Anda di halaman 1dari 5

I.

PEMBIBITAN TANAMAN PERKEBUNAN dan INDUSTRI dengan Bagian


VEGETATIF
Penulis 1, Aldes Restu Budiman (2017009102) Penulis 2, Ngatini (2017009020)
Penulis 3, Nur Hidayahti (2017009114)
Mahasiswa BTPI Kelas A, Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Jlm. Batikan No 06, Tahunan, Umbulharjo, Yoyakarta

RINGKASAN
Sorgum (sorghum bicolor L) adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan
sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Sebagai bahan
pangan sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai.
Sorgum merupakan makanan pokok penting di Asia Selatan dan Afrika sub sahara.
Sorgum juga mengandung serat tidak larut air atau serat kasar dan serat pangan
masing-masing sebesar 6,5%-7,9% dan 1,1%-1,23%. Kandungan protein pun
seimbang dengan jagung sebesar 10,11% sedangkan jagung 11,02%. Selain itu,
sorgum juga dikenal memiliki manfaat yang lebih baik dari pada tepung terigu karena
gluten free serta memiliki angka glikemik index yang rendah sehingga turut mendukung
tren gerakan konsumen gluten free diet seperti pada negara-negara maju.
Kata kunci: sorgum, serat, protein

PENDAHULUAN

Sorgum merupakan tanaman serealia yang dapat tumbuh pada berbagai keadaan
lingkungan sehingga potensial dikembangkan, khususnya pada lahan marginal beriklim
kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasinya yang luas,
toleran terhadap kekeringan, produktivitas tinggi, dan lebih tahan terhadap hama dan
penyakit dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Selain budi daya yang
mudah, sorgum mempunyai manfaat yang luas, antara lain untuk pakan, pangan, dan
bahan industri (Yulita dan Risda 2006).
Tanaman sorgum sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi,
jagung, hanjeli dan gandum, dan bahkan tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam
taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae
yang juga sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Tanaman sorgum
termasuk tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi tinggi, meliputi karbohidrat,
lemak, kalsium, besi, dan fosfor (Dicko etal. 2006).
Di negara-negara berkembang, sorgum dibudidayakan terutama sebagai bahan
pangan dan minuman beralkohol atau bahan upacara adat. Minuman beralkohol yang
dibuat dari biji sorgum dapat berupa bir berasal dari biji yang difermentasi setelah
dikecambahkan. Di negara-negara maju, batang atau biji sorgum digunakan sebagai
pakan, media jamur merang. Khusus sorgum manis, batangnya digunakan sebagai
bahan untuk gula dan kertas (Yulita dan Risda 2006, Sundra dan Marimutu 2012).
PEMBAHASAN

Tanaman sorgum pada umumnya di budidayakan dengan bagian generatif atau


perbanyakan menggunakan biji. Dalam penyiapan benih sorgum setidaknya harus
memperhatikan standar operasional baku dalam produksi sampai penanganan pasca
panen, sehingga diperoleh benih unggul yang mempunyai keempat sifat tersebut di
atas. Selanjutnya benih dapat diajukan untuk disertifikasi oleh lembaga berwenang/
kompeten yang sebelumnya telah melakukan pengawasan pada waktu persiapan
tanam, waktu tanam sampai pengujian mutu benih. Sertifikasi bertujuan memberikan
jaminan mutu kepada konsumen benih baik secara genetik maupun secara fisik.

