Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRODUKSI BENIH

SERTIFIKASI PRODUKSI BENIH TOMAT (Solanum lycopersicum)

Disusun oleh:

Triadi Setiawan (201810200311027)


Dwi Saputra (201810200311030)
Alfian Dwi Khoirul Annas (201810200311033)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II...............................................................................................................................2
TAHAPAN KEGIATAN PRODUKSI BENIH TOMAT..............................................2
2.1 Waktu Tanam 2
2.2 Pemilihan Lahan dan Isolasi 2
2.3 Penyemaian 2
2.4 Pemeliharaan Tanaman 3
2.5 Pemeriksaan Lapangan Pasca Tanam dan Roguing 3
2.6 Pembatasan Cabang dan Jumlah Tandan Bunga 4
2.7 Seleksi Buah Tomat dan Pemanenan 4
2.8 Prosesing dan Penyimpanan Benih 4
2.9 Pembersihkan Buah dan Pengupasan 4
2.10 Pengeringan 5
2.11 Pembersihan benih (Seed Cleaning) 5
2.12 Pengujian mutu benih 5
2.13 Pengemasan 5
BAB III.............................................................................................................................6
KESIMPULAN................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tomat merupakan tanaman asli Benua Amerika yang tersebar dari
Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Penyebaran tomat di Indonesia dimulai
dari Filipina dan Negara-negara Asia lainnya pada abad ke-18. Di Indonesia tomat
merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan yang banyak dibudidayakan
oleh para petani karena tanaman ini dianggap memiliki prospek yang baik dalam
pemasarannya. Akhir-akhir ini minat masyarakat Indonesia akan budidaya
tanaman tomat semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
pasar domestik ataupun internasional, ini dibuktikan dari peningkatan luasan area
tanam dan jumlah petani produsen diberbagai daerah. Semakin meningkatnya
petani produsen, maka ketersediaan dan jaminan benih bermutu sangat dibutuhkan
oleh petani pengguna atau petani produsen. Jaminan mutu tersebut manyangkut
kebenaran varietas, mutu fisik, mutu fisiologis, dan status kesehatan benih.

Permasalahan benih unggul tanaman sayuran, termasuk tomat sampai saat


ini belum sepenuhnya dapat terselesaikan. Permasalahan tersebut meliputi
penyediaan benih secara tepat jumlah, jenis, mutu, kualitas, harga, serta mudah
didapat. Ketersediaan benih bermutu untuk pengembangan usaha agribisnis juga
masih dipenuhi dari produksi dalam negeri dan pemasukan benih dari luar negeri.
Pemasukan benih dari luar negeri dilakukan karena produksi benih dalam negeri
belum mencukupi kebutuhan, keterbatasan ketersediaan varietas atau yang
benihnya tidak dapat atau belum dapat diproduksi di dalam negeri. Menurut
Direktorat Jenderal Hortikultura (2017) pada tahun 2016 Indonesia meng impor
benih tomat sebanyak 522 kg.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses prosuksi benih tomat bersertifikat?

2. Apa saja yang dibutukan dalam produksi benih tomat bersrtifikat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses produksi benih tomat bersertifikat dengan benar.

1
BAB II
TAHAPAN KEGIATAN PRODUKSI BENIH TOMAT

2.1 Waktu Tanam


Penanaman benih bila dilakukan di rumah kaca atau kasa dapat dilakukan
setiap saat. penanaman di lapangan harus mempertimbangkan kondisi lingkungan
(cuaca) dan ketersediaan air. Curah hujan dan fluktuasi suhu yang tinggi selama
periode pra panen akan menyebabkan benih tomat mengalami kerusakan yang
disebut deteriorasi pra panen. Hal ini akan mengakibatkan daya kecambah dan
vigor benih tomat menurun. Sebaliknya kekeringan selama periode pertumbuhan
tanaman dapat mempengaruhi kuantitas maupun kualitas benih tomat yang
dihasilkan.

2.2 Pemilihan Lahan dan Isolasi


Tindakan pemeriksaan lapangan pra tanam merupakan tindakan pertama
yang harus dilakukan jika produksi benih tomat dilakukan di lapangan. Pemilihan
lahan harus dihindari dari bekas tanam solanaceae agar tidak terkena serangan
patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman famili solanaceae umumnya
(Sofiari et al., 2003). Selain itu pengolahan lahan dan sistem pengairan harus
dilakukan dengan baik. Untuk menghindarkan kontaminasi varietas lain dengan
dilakukan isolasi (jarak atau waktu), yaitu minimal 45 - 50 meter (Engle, 2005)
dari penanaman tomat lain. Jika jaraknya berdekatan dengan penanaman tomat
lain karena keterbatasan lahan, maka caranya dengan mengatur waktu tanam
sehingga saat berbunganya (fase generatif) berbeda minimum 30 hari.

