Anda di halaman 1dari 51

MANAJEMEN PRODUKSI BENIH

“Tahapan Kultivasi Benih”

Oleh :
Kelas :C

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
I. PENDAHULUAN
(Maghfira Nur Fadzilah/165040201111122 dan Utari Putri Anbarwati/
175040207111100).
Latar Belakang
Komoditas jagung merupakan komoditas yang mendapat prioritas utama
untuk dikembangkan dalam rangka memenuhi permintaan dalam negeri yang
terus meningkat dari tahun ke tahun (Badan Litbang Pertanian, 2005). Pada tahun
2008, realisasi penyaluran benih berbantuan adalah 2.275 ton dan angka tersebut
terus ditingkatkan pada tahun 2009 dengan menyediakan anggaran 1,294 trilyun
(Dirjentan, 2009). Salah satu komponen yang paling menentukan dalam
pengembangan jagung adalah benih. Industri benih nasional tanaman pangan baru
berkembang untuk padi, sedangkan untuk jagung persaingannya sangat ketat
terutama hibrida, tetapi untuk komposit tetap masih mengandalkan penangkar
yang telah dibangun oleh pemerintah.
Terkait dengan hal itu, BPTP Sulut menindaklanjuti penekanan Badan
Litbang Pertanian bahwa penanganan benih harus menjadi prioritas (BPTP Sulut,
2009). Prosedur dan tata cara produksi benih sudah ada yang baku yang telah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, namun kenyataannya masih
terus bermasalah dalam penyediaannya di berbagai tingkatan sehingga diperlukan
suatu kajian yang melihat prosedur dan pelaksanaan serta permasalahan yang
terjadi pada setiap tingkatan tersebut (Bahtiar et al., 2007). Banyak faktor yang
mempengaruhi ketersediaan benih sampai pada tingkat petani, mulai dari
penyediaan benih sumber dari Balit-Balit, kemudian pengembangannya pada
tingkat provinsi dan selanjutnya pada tingkat kabupaten kemudian disebarkan
kepada petani. Jika ditelusuri maka hasil dari Balitpraktis memerlukan waktu
minimal dua tahun baru sampai ke pada petani. Oleh karena itu perlu dipikirkan
suatu sistem yang dapat mempercepat penyebaran varietas unggul nasional tanpa
melanggar aturan yang telah ditetapkan. Maka dari itu kita harus memahami
operasi produksi benih budidaya benih oprasional jagung agar mengetahuinya
secara terperinci.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara umum makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui operasi produksi
benih dengan benar
2. Untu mengetahui analisis produk integritas dan pengendalia kekhawatiran
3. Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan tindakan korektif
4. Untuk mengetahui pemantauan, verifikasi prosedur dan dokumentasi prosedur
Manfaat
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka makalah ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menambah wawasan tentang cara operasi produksi benih melalui jurnal
yang telah didapat sebagai pendukung.
2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan berfikir mahasiswa.
II. PEMBAHASAN
1.1 Analysis of Product Integrity and Control Concerns
a) The isolation parameters are not met (Nurhayati/175040201111068)
Isolasi merupakan salah satu cara pengaturan tanam untuk memisahkan
pertanaman suatu varietas dengan pertanaman varietas lainnya agar dapat
menghindari terjadinya penyerbukan silang atau penularan penyakit tanaman.
Pengaturan tanam tersebut dapat menggunakan isolasi jarak, waktu atau barier
tergantung dari jenis tanaman dan kondisi lahan serta iklim setempat. Isolasi
barier dapat menggunakan tanaman yang lebih tinggi daripada tanaman untuk
produksi benih, misalnya jagung dengan cara penamanan rapat dan berseling
(zigzag) atau menanam dalam rumah kasa. Isolasi jarak dan/atau isolasi waktu
akan dijelaskan pada persyaratan teknis minimal untuk masing-masing komoditas
dan kelas benih.
Dalam memproduksi benih jagung hibrida, lokasi harus terisolasi dari
pertanaman varietas lain. Isolasi dapat dilakukan berdasarkan jarak atau waktu.
Jarak lokasi pertanaman untuk produksi benih jagung hibrida dengan lokasi
pertanaman jagung varietas lain minimal 300 m (perlu memperhatikan arah angin.
Jika isolasi waktu yang diterapkan maka selisih waktu minimal 3 minggu dengan
varietas lain di sekitarnya (Justice,1994).
b) Volunteer plants of the same species, as well as sexually compatible
plants, in the area of isolation flower concurrently with the crop causing a
potential loss of confinement (Baguz Zharfan Z./ 175040207111001)
Kehadiran tanaman yang tidak diinginkan atau biasa disebut dengan gulma
pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang sangat serius dalam
mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh. Dampaknya hasil
tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya. Secara umum dapat
dikatakan bahwa besarnya pengaruh kompetisi dengan gulma sangat ditentukan
oleh lokasi atau kesuburan tanah, tanaman budidaya, jenis gulma, tingkat
kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan, pupuk, stadia tanaman, dan tingkat
populasi gulmanya (Kilkoda et al., 2015). Menurut Utomo et al., (1986), biaya
tenaga kerja untuk penyiangan gulma bisa mencapai 65 % dari total biaya
produksi. Besarnya kerugian atau kehilangan hasil yang diakibatkan oleh gulma
berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman tergantung dari jenis tanaman, jenis
gulma dan faktor-faktor pertumbuhan yang mempengaruhinya.
Kehilangan hasil akibat gulma pada tanaman budidaya ditentukan oleh
efisiensi kompetisi antara tanaman dan gulma, jenis gulma, tingkat kesuburan
tanah, varietas, alelopati, pengelolaan air, jarak tanam, kepadatan gulma dan cara
tanam. Banyak spesies gulma menimbulkan kerugian dalam budidaya tanaman
yang berakibat pada berkurangnya jumlah dan kualitas hasil panen. Jenis gulma
yang memberikan pengaruh negatif alelopati pada tanaman berkontribusi pada
berkurangnya jumlah dan kualitas panen tanaman melalui alelopati juga kompetisi
sarana tumbuh. Akibatnya hal tersebut dapat mempengaruhi dan menghasilkan
ukuran serta kualitas benih yang berbeda.
c) Natural disaster causes an accidental release and loss of confinement
(Hutur Gumara R.K./165040201111140)
Sumberdaya alam utama, yaitu tanah dan air, mudah mengalami kerusakan
atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi oleh:
 Kehilangan unsur hara dan bahan organic dari daerah perakaran.
 Terakumulasi garam di daerah perakaran (salinisasi) terkumpulnya atau
terungkapnya unsur dan senyawa yang merupakan racun bagi tanaman.
 Penjenuhan tanah oleh air (water logging)

Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan


berkurangannya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan
atau menghasilkan barang atau jasa.
Sebagai sumberdaya alam untuk budidaya pertanian dan kehutanan, tanah
memiliki dua fungsi utama,yaitu:
1. Sebagai tempat berjangkarnya akar tanaman dan tempat air tanah
tersimpan.
2. Sebagai sumber unsur hara bagi tanaman

Kedua fungsi tanah tersebut dapat menurun bahkan hilang atau


menurunnya fungsi tanah inilah yang disebut dengan degradasi tanah atau
kerusakan tanah.hilangnya fungsi tanah pada poin dua, dapat diatasi dengan cara
pemupukan.akan tetapi, kehilangan fungsi tanah pada poin pertama adalah tidak
mudah untuk diatasi karena memerlukan yang sangat lama, yaitu puluhan tahun,
bahkan ratusan tahun untuk pembentukan tanah.
d) Site vandalized resulting in a loss of confinement (Faadhilah Fairuz
Alyadin/175040200111095)
Bahan pengemas benih jagung selama dalam penyimpanan berpengaruh
terhadap penurunan mutu fisiologis benih. Setiap bahan kemasan mempunyai
tingkat porositas yang berbeda. Porositas adalah kemampuan suatu bahan dalam
menahan masuknya uap air atau udara ke dalam kantong penyimpanan benih.
Makin tinggi porositas bahan kemasan, makin tinggi peluang masuknya uap air
atau udara ke dalam kemasan. Benih jagung bersifat higroskopis (mudah
menyerap air), sehingga kadar air benih akan mudah meningkat bila disimpan di
ruang yang kelembabannya tinggi dan menggunakan bahan kemasan yang
porositasnya tinggi.
Hasil penelitian Purwanti (2004) menunjukkan bahwa benih jagung hitam
yang dikemas dalam kantong plastik (ketebalan 0,88 mm) dan kaleng serta
disimpan pada suhu 20,6 o C dan 27 o C selama enam bulam masih mempunyai
daya tumbuh >90%, sedangkan pada benih jagung kuning daya tumbuhnya 80%.
Kartono (2004) menyatakan bahwa jika kadar air awal benih 8% dan dapat
dipertahankan konstan, maka benih jagung dapat disimpan di gudang biasa hingga
3 tahun tanpa mengalami penurunan daya kecambah. Penyimpanan dengan
menggunakan kemasan kedap udara dan ruangan penyimpanan bersuhu.
Selama penyimpanan, benih mengalami kemunduran viabilitas dan vigor,
terutama berhubungan dengan kadar air benih. Tingkat kadar air aman untuk
penyimpanan benih tergantung pada jenis benih, metode penyimpanan, dan lama
penyimpanan (Harrington, 1973). Penyimpanan yang lama memerlukan kadar air
yang rendah untuk mempertahankan viabilitasnya. Daya berkecambah benih
merupakan salah satu parameter yang bersifat langsung menggambarkan viabilitas
benih. Daya berkecambah benih ini dapat digunakan sebagai parameter untuk
menetapkan umur simpan suatu benih dan untuk uji tingkat kadar air yang terbaik
untuk penyimpanan. Penentuan umur simpan benih umumnya dilakukan secara
empiris dengan percobaan menyimpan benih pada berbagai kondisi dan lama
penyimpanan. Kemudian umur simpannya ditentukan berdasarkan mutu benih
pada perlakuan umur simpan tertentu saat benih memenuhi persyaratan mutu
standar atau yang masih dapat diterima. Dalam uji umur simpan parameter
penting ialah kadar air awal benih dan jenis kemasan, kelembapan dan suhu ruang
penyimpanan.
Daya berkecambah benih selama penyimpanan sangat dipengaruhi oleh
kadar air benih, suhu, dan kelembaban nisbi ruangan, dan viabilitas awal benih
sebelum disimpan (Justice dan Bass, 1994). Kadar air benih sangat dominan
peranannya terhadap daya berkecambah benih selama penyimpanan. Delouche
(1971), menyatakan bahwa tingkat vigor awal benih tidak dapat dipertahankan,
dan benih yang disimpan selalu mengalami proses kemunduran mutunya secara
kronologis selama penyimpanan. Sifat kemunduran ini tidak dapat dicegah dan
tidak dapat balik atau diperbaiki secara sempurna. Laju kemunduran mutu benih
hanya dapat diperkecil dengan melakukan pengolahan dan penyimpanan secara
baik. Berapa lama benih dapat disimpan sangat bergantung pada kondisi benih
terutama kadar air benih dan lingkungan tempat benih disimpan.
e) Failure to follow internal company product integrity policy (Dzaky
Fakhriza Ridwan/175040200111023)
Setiap perusahaan benih tentu memiliki standar yang harus dipenuhi agar
dapat membuat benih yang unggul. Jika dalam melakukan produksi benih
mengalami kegagalan dalam mengikuti kebijakan perusahaan maka perlu
diadakannya evaluasi agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Faktor penentu
keberhasilan budidaya tanaman adalah benih, lingkungan dan teknologi yang
diterapkan. Benih adalah bahan / bagian dari tanaman untuk memperbanyak
tanaman. Benih jagung yang akan ditanam dianjurkan adalah benih /varietas
unggul bermutu yang memenuhi syarat seperti potensi hasil tinggi, dara tumbuh
85-95 % bebas dari campuran varietas lain /murni tidak kadaluarsa. Untuk daerah
endemis penyakit bulai dianjurkan untuk perlakuan benih seed treatment
mengunakan fungisida(methalaksil/rhidomil) atau insektisida.

