Oleh :
Kelas :C
f) Volunteer plants may be hosts for pests and pathogens (Amelia Gabriela
Labeda/175040207111115)
Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan
pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena
cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut
diatas dan dan termasuk sebagai komoditi tanaman yang penting, maka perlu
ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung
dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan dan dapat
tumbuh dengan sempurna Seperti halnya hama tanaman pada tanaman jagung,
penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi menimbulkan
kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit ini jika tidak dikendalikan dapat
menurunkan hasil produksi jagung sehingga berdampak menurunkan pendapatan
petani secara langsung. Cedawan yang menjadi pathogen tanaman dapat
mengganggu proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan
yang terus menerus akibat penyakit dapat mengganggu aktivitas tanaman yang
disebut penyakit tanaman sehingga berdampak pada menurunnya produksi
tanaman akibat yang lebih fatal tanaman dapat mati.
Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah penting bagi
produktivitas tanaman, apalagi dibudidayakan di lahan basah (sawah). Keadaan
lingkungan yang cenderung lembab menjadi faktor pendukung meningkatnya
serangan penyakit. Crop Protectin Compendium (CPC) (2000) menambahkan
bahwa serangan hama berupa lalat bibit dapat merusak pertanaman hingga 80%
bahkan 100%. Penggerek batang dapat menyerang seluruh fase perkembangan
tanaman dan seluruh bagian tanaman jagung. Hama dan penyakit tanaman
semakin merusak apabila hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Kondisi lahan yang lembab dan atau kondisi lahan yang kering,
serta budidaya tanaman dengan teknik yang kurang tepat seperti monokultur yang
berkepanjang dan penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida yang tidak
tepat juga berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan populasi hama
penyakit. Hal ini menumbuhkan adanya dinamika populasi hama dan penyakit
pada areal pertanaman.
g) Weediness of field and adjacent areas not properly managed (Krisna
Reza Darmawan, 175040200111020)
Produksi benih jagung memerlukan tempat maupun lingkungan yang
bersih. Lingkungan bersih yang dimaksud adalah lingkungan yang bebas dari
gulma dan dikelola dengan baik. Proses produksi benih dilakukan diawali dengan
pemeliharaan tanaman jagung untuk diambil benih terbaiknya. Jika tanaman
jagung hidup di lingkungan yang tidak dikelola dengan baik, maka akan
mengalami gangguan dalam proses pertumbuhan sampai proses pembentukan biji
yang nantinya akan dijadikan benih untuk proses penanaman selanjutnya.
Lingkungan yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan lingkungan
hidup untuk tanaman jagung menjadi kotor dan seperti tidak terawat dengan baik.
Lingkungan yang seperti ini dapat menjadi tempat tumbuhnya gulma-gulma yang
dapat mengganggu kehidupan tanaman jagung. Gulma-gulma yang tumbuh ini
akan mengambil zat hara yang dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga menyebabkan tanaman jagung kekurangan zat hara dan
proses produksi benih tidak berjalan dengan lancar. Oleh karena itu biji yang
dihasilkan oleh tanaman jagung menjadi biji yang tidak layak menjadi benih yang
siap tanam di musim selanjutnya.
h) Improper crop rotations (Jaatsiya Insan Bari/ 165040201111189)
Rotasi Tanam (Pergiliran Tanam) adalah suatu tindakan yang mengubah
jenis tanaman untuk ditanam dengan mempertimbangkan banyak hal. Rotasi
tanam yang tidak tepat dapat menyebabkan adanya peledakan hama utama yang
tidak dapat dikendalikan, menurunkan tingkat kesuburan tanah. Pergantian
aerobik dan anaerobik di lahan sawah merupakan satu kontrol alami yang efektif
mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi sehingga tanah sawah
menjadi sehat dan tetap produktif. Rotasi tanam sangat perlu untuk dilakukan
karena beragamnya komoditi yang dikembangkan oleh petani sesuai dengan
permintaan pasar.
