Anda di halaman 1dari 78

Makalah Budidaya Jagung

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................... .................................................2
1.3 Tujuan .........................................................................................................2
BAB 2. LANDASAN TEORI ...........................................................................3
BAB 3. PEMBAHASAN .................................................................................5
3.1 Cara untuk membudidayakan tanaman jagung ...........................................5
3.2 Perhitungan untuk analisa ekonomi usaha budidaya tanaman jagung ......11
BAB 4. PENUTUP .......................................................................................... 14
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
4.2 Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15
iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan
oleh masyarakat terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh
masyarakat belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan
jagung yang benar dan baik dan tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah
banyak dialih fungsikan sebagai gedung-gedung dan lain-lain. Perusahaan swasta
pun juga belum memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai
makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan
ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung
meningkat di masyarakat.
Hasil tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
masih belum optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian
pupuk yang belum tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang
beum diperbaiki. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah
peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu
peningkatan produksi jagung yang memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas
jagung yan dihasilkan tetapi dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau
memahami karakteristik tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi,
fisiologi dan agroekologi yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat
meningkatkan produksi jagung di Indonesia.
1
Banyak kegunaan tanaman jagung selain sebagai makanan tetapi jagung dapat
dijadikan sebagai tepung, jagung rebus, jagung bakar dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan permintaan untuk tanaman jagung. Semakin banyak permintaan
pasar maka akan meningkatkan jumlah permintaan sehingga produksi tanaman
atau barang akan semakin menurun karena stok barang semakin menipis serta
meningkatkan harga barang. Jagung juga mengandung karbohidrat yang sangat
banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Keunggulan komparatif dari tanaman jagung
banyak diolah dalam bentuk tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan
baku pakan ternak. Hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk
keperluan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Sejalan dengan
perkembangan industri pengolah jagung dan perkembangan sektor peternakan,
permintaan akan jagung cenderung semakin meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membudidayakan tanaman jagung?
2. Bagaimana perhitungan analisis ekonomi budidaya tanaman jagung?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membudidayakan tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui cara perhitungan analisa ekonomi dalam budidaya tanaman
jagung.
2
BAB 2 LANDASAN TEORI

Jagung merupakan salah satu contoh tanaman C4 yang berarti lebih


banyak membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan
tanaman tersebut. Tanaman C4 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas
cahaya matahari yang lebih tinggi sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai
carbon sebanyak 4 buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam
melangsungkan fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman jagung
tiak perlu diadakan naungan karena salah satu tanaman C4. Sehingga jagung lebih
cocok dalam suhu antara 20-300 C dan ketinggian antara 50-1800 m dari
permukaan laut. Tanaman jagung juga termasuk tanaman monokotil yang berarti
tidak memiliki kayu pada bagia batangnya dan termasuk dalam famili rumput-
rumputan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi tanaman jagung dapat
dari berbagai hal, salah satu contohnya yaitu faktor iklim. Iklim merupakan
keadaan dimana yang sangat menentukan sehingga tidak semua tanaman dapat
tumbuh pada setiap iklim. Selain iklim dapat menentukan produktivitas tanaman
jagung tetapi dapat juga menentukan dalam hal kandungan gizi yang dihasilkan
tanaman tetapi masyarakat tidak mementingkan gizi yang terkandung dalam
tanaman jagung tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
iklim tropis yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim hujan dan kemarau.
Untuk daerah iklim tropis kandungan gizi dalam tanaman hanya banyak
mengandung karbohidrat yang tinggi tetapi rendah kandungan protein pada setiap
tanaman yang dihasilkan (Kartasapoetra, 1990).
3
Peningkatan produktivitas tanaman jagung merupakan hal yang penting dalam
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Dalam hal peningkatan produksi
tanaman jagung ini perlu memperhatikan berbagai faktor seperti iklim, esensial,
hama dan penyakit danvarietas tanaman yang akan ditanam. Salah satu faktok
iklim yang berpengaruh dalam meningkatkan produksi tanaman adalah cahaya.
Cahaya merupakan hasil dari gabungan antara berbagai warna yang ditimbulkan
oleh sinar matahari atau benda lain yang dapat menghasilkan cahaya. Bagi
tanaman cahaya sangat penting karena menyangkut berbagai hal dalam melakukan
fotosintesis yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melangsungkan hidupnya.
Bukan hanya dalam hal fotosintesis cahaya yang diperlukan oleh tanaman tetapi
proses pekembangan seperti perkecambahan, perpanjangan batang, membukanya
hipocotyl, perluasan daun, sintesa klorofil, gerakan batang dan daun, pembukaan
bunga dan dormansi tunas (Fitter dan Hay, 1992).
Irigasi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan air bagi
tanaman dengan membuat saluran-saluran irigasi sehingga ketika air dibutuhkan
oleh tanaman petani perlu mengalirkan air ke dalam petak tanaman jagung
tersebut. Hal ini tersebut merupakan salah satu manfaat pengairan atau irigasi bagi
tanaman dan petani. Untuk tanaman jagung panjang akar hanya mencapai panjang
25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanaman jagung tidak dapat
menjangkau air tanah yang dalam. Untuk irigasi tanaman jagung lebih baik
menggunakan irigasi bawah permukaan karena panjang akar tanaman jagung tidak
cukup untuk menjangkau air tanah yang dalam selain itu irigasi ini hanya
diperuntukkan bagi tanaman produksi (Al Omran et al, 2012).
4
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Cara Budidaya Tanaman Jagung


a) Penyiapan Benih
1) Persyaratan Benih
Bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Benih
berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung
kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih
bersertifikat.
Jagung hibrida berpotensi produksi tinggi, namun mempunyai kelemahan
yaitu harga benih lebih mahal, dapat digunakan maksimal 2 kali turunan.
Beberapa varietas unggul jagung seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Contoh Varietas Jagung Hibrida