f) Volunteer plants may be hosts for pests and pathogens (Amelia Gabriela
Labeda/175040207111115)
Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan
pada daerah tertentu di Indonesia  dapat juga sebagai  makanan pokok. Karena
cukup beragamnya kegunaan dan hasil olahan produksi tanaman jagung tersebut
diatas dan dan termasuk sebagai komoditi tanaman yang penting, maka perlu
ditingkatkan produksinya secara kuantitas, kualitas  dan ramah lingkungan serta
berkelanjutan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung
dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan dan dapat
tumbuh dengan sempurna Seperti halnya hama tanaman pada tanaman jagung,
penyakit yang menyerang selama budidaya jagung juga berpotensi menimbulkan
kerugian. Serangan parah penyakit-penyakit ini jika tidak dikendalikan dapat
menurunkan hasil produksi jagung sehingga berdampak  menurunkan pendapatan
petani secara langsung. Cedawan yang menjadi pathogen tanaman dapat
mengganggu proses  fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan
yang terus menerus akibat penyakit  dapat mengganggu aktivitas tanaman yang 
disebut penyakit tanaman sehingga berdampak pada  menurunnya produksi
tanaman akibat yang lebih fatal tanaman dapat mati.
Hama dan penyakit merupakan salah satu masalah penting bagi
produktivitas tanaman, apalagi dibudidayakan di lahan basah (sawah). Keadaan
lingkungan yang cenderung lembab menjadi faktor pendukung meningkatnya
serangan penyakit. Crop Protectin Compendium (CPC) (2000) menambahkan
bahwa serangan hama berupa lalat bibit dapat merusak pertanaman hingga 80%
bahkan 100%. Penggerek batang dapat menyerang seluruh fase perkembangan
tanaman dan seluruh bagian tanaman jagung. Hama dan penyakit tanaman
semakin merusak apabila hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya. Kondisi lahan yang lembab dan atau kondisi lahan yang kering,
serta budidaya tanaman dengan teknik yang kurang tepat seperti monokultur yang
berkepanjang dan penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida yang tidak
tepat juga berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan populasi hama
penyakit. Hal ini menumbuhkan adanya dinamika populasi hama dan penyakit
pada areal pertanaman.
g) Weediness of field and adjacent areas not properly managed (Krisna
Reza Darmawan, 175040200111020)
Produksi benih jagung memerlukan tempat maupun lingkungan yang
bersih. Lingkungan bersih yang dimaksud adalah lingkungan yang bebas dari
gulma dan dikelola dengan baik. Proses produksi benih dilakukan diawali dengan
pemeliharaan tanaman jagung untuk diambil benih terbaiknya. Jika tanaman
jagung hidup di lingkungan yang tidak dikelola dengan baik, maka akan
mengalami gangguan dalam proses pertumbuhan sampai proses pembentukan biji
yang nantinya akan dijadikan benih untuk proses penanaman selanjutnya.
Lingkungan yang tidak dikelola dengan baik menyebabkan lingkungan
hidup untuk tanaman jagung menjadi kotor dan seperti tidak terawat dengan baik.
Lingkungan yang seperti ini dapat menjadi tempat tumbuhnya gulma-gulma yang
dapat mengganggu kehidupan tanaman jagung. Gulma-gulma yang tumbuh ini
akan mengambil zat hara yang dibutuhkan tanaman jagung untuk tumbuh dan
berkembang, sehingga menyebabkan tanaman jagung kekurangan zat hara dan
proses produksi benih tidak berjalan dengan lancar. Oleh karena itu biji yang
dihasilkan oleh tanaman jagung menjadi biji yang tidak layak menjadi benih yang
siap tanam di musim selanjutnya.
h) Improper crop rotations (Jaatsiya Insan Bari/ 165040201111189)
Rotasi Tanam (Pergiliran Tanam) adalah suatu tindakan yang mengubah
jenis tanaman untuk ditanam dengan mempertimbangkan banyak hal. Rotasi
tanam yang tidak tepat dapat menyebabkan adanya peledakan hama utama yang
tidak dapat dikendalikan, menurunkan tingkat kesuburan tanah. Pergantian
aerobik dan anaerobik di lahan sawah merupakan satu kontrol alami yang efektif
mengendalikan keseimbangan biologi dan nonbiologi sehingga tanah sawah
menjadi sehat dan tetap produktif. Rotasi tanam sangat perlu untuk dilakukan
karena beragamnya komoditi yang dikembangkan oleh petani sesuai dengan
permintaan pasar.
Rotasi tanaman merupakan salah satu praktek penting dalam sistem
pertanian berkelanjutan yang dapat meningkatkan retensi air dan hara,
menurunkan kebutuhan pupuk sintetis melalui penanaman tanaman kacang-
kacangan. Penerapan rotasi tanam memiliki peranan terhadap beberapa aspek
antara lain agronomi, ekonomi dan lingkungan. Rotasi tanam yang tepat dapat
meningkatkan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, mengurangi
degradasi tanah, dan dapat meningkatkan hasil panen sehingga keuntungan
pertanian lebih besar dalam jangka panjang (Christensen et al. 2012).
i) Sanitation practices for field equipment and personnel not followed
(Erlinda Damayanti/175040207111069)
Sanitasi berasal dari kata Latin “sanitas” yang berarti sehat. Saniter adalah
ungkapan untuk menyatakan sifat yang berhubungan dengan kesehatan. Sanitasi
dalam industri pangan adalah suatu tindakan yang mengarah pada pemeliharaan
kondisi sehat. Kondisi tersebut meliputi kondisi yang bukan hanya bebas
kontaminan dan dapat menyebabkan keadaan sehat, tetapi juga bebas dari
berbagai faktor yang memacu pada keadaan tidak bebas seperti kondisi tempat
kerja yang memacu terjadinya penyakit akibat kerja. Aplikasi sanitasi dalam
industri pangan meliputi pengendalian terhadap lingkungan produksi, peralatan,
proses, dan bahan agar tetap dalam kondisi bersih dan sehat sehingga tidak
memfasilitasi terciptanya produk yang berbahaya bagi kesehatan konsumen
(Soekidjo 2010).
Pentingnya sanitasi peralatan dan air dalam menjaga keamanan dan
kualitas keju menjadikan sanitasi peralatan dan air memiliki pengaruh cukup besar
dalam penentuan kualitas produk. Upaya untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme adalah menjaga sanitasi peralatan yang digunakan, dengan
melakukan pencucian dan disinfeksi. Peralatan yang digunakan harus selalu
dibersihkan setelah digunakan dan bila perlu menggunakan air panas. Pada
beberapa industri, khususnya industri pengolahan susu dan produk lanjutan susu,
pipa-pipa saluran atau selang dibuat permanen dengan tersusun rapi dan
dibersihkan atau dicuci langsung di tempat dengan sistem cleaning in place (CIP).
Sistem CIP digunakan secara optimal untuk membersihkan saluran-
saluran, tangki, mesin sentrifugasi, dan homogenisasi. Sistem tersebut
kemungkinan akan mempermudah proses disinfeksi peralatan selama proses
produksi. Bahan-bahan yang digunakan untuk disinfeksi peralatan yang terbuat
dari stainless steel seperti, asam nitrat, asam fosfat, dan golongan alkalin (Susanti
1999). Proses sanitasi yang digunakan dalam industri pangan dibedakan menjadi 3
perlakuan, yaitu panas, bahan kimia (disinfektan), dan fisik (radiasi UV).
Perlakuan panas pada peralatan sebelum pasteurisasi dapat dilakukan dengan uap
air panas (steam) dengan suhu 77 °C selama 15 menit atau suhu 93 °C selama 5
menit. Proses sanitasi panas untuk peralatan kecil (pisau dan lain-lain) 77 °C
selama 2 menit dan 77 °C selama 5 menit untuk peralatan pengolahan (Susiwi
2009). Proses pembersihan (disinfeksi) manual dapat dilakukan dengan
bahanbahan kimia misalnya, khlorhexidine, etanol, fenol organik, dan kombinasi
asamanion.
Penggunaan disinfektan yang baik dan tepat sangatlah berguna untuk
mengurangi jumlah kontaminan pada peralatan. Pada penggunaan disinfektan juga
diperlukan pertimbangan konsentrasi dan waktu kontak yang cukup, sehingga
penggunaan disinfektan menjadi aman, efisien, dan efektif. Perlakuan fisik untuk
sanitasi peralatan pada proses pemeraman dapat dilakukan dengan radiasi UV.
Waktu kontak radiasi UV harus lebih dari 2 menit, digunakan untuk sanitasi
wadah pengemas dan ruang penyimpanan dari kontaminasi mikroorganisme dan
virus, sedangkan untuk disinfeksi peralatan kecil (kuas dan pelapis) dapat diberi
perlakuan panas 77 °C selama 2 menit dan 77 °C selama 5 menit untuk peralatan
pengolahan (Susiwi 2009).

1.2 Determine Control Points


a) Maintenance of the method of isolation (M. Thoriq Azam
/165040207111058)
Dalam memproduksi benih jagung bersari bebas, ada dua aspek penting
yang perlu mendapat perhatian, yaitu standar lapangan dan standar laboratorium.
1. Standar lapangan: Isolasi jarak 300 m atau isolasi waktu 30 hari dan
campuran varietas lain (CVL) maksimum 2% untuk benih dasar dan benih
pokok, sedangkan untuk benih sebar 3%.
2. Standar laboratorium: Kadar air maksimum 12%, benih murni minimum
98%, kotoran benih maksimum 2%, CVL maksimum 0% untuk benih dasar,
0,1% untuk benih pokok, dan 1,0% untuk benih sebar, biji tanaman lainnya
0,5% untuk benih dasar dan benih pokok, 1,0% untuk benih sebar, daya
tumbuh minimum 80%.
Standar lapangan berupa isolasi jarak atau isolasi waktu diperlukan untuk
mencegah terjadinya persilangan dengan varietas lain. Standar laboratorium selain
diperlukan untuk menjamin kemurnian genetik benih, juga diperlukan untuk
menjamin mutu fisiologis benih sehingga memiliki daya tumbuh yang tinggi,
lebih vigor, dan tahan terhadap organisme pengganggu tanaman. Persilangan
dengan serbuk sari dari kultivar lain dari spesies yang sama, perlu dicegah bagi
suatu kultivar silang sempurna atau sebagian. Saat waktu berbunga tanaman
penghasil benih harus dilindungi terhadap serbuk sari yang terbawa angin dan
serangga dari tanaman yang berdekatan atau tanaman voluntir dan dari tanaman
liar dari spesies yang sama.
Perlindungan terbaik tehadap penyerbukan oleh serbuk sari asing adalah
pasokan yang berlimpah dengan serbuk sari kultivar itu sendiri pada waktu putik
reseptif. Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan
melakukan isolasi. Menurut Mayun (2016), isolasi tanaman penghasil benih dari
berbagai sumber kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program
produksi benih. Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh:
1. Persilangan alamiah dengan varietas lain yang ditanam berdampingan dan
tipe simpang yang berada di lahan untuk produksi benih
2. Kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu menyemai, panen,
pengolahan dan penanganan benih
3. Kontaminasi oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya.
Perlindungan dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara
kemurnian genetik dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah
isolasi jarak dan isolasi waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan,
emaskulasi dapat pula dilaksanakan. Isolasi waktu dilaksanakan dengan
memberikan selang waktu tanam yang berbeda antara dua varietas yang berbeda
dengan blok/areal berdampingan sehingga saat pembungaan waktunya berbeda.
Menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis tanaman dengan varietas
yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada areal yang sama. Isolasi
jarak dimaksudkan bahwa dua varietas tanaman yang berbeda dipisahkan bloknya
satu sama lain dengan jarak tertentu, (misalnya 200 m untuk jagung). Menurut
Mayun (2016), teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan
tanah antara kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah,
(3) bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu
panen tidak dilibatkan sebagai calon benih. Jarak isolasi ditetapkan tergantung
pada cara penyerbukan tanaman, kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi
lingkungan selama penyerbukan.
b) Sanitation and movement of equipment and personnel into and out of the
field/site (Sherina Syafitri Hidayat/175040200111049)
Dalam melakukan budidaya benih jagung perlu adanya penentuan poin
kontrol dalam melakukan sanitasi dan mengetahui pergerakan alat yang masuk
dan keluar dari lapangan/situs. Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi hama
dan penyakit, serta benih lain yang terdapat dilahan. Hal tersebut dikarenakan
terdapatnya sisa-sisa tanaman atau bagiannya yang tertinggal setelah masa panen.
Menurut Rejeki (2015), sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang
menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan. Sanitasi merupakan
kegiatan membersihkan lahan dari hal-hal yang mengganggu pertumbuhan
tanaman seperti batu, gulma, dan sisa tanaman. Dengan membersihkan sisa-sisa
tanaman berarti telah mengurangi populasi hama dan penyakit. Hal tersebut
dikarenakan sanitasi dapat memutus siklus hama dan mengurangi sumber
inokulum/bibit penyakit sehingga dapat mengurangi populasi dari hama dan
penyakit. Dalam proses budidaya tanaman, sanitasi perlu dilakukan saat
pengolahan tanah sehingga akan di peroleh lahan pertanaman yang sesuai bagi
pertumbuhan tanaman.
Selain itu untuk menjaga tanaman agar tetap sehat perlu untuk mengetahui
kebersihan dari peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan harus
diketahui apakah sudah bersih atau belum sehingga sebelum menggunakan alat
perlu dilakukan pembersihan agar alat yang digunakan steril. Peralatan yang kotor
dapat membawa patogen penyakit bagi tanaman yang dapat menyebabkan sakit
pada tanaman. Apabila mengakibatkan luka pada tanaman dapat mempercepat
penyebaran penyakit. Sehingga dalam menggunakan peralatan harus dipastikan
bahwa alat yang digunakan telah steril/bersih.
c) Intensive inspection/observation for pathogen infection and pest
infestation during reproductive stages (Rahel Amelia/165040200111060)
Pemeliharaan tanaman dengan tujuan produksi benih tidak terlalu berbeda
dengan tujuan produksi konsumsi. Beberapa kegiatan pemeliharaan tanaman
adalah penjarangan, penggemburan tanah, pengendalian gulma, irigasi/pengairan,
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, membantu penyerbukan, dan
perlindungan tanaman dari kontaminasi serbuk sari tanaman lain. Selain itu pada
tanaman untuk produksi benih juga dilakukan kegiatan isolasi untuk mwnghindari
tanaman dari hama dan penyakit. Pada produksi benih sudah terdapat peraturan
tertulis dari kementrian. Kegiatan produksi benih harus memiliki izin dan
melewati uji mutu serta sertifikasi benih. Salah satu syarat mutu benih adalah
tidak terkontaminasi dan jauh dari hama dan penyakit.
Pada tahap reptoduksi pengamatan umtuk infeksi patogen dan hama
semakin intensif. Karen apada masa reproduksi rentan terjadi kontaminasi oleh
serbuk sari dari tanaman lain. Untuk mengatasi hama dapat menggunakan cara
khusus untuk benih yang bernilai tinggi. Penyebaran penyakit juga dapat diatasi
dengan kegiatan roguing tanaman yang terserang penyakit tersebut agar tidak
menular atau tersebar (Siadi, I K. dan Raka, I G., 2017). Pengamatan intensif
tanaman yang terinfeksi patogen dan hama dilakukan secara berkala. Kegiatan ini
dilakukan pada saar tanaman pada tahap reproduksi. Tanaman yang terserang
langsung dicabut atau dilakukan roguing yang termasuk pengendalian fisik.
Pengendalian hama juga dapat menggunakan insektisida Karbofuran. Insektisida
ini dapat mencegah hama penggerek batang dan tongkol. Sedangkan untuk
kegiatan roguing dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu.

