergiliran tanaman dan tanam se- rentak dalam satu
hamparan serta penggunaan parasitoid Trichogrammatiodea bactrae-
bactrae, penggunaan Nuclear polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat
grayak Spopdoptera litura (SINPV), serta penggunaan seks feromon
yang mampu me- ngendalikan ulat grayak.
 Penyemprotan dilakukan jika tingkat kerusakan daun lebih dari 15%.
Penentuan dosis serta jenis insektisida didasarkan pada hasil pemantauan
tingkat populasi dan jenis hama di lapangan. Pengendalian hama dilakukan
pada pagi atau sore hari dan diupayakan penyemprotan mengenai seluruh
bagian tanaman. Penyemprotan dilakukan searah dengan arah angin.
2.2.7 Pengendalian Penyakit
 Penyakit utama pada kacang tanah adalah karat daun (Puccinica arachidis)
dan penyakit bercak daun (Phaeoisariopsis personata).
 Pengendalian kedua penyakit utama tersebut dapat dilakukan fungisida
dengan bahan aktif mancozeb atau metil tiofanat.
 Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu
serangga hama kutu dengan insektisida berbahan aktif metomil atau
deltamethrin.
 Tindakan preventif akan lebih baik, dengan waktu pengendalian pada saat
tanaman berumur 40, 50, 60 dan 70 hari setelah tanam.
2.3 Pemeliharaan Mutu Genetik
Benih bermutu, baik mutu fisik dan genetik memiliki konstribusi penting
untuk produksi tanaman. Pemeliharaan mutu genetik untuk setiap kelas sumber
benih dilakukan sejak persiapan benih sebelum tanam (sumber benih dan lahan
yang akan digunakan), di pertanaman dan selama prosesing. Pemeliharaan mutu
genetik di pertanaman dilakukan dengan kegiatan roguing (membuang tanaman
tipe simpang). Terdapat tiga fase pengamatan tanaman untuk membuang
tanaman tipe simpang dengan menggunakan karakter kualitatif sebagai pembeda
utama yaitu pada fase juvenil, fase berbunga dan saat panen dengan seleksi polong.
2.3.1 Fase Juvenile
Pengamatan pada fase ini dilakukan pada saat tanaman berumur 10-15
hari setelah tanam. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Warna epikotil (hijau atau ungu)
 Pada pertumbuhan vegetatif aktif perlu diperhatikan vigor tanaman, tipe
pertumbuhan tanaman dan karakter daun (ukur- an, bentuk, serta
kedudukan daun).

6
Gambar 4. Fase juvenile
2.3.2 Fase Bunga
Pengamatan berikutnya dapat dilakukan pada fase berbunga. Karakter-
karakter yang diperlukan adalah:
 Warna bunga, hampir semua bunga tanaman kacang tanah berwarna
kekuningan hingga kuning agak tua. Perbedaan kecil terjadi adanya
garis-garis kuning pucat pada mahkota bunga, cukup sulit untuk
membedakan warna bunga varietas satu terhadap yang lain.
 Saat berbunga yakni saat 50% tanaman sudah berbunga. Pada kacang tanah
kisaran terjadi antara 21-27 hari. Sedikit beragam antar varietas, dan periode
berbunga dapat terus terjadi hingga tanaman berumur 50-60 hari.
 Warna dan kerapatan bulu pada tangkai dan helai daun kacang tanah tidak
setebal kedelai, sehingga diperlukan ketelitian jikalau dijadikan parameter
pembeda antar varietas.
 Posisi dan bentuk daun. Perbedaan bentuk daun kacang tanah lebih
mudah dijadikan parameter pembeda dibanding warna dan kerapatan bulu
daun.
 Perbedaan bentuk daun tegas terjadi antara tipe valencia dangan tipe
spanish. Kemudian yang perlu diperhatikan adalah ratio lebar/panjang
daun, kemudian ujung daun (lancip, agak bulat atau bulat). Warna daun
juga dapat dijadikan pembeda antar varietas karena ragam warna terjadi
antar varietas.

Kuning Orange

7
Gambar 5. Warna Pembungaan Kacang Tanah

2.3.3 Fase Berpolong


Pada fase pertumbuhan ini penciri yang mudah adalah warna ginofor yaitu
hijau atau ungu. Ragam dalam masing-masing kelompok sangat sedikit. Hal
-hal yang perlu diperhatikan adalah :
 Keragaan dari tanaman secara keseluruhan. Bentuk dan ukuran daun yang
nampak menyolok berbeda dapat dianggap sebagai bentuk simpang yang
perlu dibuang.
 Warna dan ukuran daun mungkin masih bisa membantu mengidentifikasi
bentuk simpang yakni yang berada di luar populasi tersebut.
 Polong masak agak sulit pada kacang tanah untuk dijadikan parameter
pembeda karena harus mencabut tanaman. Untuk mempertahankan
kemurnian genetik hanya dapat dilakukan melalui seleksi polong dan
warna kulit biji.