Potensi Hasil Rata- rata Hasil


Varietas Umur
(Ton/ha) (Ton/ha)
C6 98-105 - 10-10,3
C7 95-105 10-12,4 8,1
Pioneer 13 90-115 10-11 8,027
Pioneer 14 89-112 10-11 7,578
CPI -1 97 - 6,2
CPI- 2 97 8-9 6,2
IPB 4 100-105 - 6,6
Semar 2 91 - 5,0-6,1
Semar 3 94 8-9 5,3

2) Penyiapan Benih
a.
5
Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri, dari jagung yang
tumbuh sehat.
b. Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar, barisan biji lurus
dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit.
c. Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji mengeras
dan sebagian besar daun menguning.
d. Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan dalam jangka lama,
setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat kering.
e. Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di bagian ujung dan pangkal
tidak digunakan sebagai benih.
f. Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-
30 kg/ha.

3) Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama
apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan lalat bibit
dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama
dengan insektisida butiran dan sistemik.

b) Pengolahan Media Tanam


Pengolahan tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah membabad
jermi. Jerami dapat digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah jagung
ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi penguapan tanah, menghambat
pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan lama kelamaan mulsa
menjadi pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering cukup sampai dengan
kedalaman 10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa.
Pada saat pengolahan tanah setiap 3 m perlu disiapkan saluran air sedalam
20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat
kekurangan air dan pembuangan air pada saat air berlebih.
6
Tanah dengan pH kurang dari 5,0, harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah
kapur yang diberikan 1-3 ton/ha untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan
tanaman, Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara
disebar pada barisan tanaman atau menggunakan mineral zeolit dengan dosis
sesuai dengan petunjuk produsen.

1). Minimum Tillage


Pada lahan-lahan yang peka terhadap erosi, budidaya jagung perlu diikuti
dengan usaha-usaha konservasi seperti penggunaan mulsa dan sedikit mungkin
pengolahan tanah. Bila waktu tanam mendesak, pengolahan tanah dapat dilakukan
hanya pada barisan tanaman saja, selebar 60 cm dengan kedalaman 15 – 20 cm.

2). Zero Tillage (tanpa pengolahan tanah)


Pemberantasan gulma menggunakan herbisida 2-3 lt/ha. Tanah dicangkul
hanya untuk lubang tanaman.

c) Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
a. Tumpang sari (Intercropping); Penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau
berbeda).
b. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang tahun
dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan
maksimum.
c. Tanaman bersisipan (Relay Cropping): dengan cara menyisipkan satu/beberapa
jenis tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
d. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa tanaman
dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada pola ini lahan
efisien, tetapi riskan terhadap hama dan penyakit.
2) Pembuatan Lubang Tanam
7
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang diisi 1 butir benih.
Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur ≥ 100 hari jarak
tanam 40 x 100 cm (2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100 hari, jarak
tanamnya 25 x 75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur < 80 hari,
jarak tanam 20 x 50 cm (1 tanaman/lubang).
Tabel 2. Jarak tanam dan Populasi Jagung Per Hektar

Jarak tanam Populasi


Varietas
(cm x cm) (Tanaman/Ha)
Umur dalam 100 x (40-50) 40.000 – 50.000
(>100 hari)
Umur tengah 75 x (40-50) 53.000 - 66.000
(90-100 hari)
Umur genjah 50 x (20-25) 80.000 – 100.000
(80-90 hari)

3) Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah
kering, perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Jumlah
benih per lubang tergantung keinginan, bila dikehendaki 2 tanaman per lubang
maka benih yang dimasukkan 3 biji/lubang, bila dikehendaki 1 tanaman/lubang,
maka benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
Jumlah kebutuhan benih per hektar dengan beberapa alternatif jarak tanam
dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Jarak Tanam dan Kebutuhan Benih Jagung
Jarak tanam Non Hibrida Hibrida
(cm) (kg/ha) (kg/ha)
100 x 40 22,5 -
75 x 25 32 20
75 x 40 - 30 – 40
75 x 20 40 -
50 x 20 60 -
8

4) Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan
ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan
dan akhir musim hujan.
d) Pemeliharaan
1) Penjarangan dan Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki 2 atau 1,
tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang
tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak
boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak
tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam.
Penyulaman menggunakan benih dari jenis yang sama.

2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman muda
menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar tidak
mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.

3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada umur 6
minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan juga
dilakukan bersamaan penyiangan kedua.

4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara pemberian
pupuk. Pada umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk
dibandingkan dengan varietas lokal. Pemupukan pada tanaman jagung disajikan
pada tabel 4.
9

Tabel 4 Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk pada Tanaman Jagung

Dosis Waktu pemberian


No Jenis Dasar 21 HST 35 HST
(kg/ha) (kg/ha) (kg/ha) (kg/ha)
1 Non Hibrida
- Urea 200 83,33 166,67 -
- TSP/SP-36 75-100 75-100 - -
- KCL 50 50 - -
2 Hibrida - -
- Urea 300 100 100 100
- TSP/SP-36 100 100 - -
- KCL 50 50 - -

Pertanaman jagung perlu dipupuk dengan pupuk organik 15.000-20.000kg/ha


disebar merata saat pengolahan tanah atau disebar dalam larikan dengan dosis 300
kg/ha. Pupuk buatan diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada kedua
sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat
diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman.

5) Pengairan dan Penyiraman


Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab. Pengairan diperlukan pada saat pembentukan malai dan
tongkol. Pemberian air pada pertanaman jagung cukup sampai tingkat kapasitas
lapang atau tidak sampai tergenang. Pertanaman jagung yang terlalu kering dapat
diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang diberikan cukup hanya
menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya sisa
air dibuang.