1.3 Establish Preventive Measures


a) Establish cleaning procedures for equipment used for seed/crop
production (Nurul Hilmiah Emiliya Putri/165040201111235)
Tanaman jagung merupakan komoditas yang bernilai ekonomis tinggi
karena mulai dari bagian akar, batang, daun dan biji dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan makhluk hidup. Produktivitas jagung sangat ditentukan antara lain oleh
mutu benihnya. Benih jagung yang diameter bijinya besar memiliki daya simpan
yang lebih lama. Keseragaman diameter biji untuk benih sangat diperlukan agar
biji jagung tumbuh serempak. Oleh karena itu diperlukan mesin pembersih biji
jagung (Seedd cleaner) yang sangat sesuai dengan parameter.
System kerja mesin pembersih adalah benda atau alat yang berfungsi
untuk menyaring kotoran atau benda asing lainnya dengan plat yang terdapat
lubang-lubang, saringan (screen) dan plat ini disebut ayakan (stainer) yang
bergerak maju mundur. Luas lubang saringan pada ayakan pertama lebih luas dari
luas kebundaran biji-biji, sehingga kotoran dan benda asing lainnya yang lebih
luas dari biji tersebut akan tersaring dan keluar ke ujung ayakan pertama. Biji-biji
dan kotoran serta benda asing lainnya dengan luas kebundaran yang lebih kecil
akan lolos jatuh pada ayakan kedua.

Gambar 1. Gambar saringan pembersih biji jagung.


Pemisahan secara pneumatic dari satu bahan merupakan pemisahan
berdasarkan ukuran, masa jenis, dan karakteristik tahanan udara. Prototype mesin
pembersih biji gandum untuk benih juga dilengkapi kipas jenis sentrifugal. Biji-
bijii gandum yang lolos saringan pada ayakan pertama dihembus dengan aliran
udara horizontal. Pemisahan biji dari kotoran dan benda asing lainnya yang lebih
ringan, kecepatan udara yang digunakan harus lebih kecil kecepatan terminal biji.
(Mohsenin 1980 dalam Salangke 1987).

Gambar 2. Gambar Mesin Pembersih Benih Jagung APB-M3-Balitsereal.


b) Standard operating procedures in place regarding personnel movement
from one site or field to another (Sri Ngenana Br Tarigan/
175040207111134)
Salah satu perbanyakan tanaman yang paling mudah dilakukan secara
massal dan biayanya murah adalah perbanyakan melalui biji atau perbanyakan
secara generatif (seksual). Dalam perbanyakan secara generatif, benih atau biji
adalah bahan utama yang digunakan sebagai alat perbanyakannya. Biji tersebut
sengaja dibenihkan agar tumbuh menjadi bibit yang diharapkan. Selain sengaja
ditanam, biji juga dapat tumbuh secara alami.
Mekanisme dalam perbanyakan generatif ditandai dengan adanya
pembuahan, pembuahan tersebut berasal dari peleburan antara sel kelamin jantan
dan sel kelamin betina kemudian menghasilkan zigot yang akan tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman baru yang bagus dan berkualitas. Cara
perkembangbiakan tumbuhan secara generatif dapat dibedakan menjadi konjugasi,
isogami, anisogami dan penyerbukan.Tanaman yang dikembangkan dengan cara-
cara tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk berbuah karena proses
pertumbuhan tanaman akan berlangsung dari awal. Tanaman akan tumbuh dari
janin terlebih dahulu, baru setelahnya akan tumbuh membentuk akar tunggang,
akar serabut, batang, dan juga daun.
Saat dorman, biji tidak akan mengalami kegiatan sama sekali selama
berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Sehingga benih
yang dorman harus berada dalam situasi dan kondisi yang cocok untuk
pertumbuhannya. Masa dorman untuk setiap biji atau benih tanaman berbeda-
beda. Benih tanaman jeruk, durian, dan mangga memiliki masa dorman sekitar
satu bulan, sedangkan benih pepaya memiliki masa dorman satu hingga dua
minggu saja. Contoh tanaman yang sering diperbanyak secara generatif adalah
pepaya, semangka, nangka, kelapa, dan masih banyak lagi.
Sementara itu, perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan perbanyakan tanaman secara generatif ini antara lain:
 Tanaman yang dihasilkan memiliki perakaran yang kuat
 Biaya yang dikeluarkan relatif murah
 Umur tanaman akan lebih lama
 Dapat menghasilkan varietas-varietas baru, yaitu dengan cara
menyilangkan
Kelemahan perbanyakan tanaman secara generatif antara lain:
 Tanaman baru yang dihasilkan belum tentu memiliki sifat yang sama
dengan induknya
 Varietas yang baru muncul belum tentu lebih baik
 Waktu berbuah lebih lama
 Kualitas tanaman baru diketahui setelah tanaman berbuah
Untuk saat ini perbanyakan tanaman secara generatif masih banyak
dilakukan terutama untuk menghasilkan jenis tanaman baru yang memiliki
kualitas yang lebih bagus dengan cara menyilangkan beberapa varietas yang
dianggap unggul, seperti halnya pada tanaman semangka tanpa biji. Contoh
lainnya adalah pada tanaman transgenik yang juga merupakan hasil dari
pembiakan generatif yang dimana dalam pembuatannya disusupkan gen bakteri
dengan cara merendam biji tanaman dalam larutan kimia yang mengandung
bakteri atau gen tertentu. Namun, jika pembudidaya menginginkan cara yang
lebih cepat, maka bisa melakukan penananam dengan cara lain seperti stek,
cangkok, okulasi, bahkan kultur jaringan.
c) At regular intervals until flowering of the crop is complete, establish
procedure for monitoring area of isolation for volunteers and/or
unexpected plantings (Amanda Amelia Agustin/175040201111077)
Tahapan dalam mengisolasi daun kepel adalah maserasi (perendaman) dan
kromatografi kolom :
1. Maserasi (perendaman)
Maserasi merupakan perendaman sampel dengan pelarut organik,
umumnya digunakan pelarut organik dengan molekul relatif kecil seperti metanol
dan perlakuan pada temperatur kamar sehingga pelarut mudah terdistribusi ke
dalam sel tumbuhan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman, sampel dan pelarut akan terjadi kontak
yang cukup lama. Penggunaan suhu tinggi memungkinkan terdegradasinya
senyawa-senyawa metabolit sekunder. Sedangkan metode maserasi menggunakan
suhu kamar sehingga lebih aman (Djaswir Darwis, 2004).
2. Kromatografi
Kolom Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi yang ada
dalam campuran. Pemilihan pelarut dalam kromatografi kolom didasarkan pada
hasil yang diperoleh dari KLT (Gritter, R. J.,1991).
d) Establish natural disaster contingency plan (M. Iqbal Septian H./
175040207111191)
Terjadinya bencana alam tentu saja hal yang tidak diharapkan oleh setiap
orang. Bukan hanya kehidupan sosial saja yang berubah, sektor ekonomi juga
melemah akibat bencana alam. Tak terkecuali dengan industri benih yang ikut
terdampak. Dalam menentukan rencana cadangan untuk menghadapi bencana
alam, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Kenali area tempat usaha Anda
Di Indonesia, ada daerah tertentu yang rawan bencana seperti daerah pegunungan,
daerah pesisir, atau daerah tengah kota. Bencana yang bisa mengancam usaha
Anda juga beragam seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, hingga longsor.
Kita harus mengenali dengan baik area sekitar usaha. Jenis bencana apa yang
paling berpotensi menyerang daerah tersebut. Pentingnya mengetahui jenis
bencana ini adalah agar dapat menyusun kontrak asuransi usaha secara detail.
Selain itu hal ini berhubungan dengan rencana tanggap bencana yang akan sudah
dibuat.
2. Buat back up dokumen dan data penting
Bagi sebuah bisnis, kehilangan dokumen dan data penting, baik itu secara fisik
maupun elektronik adalah bencana yang tidak kalah besarnya. Antisipasi akan hal
ini dengan cara mengkopi semua dokumen penting dan simpan di area lain di luar
tempat usaha. Atau jika ingin cara yang lebih aman, unggah dokumen tersebut di
penyimpanan cloud yang bisa diakses dari mana saja.
3. Lakukan Relokasi Sementara Waktu
Peringatan bencana biasanya datang secara tiba-tiba. Dalam situasi semacam ini,
Anda dan karyawan tidak boleh panik. Jika memungkinkan, lakukan relokasi
usaha untuk sementara waktu. Pastikan kantor sementara ini dilengkapi dengan
semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan
pekerjaan mereka. Kerja secara remote juga pilihan yang baik jika kondisi
memungkinan. Namun apabila bencana terjadi dalam skala besar, ada baiknya
karyawan diliburkan sementara waktu demia keselamatan mereka.
4. Rencana untuk bangkit kembali
Setelah bencana mereda, perlu ada rencana keberlangsungan bisnis untuk
dibangun kembali. Hal-hal yang harus Anda persiapkan untuk melanjutkan usaha
setelah bencana antara lain:
 Nomor-nomor telepon penting (seperti investor, pemegang saha, klien,
atau konsumen).
 Segala informasi yang berkaitan dengan asuransi.
 Tentukan kapan waktu yang aman untuk kembali masuk kerja, terutama
jika gedung mengalami kerusakan.
 Kontak penting untuk memperbaiki gedung usaha yang rusak.
 Mengakses kembali semua data dan dokumen penting yang terselamatkan.
e) Establish appropriate field management practices before planting
(Vanensya Vernanda S.U./ 165040200111163)
Praktik manajemen lapangan yang tepat sebelum penanaman sudah
dilakukan, menurut petani dengan menggunakan Good Agricultural Practices
(GAP, GAP merupakan cara pelaksanaan budi daya tanaman pertanian (pangan,
buah dan sayur) dan perkebunan secara baik, benar dan tepat. GAP mencakup
kegiatan pratanam hingga penanganan pascapanen dalam upaya menghasilkan
produk buah dan sayur segar yang aman dikonsumsi, bermutu baik, ramah
lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing. GAP adalah salah satu sistem
sertifikasi dalam praktik budi daya tanaman yang baik sesuai dengan standar yang
ditentukan dan menerapkan prinsip telusur balik (traceability), yaitu produk dapat
ditelusuri asal-usulnya, dari konsumen sampai lahan usaha (Agustina, 2017).
Sebelum dilakukan penanaman, harus diperhatikan dulu jenis lahan, lokasi
dan sebagainya untuk penanaman sesuai dengan standard yang telah ditentukan
yaitu:
 Lokasi kebun/lahan sesuai dengan RUTR/RDTRD dan peta wilayah
komoditas.
 Lahan bebas dari cemaran limbah berbahaya dan beracun.
 Kemiringan lahan < 30% untuk komoditas sayur dan buah.
 Ada catatan riwayat penggunaan lahan.
 Pemetaan lahan: terdapat rotasi tanaman pada tanaman semusim dan
tersedia peta penggunaan lahan.
 Kesuburan lahan: cukup baik, melakukan tindakan untuk mempertahankan
kesuburan lahan.
 Penyiapan lahan: dilakukan dengan cara yang dapat memperbaiki atau
memelihara struktur tanah, dapat menghindarkan erosi, pemberian bahan
kimia untuk penyiapan lahan dan media tanam tidak mencemari
lingkungan.
 Media tanam: diketahui sumbernya, tidak mengandung cemaran bahan
berbahaya dan beracun, kemiringan 30% perlu dilakukan tindakan
koservasi.
Persiapan lahan
Aspek agroklimat untuk tanaman buah di antaranya adalah ketinggian
tempat 700 mdpl, curah hujan rata-rata 450 mm/bulan, jenis tanah coklat latosol,
PH tanah 5,5-6, Kelembaban udara 50-80%, suhu udara 25-32⁰c.
Pengolahan lahan miring/juram
Jenis pengolahan tanahnya apakah OTM (Olah Tanah maksimum), OTK
(Olah Tanah Konservasi) atau TOT (Tanpa Olah Tanah).
Penentuan jarak tanam
Jarak tanam terlalu rapat untuk tanaman buah akan menciptakan iklim
mikro kurang cocok untuk tanaman, pertumbuhan kurang baik dan produktivitas
rendah, sehingga diperlukan jarak tanam ideal.