Aktivitas pengolahan benih sorgum dimulai dari panen sampai benih siap untuk
digunakan atau untuk disimpan dalam waktu yang agak lama. Pengolahan benih
diperlukan untuk tetap menjaga kemurnian benih sorgum dari campuran material atau
biji dari tanaman lainnya. Selain itu untuk menjaga agar kadar air benih dalam batas
aman untuk disimpan sehingga memperlambat laju deteriorasi (kemunduran) benih.
Adapun secara umum tahap-tahap dalam pengolahan benih adalah:
1. Perontokan biji dari malai. Perontokan dapat menggunakan trasher atau
dengan cara di letakkan dalam karung plastik dan dipukul-pukul. Tahap ini
sangat berisiko akan terjadinya  kontaminasi dari biji sorgum jenis lain atau
material lainnya jika alat perontok atau tempat untuk merontokkan biji sorgum
kurang bersih. Hal yang perlu diperhatikan adalah untuk selalu membersihkan
dengan baik alat perontok setiap kali selesai merontokkan suatu kultivar biji
sorgum tertentu.
2. Pengeringan dan pembersihan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur biji
sorgum di bawah sinar matahari dan dibersihkan dengan cara ditampih untuk
memisahkan sekam dan kotoran lainnya. Hal yang sangat perlu untuk
diperhatikan adalah kemungkinan kontaminasi dari bahan material lainnya
seperti kerikil dan lainnya selama penjemuran.
3. Sortasi dan grading. Tahap ini untuk menjamin kualitas benih sorgum yang
seragam baik dari segi fisik dan dari segi genetik benih. Untuk itu diperlukan
beberapa pengujian benih seperti uji rutin benih dan uji khusus benih.
Pengujian benih dimaksudkan untuk mengetahui kualitas benih yang
mencakup kemurnian fisik, kapasitas berkecambah, dan kadar air benih.
Informasi hasil pengujian dapat dijadikan acuan untuk menentukan kebutuhan
benih, dan pertimbangan apakah perlu penyimpanan atau tidak.

Pembibitan sorgum cocok dilakukan pada daerah yang memiliki curah hujan 50-
100mm/bulan, dan kelembapan yang rendah, serta ketinggian lokassi antara 1-500
mdpl. Dalam satu hektar lahan membutuhkan 10-15 kg benih sorgum
Setidaknya ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam produksi benih bermutu
sorgum, yaitu:
1. Aspek kondisi benih/ tanaman yang meliputi kondisi tanaman pada: fase
vegetatif yang dimulai dari perkecambahan, pemunculan bibit dan tanaman
muda (juvenile) dan fase reproduktif yang dimulai dari pembungaan,
pembuahan, pembentukan biji, dan pemasakan/pematangan biji.
Terganggunya pertumbuhan awal tanaman akan mempengaruhi hasil dan
kualitas biji yang akan dihasilkannya.
2. Aspek lingkungan tempat produksi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
aspek lingkungan ini adalah:
2.1 Tanah atau media tumbuh yang meliputi, pengetahuan akan kesuburan
fisik, kesuburan kimia (kandungan hara dan pH) serta kesuburan biologis.
Meskipun sorgum tanaman yang tahan kekeringan, tetapi pada tanah
dengan pH rendah (masam) terutama yang disebabkan oleh Al akan sangat
mempengaruhi pertumbuhannya dan akan mengurangi hasil biji.
2.2 Iklim dan cuaca tempat produksi, yang meliputi, arah dan kecepatan angin,
suhu dan kelembaban udara, curah hujan serta cahaya matahari (intensitas,
periodisitas dan kualitas). Arah dan kecepatan angin harus mendapat
perhatian berhubung penyerbukan silang secara alami (natural
crosspollination-NCP) pada tanaman sorgum cukup tinggi dan bervariasi
antara 6% – 30% pada jenis-jenis tertentu. Curah hujan yang terlalu tinggi
terutama pada saat tanaman sorgum telah berbiji dengan intensitas cahaya
yang kurang, akan menyebabkan penyakit smuts dan menurunkan kualitas
biji sorgum.
2.3 Biologis yang meliputi, hama dan penyakit yang ada, gulma dan organisme
bermanfaat lainnya.
3. Aspek teknik budidaya tanaman, dalam aspek teknik budidaya tanaman harus
tetap menjaga prinsip pengetahuan genetik tanaman berupa harus tetap
menjaga kemurnian benih yang dihasilkan dengan cara memperhatikan sejarah
lahan, penggunaan kelas benih sumber, isolasi jarak atau waktu tanam,
rouging tanaman offtype dan pencegahan kontaminasi mekanis.