10
6) Pengendalian hama dan penyakit
Untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

A. Kultur teknis
a. Pembakaran tanaman
b. Pengolahan tanah yang intensif.
B. Pengendalian fisik / mekanis
a. Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya.
b. Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per
hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.

C. Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura-
Nuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria
bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus
thuringensis, nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus
spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus
spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.

D. Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos,
diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, karbaril, matador zeon,
actara, dan amistartop.

3.2 Perhitungan Untuk Analisis Ekonomi Dalam Budidaya Tanaman Jagung


LUAS LAHAN 1 HEKTAR (POPULASI ± 25.000 POHON)
A. Biaya tetap
1.
11
Sewa tanah =Rp. 10.000.000,-
2. Hand sprayer 5 buah @ Rp. 285.000 : 5 th : 4 tanam = Rp. 71.500,-
3. Drum untuk mencampur pestisida 2 bh @ Rp. 130.000,-:6 = Rp. 43.000,-
Jumlah = Rp. 10.114.500,-
B. Biaya variabel
1. Persiapan lahan
 Pengolahan tanah 100 HKP @ Rp. 25.000 =Rp. 2.500.000,-
 Pupuk anorganik :
o Urea 200 kg @ Rp. 1.300,-/1 kg = Rp. 260.500,-
o SP-36 150 kg @ Rp. 1.700,-/ 1 kg = Rp. 225.000,-
o KCl 100 kg @ Rp. 2.300,- / 1 kg = Rp. 230.000,-
Jumlah = Rp. 3.215.500,-

2. Penanaman dan pemeliharaan


 benih 15 KG @ Rp. 30.000,- = Rp. 450.000,-
 Penanaman 10 HKW @ Rp. 17.000,- = Rp. 170.000,-
 Penyulaman 5 HKW @ Rp. 17.000,- = Rp. 85.000,-
 Tenaga pemupukan susulan 2 x 10 HKW @ Rp. 17.000,- = Rp. 340.000,-
 Tenaga penyemprotan 3 x 5 HKP @ Rp. 25.000,- = Rp. 375.000,-
 Pestisida :
o Matador zeon 1 Lt = Rp. 150.000,-
o Actara 250 gr @ Rp. 22.000,-/10 gr = Rp. 550.000,-
o Amistartop 600 ml @ Rp. 135.000,-/250 ml = Rp. 324.000,-
 Penyiangan 3 x 10 HKP @ Rp. 25.000,- = Rp. 750.000,-
 pengairan 3 x 3 HKP @ Rp. 25.000,- = Rp. 150.000,-
12
Jumlah = Rp. 3.344.000,-
3. Panen, pemipilan :
 Panen ;
o 20 HKW @ Rp. 17.000,- = Rp. 340.000,-
o 20 HKP @ Rp. 25.000,- = Rp. 500.000,-
 Pemipilan 10.000 kg @ Rp. 50,- = Rp. 500.000,-
Jumlah = Rp. 1.340.000,-
4. Biaya operasional:
Biaya transport Rp 750.000,-
Biaya lain-lain Rp 500.000,- +
Jumlah Rp 1.250.000,-
Grand total biaya : Rp. 19.261.000,-
C. Keuntungan
9.000 kg @ Rp. 3.000,- = Rp. 27.000.000,-
Jadi keuntungan bersihnya yaitu : Rp. 27.000.000,- – Rp. 19.261.000,-
= Rp. 7.739.000,-
ket. : HKP = hari kerja pria
HKW = hari kerja wanita
13
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dalam perencanaan usaha pertanian khususnya budidaya tanaman jagung perlu
mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman jagung.
2. Perencanaan yang disusun akan membutuhkan beberapa biaya yang diperlukan
dalam usaha pertanian sehingga mempermudah dalam pengambilan keputusan
pada usaha pertanian.
4.2 Saran
14
Usaha bidang pertanian dengan budidaya tanaman jagung sangat
menguntungkan dilihat dari analisis ekonominya tetapi dalam usaha perlu adanya
perencanaan yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam biaya maupun
budidaya tanamannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://a289431visidanmisi.blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html. Diakses
pada tanggal 10 November 2012.
Al Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato
Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of
Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
http://putrajayatani.blogspot.com/2011/09/pengendalian-hama-dan-penyakit-pada.html.
Diakses pada tanggal 11 November 2012.
Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia Tumbuhan Edisi
Keempat. Bandung: ITB.
KATA PENGANTAR

Kakao merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki peranan

yang cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan program

pembangunan per-tanian, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja,

pendorong pengembangan wilayah, peningkatan kesejahteraan petani dan

peningkatan pendapatan/ devisa negara. Pengusahaan kakao di Indonesia sebagian

besar merupakan perkebunan rakyat. Dalam dua dasawarsa terakhir ini areal

kakao

Nasional terus menjalani pertumbuhan yang nyata sehingga produksi

kakao nasional juga menjalani pertumbuhan yang nyata sehingga produksi kakao

nasional juga meningkat seiring dengan peningkatan luas arealnya, namun

demikian produktivitasnya stabil bahkan menurun.

Teknologi akan bermanfaat apabila dapat menjangkau dan diterapkan oleh

pihak-pihak yang membutuhkan. Hasil-hasil penelitian kakao yang telah

dihasilkan oleh beberapa instansi penelitian telah dirangkum dalam makalah ini

dengan maksud untuk memperkenalkan tanaman kakao dan memberikan pedoman

kepada masyarakat cara budidaya, pasca panen dan produk usahataninya. Kami

menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun yang telah bersusah payah

sehingga makalah ini dapat diterbitkan dan berharap semoga makalah ini dapat

menjadi acuan dalam mengembangkan usaha tani kakao.