Pembuatan lubang tanam


Ukuran lubang tanam tanaman buah adalah panjang 50 cm, lebar 50 cm,
dan dalamnya 50 cm. Dalam pembuatan lubang tanam, tanah bagian atas digali
sedalam 30 cm sedangkan bagian dalam di gali sedalam 20 cm. Tanah bagian atas
dan bagian dalam jangan dicampur misalnya bagian atas disimpan di kanan bagian
dalam disimpan sebelah kiri. Lubang tanam disimpan 1 bulan agar terangin-angin
supaya terjadi pengasaman zat-zat beracun.
Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik
terdaftar, dan pupuk organik telah mengalami dekomposisi dan layak digunakan.
Penggunaan pupuk harus sesuai anjuran dan kotoran manusia tidak boleh
digunakan. Pupuk harus disimpan pada tempat aman, kering terlindungi dan
bersih.
(Dewi, dkk, 2016)
f) Monitor development of plant diseases and other pests at different growth
stages (Dewi Ayu Nandasari/ 175040200111075)
Upaya peningkatan produksi jagung seringkali terkendala oleh faktor
abiotik dan biotik. Kendala biotik meliputi gangguan yang disebabkan oleh
organisme pengganggu tanaman (OPT) dimana OPT ini terdiri dari gulma,
penyakit, dan hama. Hama jagung diketahui menyerang pada seluruh fase
pertumbuhan tanaman jagung, baik vegetatif maupun generatif. Hama yang biasa
ditemukan pada tanaman jagung adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek
batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera),
pemakan daun (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis sp)., dan belalang (Locusta
sp.). Hama-hama ini memberikan kontribusi dalam kehilangan hasil tanaman
jagung (Swantika et al., 2004).
Dalam usaha untuk mengendalikan serangan hama dan penyakit pada
tanaman jagung, penggunaan fungisida kimiawi untuk memberantas hama dan
penyakit ternyata banyak menimbulkan dampak negatif, seperti mencemari
lingkungan, serta dapat membunuh organisme bukan sasaran. Karena adanya
dampak negatif penggunaan fungisida tersebut, maka praktik-praktik yang
diperkirakan akan sangat mengganggu atau merusak lingkungan hanya digunakan
sebagai upaya terakhir. Pestisida kimia hanya digunakan jika perlu dan harus
didasarkan pada pemantauan populasi hama yang dilakukan secara rutin dan
sering. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengendalian hama dan penyakit
tanaman secara hayati, yaitu dengan memanfaatkan musuh-musuh alami yang
bersifat antagonis.
Untuk dapat mempertahankan peran musuh alami, maka tindakan
pemantauan terhadap jumlah musuh alami juga harus dilakukan untuk
menentukan dampaknya terhadap populasi hama. Sehingga melalui upaya
pemantauan ini diharapkan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan
kesehatan akibat serangan hama dan penyakit yang melebihi batas toleransi
tanaman, yang akhirnya mengganggu hasil produksinya. Hal ini dikarenakan
hama sebagai hewan yang merusak tanaman dan menurunkan hasil produksi
tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk memperoleh
makanan, serta penyakit yang memiliki kemampuan tinggi dalam merusak
tanaman budidaya sehingga mengakibatkan tanaman menjadi rusak dan bahkan
tidak dapat menghasilkan sama sekali atau gagal panen. Untuk itu salah satu
tindakan pemantauan hama dan penyakit sangat penting dilakukan.
Kegiatan pemantauan sebagai tindakan pengendalian mekanis dapat
dilakukan sesuai stadia populasi hama (Adnan, 2009):
1. Stadia telur. Untuk mengetahui adanya lokasi telur maka harus melakukan
pemantauan lokasi dan waktu hinggap kelompok hama secara intensif. Pada
areal tersebut atau lokasi bekas serangan yang diketahui terdapat populasi
telur, dilakukan kegiatan pengumpulan kelompok telur yaitu dengan
melakukan pengolahan tanah sedalam 10 cm, kelompok telur diambil dan
dimusnahkan, kemudian lahannya segera ditanami kembali dengan tanaman
yang tidak disukai oleh hama tersebut.

2. Stadia nimfa. Setelah sekitar 2 minggu sejak hinggapnya kelompok hama,


mulai dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan adanya nimfa yang
muncul. Pengendalian nimfa dengan cara memukul, menjaring, membakar
atau perangkap lainnya. Pengendalian pada saat stadia nimfa merupakan salah
satu hal yang sangat penting. Mencegah serangan nimfa dengan cara
menghalau ke suatu tempat yang sudah disiapkan atau di tempat terbuka untuk
kemudian dimatikan. Nimfa yang sudah ada di tempat terbuka apabila
memungkinkan dapat juga dilakukan pembakaran namun harus hati-hati agar
api tidak merembes ke tempat lain.
1.4 Establish Monitoring Procedures
a) Establish inspection procedures for plants/field, including inspections for
vandalism, animal and weather damage (Hartsa Salsabilla/
175040207111185)
Dalam menetapkan prosedur pemantauan di lahan, hal yang harus di
lakukan adalah melihat dan mengetahui apa saja yang dapat mengganggu
berjalannya prosedur. Kemudian, menyusun prosedur pemantauan agar saat
melakukan pemantauan tetap terkendali. Prosedur pemantauan ini dapat dilakukan
oleh personil yang terampil dengan cara pengamatan observasi secara visual yang
direkam dalam suatu daftar periksa checklist. Dalam prosedur pemantauan ini
harus mencakup : apa yang akan dipantau what, dimana akan dilakukan
pemantauan where, siapa yang bertanggung jawab akan melakukan monitoring
who, bagaimana cara memantaunya how dan kapan akan dilakukan pemantauan
monitoringnya when. Data yang diperoleh dari kegiatan monitoring harus
dievaluasi oleh petugas yang ditunjuk sesuai dengan pengetahuan dan
kewenangannya untuk melaksanakan tindakan perbaikan bila terjadi indikasi
penyimpangan atau bias.
Menetapkan prosedur tindakan koreksi harus dilakukan untuk menetapkan
tindakan koreksi adalah untuk menjamin eliminasi potensi bahaya dan tindakan
koreksi diperlukan untuk mengendalikan proses produksi. Ada dua level atau
tingkatan tindakan koreksi yang dapat dilakukan, yaitu : Pertama, tindakan
koreksi berupa tindakan pencegahan, yakni tindakan koreksi dari hasil
pemantauan yang memiliki kecenderungan untuk keluar atau mendekati batas
kritis dan kedua, tindakan koreksi segera, yakni tindakan koreksi untuk
pemantauan dimana keadaan sudah melampaui batas kritis Tindakan segera dapat
berupa penghentian proses produksi sebelum penyimpangan dikoreksi, penahanan
produk dan tidak boleh dipasarkan, pengujian keamanan produk. Tindakan
koreksi yang dapat dilakukan selain menghentikan proses produksi antara lain
mengeliminasi produk, memisahkan produk yang cacat dan mengulangi proses
pengolahan. Tindakan pencegahan dapat berupa memverifikasi setiap perubahan
yang telah diterapkan dalam proses dan memastikannya agar tetap efektif,
misalnya pertanggungjawaban untuk tindakan koreksi dan pencatatan tindakan
koreksi. Pertanggungjawaban untuk tindakan koreksi merupakan tanggung jawab
petugas dengan jabatan tertentu di dalam perusahaan, misalnya supervisor
produksi atau kepala bagian produksi. Pencatatanrekaman tindakan koreksi
dilakukan dengan pengisian formulir khusus tindakan koreksi.
b) Establish and follow best practices for "hand pollinations" where
technique is used (Muhammad Ario Pambudi/175040207111178)
Penempatan lokasi produksi benih dengan lokasi varietas lain yang
mempunyai waktu berbunga hampir bersamaan minimal 200 m dan perlu
diperhatikan arah angin. Atau dapat juga dilakukan dengan isolasi waktu, artinya
penanaman dilakukan dengan selisih waktu tanam minimal 21 hari sebelum atau
sesudah varietas lain ditanam. Untuk varietas yang mempunyai umur panen
berbeda dapat dilakukan penanaman secara bersamaan, namun untuk varietas
yang berumur lebih genjah (singkat) ditanam lebih dulu dari yang berumur dalam
(panjang). Hal ini untuk mencegah terjadinya pembungaan yang bersamaan dan
persilangan (Azrai, 2018).
Sementara, menurut Litbang Pertanian (2015) Lahan produksi benih
adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas  yang sama. Kondisi lahan
subur, drainase baik, bebas dari sisa-sisa tanaman. Isolasi jarak minimal antara 2
varietas berbeda adalah 3 meter, bila tanpa isolasi jarak perlu dilakukan isolasi
waktu tanam sekitar 4 minggu. Untuk mengindari terkontaminasinya tanaman,
maka produsen benih juga harus mengetahui sejarah lahan yang digunakan. Untuk
menghindari terjadinya kontaminas, diperlukannya isolasi jarak dan waktu.
c) Rogue off-type plants (Rafly Ibrahim Fitrah/165040201111219)
Rouging adalah penghilangan tanaman yang bukan tipe sama yang secara
fenotipik berbeda dari tanaman varietas yang diproduksi. Ini merupakan aspek
penting dari produksi benih dan diperlukan untuk mencegah penyilangan dan
campuran mekanis.
Tanaman yang berbeda tipe harus dihapus secara teratur dari lapangan
baik dengan mencabut atau memotong di permukaan tanah.