Genofor Genofor
Ungu Hijau

Gambar 6. Fase Berpolong Kacang Tanah


2.4 Teknologi Pasca Panen
Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik,
fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pasca
panen. Menjaga mutu fisik dan genetik utamanya dilakukan selama prosesing,
sedangkan menjaga mutu fisiologis benih dilakukan mulai saat panen hingga
penyimpanan dan bahkan hingga benih siap ditanam oleh pengguna.
Pengelolaan benih untuk mempertahankan mutu fisologis tetap tinggi tidak dapat

8
dilakukan secara partial (sepotong- sepotong), melainkan harus dilakukan secara
simultan (menyeluruh) dan sistematis dengan menerapkan kaidah-kaidah
pengelolaan benih secara benar, mulai saat panen hingga penyimpanan.
Selain itu, kaidah-kaidah yang sama kaitannya dengan mutu fisio- logis
dalam pengelolaan benih kacang tanah berlaku untuk kelas benih: Benih Penjenis
(BS), benih Dasar (FS), Benih Pokok (SS) maupun benih sebar (ES). Benih
kacang tanah termasuk yang cepat mengalami penurunan daya tumbuh jika tanpa
perlakuan khusus, untuk itu proses dan cara penyimpanan akan turut
mempertahankan mutu benih. Penyimpanan hanyalah mempertahankan agar
laju penurunan mutu diperlambat, bagaimanapun idealnya kondisi
penyimpanan tidak akan meningkatkan mutu benih. Oleh karena itu syarat yang
diperlukan adalah suhu dan lelembaban ruang simpan rendah, yakni sekitar 18oC
dengan kelembaban relatif sekitar 60%. Teknik tersebut tidak mungkin terjadi
di tingkat petani, maka diperlukan teknik sederhana.
2.4.1 Pemanenan
 Panen hendaknya dilakukan pada saat setidaknya mencapai masak
fisiologis, yakni setidaknya 70% polong pertanaman telah mencapai
masak fisiologis, yang ditandai dengan warna gelap sisi dalam kulit
polong.
 Panen dilakukan dengan mencabut tanaman pada tingkat kelembaban
tanah tertentu sehingga polong tidak tertinggal di lapang akibat tanah
yang terlalu kering.
 Polong dirontok secara manual kemudian dijemur dengan cahaya matahari
dengan beralaskan tikar atau terpal. Untuk menjaga agar benih tidak
rusak maka penjemuran dilakukan hanya mencapai jam 13.00, tidak
dibenarkan menjemur sepanjang hari, pagi hingga matahari tenggelam.
Penjemuran tersebut dilakukan berulang hingga mencapai kadar air 12-
14%.
 Mengingat sulitnya pengeringan pada musim hujan, maka fungsi dryer
mutlak diperlukan, atau jikalau dryer tidak ada dan tidak dapat
menjemur sebaiknya polong benih di buat terhampar atau digantung
dalam rak-rak.

Gambar 7. Kegiatan panen dan contoh polong


2.4.2 Perontokan

9
 Perontokan dilakukan segera setelah dicabut secara manual, digeblok,
kemudian dijemur dengan cahaya matahari dengan beralaskan tikar atau
terpal. Untuk menjaga agar benih tidak rusak maka penjemuran dilakukan
hanya mencapai jam 13.00, tidak dibenarkan menjemur sepanjang hari, pagi
hingga matahari tenggelam. Penjemuran tersebut dilakukan berulang
hingga mencapai kadar air 12-14%.
 Secara umum perontokan benih perlu dilakukan secara hati- hati untuk
menghindarkan banyaknya polong rusak, sebab hal ini akan
mempercepat laju penurunan daya tumbuh maupun vigor benih dalam
penyimpanan

Gambar 8. Proses Perontokan Polong Kacang Tanah


2.4.3 Pembersihan dan Sortasi

 Polong yang sudah kering perlu dibersihkan dari campuran bahan lain,
hal ini dapat dilakukan selama proses penjemuran. Jika tersedia blower
sebelum disimpan mungkin ada baiknya dilakukan untuk menghilangkan
debu atau tanah yang mungkin masih tercampur.
 Sortasi perlu dilakukan terhadap polong yang sudah terjemur kering
yakni dengan memisahkan polong hampa, keriput atau mungkin polong
varietas lain (bentuk simpang).