Penulis, Mei 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN...................................................................

1.1. Latar Belakang....................................................................

II. ISI..............................................................................................

2.1. Klasifikasi..............................................................................

2.2. Morfologi...............................................................................

2.2.1. Batang Dan Cabang...................................................

2.2.2. Daun.............................................................................

2.2.3. Akar.............................................................................

2.2.4. Bunga...........................................................................

2.2.5. Buah.............................................................................

2.2.6. Biji................................................................................

2.3. Syarat Tumbuh....................................................................

2.3.1. Curah Hujan...............................................................

2.3.2. Temperatur.................................................................

2.3.3. Sinar Matahari............................................................

2.3.4. Tanah...........................................................................

2.3.5. Sifat Kimia Tanah.......................................................

2.3.6. Sifat Fisik Tanah.........................................................

2.3.7. Kriteria Tanah Yang Tepat Bagi Tanaman Kakao


2.4. Teknik Budidaya .................................................................

2.4.1. Penanaman..................................................................

2.4.2. Pemeliharaan Tanaman.............................................

2.4.3. Pengendalian Hama & Penyakit...............................

2.4.4. Pemangkasan.............................................................

2.4.5 Panen

2.4.6. Pascapanen

2.4.7. Pengolahan Hasil.........................................................

2.4.8. Potensi Produksi.........................................................

III. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................

3.1 Kesimpulan......................................................................

3.2 Saran

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao

paling luas di dunia dan termasuk Negara I penghasil kakao terbesar ketiga setelah

Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao

meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini

mencapai 1.462.000 ha. Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan

rakyat. Tanaman kakao diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560,
tepatnya di Sulawesi, Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado ke

Manila tahun 1825-1838 dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena

adanya serangan hama. Hal ini yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun

1928. Di Ambon pernah ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah

menghasilkan 11,6 ton tapi tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut.

Penanaman di Jawa mulai dilakukan tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi

milik Belanda, karena tanaman kopi Arabika mengalami kerusakan akibat

serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian

kakao jenis baru didatangkan dari Venezuela, namun yang bertahan hanya satu

pohon. Biji-biji dari tanaman tersebut ditanam kembali dan menghasilkan

tanaman yang sehat dengan buah dan biji yang besar. Tanaman tersebutlah yang

menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan di Indonesia dan akhirnya di Jawa Timur

dan Sumatera.

Kakao Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh rakyat, di pasar

Internasional masih dihargai paling rendah karena citranya yang kurang baik

yakni didominasi oleh bijibiji

tanpa fermentasi, biji-biji dengan kadar kotoran tinggi serta terkontaminasi

serangga, jamur dan mitotoksin. Sebagai contoh, pemerintah Amerika serikat

terus meningkatkan diskonnya dari tahun ke tahun. Citra buruh inilah yang

menyebabkan ekspor kakao ke China atau negara lain harus melalui Malaysia atau

Singapura terlebih dahulu.

Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan

konsumsi seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit saja


kenaikan tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao di

Asia. Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti

Papua New Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik

dalam hal luas areal maupun total produksi, oleh karena itu disbanding Negara

lain, Indonesia memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengembangan kakao,

antara lain ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja relatif murah,

potensi pasar domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik.

Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

produktivitas yang secara umum rataratanya 900 kg/ha. Faktor penyebabnya

adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi budidaya yang

kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama penyakit. Upaya

yang dapat ditempuh untuk Masalah klasik yang hingga kini sering dihadapi

adalah rendahnya produktivitas yang secara umum rataratanya 900 kg/ha. Faktor

penyebabnya adalah penggunaan bahan tanaman yang kurang baik, teknologi

budidaya yang kurang optimal, umur tanaman serta masalah serangan hama

penyakit. Upaya yang dapat ditempuh untuk

II. ISI

2.1. Klasifikasi

Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku

Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988)

sistematika tanaman ini sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Anak kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales

Suku : Sterculiaceae

Marga : Theobroma

Jenis : Theobroma cacao L

Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan dasar klasifikasi

dalam sistem taksonomi. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat

dikelompokkan ke dalam empat populasi. Kakao lindak (bulk) yang telah tersebar

luas di daerah tropika adalah anggota sub jenis sphaerocarpum. Bentuk bijinya

lonjong, pipih dan keping bijinya berwarna ungu gelap. Mutunya beragam tetapi

lebih rendah daripada sub jenis cacao. Permukaan kulit buahnya relatif halus

karena alur-alurnya dangkal. Kulit buah tipis tetapi keras (liat). Menurut Wood

(1975), kakao dibagi tiga kelompok besar, yaitu criollo, forastero, dan trinitario;

sebagian sifat criollo telah disebutkan di atas. Sifat lainnya adalah

pertumbuhannya kurang kuat, daya hasil lebih rendah daripada forastero, relatif

gampang terserang hama dan penyakit permukaan kulit buah criollo kasar,

berbenjolbenjol dan alur-alurnya jelas. Kulit ini tebal tetapi lunak sehingga mudah

dipecah. Kadar lemak biji lebih rendah daripada forastero tetapi ukuran bijinya

besar, bulat, dan memberikan citarasa khas yang baik. Dalam tata niaga kakao

criollo termasuk kelompok kakao mulia (fine flavoured), sementara itu kakao

forastero termasuk kelompok kakao lindak (bulk), kelompok kakao trinitario


merupakan hibrida criollo dengan farastero. Sifat morfologi dan fisiologinya

sangat beragam demikian juga daya dan mutu hasilnya. Dalam tata niaga,

kelompok trinitario dapat masuk ke dalam kakao mulia dan lindak, tergantung

pada mutu bijinya.