d) Establish procedure for area of isolation to monitor for unexpected


plantings and identify and eliminate unintended plants (Fakhrizal
Azizi/175040207111124)
Kadar Air Keseimbangan dan Ketahanan Simpan Benih Tujuan
penyimpanan benih adalah mempertahankan mutu fisiologi benih yang telah
diperoleh dengan cara menekan kemunduran (deterioration) benih seminimal
mungkin. Dengan demikian pada saat benih akan, ditanam, masih diperoleh suatu
keragaan tanaman yang baik. Sebaik apapun penyimpanan benih dilakukan,
kemunduran tetap akan terjadi. Upaya menekan kemunduran benih sejauh ini
hanya dari segi fisiologinya dengan cara memberikan suatu lingkungan
sedemikian sehingga proses metabolisme yang terjadi di dalam benih dapat
ditekan seminimum mungkin.% Masih ada proses lain yang terjadi dalam
kemunduran benih yaitu proses kronologis yang akan dipengaruhi oleh periode
(lama) simpan benih.
Benih dari setiap spesies memiliki jangkauan hidup tertentu; dan serendah
apa pun proses fisiologis dihambat, suatu saat akan hilang juga
viabilitasnya.Lingkungan simpan dapat dimanipulasi sedemikian rupa, apakah
lembab nisbi (RH) atau suhu tergantung dari f asilitas yang dimiliki. Faktor
lembab nisbi dan suhu ruang simpan sangat berpengaruh terhadapkemunduran
benih (17, 21, 40). Sadjad (32) menambahkan bahwa unsur biosfera juga cukup
penting dalam proses kemunduran benih yang selanjutnya disebut faktor enfors
(enforced). Selanjutnya Welch dan Delouche (40) mengatakan bahwa dari kedua,
faktor tersebut, kadar air benih merupakan faktor penentu utama terhadap
kemunduran, kemudian suhu akan memacu laju kemunduran apabila kadar air
benih memungkinkan proses biokimia berlangsung.
e) If temporal isolation is used, establish procedure to verify that the
isolation was effective or to correct potential problems before they occur
(Nahla Shifa Anrozi/175040207111087)
Persilangan dengan serbuk sari dari kultivar lain dari species yang sama
perlu dicegah bagi suatu kultivar silang sempurna atau sebagian. Pada waktu
berbunga tanaman penghasil benih harus dilindungi terhadap serbuk sari yang
terbawa angin dan serangga dari tanaman yang berdekatan atau tanaman voluntir
dan dari tanaman liar dari spesies yang sama. Perlindungan terbaik tehadap
penyerbukan oleh serbuk sari asing adalah pasokan yang berlimpah dengan
serbuk sari kultivar itu sendiri pada waktu putik reseptif (Mayun, 2016).
Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan
melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber
kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program produksi benih.
Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh: (a) persilangan alamiah dengan
varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe simpang yang berada di
lahan untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada
waktu menyemai, panen, pengolahan dan penanganan benih dan (c) kontaminasi
oleh penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Perlindungan
dari sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara kemurnian genetik
dan mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah isolasi jarak dan
isolasi waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan, emaskulasi dapat pula
dilaksanakan (Mayun, 2016).
Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan selang waktu tanam yang
berbeda antara dua varietas yang berbeda dengan blok/areal berdampingan
sehingga saat pembungaan waktunya berbeda pula (minimum 30 hari untuk
jagung misalnya). Dengan menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis
tanaman dengan varietas yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada
areal yang sama (Mayun, 2016).
Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua varietas tanaman yang berbeda
dipisahkan bloknya satu sama lain dengan jarak tertentu, (misalnya 200 m untuk
jagung). Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan tanah
antara kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah, (3)
bisa tanpa isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu panen
tidak dilibatkan sebagai calon benih (Mayun, 2016).
Jarak isolasi ditetapkan tergantung pada cara penyerbukan
tanaman, kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama
penyerbukan. Pertimbangan utama dalam menentukan jarak isolasi yang
memadai bagi tanaman penghasil benih adalah apakah tanaman tersebut bersifat
menyerbuk sendiri atau lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak aktualnya
tergantung pada apakah serbuk sari dibawa angin atau serangga. Jarak isolasi
ini dapat dikurangi jika terdapat tanaman penghalang (barrier), bangunan-
bangunan/penghalang lain yang terletak diantara tanaman-tanaman yang dapat
saling menyerbuk silang tersebut. Jarak yang aman tergantung pada arah
angin datang, kehadiran pohon-pohon, tanah yang tinggi atau penghalang lainnya
bagi aliran udara, banyaknya sumber serbuk sari asing yang mungkin dapat
dilepaskan, dan luas areal pertanaman untuk benih itu sendiri. Isolasi jarak yang
diperlukan juga dipengaruhi oleh kategori benih yang diperbanyak. Benih
dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai standar kemurnian yang lebih
tinggi daripada benih dari kelas yang lebih rendah(Mayun, 2016).
Teknik isolasi lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan bangunan-bangunan seperti rumah kaca dan sangkar dari kawat
kasa. Dengan cara ini kemungkinan terjadinya penyerbukan silang oleh serangga
dapat dikurangi atau dihindari. Isolasi demikian biasanya diterapkan pada
areal produksi benih yang sempit, atau untuk produksi benih dengan tingkat
kemurnian yang sangat tinggi seperti untuk kelas benih penjenis (Mayun, 2016).
f) Establish procedures to conduct phytosanitary field inspections (Fasya
Afitra M.P./175040201111050)
a. Pemeriksaan dalam rangka sertifikasi fitosanitari dilakukan oleh Petugas
Karantina Tumbuhan pada UPT Karantina Tumbuhan di lokasi fasilitas
produksi yang telah diregistrasi, untuk memastikan seluruh persyaratan sudah
dipenuhi oleh fasilitas produksi PTAT yang telah diregistrasi oleh AQSIQ.
b. Pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk memastikan seluruh produk PTAT
bebas dari benih/biji yang memiliki daya tumbuh, bebas dari kontaminasi
bagian tumbuhan, bagian tubuh hewan maupun kotoran hewan, produk hewan
lainnya, dan OPT.
c. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan sampel yang diambil secara acak dari
setiap lot kiriman yang mewakili produk yang akan dikirim. d. Produk yang
tidak memenuhi persyaratan harus ditolak untuk diekspor.
d. Sertifikat fitosanitari (Phytosanitary Certificate, PC) diterbitkan apabila
seluruh persyaratan dipenuhi. f. Apabila dipersyaratkan perlakuan fumigasi,
maka dalam kolom perlakuan pada PC harus diisi informasi tentang rincian
perlakuan.
e. Informasi tambahan lainnya harus disebutkan pada PC, antara lain nama dan
nomor registrasi produsen PTAT serta informasi lain yang dipersyaratkan oleh
AQSIQ
Prosedur Pengakuan Produsen Ptat
Pengakuan fasilitas produksi PTAT diberikan dengan melalui prosedur
sebagai berikut:
a. Pemilik fasilitas produksi PTAT mengajukan surat permohonan pengakuan
kepada Kepala Badan Karantina Pertanian cq. Kepala UPT Karantina
Pertanian setempat dengan melampirkan identitas perusahaan, antara lain:
Nama dan alamat perusahaan.
Contact person penanggung jawab perusahaan.
Nama produk yang akan diekspor, komposisi utama produk, bahan baku yang
digunakan, negara tujuan ekspor, dan estimasi jumlah/volume ekspor per
tahun.
b. Proses produksi dan pengelolaan atas produk yang akan diekspor.
c. Kepala UPT Karantina Pertanian menugaskan Petugas Karantina Tumbuhan
untuk melakukan penilaian terhadap fasilitas produksi PTAT yang diajukan
pemilik. Penilaian dilakukan dengan menggunakan check list sebagaimana
terlampir.
d. Laporan hasil penilaian disampaikan kepada Kepala UPT Karantina Pertanian.
Berdasarkan laporan hasil penilaian, Kepala UPT Karantina Pertanian
menyampaikan:
Surat rekomendasi kepada Kepala Badan Karantina Pertanian cq. Kepala
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati untuk keperluan
persetujuan pengakuan; atau
Surat penundaan pengakuan kepada pemohon yang disertai alasan-alasan
penundaannya.
e. Apabila diperlukan, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati dapat menugaskan tim guna melakukan peninjauan dan verifikasi
terhadap fasilitas produksi pakan ternak untuk keperluan validasi atas
rekomendasi Kepala UPT Karantina Pertanian.
f. Pengakuan oleh Kepala Badan Karantina Pertanian terhadap produsen PTAT
disampaikan kepada pemilik fasilitas produksi PTAT melalui Kepala UPT
Karantina Pertanian setempat.
g. Produsen PTAT yang telah diakui ditindaklanjuti dengan rekomendasi Badan
Karantina Pertanian ke AQSIQ untuk mendapatkan nomor registrasi.
1.5 Establish Corrective Measures
a) If crop tissue is found on or in equipment during a post-cleanout
inspection, establish corrective measures, such as re-cleaning and re-
inspecting the equipment (Nita Febrianty/175040201111076)
Menurut Saenong et al. (2016), kualitas benih dapat dibagi dalam tiga
kriteria yaitu, kualitas genetik, kualitas fisiologi, dan kualitas fisik. Kualitas fisik
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun
bobot, kontaminasi dari benih tanaman lain atau biji gulma, dan kadar air. Maka
dari itu, untuk menjaga kualitas dari benih juga perlu diperhatikan kebersihan
benih yang dimulai dengan memperhatikan kebersihan alat-alat yang digunakan
disamping juga harus memperhatikan kualitas benih secara genetik dan fisiologi.
Kebersihan peralatan dalam bisnis benih menjadi faktor penting untuk
menjaga kemurnian dari benih yang dipasarkan. Kebersihan alat perlu
diperhatikan dari adanya kotoran maupun benih lainnya. Selain itu peralatan juga
perlu dibersihkan dari jaringan tanaman lain maupun tanaman pada budidaya
sebelumnya. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan keberhasilan pada
pembentukan benih yang diharapkan. Sebagai contoh, pada proses penyilangan
tanaman jagung apabila alat yang digunakan terkontaminasi polen dari jenis atau
galur lain dapat menyebabkan hasil persilangan antara kedua tetua yang
diinginkan bisa jadi gagal.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan inspeksi pada
kegiatan pembersihan peralatan pada akhir kegiatan produksi. Inspeksi ini
bertujuan untuk memastikan kebersihan dari peralatan yang digunakan selama
kegiatan produksi. Inspeksi dapat dilakukan setiap sore hari setelah kegiatan
selesai. Selain itu juga perlu ditentukan ukuran khusus sebagai tolak ukur
kebersihan dari peralatan yang digunakan. Apabila kebersihan masih dibawah
standar, maka perlu dilakukan pembersihan ulang ataupun inspeksi ulang.
Tujuannya adalah untuk menjaga kemurnian dari benih yang dipasarkan sehingga
tidak terkontaminasi oleh kotoran maupun benih lainnya.
b) Destroy any plants of the same species (volunteer or planted) or sexually
compatible plants found within area of isolation (M. Rifky
Ramdani/175040207111077)
Lingkungan yang tidak baik dapat menyebabkan tanaman dengaan mudah
tererang penyakit. Pemilik perusahaan benih dapat menetapkan suatu prosedur
yang bertujuan agar lingkungan yang tercipta baik untuk tanaman. Sehingga
patogen tidak akan mudah tercipta di lahan dan hama-hama tidak akan
mengganggu tanaman perusahaan. Pemilik pun dapat melakukan rencana dengan
melihat segitiga penyakit dimana tanaman akan terserang penyakit dengan mudah
apabila lingkungannya mendukung dan patogen serta hama mendukung maka
tanaman mudah terserang, begitu sebaliknya.
c) If it is determined prior to, or during, flowering of the crop that the
temporal isolation is likely to be ineffective, develop alternate plan with
neighboring growers (Amelia Fauzia/175040201111078)
Inspeksi Lapangan diperlukan untuk asal asal-usul sumber benih dan
identifikasi dari varietas, penentuan sejarah tanam, kecukupan jarak isolasi (atau
waktu), praktek produksi, dan untuk memastikan bahwa semua prosedur
sertifikasi dilaksanakan dengan baik. Biasanya, tiga sampai sepuluh inspeksi
lapangan yang diperlukan selama musim, tergantung pada jenis tanaman dan
varietas. Produksi biji jagung hibrida membutuhkan jumlah inspeksi terbanyak,
terutama selama berbunga, untuk memastikan tanaman memenuhi standar
sertifikasi. Setelah shelling, sampel benih diambil untuk tes laboratorium untuk
mengevaluasi kemurnian benih, persentase pengecambahan dan kadar air. Ini
adalah tahap akhir dalam proses sertifikasi, dan jika banyak benih melewati semua
standar, itu diberikan status bersertifikat.
Pada produksi benih dengan persilangan terbuka, sangat penting bahwa
tanaman tersebut cukup terisolasi dari tanaman lain yang berpotensi sebagai
kontaminan, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa benih hasil persilangan
tersebut adalah murni. Dua metode isolasi dapat digunakan. Yang pertama adalah
untuk mengisolasi dengan jarak dari tanaman kontaminan. Dalam hal ini jarak
antara plot benih jagung yang ditanaman dan jagung lainnya harus setidaknya
sama dengan persyaratan untuk produksi benih dasar.
Metode kedua adalah metode isolasi waktu, dalam hal ini tanaman jagung
ang dikembangkan dapat ditanam secara berdekatan dengan tanaman lain, tetapi
lebih awal atau lebih lambat dari tanaman kontaminan. Tujuan dari metode isolasi
waktu adalah kesenjangan waktu yang cukup untuk menghindari tumpang tindih
periode berbunga dari dua tanaman. Untuk jagung, kesenjangan waktu antara
penanaman plot benih dan tanaman kontaminan harus lebih dari 28 hari. Berikut
adalah ilustrasi tentang perbedaan dalam penerapan isolasi jarak dan waktu.