(a) (b) (c)


Gambar 9. Hasil kegiatan sortir (a) Polong bagus, (b) polong rusak,
dan (c) kotoran.

10
Domba Bima

Kelinci Gajah

Bison Jerapah

11
Kancil Tuban
Gambar 10. Macam Macam Benih Kacang
2.4.4 Pengeringan
 Proses pengeringan yang murah dan mudah adalah dengan cahaya
matahari. Untuk kacang tanah lama pengeringan ber- variasi tergantung
karakteristik polong, pada umumnya yang tergolong tipe valencia perlu
waktu lebih lama dibanding yang tergolong tipa spanish. Biji yang sudah
kering ditandai dengan kulit biji yang mudah terkelupas, kadar air biji
pada kondisi demikian kira-kira 11-12%.
 Pengeringan untuk mencapai kadar air biji tersebut tidak dapat dilakukan
sekali atau dua kali jemur sepanjang hari dibawah matahari terik.
Penjemuran diakhiri kira-kira jam 12.00-13.00 untuk menghindarkan
kerusakan sistem enzimatis dalam benih.
 Untuk menghindarkan benih terbakar sebelah maka pembalikan selama
penjemuran diperlukan.
 Jangan menumpuk benih dalam karung atau wadah tertutup apabila
benih masih dalam kondisi panas. Untuk itu sebelum di masukkan ke
empat tertutup perlu menunggu hingga benih cukup dingin.

Gambar 11. Proses pengeringan

12
2.4.5 Pengemasan
 Benih dikemas menggunakan bahan pengemas kedap udara untuk
menghambat masuknya uap air dari luar kemasan ke dalam benih.
 Kantong plastik benih yang bening atau buram (kapasitas 10- 12 kg)
dengan ketebalan 0.08 mm cukup digunakan sebagai pelapis dalam
karung penyimpanan, diharapkan pada kondisi demikian benih dapat
bertahan selama 8 bulan pada ruang simpan tanpa perangkat pendingin
(AC).
 Penggunaan blek (kaleng) bertutup rapat dengan kapasitas 5 kg
dapat digunakan sebagai penyimpanan benih kacang tanah dalam
jumlah kecil.
2.4.6 Penyimpanan
 Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau
pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan
lantai/tanah.
 Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus ataupun
hewan pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kantong (kemasan
m) maupun benih.
 Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri (jangan menyimpan
benih dalam ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang
dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab).

Gambar 12. Plastik kedap udara di lapisan dalam kemasan


(kiri) dan alas kayu dalam penyimpanan (kanan).

2.5 Sertifikasi Benih Kacang Tanah


2.5.1 Benih yang ditanam
Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti. Benih
Penjenis, Benih Dasar. Benih Pokok atau Benih Sebar.
2.5.2 Areal sertifikasi benih
a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan
jelas batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-
tanda yang jelas lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri
dari beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak

13
antara satu dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak
dipisahkan oleh varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan
satu kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.
2.5.3 Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang tanah :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kacang tanah
bersertifikat diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila
areal yang digunakan bekas tanaman kacang tanah, maka areal tersebut
harus bekas varietas yang sama atau bekas varietas lain yang sifat
fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang ditanam dengan
ketentuan :
1. Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan releksi (roguing) secara intensif.
2. Sistem tanam harus secara tanam sejajar.

b. Isolasi
1. Pertanaman kacang tanah yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2. Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan
maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat
berbunganya berbeda minimum 10 hari. Dengan demikian tidak
terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi
penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari sebelum
tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1. Label benih sumber yang akan ditanam
2. Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi
yang menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih
selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1. Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 15 hari, pertanaman
harus dibersihkan dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing)
terhadap varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang
hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2. Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30 hari.
3. Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setclah pemeriksaan lapangan
kedua/akhir, yaitu pada umur 20 hari menjelang panen.
4. Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan
pertama atau kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan- pemeriksaan

14
tersebut pertanaman tidak memenuhi standar kemurniaan lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak
memenuhi standar lapangan, maka sertifikasinya tidak dapat
dilanjutkan.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah :
warna hypokotil, pertumbuhan .
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain
perlengkapan yang akan digunakan dalam produksi benih harus bersih
dan bebas dari kemungkinan campuran dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang tanah yang akan disertifikasi harus dipanen dan.
diolah dengan peralatan yang telah diperlukan dan disyahkan mengenai
kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah pengawasan mutu
dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang
menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1. Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan
sebelum benih disimpan.
2. Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu
minggu sebelum penyimpanan benih kepada institusi yang
menangani pengawasan mutu benih.
3. Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang
bersangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1. Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan
diambil dari setiap kelompok benih yang telah selesai diolah guna
sertifikasi benih.
2. Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya
diijinkan untuk pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3. Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas
permintaan produsen benih.
4. Kemasan contoh benih yang dikirim. ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1. Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 25 ton.