2.2. Morfologi

2.2.1. Batang dan cabang

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan naungan pohon-

pohon yang tinggi, curah hujan tinggi, suhu sepanjang tahun relatif sama, serta

kelembapan tinggi dan relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan

tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika dibudidayakan dikebun,

tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0 meter dan pada umur 12 tahun

dapat mencapai 4,5 – 7,0 meter (Hall, 1932). Tinggi tanaman tersebut beragam,

dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia.

Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas

vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop

atau tunas air (wiwilan atau chupan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya

ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan

berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari

pola percabangan ortotrop ke plagitrop dan khas hanya pada tanaman kakao.

Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrof

karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut, stipula


(semacam sisik pada kuncup bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun

tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3 – 6

cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0 –

60o dengan arah horisontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang primer

(cabang plagiotrof). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang-

cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.

Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau

tunas air (chupon). Dalam teknik budi daya yang benar, tunas air ini selalu

dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk

bantang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang bersusun.

Dari tunas plagiotrop biasanya hanya tumbuh tunas-tunas plagiotrop,

tetapi juga kadang-kadang tumbuh tunas ortotrop. Pangkasan berat pada cabang

plagiotrop yang besar ukurannya merangsang tumbuhnya tunas ortotrop itu. Tunas

ortotrop hanya membentuk tunas plagiotrop setelah membentuk jorket. Tunas

ortotrop membentuk tunas ortotrop baru dengan menumbuhkan tunas air.

Saat tumbuhnya jorket tidak berhubungan dengan umur atau tinggi

tanaman. Pemakaian pot besar dilaporkan menunda tumbuhnya jorket, sedangkan

pemupukan dengan 140 ppm N dalam bentuk nitrat mempercepat tumbuhnya

jorket. Tanaman kakao membentuk jorket setelah memiliki ruas batang sebanyak

60 – 70 buah. Namun batasan tersebut tidak pasti, karena kenyataannya banyak

faktor lingkungan yang berpengaruh dan sukar dikendalikan. Contohnya, kakao

yang ditanam di dalam polibag dan mendapat intensitas cahaya 80% akan

membentuk jorket lebih pendek daripada tanaman yang ditanam di kebun. Selain
itu, jarak antar daun sangat dekat dan ukuran daunnya lebih kecil. Terbatasnya

medium perakaran merupakan penyebab utama gejala tersebut. Sebaliknya,

tanaman kakao yang ditanam di kebun dengan jarak rapat akan membentuk jorket

yang tinggi sebagai efek dari etiolasi (pertumbuhan batang memanjang akibat

kekurangan sinar matahari).

2.2.2. Daun

Daun kakao bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya

panjang, yaitu 7,5 – 10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai

daunnya hanya sekitar 2,5 cm (Hall, 1932). Tangkai daun bentuknya silinder dan

bersisik halus, bergantung pada tipenya.n Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu

adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai

daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk

menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.Bentuk helai daun bulat

memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus), dan pangkal daun

runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke

permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti

perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang

daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.Permukaan daun licin dan mengilap.

Pertumbuhan daun pada cabang plagiotrop berlangsung serempak tetapi

berkala. Masa tumbuhnya tunas-tunas baru itu dinamakan pertunasan atau

flushing. Pada saat itu setiap tunas membentuk 3 – 6 lembar daun baru sekaligus.
Setelah masa tunas tersebut selesai, kuncup – kuncup daun itu kembali dorman

(istirahat) selama periode tertentu. Kuncup-kuncup akan bertunas lagi oleh

rangsangan faktor lingkungan.

Ujung kuncup daun yang dorman tertutup oleh sisik (scales). Jika kelak

bertunas lagi sisik tersebut rontok meninggalkan bekas (scars) atau lampang yang

berdekatan satu sama lain dan disebut dengan cincin lampang (ring scars). Dengan

menghitung banyaknya cincin lampang pada suatu cabang, dapat diketahui jumlah

pertunasan yang telah terjadi pada cabang yang bersangkutan. Intensitas cahaya

memengaruhi ketebalan daun serta kandungan klorofil. Daun yang berada di

bawah naungan berukuran lebih lebar dan warnanya lebih hijau daripada daun

yang mendapat cahaya penuh.

2.2.3. Akar

Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar

akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada

kedalaman tanah (jeluk) 0 – 30 cm. Menurut Himme (cit. Smyth, 1960), 56% akar

lateral tumbuh pada jeluk 11 – 20 cm, 14% pada jeluk 21 – 30 cm, dan hanya 4%

tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar

lateral dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-

cabang kecil yang susunannya ruwet (intricate).

2.2.4. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang

dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut

semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan

bunga (cushion).Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5). Artinya, bunga

disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10

tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran dan masing-masing terdiri dari 5

tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu.

Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat

pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar.

Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkota panjangnya 6 – 8

mm, terdiri dari dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang

(claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran

tipis, fleksibel, dan berwarna putih.

2.2.5. Buah

Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua

macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika

sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda

berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (orange).

Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-

seling. Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buah tebal

tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya, pada tipe forastero, permukaan

kulit buah pada umumnya halus (rata); kulitnya tipis, tetapi keras dan liat.
Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Pada saat itu ukurannya beragam,

dari panjang 10 hingga 30 cm, bergantung pada kultivar dan faktor-faktor

lingkungan selama perkembangan buah.

2.2.6. Biji

Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya

beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa

biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya

menempel pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe

criollo dan ungu untuk tipe forastero.

Biji dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih, rasanya

asam manis dan diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Di sebelah

dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan

poros embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya

mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang-kadang biji

berkecambah di dalam buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah

kering. Pada saat berkecambah, hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon

yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu. Fase

kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya

epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut

sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku-bukunya sangat pendek

sehingga tampak tumbuh dari satu ruas. Pertumbuhan berikutnya berlangsung

secara periodik dengan interval waktu tertentu.