2.3 Penyemaian
Benih tomat disemai terlebih dahulu, selanjutnya ditanam. Caranya sama
seperti produksi benih sumber lainnya. Namun yang perlu diperhatikan kotak
semai jangan dekat dengan kotak semai tomat lainnya, serta tertulis : tanggal
semai, nama varietas, asal benih inti, jumlah benih yang disemai, dan tahun
produksi benih. Tindakan roguing sudah dapat dilaksanakan pada tahap
persemaian, yaitu dengan mencabut dan membuang bibit yang sakit dan tipe
simpang (off type).

2
2.4 Pemeliharaan Tanaman
Aplikasi pemupukan dilakukan selama persiapan lahan (pupuk dasar) dan
setelah tanaman ditanam di lapangan (pupuk susulan). Dosis pemupukan untuk
produksi benih tomat sebenarnya agak berbeda dengan dosis pemupukan untuk
produksi buah konsumsi karena dalam setiap buah diharapkan menghasilkan biji
yang fertil dengan kuantitas optimum. Dosis pemupukan untuk produksi benih
tomat sebaiknya adalah N 37,5–50 kg/ha, P2O5 150–200 kg/ha, dan K2O 150-200
kg/ha. Aplikasi pupuk N, P, dan K sebaiknya dilakukan tiga kali, yaitu pada saat
tanam, umur 14 HST, dan 30 HST. Kemasaman tanah (pH) yang baik berkisar 5,5
– 6,5. Penggunaan mulsa plastik dapat dilakukan untuk menjaga kelembaban
tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Pada mulsa plastik tersebut dibuat
lubang tanam antar barisan 60 – 80 cm dan dalam barisan 40 – 50 cm.
Pemeliharaan lainnya berupa penyiraman, penyiangan gulma, pemberian turus
(ajir), pemangkasan tunas, dan penyemprotan pestisida dengan dosis dan interval
yang tepat, tergantung kepada keadaan cuaca dan tingkat perkembangan penyakit.

2.5 Pemeriksaan Lapangan Pasca Tanam dan Roguing


Untuk mengawasi dan menjaga mutu dari produksi benih tomat maka
dilakukan pemeriksaan lapangan pasca tanam dan roguing harus dilakukan oleh
Tim Independen bersama dengan pemulia yang mengetahui kebenaran varietas
dan ahli penyakit yang paham mengenai kesehatan tanamannya. Tindakan roguing
dilakukan dengan cara membuang atau mencabut tanaman yang tidak
menggambarkan keaslian varietasnya, sebagaimana tercantum dalam deskripsi.
Disamping itu dilakukan juga pembuangan untuk tanaman yang menampakkan
adanya gejala penyakit fisiologis dan gejala infeksi patogen penyakit.
Pemeriksaan lapangan pasca tanam dan roguing dilakukan beberapa kali ;
(1) pada saat fase vegetatif : untuk mengetahui apakah isolasi sudah memenuhi
syarat, ada tidaknya tipe simpang, pengamatan pertumbuhan tanaman, karakter
daun, dan serangan hama-penyakit; (2) pada saat fase berbunga (35-45 HST) :
pengamatan untuk karakter bunga dan juga terhadap serangan hama-penyakit; dan
(3) pada saat fase berbuah muda (40 – 50 HST) dan masak (60 – 70 HST) :
pengamatan kualitas buah (bentuk, ukuran, dan warna buah saat muda dan
matang), hasil, dan serangan hama-penyakit.

3
2.6 Pembatasan Cabang dan Jumlah Tandan Bunga
Pada tanaman tomat yang sudah diseleksi kebenaran varietasnya sebaiknya
dilakukan pembatasan cabang, jumlah tandan bunga dan jumlah bunga per tandan
bunga. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas buah tomat yang dihasilkan.
Jumlah cabang yang dipertahankan per tanaman tergantung pada varietas, namun
umumnya ditinggalkan dua cabang utama. Adapun jumlah tandan bunga berkisar
5 – 7 tandan bunga. Jumlah bunga per tandan bunga tergantung dari varietas yang
ditanam. Namun dalam produksi benih inti sebaiknya dibatasi tidak lebih dari 5
bunga per tandan bunga.
2.7 Seleksi Buah Tomat dan Pemanenan
Buah sebaiknya dipilih dari buah-buah awal karena biasanya secara
kualitas lebih baik dan ukurannya relatif lebih seragam, serta kemungkinan
terjadinya serbuk silang oleh serangga dan angin masih relatif kecil. Buah dipanen
pada saat matang fisiologis (dicirikan 60-90 % buah telah berwarna merah) karena
benih akan mencapai viabilitas dan vigor maksimum. Penundaan panen setelah
matang fisiologis di lapangan berarti menyimpan benih dalam kondisi yang tidak
menguntungkan dan kualitas benih akan menurun. Pemanenan dilakukan per buah
dan tidak dicampur, meskipun berasal dari tanaman yang sama. Masing-masing
buah disimpan dalam kantong tersendiri dan diberi keterangan : tanggal panen,
nama varietas, nomor tanaman, dan nomor buah dalam tanaman.
2.8 Prosesing dan Penyimpanan Benih
Peralatan prosessing dan fasilitas penyimpanan yang akan digunakan harus
diperiksa kebersihan dan kelayakannya, untuk memastikan bahwa benih yang
diolah atau disimpan terhindar dari kemungkinan pencampuran sehingga
kemurniannya dapat dijamin. Prosesing dan penyimpanan benih, yaitu meliputi
kegiatan : (1) pembersihan buah tomat; (2) pengupasan untuk mengeluarkan benih
dari plasenta; (3) fermentasi; (4) pencucian benih; (5) pengeringan benih; (6)
pembersihan benih; (7) pengemasan; dan (8) penyimpanan benih. Namun yang
membedakan adalah selama prosesing dan penyimpanan benih dilakukan per
buah.
2.9 Pembersihkan Buah dan Pengupasan
Buah hasil panen di lapangan ketika memasuki ruang prosesing benih
langsung diseleksi lagi berdasarkan kesehatan penampilan buah. Setelah diseleksi