Rotasi tanaman merupakan salah satu praktek penting dalam sistem
pertanian berkelanjutan yang dapat meningkatkan retensi air dan hara,
menurunkan kebutuhan pupuk sintetis melalui penanaman tanaman kacang-
kacangan. Penerapan rotasi tanam memiliki peranan terhadap beberapa aspek
antara lain agronomi, ekonomi dan lingkungan. Rotasi tanam yang tepat dapat
meningkatkan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, mengurangi
degradasi tanah, dan dapat meningkatkan hasil panen sehingga keuntungan
pertanian lebih besar dalam jangka panjang (Christensen et al. 2012).
i) Sanitation practices for field equipment and personnel not followed
(Erlinda Damayanti/175040207111069)
Sanitasi berasal dari kata Latin “sanitas” yang berarti sehat. Saniter adalah
ungkapan untuk menyatakan sifat yang berhubungan dengan kesehatan. Sanitasi
dalam industri pangan adalah suatu tindakan yang mengarah pada pemeliharaan
kondisi sehat. Kondisi tersebut meliputi kondisi yang bukan hanya bebas
kontaminan dan dapat menyebabkan keadaan sehat, tetapi juga bebas dari
berbagai faktor yang memacu pada keadaan tidak bebas seperti kondisi tempat
kerja yang memacu terjadinya penyakit akibat kerja. Aplikasi sanitasi dalam
industri pangan meliputi pengendalian terhadap lingkungan produksi, peralatan,
proses, dan bahan agar tetap dalam kondisi bersih dan sehat sehingga tidak
memfasilitasi terciptanya produk yang berbahaya bagi kesehatan konsumen
(Soekidjo 2010).
Pentingnya sanitasi peralatan dan air dalam menjaga keamanan dan
kualitas keju menjadikan sanitasi peralatan dan air memiliki pengaruh cukup besar
dalam penentuan kualitas produk. Upaya untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme adalah menjaga sanitasi peralatan yang digunakan, dengan
melakukan pencucian dan disinfeksi. Peralatan yang digunakan harus selalu
dibersihkan setelah digunakan dan bila perlu menggunakan air panas. Pada
beberapa industri, khususnya industri pengolahan susu dan produk lanjutan susu,
pipa-pipa saluran atau selang dibuat permanen dengan tersusun rapi dan
dibersihkan atau dicuci langsung di tempat dengan sistem cleaning in place (CIP).
Sistem CIP digunakan secara optimal untuk membersihkan saluran-
saluran, tangki, mesin sentrifugasi, dan homogenisasi. Sistem tersebut
kemungkinan akan mempermudah proses disinfeksi peralatan selama proses
produksi. Bahan-bahan yang digunakan untuk disinfeksi peralatan yang terbuat
dari stainless steel seperti, asam nitrat, asam fosfat, dan golongan alkalin (Susanti
1999). Proses sanitasi yang digunakan dalam industri pangan dibedakan menjadi 3
perlakuan, yaitu panas, bahan kimia (disinfektan), dan fisik (radiasi UV).
Perlakuan panas pada peralatan sebelum pasteurisasi dapat dilakukan dengan uap
air panas (steam) dengan suhu 77 °C selama 15 menit atau suhu 93 °C selama 5
menit. Proses sanitasi panas untuk peralatan kecil (pisau dan lain-lain) 77 °C
selama 2 menit dan 77 °C selama 5 menit untuk peralatan pengolahan (Susiwi
2009). Proses pembersihan (disinfeksi) manual dapat dilakukan dengan
bahanbahan kimia misalnya, khlorhexidine, etanol, fenol organik, dan kombinasi
asamanion.
Penggunaan disinfektan yang baik dan tepat sangatlah berguna untuk
mengurangi jumlah kontaminan pada peralatan. Pada penggunaan disinfektan juga
diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak yang cukup, sehingga
penggunaan disinfektan menjadi aman, efisien, dan efektif. Perlakuan fisik untuk
sanitasi peralatan pada proses pemeraman dapat dilakukan dengan radiasi UV.
Waktu kontak radiasi UV harus lebih dari 2 menit, digunakan untuk sanitasi
wadah pengemas dan ruang penyimpanan dari kontaminasi mikroorganisme dan
virus, sedangkan untuk disinfeksi peralatan kecil (kuas dan pelapis) dapat diberi
perlakuan panas 77 °C selama 2 menit dan 77 °C selama 5 menit untuk peralatan
pengolahan (Susiwi 2009).