15
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu
susunan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung
dengan tepat dan memudahkan pengambilan contoh benihnya.
2. Pengambilan contoh benih
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman
pengambilan contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu
Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000
gram (dalam bentuk polong).
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 3 bulan sejak tanggal
selesai pengujian atau paling lama 4 bulan setelah tanggal panen. Benih
dengan perlakuan khusus (misal cold Storage) masa berlaku label paling
lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7 bulan dari panen
Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari
masa berlaku pengujian yang pertama dan bisa diperpanjang lagi
selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih yang
bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah
dilihat, dan terpasang dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan
dan/atau tersegel. Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar
memudahkan pada saat pelabelan ulang dapat diganti atau ditutup dengan
tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan
sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1) Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih (min) meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,0 10
BD 2 0,2 10
BP 2 0,5 10
BR 2 1,0 10

2) Standar pengujian laboratorium


No Uraian BS BD BP BR

1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0


2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0

16
Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambali/daya tumbuh 80 80 80 80
(min) %
5. Campuran varietas lain/tipe
simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan benih kacang tanah semakin meningkat tetapi produksi benih
yang unggul masih belum terproduksi di dalam negeri karena masih kurangnya
ahli dalam hal perbenihan kacang tanah ini, sehingga masih melakukannya impor.
Benih kacang tanah termasuk kelompok benih yang sangat mudah turun
viabilitasnya karena ukuran bijinya serta sifat hampir tidak ada dormansi bagi
kebanyakan varietas di Indonesia. Kacang tanah bukanlah komoditas yang terlalu
sulit dibudidayakan. Dengan pengelolaan yang baik dan benar, produktivitas
sesuai potensinya dapat dengan mudah dicapai.
Standart Oprasional Produksi berupa teknik poroduksi benih kacang tanah
dan teknologi pasca panen benih kacang tanah. Pada teknik produksi kacang tanah
meliputi persiapan produksi, pada persiapan produksi dilakukannya penentuan
lokasi, pemilihan varietas unggul dan penyiapan benih sumber. Proses produksi
berupa penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian gulma,
hama dan penyakit. Setelah itu melakukan pemeliharaan mutu genetik yang dapat
terbagi menjadi 3 fase, yaitu fase juvenile, fase bunga dan fase berpolong. Pada
Teknologi pasca panen terdapat 6 tahap yaitu, pemanenan, perontokan,
pembersihan dan sortasi, pengeringan, dan penyimpanan.
Pada penentuan sertifikasi benih kacang tanah yang harus diperhatikan
adalah benih yang ditanam, areal sertifikasi benih berupa areal tanah yang harus
jelas batasan-batasannya dan pada lahan itu hanya terdapat satu varietas dan satu
jelas benih saja. Lalu langkah persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang

17
tanah yang perlu diperhatikan ialah, persyaratan tanah untuk sertifikasi benih,
isolasi, permohonan sertifikasi benih, pemberitahuan pemeriksaan lapangan,
pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan, pemerikssaan
perlengkapan alat panen dan pengolahannya, pengawasan panen dan pengolahan
benih, pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih, contoj benih untuk
pengujian di laboratorium, pengambilan contoh benih, masa berlaku label,
pemasangan label,lalu pencantuman berupa standart mutu benih bersertifikat dari
kacang tanah tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA
Anesta, D. O., Nyana, I. D. N., & Astiningsih, A. A. M. (2016). Studi Hasil dan
Kualitas Benih Padi P05 dengan Pemberian Pupuk Hayati
(Enterobacter cloacae). E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika
(Journal of Tropical Agroecotechnology). 5(2), 116–126
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertannian. 2013. Petunjuk Teknis
Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah. Buku. Balai Penelitian
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. Cetakan Pertama. 16 hlm
Balitkabi. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
2008. Teknologi Produksi Kacang Tanah. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang (ID):
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pitojo, S. 2015. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius
Purnomo, Joko. 2013. Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Kacang Tanah.
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Tri, Danang. 2013. Sertifikasi Benih Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Di
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Tengah.
Universitas Sebelas Maret.

19

Anda mungkin juga menyukai