Lokasi lahan produksi benih yang lebih besar memberikan lebih banyak
kesempatan untuk isolasi di lokasi tersebut tanpa harus bernegosiasi dengan petani
lahan sekitar tentang produksi tanaman yang sama di luar jarak isolasi. Selain itu,
pertanian yang lebih besar lebih kondusif untuk ukuran lapangan yang lebih besar.
Namun kendala dapat terjadi apabila lahan yang ada terbatas dan jarak antara
tanaman produksi benih dengan tanaman kontaminan cukup dekat. Maka dari itu,
dierlukan suatu kesepakatan dan negosiasi dengan pemilik lahan sekitar agar
menanam tanaman yang berbeda, maupun menanam tanaman yang sama tetapi
tidak pada waktu bersamaan. Kesepakan bisa dilakukan jika kedua pihak merasa
di untungkan.
Pada kenyataanya hal ini tidak mudah ketika dalam produksi benih
terdapat banyak kelompok petani kecil disekitar lahan yang bersebelahan tumbuh
varietas yang sama atau menanam pada tanggal yang sama. Semakin banyak
pihak yang ada maka kesepakatan akan semakin sulit untuk dilakukan, namun
bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan negosiasi sehingga kegiatan
produksi benih dapat berjalan baik.
d) If vandalism or natural disaster occurs that results in a loss of
confinement, take appropriate remedial action (Ivhohanna Praharani/
175040207111160)
Dalam berbagai kasus, ada beberaa hal yang harus dilakukan ketika
tanaman jagung terkena bencana. Salah satnya adalah ketika lahan yang ditanami
dengan jagung terkena banjir, sehingga banyak tanaman jagung yang mati. Maka,
yang harus dilakukan adalah menyulam tanaman yang sudah mati ketika banjir
sudah surut. Biasanya, petani akan melakukan penyulaman tanaman jagung ketika
tanaman itu tidak tumbuh. Tetapi, pada masa tanam akhir tahun, penyulaman
tanaman jagung dilakukan akibat terjadinya bencana banjir pada tanaman yang
masih muda dan memungkinkan untuk disulam. Ketika hujan dan banjir
menghancurkan lahan jagung, maka lahan jagung yang berada didekat aliran
sungai terpaka diganti dengan tanaman baru.
Contoh kasus lainnya adalah ketika tanaman jagung terkena cekaman
abiotik seperti kekeringan akibat cuaca ekstrim. Akibatnya banyak tanaman
jagung rusak, pertumbuhan tidak normal atau terganggu sehingga mengalami
puso. Untuk menghindari kerugian karena kekeringan, maka pemerintah
menyarankan melakukan pergiliran tanaman dan penanaman serempak. Dan juga
pemerintah mnyarankan menanan kacang hijau atau kacang tanah atau
tumpangsari dengan tanaman lain untuk pergiliran tanamannya.
e) Establish sanitation procedures to mitigate pathogen infected and pest
infested debris (Rakka Gecol Andika Satya/165040207111062)
Penyakit pada tanaman terjadi karena adanya interaksi antara tiga factor
utama yaitu factor tumbuhan atau inang, faktor organisme pengganggu tumbuhan
atau pest dan tentu saja lingkungan sekitar tanaman dan pest yang mempengaruhi
langsung terhadap perkembangaqn tumbuhan maupun pest sehingga terjadinya
penyakit yang selanjutnya disebut dengan segitiga penyakit. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit pada tanaman serta memahami mengenai
segitiga penyakit, sebenarnya juga merupakan segitiga pertumbuhan tanaman.
Dengan memahami segitiga penyakit ini maka kita akan dapat
meminimalisir terjadinya penyakit dan akan lebih memahami mengenai
pengendalian terhadap penyakit yang terjadi juga mengenai upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit atau dengan kata lain
merupakan strategi untuk memaksimalkan pertumbuhan dan produksi tanaman
yang dibudidayakan.
Tanaman yang terserang penyakit dapat dikenali dengan melihat
gejalanya. Memperhatikan gejala yang terjadi pada tanaman secara teliti, tanda-
tanda umum dan spesifik dari gejala, memberitahu kita mengenai penyakit apa
yang menyerang pada tanaman kita. Gejala yang terjadi dapat dijumpai pada
bagian daun, akar, batang ataupun buah tanaman.
Siklus hidup patogen dimulai dari tumbuh sampai menghasilkan alat
reproduksi. Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan patogen di dalam
tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen
(siklus hidup patogen) di dalamnya dalam rentang waktu tertentu selama masa
pertumbuhan tanaman. Kejadian penting ~ 7 ~ dalam siklus penyakit meliputi:
inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh), infeksi (pemanfaatan nutrien
inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke tempat lain
dan pertahanan patogen.