2.3. Syarat Tumbuh

Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan

produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis.

Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari

faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang

erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap

hara.

Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah yang

berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran

pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah antara 70 LU sampai

dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengandistribusi curah hujan

dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.

2.3.1. Curah Hujan

Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman

kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa

pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah

daerah‐daerah bercurah hujan 1.100 ‐ 3.000 mm per tahun.

Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500

mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black

pods).

Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih

dapat ditanami kakao, tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang
hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari

curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.

Ditinjau dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah‐daerah

yang tipe iklimnya Am (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan

Fergusson). Di daerah‐daerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan

Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang

panjang.

2.3.2. Temperatur

Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air,

sinar matahari, dan kelembaban. Faktor‐faktor tersebut dapat dikelola melalui

pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat

berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.

Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 300‐320C (maksimum) dan

180‐210 (minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan

gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang.

Temperatur yang tinggi akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera

gugur.

2.3.3. Sinar Matahari

Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam

pertumbuhannya mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh.

Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan

mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.
Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah.

Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar

20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun

kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3‐30 persen cahaya

matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula

dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima

lebih banyak.

2.3.4. Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan

fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao

terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas

adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan,

sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah,

drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga

merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.

2.3.5. Sifat Kimia Tanah

Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki

pH 6‐ 7,5; tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak

pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada

pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.

Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan

adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju

pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah
setebal 0 ‐ 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75

persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah

yang gembur.

Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan

serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak

1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen

sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium

9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg per ha

memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg

kieserit. Sebaiknya tanah‐tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga

mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me per 100 gram contoh tanah dan kalium

sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0 ‐ 15 cm.

2.3.6. Sifat Fisik Tanah

Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir

dengan komposisi 30 ‐ 40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10 ‐ 20 persen debu.

Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi

tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan

gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah

tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan

tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat

walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.


Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun

ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal

itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.

Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu

menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu,

kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam

rangka pertumbuhan dan serapan hara. Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan

minimal 3 meter.

2.3.7. Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao

Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor

antara 257 ‐ 550 ppm berbagai kedalaman (0 ‐ 127,5 cm), dengan persentase liat

dari 10,8 ‐ 43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata‐rata 0‐50 cm di

atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH‐H2O

(1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K rata‐rata 0‐50 cm di atas 24 Me/100

gram; kejenuhan basa rata‐rata 0 ‐ 50 cm di atas 50%.

2.4. Teknik Budidaya

2.4.1. Penanaman

a. Pengajiran

- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm


- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya

- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama
b. Lubang Tanam

- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan

- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP

1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit

- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan

naungan sementara sudah berumur 1 tahun

- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya

tumpang sari dengan pohon kelapa

- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia

ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan

- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat

pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

2.4.2. Pemeliharaan Tanaman

a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon

b. Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan

dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di

samping ini :

Tabel Pemupukan Tanaman Coklat

UMUR Dosis pupuk Urea TSP MOP/


(bulan) Makro (per ha) (kg) (kg) KCl (kg)
2 15 15 8 8
6 15 15 8 8
10 25 25 12 12
14 30 30 15 15
18 30 30 45 15
22 30 30 45 15
28 160 250 250 60
32 160 200 250 60
36 140 250 250 80
42 140 200 250 80

2.4.3. Pengendalian Hama & Penyakit

 Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada

umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya

saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

 Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu

gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda,

terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat

atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator

Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

 Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih

berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara

meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian.

Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan

bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih

panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

 Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis

dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang
terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah

terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang

dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam,

parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

 Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke

dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas

dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah,

bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-

bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat

keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian

dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari

pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan

pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga

pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

 Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ;

Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah

tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun,

menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap

terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis

Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan

PESTONA.

 Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung

buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah
kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar,

pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

 Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang.

Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural

GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu

dibakar.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami

belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar

penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan

tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

2.4.4. Pemangkasan

Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan

pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan

agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik.

Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :

 Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer

(jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang

baik dan letaknya simetris.

 Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang

berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok

atau cabangnya.
 Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara

langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan

musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada

musim kemarau.

Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara

tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

2.4.5 Panen
2.4.5.1 Ciri dan Umur Panen
Buah cokelat/kakao bisa dipenen apabila perubahan warna kulit dan setelah fase
pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah akan
dipanen adalah warna kuning pada alur buah; warna kuning pada alur buah dan
punggung alur buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah dan warna
kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak pohon dicirikan dengan
perubahan warna buah:a) Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur
buah menjadi kuning.b) Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah
setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada waktu 5,5
bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan.
Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang
masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang
terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma
berkurang.
2.4.5.2. Cara Panen
Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi, pisau
disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang
yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan hanya dengan
memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut
agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan berada
di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang per hari.
Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah per hari. Buah
matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di
areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah,
dipanen dengan sistem 7/14.
2.4.5.2.1. Periode Panen
Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/cabang
yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh labi di tempat tersebut
pada periode berbunga selanjutnya.
2.4.5.2.2. Prakiraan Produksi
Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per
hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering.

2.4.6. Pascapanen

2.4.6.1. Pengumpulan
Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan
dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan kulit dilaksanakan dengan
menggunakan kayu bulat yang keras.