4
dicuci dalam air yang mengalir kemudian ditiriskan. Pengupasan untuk
mendapatkan benih masih bergelatin dan menyatu dengan plasenta dilakukan
secara manual. Standar kebersihan buah yang akan dikupas harus diperhatikan
agar tidak menginduksi terjadinya kontaminasi dengan patogen. Pengupasan
dilakukan dengan mempergunakan pisau stainless steel.
2.10 Pengeringan
Pengeringan benih inti tomat sebaiknya dilakukan dengan alat pengering
(artificial drying), misalnya : batch drier atau air drier, karena suhu dapat diatur,
panas lebih merata, tidak tergantung cuaca, waktu pengeringan lebih singkat, dan
lebih mudah pengawasannya. Temperatur ruang pengering yang optimal ialah 35-
37° C. Selama pengeringan sebaiknya benih tomat dibolak-balik supaya
pengeringan dapat berjalan secara merata. Benih inti tomat dikeringkan sampai
kadar air benih mencapai sekitar 5 – 10 %.
2.11 Pembersihan benih (Seed Cleaning)
Pembersihan benih dimaksudkan untuk memilih benih dari komponen lain
seperti pasir, benih rusak mekanis yang terbawa sewaktu prosesing dan campuran
varietas lain. Seleksi untuk memisahkan campuran varietas lain pasca fermentasi
sulit dilakukan, maka pengendalian yang utama adalah roguing lapangan serta
pada awal buah tomat akan diproses (Sofiari et al. 2003).
2.12 Pengujian mutu benih
Pengujian dilakukan oleh Pengawas Benih dari badan terkait seperti
UPTD BPSB TPH dengan tahapan berupa pemeriksaan lapangan pendahuluan
kemudian pemeriksaan lapangan Fase Vegetatif dan Fase Berbunga, setelah itu
pemeriksaan lapangan Fase Masak sampai Pengawasan Panen. Pemeriksaan juga
dilaukan pada alat-alat prosessing / Gudang serta Pemeriksaan Pengolahan benih.
Setelah semua sudah memenuhi persyaratan maka pengaawan akan mengambil
benih contoh dan melakukan Pengujian benih di laboratorium. Setelah lolos uji
benih dei laboratorium maka akan mendapat label dan melegalisir label serta
Pengawasan pemasangan label.
2.13 Pengemasan
Pengemasan umumnya menggunkan wadah alumunium foil dengan
kemasan 10 – 100 gr tiap kemasan bergantung pada target pasar yang dituju. Pada
kemasan juga ditulis jenis benih, varietas benih, jumlah benih per satuan serta

5
produsen benih. Dalam proses pengemasan benih dilakukan dalam keadaan steril
agar tidak terkontamisa oleh bahan lain selama proses pengemasan (Kuswanto,
2003).

Proses pengemasan kontaminasi mungkin saja terjadi, maka dalam


prosesnya semua yang terlibat harus melalui proses sterilisasi terlebih dahulu.
Kontaminasi harus diupayakan seminimal mungkin agar benih terjamin mutu
serta kualitasnya.

BAB III
KESIMPULAN
Proses produksi benih tomat bersertifikat harus dilakukan dengan
pengawan ketat agar produksi benih tidak terkontaminasi varietas lain. Setiap
proses yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh
badan terkait serta pemeliharaan optimal dari produsen.

6
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat, J. H. (2017). Pemasukan Dan Pengeluaran Benih Hortikultura.
Jakarta: Direktorat Jenderal Hortikultura.
Kuswanto, H. (2003). Teknologi Pemprosesan, Pengemasan dan Penyimpanan
Benih. Yogyakarta: Kanisius.
Sofiari, E. E. (2003). Tata Cara Memproduksi Benih Inti dan Benih Penjenis
Tanaman Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran-Lembang. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Sayur-Sayuran
BPPP.

Anda mungkin juga menyukai