1.6 Establish Verification Procedure


a) Verify cleanout of all equipment (Afifudin Zuhri/175040207111109)
Setelah melakukan penanaman dengan menggunakan berbagai alat, alat-
alat yang digunakan tersebut harus dilakukan pembersihan. Hal ini perlu
dilakukan agar semua peralatannya tetap bersih dan bisa dipakai kembali untuk
kegiatan penanaman selanjutnya. Menurut Hiasinta (2001) pelaksanaan
pembersihan peralatan ini juga bertujuan agar peralatan tersebut bisa dipakai
dalam jangka waktu yang lama dan tidak mengalami kerusakan seperti korosif dan
lain sebagainya. Serta pembersihan alat ini juga untuk mencegah kemungkinan
hal-hal yang dapat menyebabkan material maupun produk penanaman mengalami
kontaminasi yang dapat diakibatkan oleh peralatan yang kurang bersih.
Menurut Swcaita (2017) beberapa aturan yang harus diterapkan saat
melakukan pembersihan peralatan antara lain:
a) Area dan peralatan pembersihan
Area atau tempat dan peralatan yang digunakan untuk membersihkan alat-alat
juga perlu diperhatikan, karena juga dapat mempengaruhi proses maupun hasil
kebersihan alat-alat yang dubersihkan.
b) Prosedur pembersihan dan sanitasi untuk setiap area dan peralatannya
Prosedur atau aturan dalam pembersihan pada setiap area dan peralatan yang
digunakan sangat penting untuk diperhitungkan. Sehingga dalam pelaksanaan
pembersihan alat-alat bisa teratur dan bisa dilakukan dengan baik.
c) Frekuensi pembersihan
Pada proses pembersihan pada berbagai peralatan yang dubersihkan tentu
memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda, sehingga frekuensi dalam
pembersihannya pun juga harus diatur sesuai peralatnnya. Hal ini untuk
menghindari adanya kerusakan pada alat saat proses pembersihan dilakukan.
d) Tenaga kerja yang bertugas untuk membersihkan
Tenaga kerja atau orang-orang yang bertugas membersihkan peralatan juga
harus diperhatikan. Sehingga tidak akan terjadi kesalahan saat melakukan
pembersihan peralatan tersebut.
e) Tingkat kebersihan peralatan
Setelah dibersihkan, tentu harus dilakukan pengecekan lagi pada hasil
pembersihannya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada peralatannya
ialah kekeringannya, kelembabannya, kebersihan dari kotoran-kotoran dan
semacamnya.
b) Verify that isolation parameters are met (Tri Putri
Rosiana /175040207111112)
Isolasi
Persilangan dengan serbuk sari dari kultivar lain dari species yang sama
perlu dicegah bagi suatu kultivar silang sempurna atau sebagian. Pada waktu
berbunga tanaman penghasil benih harus dilindungi terhadap serbuk sari yang
terbawa angin dan serangga dari tanaman yang berdekatan atau tanaman voluntir
dan dari tanaman liar dari spesies yang sama. Perlindungan terbaik tehadap
penyerbukan oleh serbuk sari asing adalah pasokan yang berlimpah dengan serbuk
sari kultivar itu sendiri pada waktu putik reseptif.
Perlindungan terhadap terjadinya persilangan dapat diterapkan dengan
melakukan isolasi. Isolasi tanaman penghasil benih dari berbagai sumber
kontaminasi juga merupakan persyaratan penting dalam program produksi benih.
Kontaminasi mungkin dapat disebabkan oleh: (a) persilangan alamiah dengan
varietas lain yang ditanam berdampingan dan tipe simpang yang berada di lahan
untuk produksi benih itu, (b) kontaminasi oleh pencampuran mekanis pada waktu
menyemai, panen, pengolahan dan penanganan benih dan (c) kontaminasi oleh
penyakit terbawa benih yang berasal dari lahan di dekatnya. Perlindungan dari
sumber-sumber kontaminasi ini perlu untuk memelihara kemurnian genetik dan
mutu benih yang baik. Teknik isolasi yang dikenal adalah isolasi jarak dan isolasi
waktu. Teknik lainnya seperti pengerondongan, emaskulasi dapat pula
dilaksanakan.
Isolasi waktu dilaksanakan dengan memberikan selang waktu tanam yang
berbeda antara dua varietas yang berbeda dengan blok/areal berdampingan
sehingga saat pembungaan waktunya berbeda pula (minimum 30 hari untuk
jagung misalnya). Dengan menerapkan isolasi waktu produksi benih suatu jenis
tanaman dengan varietas yang berbeda dapat dilaksanakan setiap tahunnya pada
areal yang sama.
Isolasi jarak dimaksudkan bahwa dua varietas tanaman yang berbeda dipisahkan
bloknya satu sama lain dengan jarak tertentu, (misalnya 200 m untuk jagung).
Teknik isolasi ini dapat dilaksanakan dengan (1) mengosongkan tanah antara
kedua blok jarak itu, (2) menanam tanaman lain pada blok pemisah, (3) bisa tanpa
isolasi, tetapi selebar 3 m dari kedua batas areal itu pada waktu panen tidak
dilibatkan sebagai calon benih.
Jarak isolasi ditetapkan tergantung pada cara penyerbukan tanaman,
kemurnian genetik yang diinginkan dan kondisi lingkungan selama penyerbukan.
Pertimbangan utama dalam menentukan jarak isolasi yang memadai bagi tanaman
penghasil benih adalah apakah tanaman tersebut bersifat menyerbuk sendiri atau
lebih bersifat menyerbuk silang. Jarak aktualnya tergantung pada apakah serbuk
sari dibawa angin atau serangga. Jarak isolasi ini dapat dikurangi jika terdapat
tanaman penghalang (barrier), bangunan-bangunan/penghalang lain yang terletak
diantara tanaman-tanaman yang dapat saling menyerbuk silang tersebut. Jarak
yang aman tergantung pada arah angin datang, kehadiran pohon-pohon, tanah
yang tinggi atau penghalang lainnya bagi aliran udara, banyaknya sumber serbuk
sari asing yang mungkin dapat dilepaskan, dan luas areal pertanaman untuk benih
itu sendiri.
Isolasi jarak yang diperlukan juga dipengaruhi oleh kategori benih yang
diperbanyak. Benih dengan kelas yang lebih tinggi mempunyai standar kemurnian
yang lebih tinggi daripada benih dari kelas yang lebih rendah.
Teknik isolasi lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan menggunakan
bangunan-bangunan seperti rumah kaca dan sangkar dari kawat kasa. Dengan cara
ini kemungkinan terjadinya penyerbukan silang oleh serangga dapat dikurangi
atau dihindari. Isolasi demikian biasanya diterapkan pada areal produksi benih
yang sempit, atau untuk produksi benih dengan tingkat kemurnian yang sangat
tinggi seperti untuk kelas benih penjenis.
 Roguing Lahan Produksi Benih
Kehadiran tanaman-tanaman lain dalam pertanaman untuk benih tidak
diizinkan karena benihnya mencemari produk benih yang akan dipanen akibat
ukuran atau bentuk yang sulit dipisahkan maupun dikenali. Tanaman-tanaman
demikian, biasa disebut rogues, tidak dapat diterima kehadirannya dalam
pertanaman benih walaupun dalam jumlah sedikit. Rogues dapat berupa gulma,
tanaman dari spesies lain, tanaman dari kultivar lain dalam spesies yang sama,
atau tipe simpang. Program sertifikasi mengatur ketat batas-batas jumlah setiap
jenis rogues yang dapat diizinkan, tergantung pada kelas benih.
Kehadiran tipe simpang secara terus menerus dalam suatu varietas akan
menyebabkan kemunduran kemurnian genetik varietas tersebut. Tipe simpang
dapat terjadi yang disebabkan oleh kehadiran gen-gen resesif di dalam kondisi
heterozigot pada waktu pelepasan varietas, atau yang timbul karena mutasi. Di
samping itu, tipe simpang juga dapat terjadi karena adanya tanaman-tanaman
voluntir yang timbul dari benih yang ditanam secara tidak sengaja dari
pencampuran benih lain pada saat produksi. Tipe simpang dapat juga terjadi
karena tanaman memiliki keragaman morfologi yang luas, atau benih yang
digunakan berasal dari hasil persilangan terutama persilangan dengan tanaman liar
dalam proses pembuatan suatu varietas baru. Roguing merupakan teknik yang
dilaksanakan dalam produksi benih untuk menjaga kemurnian varietas. Roguing
dilaksanakan dengan cara mengadakan pemeriksaan dan membuang tanaman-
tanaman yang memilik ciri-ciri berbeda dengan varietas yang sedang diperbanyak.
Roguing dilaksanakan untuk tanaman lain, tanaman tipe simpang, tanaman
berpenyakit dan gulma berbahaya, sehingga persyaratan sertifikasi dapat dipenuhi.
Dalam proses sertifikasi, roguing diikuti dengan pemeriksaan lapang oleh petugas
sertifikasi benih. Roguing pun penting dilaksanakan walaupun benih yang
diproduksi bukan benih bersertifikat.
Roguing dan pemeriksaan lapang memerlukan keterampilan dalam
pelaksanaan, seperti misalnya;
1. Karakteristik (deskripsi) varietas yang diperbanyak.
2. Karakteristik tipe simpang.
3. Penyakit yang terbawa benih dan sulit dikendalikan dengan perawatan benih.
4. Gulma berbahaya, kurang berbahaya, dan yang lazim tumbuh.
5. Tanaman lain yang biasa ditemukan.
6. Ketidaknormalan tanaman termasuk stres nutrisi, suhu dan kelembaban tanah.
7. Pengambilan contoh dan cara penghitungan yang berlaku untuk memenuhi
persyaratan sertifikasi.
Efektivitas roguing tergantung pada perbedaan rogue dan juga pada
keterampilan melaksanakan rogue. Kemampuan petugas rogue untuk mengenali
kultivar lain atau tipe simpang tergantung pada ketegasan atau besaran perbedaan
dan pengalamannya melaksanakan rogue. Roguing harus dilaksanakan beberapa
kali pada tahap pertumbuhan tanaman yang berbeda. Waktu terbaik adalah ketika
pertanaman berbunga penuh, yang pada tahap ini sifat-sifat kultivar hampir
ditampilkan sepenuhnya dan perbedaan-perbedaan warna bunga terlihat sangat
nyata. Tetapi dalam tanaman yang menyerbuk silang, roguing hendaknya
dilakukan pada tahap pertumbuhan lebih dini sebelum serbuk sari dilepaskan.
Pada tanaman jagung, rogues dengan mudah dapat diamati jika pertanaman
memiliki tinggi di bawah bahu.
Perhatian utama pelaksanaan roguing adalah pada bagian-bagian tempat
kebanyakan rogues dijumpai, seperti pintu gerbang, tempat timbunan-timbunan
terdahulu, dan tempat ternak diberi makan. Petugas berjalan perlahan-lahan (tidak
lebih dari 3 km per jam) bolak-balik di seluruh pertanaman sambil menyelidiki
tanaman dengan cermat dalam suatu jalur selebar 2 m dengan membawa kantong
yang digantungkan pada lehernya di bagian depan. Setiap rogue yang terlihat
dicabut, sehingga tidak ada yang tertinggal dan tumbuh kembali, dan disimpan di
dalam kantong. Tumbuh-tumbuhan ini dikeluarkan dari lapang dan dimusnahkan
dengan cara dibakar. Untuk memelihara agar berjalan tetap lurus dan mengurangi
kerusakan tanaman, petugas berjalan di antara barisan-barisan tanaman.
Pertanaman sebaiknya diatur agar terdapat baris kosong pada selang 4 m untuk
memudahkan perjalanan pemeriksaan dan kesempurnaan pemeriksaan tanaman.
Untuk meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan roguing perlu dilakukan
hal- hal sebagai berikut.
1. Penanaman hendaknya sedemikian rupa sehingga tanaman-tanaman dapat
diamati per individu, terutama yang memiliki ciri-ciri yang tidak dikehendaki
dan tumbuh tersembunyi di antara tanaman normal.
2. Berjalan secara sistimatik melalui pertanaman yang ada sehingga setiap
tanaman dapat terlihat dan dapat dipertimbangkan sebagai rogue atau bukan
dan tidak melakukan pemeriksaan pada wilayah pertanaman yang terlalu luas
sekaligus.
3. Seluruh bagian tanaman rogue atau tipe simpang hendaknya dicabut dan
dibuang dan tidak hanya membuang buahnya saja.
4. Pemeriksaan lapang dilakukan dengan membelakangi matahari agar ciri-ciri
tanaman terlihat jelas, dan sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari
sebelum tanaman mulai layu akibat panas matahari.
5. Pelaksanaan pemeriksaan tidak boleh ditunda-tunda dan dilakukan sebelum
tanaman berbunga.
6. Jumlah dan tipe tanaman yang dicabut dan dibuang dari pertanaman penghasil
benih hendaknya dicatat.
7. Gulma dan tanaman-tanaman liar yang dapat menyerbuk silang yang mungkin
berhasil lolos dari pengendalian atau pengolahan tanah sebelumnya harus
dicabut.
8. Tanaman dan gulma yang terinfeksi oleh penyakit terbawa benih harus dicabut
dan dibuang.
Menghindari kontaminasi mekanis sama pentingnya dengan menghindari
kontaminasi genetik oleh serbuk sari asing. Semua alat dan wadah pada setiap
kegiatan harus dibersihkan. Mulai dari alat pengolah tanah, penanaman,
pemotong, perontok, pengering, wadah simpan, dan sebagainya. Dalam kasus
jagung hibrida, tongkol dari sumber serbuk sari dipanen pertama kali dan
dikeluarkan dari lapangan. Cara yang paling efektif jika dapat dilaksanakan,
adalah menanam hanya satu kultivar dari spesies tertentu pada lahan yang sama.
Untuk menghidari kemunduran varietas yang disebabkan oleh variasi yang
berkembang diperlukan pengusahaan tanaman calon benih dalam wilayah
adaptasinya.
c) Verify no plant or seed is removed without authorization (Sinta
Ningsih/175040200111011)
Dalam meproduksi benih jagung harus memperhatikan apakah benih atu
varietas yang diproduksi tidak dihapus tanp izin. Oleh karena itu, setiap varietas
yang diproduksi harus memiliki hak paten dengan cara mendaftarkan varietas
tersebut dalam perlindungan varietas tanaman. Pengaturan Perlindungan Varietas
Tanarnan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Tentang
Perlindungan Varietas Tanaman. Undang-Undang PVT dapat dilihat sebagai salah
satu bentuk peraturan hukum yang memberikan perlindungan bagi pemegang Hak
PVT sehingga upaya pemuliaan tanaman memiliki kepastian hukum. Menurut
Anandari (2014), Undang-Undang PVT mengatur mengenai mekanisme
permohonan Hak PVT sampai pada berakhirnya hak tersebut. Permohonan Hak
PVT diajukan kepada kantor PVT secara tertulis oleh pemulia varietas atau pihak
lain yang diberi kuasa. Permohonan tersebut akan dicek kelengkapan syarat dan
kriteria varietasnya, apabila memenuhi syarat maka Kantor PVT akan melakukan
proses pemeriksaan. Hal tersebut dimaksudkan agar suatu varietas yang
diproduksi memiliki hak paten dan perlindungan sehingga ketika sesuatu hal yang
tidak diinginkan terjadi terkait pengapusan izin atau hak paten maka varietas
tersebut dapat dipertahankan dengan adanya perlindungan tersebut.
d) Verify phytosanitary conditions of plants and products to be harvested
(Shofa Salsabila/175040207111068)
Sertifikat Kesehatan Tumbuan atau Phytosanitary Certificate adalah surat
keterangan yang diterbitkan oleh Petugas Karantina Tumbuhan yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum di dalamnya bebas dari OPT serta telah
memenuhi persyaratan karantina tumbuhan yang ditetapkan oleh negara tujuan
ekspor dan/atau menyatakan keterangan lain yang diperlukan (Badan Karantina
Pertanian, 2017). Agar suatu tanaman dapat mendapatkan status phytosanitary
diperlukan protokol khusus pada pra dan pasca penjualan atau ekspor. Contohnya
adalah dengan memperhatikan, menangani serta mengendalikan proses
pengemasan tanaman serta tanaman yang akan di panen.
Oleh karena itu menurut Mutiarawati (2007) berikut merupakan hal-hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan antara lain adalah (1)
pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh
atau kerusakan lain, (2) hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui
sortasi), (3) tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi, (4)
container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pelindung,
harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik
transparan dan lain-lain, harus yang baru, (5) pengemasan sebaiknya dilakukan
pada tiap grad kualitas secara terpisah, (6) bahan pengemas harus kuat, sesuai
dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan lama
penyimpanan/pengangkutan.
Jika tanaman telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka
Phytosanitary Certificate akan diterbitkan oleh UPT dengan ketentuan sebagai
berikut: a. Phytosanitary Certificate hanya diterbitkan untuk produk kiriman
benih dan tanaman memenuhi persyaratan negara tujuan berdasarkan laporan hasil
pemeriksaan karantina tumbuhan beserta formulir pendukung. b. Petugas
Karantina Tumbuhan harus memastikan produk tanaman dan tanaman yang telah
disertifikasi dalam kondisi aman dari kemungkinan terjadinya re-infestasi OPT. c.
Hasil pemeriksaan dan sertifikasi karantina harus didokumentasikan dengan baik
untuk memudahkan penelusuran, apabila diperlukan. d. Petugas Karantina
Tumbuhan dapat melakukan monitoring terhadap penerapan mitigasi OPT di
kebun produksi, bila diperlukan.
1.7 Establish Record Keeping And Documentation Procedures
a. Maintain records documenting all equipment cleanout and
verification (Angie Kentylia R.S./175040201111061)
Benih harus diproses oleh pemroses benih yang disetujui oleh otoritas
sertifikasi. Pemrosesan benih dapat menghilangkan bahan lembam yang tidak
diinginkan, misalnya batu, jerami, sekam, benih gulma, benih tanaman lainnya,
dan benih tanaman kecil yang kurang kuat. Peralatan pemrosesan harus mudah
diakses untuk pembersihan dan inspeksi. Bersihkan mesin penabur dan peralatan
penanganan benih sebelum digunakan untuk meminimalkan risiko kontaminasi
selama penaburan, panen dan pengolahan. Peralatan pembersihan yang sesuai
termasuk selang udara bertekanan tinggi dan penyedot debu bertenaga tinggi.
Simpan semua dokumentasi yang diterima saat pembelian, seperti label benih,
sertifikat penjualan massal, faktur, dan lain sebagainya untuk memungkinkan
verifikasi kapan saja bahwa standar regulasi benih telah dipenuhi. Selalu ikuti
rekomendasi untuk waktu tanam dan tingkat penyemaian (FAO, 2018).
Persyaratan peralatan yang sangat mendasar untuk bisnis benih terdiri dari
pengukur kelembaban biji, timbangan, pembersih benih, pengatur benih, dan
sistem pengemasan. Sistem yang sederhana seperti itu hanya akan mencukupi bagi
perusahaan benih yang memproduksi beberapa ratus ton benih. Seiring dengan
peningkatan produksi hingga 1.000 ton atau lebih, investasi dalam peralatan
pengolahan yang lebih efisien dan canggih akan diperlukan. Produksi benih
mungkin memerlukan peralatan khusus, seperti alat penanam benih, semprotan,
irigasi, gudang penyimpanan dan transportasi. Ketersediaan ini di tambak akan
membantu memastikan bahwa operasi yang diperlukan dapat dilakukan ke tingkat
manajemen yang dapat diterima. Fasilitas irigasi sangat diperlukan di mana
penanaman split diperlukan dalam produksi jagung benih hibrida. Peralatan
pemrosesan benih memerlukan pengawasan terus-menerus untuk mencapai hasil
yang efisien, perawatan rutin untuk memperpanjang usia alat berat, dan kepatuhan
terhadap standar keselamatan untuk memastikan perlindungan operator.
b. Maintain routine site inspection records documenting agronomic
conditions, any damage that may have occurred due to weather, animals
or vandalism and monitoring of the isolation distance (physical and
temporal) (Dyah Vitania/ 17504020711142)
Upaya yang dapat dilakukan guna meningkatkan produksi tanaman jagung
di Indonesia salah satunya dengan cara menanam benih varietas unggul, seperti
dengan menggunakan jagung Hibrida Pertiwi 3. Keunggulan dari jagung Hibrida
Pertiwi 3 adalah memiliki ketahanan terhadap cekaman bulai, karat daun dan
hawar serta memiliki ratarata hasil 9,64ton/ha dan memiliki potensi hasil yang
tinggi yaitu 13,74 ton/ha pipilan kering. Varietas jagung berumur genjah sangat
diperlukan oleh banyak petani guna menyesuaikan pola tanam serta ketersediaan
air, namun varietas jagung berumur genjah yang beredar saat ini umumnya
merupakan varietas lokal dan komposit yang memiliki potensi hasil rendah
sehingga perlu dibuat varietas hibridanya (Sinartani, 2011). Penggunaan varietas
hibrida tentunya perlu diikuti dengan upaya yang lainnya yaitu dengan pengaturan
sistem jarak tanam dan proses pemupukan yang tepat pada tanaman jagung agar
memperoleh hasil yang optimal, setelah mengetahui kelebihan dari penggunaan
varietas hibrida Pertiwi 3 tanaman jagung, maka perlu dilakukan upaya penerapan
inovasi teknologi yang optimal untuk mendapatkan hasil yang tinggi, yaitu berupa
pengaturan sistem tanam yang tepat serta efektif bagi tanaman jagung. Pengaturan
sistem tanam pada suatu lahan pertanian merupakan salah satu cara yang memiliki
pengaruh terhadap hasil dari tanaman, pengaturan sistem jarak tanam berkaitan
terhadap kepadatan suatu populasi di area lahan, proses penerimaan cahaya
matahari yang tentunya berkaitan dengan proses fotosintesis tanaman dan
persaingan hara antar tanaman.
Penerapan jarak tanam yang efektif pada dasarnya bertujuan untuk
memberikan kemungkinan tanaman agar tumbuh dengan baik tanpa mengalami
banyak persaingan dalam hal ketersediaan air, unsur-unsur hara, dan cahaya
matahari secara optimal untuk proses fotosintesis. Proses budidaya jagung dengan
sistem tanam legowo merupakan suatu teknologi inovasi yang dapat mengatasi
permasalahan peningkatan produksi jagung di Indonesia, pemenuhan kebutuhan
jagung yang semakin bertambah setiap tahun, serta memiliki banyak keuntungan
bagi tanaman jagung itu sendiri.
Menurut Stalcup (2008),penanaman sistem tanam satu baris merupakan
hal umum, oleh karena itu perlu diterapkan pertanaman sistem dua baris karena
mampu memberikan hasil lebih tinggi.Jagung yang ditanam dengan sistem tanam
baris kembar memiliki potensi akses lebih besar untuk penyerapan air, penerimaan
cahaya matahari, penyerapan unsur hara dan meningkatkan kemampuan untuk
mengatasi kondisi stres pada tanaman jagung. Pemberian pupuk merupakan salah
satu faktor produksi pertanian yang sangat penting selain ketersediaan lahan,
tenaga kerja dan modal, pemupukan yang berimbang memegang peranan penting
dalam upaya meningkatkan hasil tanaman jagung serta rekomendasi pemupukan
harus dibuat secara rasional dan berimbang berdasarkan kebutuhan hara pada
tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara sehingga meningkatkan efektifitas
serta efisiensi penggunaan pupuk dan produksi tanpa membuat kerusakan
lingkungan akibat pemupukan yang terlalu berlebihan (Tuherkih dan Sipahutar,
2008).
c. Maintain reports on any corrective or remedial actions that were
taken throughout production (Devi Wulan Oktavia/ 165040201111106)
Dalam proses produksi benih, produsen wajib mencatat dan
mendokumentasikan agar mutu benih terjamin kualitasnya. Untuk produksi benih,
tahap-tahap yang dilakukan mulai dari persiapan benih induk, persiapan lahan
penanaman, proses penanaman, penyilangan, penandaan, panen, pemrosesan
benih, pengujian kadar air dan daya tumbuh benih, hingga benih siap dikemas dan
dijual. Semua proses dilakukan pengawasan supaya mendapatkan suatu produk
benih yang memenuhi standar kualitas yang berlaku yang telah ditetapkan oleh
suatu pemerintah. Kegiatan mencatat laporan dan dokumentasi dilakukan guna
sebagai hasil dari simpanan data.
d. Maintain records of plant pathogens and other pests detected and
resulting actions (Ferdin Imaduddin A./165040200111153)
Dalam pengiriman suatu barang diperlukan sebuah dokumentasi sebagai
bukti bahwa kegiatan benar-benar terlaksana. Dokumentasi kegiatan pengiriman
barang diperlukan untuk sebuah laporan pertanggungjawaban pekerja atas
pekerjaan mereka. Sehingga diharapkan tidak ada manipulasi atau kecurangan
dalam proses pengiriman barang. Dalam industri benih, pengiriman produk benih
perlu dilakukan pengawasan pada kegiatan pengiriman. Dengan adanya kegiatan
dokumentasi pengiriman maka dapat dijadikan bukti serta sebagai pengawasan
secara tidak langsung melalui pekerja. Saat benih yang dikirimkan telah sampai ke
konsumen atau distributor, dokumentasi dilakukan dengan obyek barang dan
penerima. Dalam dokumentasi disertakan jumlah dan daftar barang apa saja yang
telah diterima oleh konsumen atau distributor. Selain itu dalam dokumentasi harus
disertakan kondisi barang yang telah diterima sebagai bukti bahwa barang yang
telah diterima masih dalam keadaan yang baik. Permasalahan yang sering kali
muncul pada saat pengiriman barang ke konsumen adalah terjadinya kehilangan
barang maupun keterlambatan kedatangan barang pada saat pengiriman. Hal
tersebut dapat terjadi karena lemahnya pengawasan terhadap angkutan
pengiriman, sehingga dikarenakan tidak adanya pengawasan terhadap angkutan
pengiriman dapat menyebabkan timbulnya cost bagi perusahaan serta kekecewaan
pada pelanggan (Shamsuzzoha and Helo, 2011). Karena itu kegiatan dokumentasi
pengiriman sangat diperlukan untuk menjaga hubungan dengan konsumen atau
partner kerja.
Dalam kasus pengiriman benih jagung, terdapat dua jenis pengiriman
barang yaitu pengiriman oleh industri atau produsen benih jagung ke distributor /
konsumen serta pengiriman dengan sistem distributor datang ke produsen untuk
mengambil produk benih jagung. Pada sistem yang pertama, perlu dilakukan
pengawasan dan dokumentasi pengiriman hingga saat produk atau barang telah
diterima di tempat distributor. Hal ini karena saat pengiriman selama dalam
perjalanan jika terdapat kerusakan atau kehilangan produk maka hal ini
merupakan tanggung jawab produsen. Sedangkan pada sistem yang kedua dimana
distributor datang langsung ke produsen benih jagung, dilakukan pengecekan dan
dokumentasi pada saat sebelum produk benih dikirim atau diangkut. Sehingga
tidak diperlukan adanya pengawasan dan dokumentasi pada saat barang tiba di
tempat distributor karena selama perjalanan sudah diluar tanggung jawab
produsen.
Kegiatan dokumentasi harus dilakukan pada setiap kegiatan pengiriman
barang karena pada setiap pengiriman akan terdapat pertanggungjawaban atas
barang-barang apa saja yang telah dikirim untuk dikonfirmasi agar tidak terdapat
kesalahan dalam pengelolaan produksi benih jagung. Hal ini juga berlaku pada
pengiriman produk benih jagung apabila barang dikirimkan ke kantor cabang atau
gudang milik produsen karena walaupun masih dalam satu perusahaan harus tetap
ada laporan distribusi yang dibuktikan melalui kegiatan dokumentasi. Namun
sistem yang seperti ini dinilai kurang efektif karena pengiriman benih jagung
harus melalui kantor cabang yang menyebabkan tidak efisien biaya dan waktu
(Juliyanto dkk, 2018).
III. PENUTUP
(Berliana Widianti/165040201111264)
Dalam tahapan kultivasi benih perlu diperhatikan beberapa hal yaitu
analisis produk integritas dan pengendalian kekhawatiran seperti dalam
melakukan penanaman sebelumnya dilakukannya inspeksi lapangan yang
diperlukan untuk mengetahui asal-usul sumber benih dan identifikasi dari varietas,
penentuan sejarah tanam, kecukupan jarak isolasi (atau waktu), praktek produksi,
dan untuk memastikan bahwa semua prosedur sertifikasi dilaksanakan dengan
baik. Dalam melakukan penanaman dengan menggunakan berbagai alat, alat-alat
yang digunakan tersebut harus bersih. Hal ini perlu dilakukan agar semua
peralatannya tetap bersih dan bisa dipakai kembali untuk kegiatan penanaman
selanjutnya.
Dalam meproduksi benih jagung harus memperhatikan apakah benih atau
varietas yang diproduksi tidak dihapus tanpa izin. Sehingga setiap varietas yang
diproduksi memiliki hak paten dengan cara mendaftarkan varietas tersebut dalam
perlindungan varietas tanaman. Dan serta dalam proses produksi benih, produsen
wajib mencatat dan mendokumentasikan agar mutu benih terjamin kualitasnya.
Untuk produksi benih, tahap-tahap yang dilakukan mulai dari persiapan benih
induk, persiapan lahan penanaman, proses penanaman, penyilangan, penandaan,
panen, pemrosesan benih, pengujian kadar air dan daya tumbuh benih, hingga
benih siap dikemas dan dijual. Dengan melakukan prosedur yang sesuai dapat
mengoperasi produksi benih dengan benar dan layak untuk dijual.