2.4.6.2. Penyortiran/pengelompokkan
Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan
mutunya:a) Mutu A: dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir bijib) Mutu B:
dalam 100 gram biji terdapat 100-110 butir bijic) Mutu C: dalam 100 gram biji
terdapat 110-120 butir biji.
2.4.6.3. Penyimpanan
Biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam kotak kayu tebal
yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi lubang-lubang kecil dengan
cara sebagai berikut:a) Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi tumpukan
tidak lebih dari 75.b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang.c) Aduk-aduk
biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50 derajat C.

2.4.6.4. Pengemasan dan Pengangkutan


Biji-biji cokelat yang sudah kering dapat dimasukan dalam karung goni. Tiap goni
diisi 60 kilogram biji cokelat kering. kemudian karung-karung yang berisi biji
cokelat kering tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan
berfentilasi yang baik. Sebaiknya biji cokelat tersebut sudah segera bisa dijual dan
diangkut dengan menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang,
sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk
melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji cokelat.
2.4.7. Pengolahan Hasil

Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah

menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan

mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.

Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak

terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor

pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.

Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan.

Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air

maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.

2.4.8. Potensi Produksi


Kakao jenis Bulk pada umur 2 tahun sudah mulai panen permulaan, dan

pada umur sekitar 7 tahun mulai mencapai tingkat produksi yang tinggi. Pada

kondisi yang sesuai dengan tanaman kakao, maka potensi rata-rata dalam satu

siklus hidup ( 25 tahun ) mencapai sekitar 1000 kg biji kakao kering/hektar/ tahun.

Tabel Potensi Produksi Biji Kakao kering per hektar, dalam satu siklus hidup ( 25

tahun )

Biji Kering Kakao


Umur tanaman Keterangan
( dalam Kg/ha )
2-3 600
3-4 900
4-5 1.200
5-6 1.400
6-7 1.600
7-8 1..700
8-9 1..600
9 - 10 1.800
10 - 11 1.700
11 - 12 1.600
12 - 13 1.500
13 - 14 1.400
14 - 15 1.400
15 - 16 1.300
16 - 17 1.300
17 - 18 1.300
18 - 19 1.200
19 - 20 1.200
20 - 21 1.100
21 - 22 1.000
22 - 23 700
23 - 24 700
24 - 25 700
Jumlah 28.900
Rata - Rata Per
1.257
Tahun
Sumber : Direktorat Jenderal Perkebuanan, Departemen Pertanian RI, 1982.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Didalam usaha tani Kakao membutuhkan teknik budidaya yang baik dan

benar agar memperoleh produksi yang optimal, juga memperhatikan kondisi

lingkungan dan agroklimat di lokasi pembukaan kebun kakao harus sesuai dengan

kebutuhan tanaman kakao. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan

miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan

cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak

diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.

3.2. Saran

Semoga karya tulis ilmiah yang kami buat, dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua para pembaca. Terutama untuk lebih mengetahui


informasi mengenai cara pembudidayaan tanaman Kakao. Serta dapat menjadi

bahan acuan didalam pembudidayaan tanaman kakao.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan. Dengan tempat tumbuhnya di

hutan hujan tropis, tanaman kakao telah menjadi bagian dari kebudayaan

masyarakat selama 2000 tahun. Nama latin tanaman kakao adalah Theobroma

Cacao yang berarti makanan untuk Tuhan.

Masyarakat Aztec dan Mayans di Amerika Tengah telah membudidayakan

tanaman kakao sejak lama, yaitu sebelum kedatangan orang-orang Eropa. Orang-

orang Indian Mesoamerikalah yang pertama kali menciptakan minuman dari

serbuk coklat yang dicampur dengan air dan kemudian diberi perasa seperti:

merica, vanili, dan rempah-rempah lainnya. Minuman ini merupakan minuman

spesial yang biasanya dipersembahkan untuk pemerintahan Mayan dan untuk

upacara-upacara spesial.

Masyarakat Mayan menggunakan biji kakao sebagai mata uang (sebagai alat

pembayaran). Pada abad ke-16 sesuai riwayat orang Spanyol seekor kelinci

seharga 10 buah kakao dan seekor anak keledai seharga 50 buah kakao.

Masyarakat Spanyol belajar tentang kakao dari masyarakat Indian Aztec pada

tahun 1500-an dan mereka kembali ke Eropa dengan membawa makanan baru

yang menggoda ini. Di Spanyo, kakao adalah minuman yang dipersembahkan

hanya untuk raja. Mereka meminumnya selagi masih panas dengan diberi rasa

gula dan madu. Secara perlahan tetapi pasti kakao berkembang ke kerajaan-
kerajaan di Eropa dan pada abad ke-17 kakao menjadi persembahan khusus untuk

masyarakat kelas atas.

1.2 Klasifikasi Tanaman Kakao

Kerajaan/Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Theobroma

Spesies : Theobroma cacao L.

BAB II

SYARAT TUMBUH

2.1 Syarat Pertumbuhan

2.1.1 Iklim

1). Curah hujan.

 Curah hujan pertnaman kakao di Indonesia berkisar antara 1800 – 3000 mm

pertahun dan merata sepajang tahun.

 Tanaman kakao masih bisa hidup pada musim kering yang berlangsung 2 bulan.
2). Kelembapan udara

Kelembapan udara relatif yang dikehendaki tanaman kakao adalah 80 –

90 % 3). Angin

Angin kencang dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada tanaman

kakao serta menurunkan kelembapan relatif udara .

Pengaruh angin kering pada pertanaman kakao di dekat pantai mengakibatkan

matinya jaringan sel daun pada bagian tepi.

4). Intensitas cahaya

Intensitas cahaya matahari diatur dengan adanya pohon pelindung. Intensitas

cahaya matahari akan mengatur perbungaan tanaman kakao.

5). Suhu

Suhu yang dikehendaki berkisar antara 24o C dan 28o C tiap harinya. Suhu

di atas 30o C dibawah naungan sering menimbulkan terlalu banyak pertumbuhan

vegetatif.