Lokasi lahan produksi benih yang lebih besar memberikan lebih banyak
kesempatan untuk isolasi di lokasi tersebut tanpa harus bernegosiasi dengan petani
lahan sekitar tentang produksi tanaman yang sama di luar jarak isolasi. Selain itu,
pertanian yang lebih besar lebih kondusif untuk ukuran lapangan yang lebih besar.
Namun kendala dapat terjadi apabila lahan yang ada terbatas dan jarak antara
tanaman produksi benih dengan tanaman kontaminan cukup dekat. Maka dari itu,
dierlukan suatu kesepakatan dan negosiasi dengan pemilik lahan sekitar agar
menanam tanaman yang berbeda, maupun menanam tanaman yang sama tetapi
tidak pada waktu bersamaan. Kesepakan bisa dilakukan jika kedua pihak merasa
di untungkan.
Pada kenyataanya hal ini tidak mudah ketika dalam produksi benih
terdapat banyak kelompok petani kecil disekitar lahan yang bersebelahan tumbuh
varietas yang sama atau menanam pada tanggal yang sama. Semakin banyak
pihak yang ada maka kesepakatan akan semakin sulit untuk dilakukan, namun
bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan negosiasi sehingga kegiatan
produksi benih dapat berjalan baik.
d) If vandalism or natural disaster occurs that results in a loss of
confinement, take appropriate remedial action (Ivhohanna Praharani/
175040207111160)
Dalam berbagai kasus, ada beberaa hal yang harus dilakukan ketika
tanaman jagung terkena bencana. Salah satnya adalah ketika lahan yang ditanami
dengan jagung terkena banjir, sehingga banyak tanaman jagung yang mati. Maka,
yang harus dilakukan adalah menyulam tanaman yang sudah mati ketika banjir
sudah surut. Biasanya, petani akan melakukan penyulaman tanaman jagung ketika
tanaman itu tidak tumbuh. Tetapi, pada masa tanam akhir tahun, penyulaman
tanaman jagung dilakukan akibat terjadinya bencana banjir pada tanaman yang
masih muda dan memungkinkan untuk disulam. Ketika hujan dan banjir
menghancurkan lahan jagung, maka lahan jagung yang berada didekat aliran
sungai terpaka diganti dengan tanaman baru.
Contoh kasus lainnya adalah ketika tanaman jagung terkena cekaman
abiotik seperti kekeringan akibat cuaca ekstrim. Akibatnya banyak tanaman
jagung rusak, pertumbuhan tidak normal atau terganggu sehingga mengalami
puso. Untuk menghindari kerugian karena kekeringan, maka pemerintah
menyarankan melakukan pergiliran tanaman dan penanaman serempak. Dan juga
pemerintah mnyarankan menanan kacang hijau atau kacang tanah atau
tumpangsari dengan tanaman lain untuk pergiliran tanamannya.
e) Establish sanitation procedures to mitigate pathogen infected and pest
infested debris (Rakka Gecol Andika Satya/165040207111062)
Penyakit pada tanaman terjadi karena adanya interaksi antara tiga factor
utama yaitu factor tumbuhan atau inang, faktor organisme pengganggu tumbuhan
atau pest dan tentu saja lingkungan sekitar tanaman dan pest yang mempengaruhi
langsung terhadap perkembangaqn tumbuhan maupun pest sehingga terjadinya
penyakit yang selanjutnya disebut dengan segitiga penyakit. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit pada tanaman serta memahami mengenai
segitiga penyakit, sebenarnya juga merupakan segitiga pertumbuhan tanaman.
Dengan memahami segitiga penyakit ini maka kita akan dapat
meminimalisir terjadinya penyakit dan akan lebih memahami mengenai
pengendalian terhadap penyakit yang terjadi juga mengenai upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit atau dengan kata lain
merupakan strategi untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman
yang dibudidayakan.
Tanaman yang terserang penyakit dapat dikenali dengan melihat
gejalanya. Memperhatikan gejala yang terjadi pada tanaman secara teliti, tanda-
tanda umum dan spesifik dari gejala, memberitahu kita mengenai penyakit apa
yang menyerang pada tanaman kita. Gejala yang terjadi dapat dijumpai pada
bagian daun, akar, batang ataupun buah tanaman.
Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat
reproduksi. Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam
tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen
(siklus hidup patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa
pertumbuhan tanaman. Kejadian penting ~ 7 ~ dalam siklus penyakit meliputi:
inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien
inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain
dan pertahanan patogen.