Editor : Gaka Yoga Putra/175040207111092


DAFTAR PUSTAKA
Adnan., A.M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia
Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. Academic Press, New York. 803 pages.
Agustina, F. 2017. Strategi Pengembangan Good Agricultural Practices (GAP).
Journal of International Agriculturan and Extentiton Education 13(3):47-
63
Anandari, W. 2014. Implementasi Asas Keseimbangan Dalam Perlindungan
Varietas Tanaman Di Indonesia. Program Pascasarjana. Fakultas Hukum.
Universitas Islam Indonesia.
Azrai, Muhammad. 2018. Petunjuk Teknis Teknologi Produksi Benih Jagung
Hibrida. IAARD Press.
Badan Karantina Pertanian. 2017. Seri Pedoman Sertifikasi Fitosanitari
Komoditas Ekspor Indonesia. Jakarta.
Christensen H, Becheva S, Meredith S, Ulmer K. 2012. Crop Rotation: Benefiting
Farmers, The Environment and The Economy. aprodev.eu/files/Trade/crop
rotation briefing_pan_ifoam_aprodev_foee_fina.pdf diakses pada tanggal 10
Maret 2020.
Delouche, J.C. 1971. Determinants of Seed Quality. Seed Technology Laboratory
Mississippi State University, Mississippi State, Mississippi.
Dewi, Puspita, Reni Fatmasari, dan Muhammad Kadir. 2016. Penerapan Prinsip-
Prinsip Good Agricultural Practice (GAP) Untuk Pertanian Berkelanjutan
Di Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten GOWA. Jurnal Galung
Tropika 5 (3) : 151-163
Ellis SD, Boehm MJ, and Coplin D. 2008. Bacterial Diseases of Plants. Fact Sheet
Agriculture and Natural Resources, Department of Plant Pathology, Ohio
State University. PP-401.06
Harrington, J. C. 1973. Problems of seed storage, p. 251-263. In: Heydecker
(Ed).Seed Ecologi. Academy Prees. London
Hiasinta A. P. 2001. Sanitasi Higiene Dan Keselamatan Kerja Dalam Pengolahan
Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
J.C. Delouche. 1967. Seed processing and storage facilities for tropical areas. For
presentation at the 60th Annual Meeting American Society of Agricultural
Engineers Meeting Jointly with the Canadian Society of Agricultural
Engineering. Saskatoon, Saskachewan. Paper No. 67-318. 21p.
Justice, O.L. dan L.N. Bass. 1994. “Prinsip Praktek Penyimpanan Benih”.
Diterjemahkan oleh Rennie Roesli. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kartono. 2004. Tehnik penyimpanan benih jagung varietas Wilis pada kadar air
dan suhu penyimpanan yang berbeda. Bul. Tehnik Pert. 9(2).
Kilkoda, A.K., T. Nurmala, dan D. Widayat. 2015. Pengaruh keberadaan gulma
(Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap pertumbuhan dan hasil
tiga ukuran varietas jagung (Glycine max L. Merr) pada percobaan pot
bertingkat. Jurnal Kultivasi Vol. 14(2) Oktober 2015
Litbang Pertanian. 2015. Teknik Produksi Bensih Sumber. BPTP Kalimantan
Tengah. http://kalteng.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi-
mainmenu-47-47/teknologi/524-teknik-produksi-benih-sumber-padi19.
Mayun, I. A. 2016. Kajian Produksi Benih Bermutu (Padi, Jagung, Jagung).
Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Universitas
Padjadjaran: Jatinangor.
Purwanti, S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih jagung
hitam dan jagung kuning. J. Ilmu Pert. 11(1):22-31.
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.2016. Pedoman
Sertifikasifitosanitari. Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian
Rita Zecchinelli. 2012. ISTA Rules for Seed Sampling. CRA-SCS Laboratorio
Analisi Sementi (Tavazzano, LO – Italy)
S. Sadjad. 1984. Alat IPB 77-1 untuk pendeteksian vigor benih jagung (Zea mays
L.) oleh keragaman faktor "induced". Bull.Agron. Vol. VX, No. 1 dan 2: 27-
39. 36.
Saenong, S. 1986. Kontribusi vigor awal terhadap daya simpan benih jagung (Zea
mays L.) dan jagung (Glycine max L. Merr.). Disertasi doktor, Fak. Pasca
Sarjana IPB. 200p.
Saenong, S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati. 2016. Pengelolaan Benih
Jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serelia.
Shamsuzzoha, A. H. M. and Helo, P. T. (2011) ‘Real Time Tracking and Tracing
System: Potential for the Logistics Network’, International Conference on
Industrial Engineering and Operations Management, Kuala Lumpur,
Malaysia.
Siadi, I K. dan Raka, I G., 2017. Penataan Sistem Perbenihan Unruk Menunjang
Revitalisasi Perbenihan Tanaman Pangan Di Bali. Universitas Udayana:
Denpasar.
Sinartani, 2011. Jagung Hibrida Unggul Nasional. AGROINOVASI 4–6.
Soekidjo N. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID) : Rineka Cipta.
Stalcup, L. 2008. Twin Rows Help Boost Yields: Stil, The Jury’s Out on Whether
Twin Rows are Always Profitable. Corn and Soybean Digest; Jan 2008;
68,1; ABI/Inform Trade and Industry. Page. 6.
Susanti Y. 1999. Studi pencucian peralatan dan sterilisasi alat produksi susu
kental manis di PT. Indomilk, Jakarta [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Susiwi S. 2009. Regulasi Pangan. Di dalam: Susiwi S, editor. Dokumentasi SSOP.
Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.
Swastika, K.S. Dewa., F. Kasim, W. Sudana, Rachmat Hendayani, Kecuk
Suhariyanto, Robert V. Gerpacio, and Parabhu L. Pingali, 2004. Maize in
Indonesia, Production systems, constraints, and Research Priorities .
CIMMYT.
Swcaita, I. B. N. 2017. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Sistem dan Peralatan
Sanitasi. Bali: Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Udayana.
Tuherkih, E. Sipahutar, I.A. 2008. Pengaruh Pupuk NPK Majemuk (16:16:15)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung (Zea Mays L) Di Tanah
Inceptisols. Balai Penelitian. Tanah 77–88.Juliyanto, dkk. 2018.ANALISIS
DISTRIBUSI PRODUK BENIH JAGUNG PT XXY. Program Studi
Agribisnis, Politeknik Negeri Lampung.
Welch, G.B. 1967. Articles on seed drying. Seed Technology Lab. Mississippi
State University, USA. 8p.

Anda mungkin juga menyukai