Untuk memproduksi benih sorgum yang bermutu sebaiknya menggunakan benih


sumber satu tingkat di atasnya.  Adapun urutan benih sumber (a) Benih Penjenis
(BreederSeed) – Label Putih, (b) Benih Dasar (FondationSeed) – Label Putih, (c) Benih
Pokok (StockSeed) – Label Ungu, (d) Benih Sebar (ExtentionSeed) – Label Biru.
Isolasi jarak untuk menjaga kemurnian benih tanaman sorgum minimal 200m – 400m
karena tingginya NCP pada tanaman sorgum atau minimal berbeda waktu tanaman
kurang lebih 1 bulan.
Terdapat dua kegiatan dalam manajemen produksi benih sorgum bermutu yaitu:
1. Off Farm Management yang merupakan kegiatan pengelolaan produksi benih
yang dilakukan di luar aktivitas lapangan produksi, meliputi:
1.1 Persiapan lapangan produksi yang terisolasi dari tanaman sejenisnya,
1.2 Pengetahuan akan sejarah lahan,
1.3 Persiapan sumber kelas benih termasuk penentuan jenis benih tanaman
atau kultivar yang akan di tanam,
1.4 Pengetahuan akan iklim setempat (agroklimatologi),
1.5 Pengawasan saat pengolahan dan mutu benih (pengujian dan pemberian
label).
2. On Farm Management yang merupakan aktivitas produksi benih di lapangan,
meliputi:
2.1 Penerapan teknologi budidaya tanaman sorgum yang tepat dan benar,
2.2 Inspeksi lapangan berupa roguing (membuang tanaman offtype),
2.3 Penen, pasca panen dan sertifikasi.

Cara pembibitan sorgum adalah:


1. Siapkan tisu/handuk kertas untuk wadah germinasi.
2. Lembabkan menggunakan air sprayer halus.
3. Air untuk melembabkan sebaiknya air kemasan atau air matang.
4. Ambil benih dan letakkan di atas tisu/handuk kertas.
5. Masukkan ke kantong plastik besar dan tutup rapat.
6. Letakkan kantong plastik di tempat teduh.
7. Periksalah setiap hari, sesuaikan kondisinya bila dibutuhkan.
8. Biji Sorgum berkecambah setelah 2 - 7 hari.
9. Jika kecambahnya mencapai 0,7 - 1,8 cm, pindahkan ke media semai.

Penyemaian Benih Sorgum
1. Siapkan media penyemaian
2. Sehari sebelum semai, isi dengan media semai hingga 3/4 nya.
3. Komposisi media semai = tanah : pasir/sekam : kompos = 1 : 1 : 1.
4. Masukkan/tanamkan benih Sorgum yang bertunas ke media semai.
5. Sebagian tunasnya harus muncul di permukaan tanah.
6. Semprotkan air yang halus (gunakan spray).
7. Ketika sudah muncul 1-2 daun muda pindahkan ke tempat terang.
8. Jaga medianya agar tidak kering dan tidak terlalu basah.
9. Semprotkan air halus 1-2 kali sehari bila medianya kering.
10. Persemaian diakhiri setelah memiliki 2 - 7 helai daun.

Pemeliharaan selama pembibitan berupa pemupukan, penyiangan, serta


pengendalian hama penyakit.
KESIMPULAN

Sorgum merupakan tanaman penghasil karbohidrat tinggi yaitu 73 % yang mana


sorgum dapat dijadikan sebagai disversifikasi pangan oleh masyarakat guna
mengurangi ketergantungan beras sebagai bahan pokok pemenuhan karbohidrat.
Budidaya sorgum cukup mudah untuk dilakukan karena tanaman sorgum tidak
membutuhkan air yang banyak sehingga sangat cocok untuk didaerah yang susah
untuk mendapatkan air.

DAFTAR PUSTAKA

Aqil, M.m dan Bunyamin, Z. 2013. Optimalisasi Pengolahan Agroklimat Pertanian


Sorgum. Prosiding Seminar Nasional Serealia 2013 (p. 371-379). Maros,
Indonesia:Balai Penelitian Sereal.

http://medium.com/@eciadevirti/budidaya-tanaman-sorgum-586348845e66 diakses
pada tanggal 14 Mei 2020

http://www.libang.pertanian.go.id/info-aktual/1334/ diakses pada tanggal 14 Mei 2020

salibury. F. 1985. Fisiologi tumbuhan, Jakarta: Erlangga

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Universitas Brawijaya Malang

Anda mungkin juga menyukai