2.1.2 Media Tanam

Tanaman coklat menghendaki tanah dengan sifat – sifat berikut :

 Mudah meresap air.

 Drajat kemiringan 0 – 40 %

 Kedalaman efektif minimal 90 cm.

 Tidak mempunyai lapisan padas yang dangkal.

 pH 5 – 7
 Mengandung banyak humus.

2.1.3 Ketinggian Tempat

Tanaman coklat akan baik tumbuhnya di daerah yang mempunyai

ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut. Dapat pulah dibudidayakan sampai

ketinggian tempat 800 m dari permukaan laut.

2.2 Pembibitan

2.2.1 Bibit coklat


Bibit coklat bisa diperoleh dengan 2 cara yaitu :

1) Melalui perbanyakan generatif ( biji ).

2) Melalui perbanyakan vegetatif ( okulasi, enten, atau stek ).

2.2.2 Persemaian

1) Persemaian pendahuluan

Persemaian pendahuluan berfungsi untuk mengecambahkan biji sebelum

dipindahkan ke persemaian pemeliharaan.

Persemaian pendahuluan dapat dibuat dari peti yang berisi pasir

steril/serbuk gergaji steril (yang sudah direbus) atau karung goni steril. Biji – biji

yang dikecambahkan disusun rapat ,tetapi jangan sampai bersentuhan.

2) Persemaian pemeliharaan

Persemaian pemeliharaan adalah tempat menampung dan memelihara

kecambah dari persemaian pendahuluan.

 Bentuk persemaian pemeliharaan :

Bentuk keranjang / plastic


Keranjang / plastic ini mempunyai ukuran tinggi 35 – 40 cm dengan garis tengah

15 cm dan di misi tanah, pasir, kompos, pupuk kandang, dengan perbandingan 4 :

1:1:1.

Kadang – kadang campuran ini sedikit diberi kapur.

Setiap keranjang / plastic diisi satu kecambah dengan membenamkan sedalam jari

telunjuk , lalu ditutup dengan tanah.

Keranjang / plastik yang sudah diberi tanaman disusun diatas rak dengan jarak 40

cm, tinggi rak 25 cm dari atas tanah dan dibuat tempat yang teduh atau dibuat

larikan – larikan pohon petai cina dan turi yang mempunyai jarak tanam 3 – 4 m.

Selain itu perlu di beri atap setinggi 2 m yang dibuat dari daun kelapa, alaang –

alang dsb.Atap ini berangsur – angsur dikurangi.

 Perawatan persemaian pemeliharaan dalam keranjang / plastik meliputi :

1. Menyiram minimal 1 kali sehari.

2. Setiap 10 hari diberipupuk urea 1,4 gr. untuk tiap keranjang / plastik.

3. Pemberantasan hama.

Penyakit yang sering menyerang pada pembibitan adalah GLOESPORIUM.

Pemberantasan dilakukan dengan Dithane m-45 dengan dosis 0,1 – 0,2 % rotasi 2

minggu.

2.3 Pengolahan Media Tanam

2.3.1 Persiapan

Lahan perkebunan coklat/kakao dapat berasal dari hutan asli, hutan

sekunder, tegalan, bekas tanaman perkebunan atau pekarangan. Lahan yang


miring harus dibuat teras-teras agar tidak terjadi erosi. Areal dengan kemiringan

25-60% harus dibuat teras individu.

2.3.2 Pembukaan Lahan

Cara penyiapan lahan dapat dengan cara pemberihan selektif dan

pembersihan total. Alang-alang di tanah tegalan harus dibersihkan/dimusnahkan

supaya tanaman kakao dan pohon naungan dapat tumbuh baik. Untuk

memperlancar pembuangan air, saluran drainase yang secara alami telah ada harus

dipertahankan dan berfungsi sebagai saluran primer. Saluran sekunder dan tersier

dibangun sesuai dengan keadaan lapangan.

2.3.3 Pengapuran

Tanah-tanah dengan pH di bawah 5 perlu diberi kapur berupa batu kapur

sebanyak 2 ton/ha atau kapur tembok sebanyak 1.500 kg/ha.

2.3.4 Pemupukan

Pemupukan sebelum bibit ditanam dapat dilakukan guna untuk

merangsang pertumbuhan bibit cokelat. Lubang-lubang tersebut perlu diberi

pupuk dengan pupuk Agrophos sebanyak 300 gram/lubang atau pupuk urea

sebanyak 200 gram/lubang, pupuk TSP sebanyak 100 gram/lubang. Pupuk-pupuk

tersebut diberikan 2 (dua) minggu sebelum penanaman bibit cokelat, kemudian

lubang tersebut ditutup kembali dengan tanah atas yang dicampur dengan pupuk

kandang/kompos.

2.4 Teknik Penanaman

2.4.1 Hubungan Tanaman Dan Jarak Tanam


Hubungan tanam yang biasa dipakai untuk tanaman coklat adalah hubungan

segi empat dengan jarak tanam 4 m x 4 m atau 5 m x 5 m .

Kadang – kadang dipakai juga hubungan pagar yaitu dengan jarak antara

barisan tanam 4 m dan jarak tanam di dalam barisan 2 m. jarak tanam 4 m x 2 m

ini memberikan hasil lebih tinggi di bandingkan jarak tanam 4 m x 4 m dengan

hubungan segi empat.

2.4.2 Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat beberapa bulan sebelum masa tanam. Ukuran lubang

tanam adalah 60 x 60 x 60 cm.

Pemupukan lubang tanam dilakukan dengan memberikan pupuk agrophos

0,3 kg perlubang tanaman dan dilakukan 2 minggu sebelum masa tanam.

Kemudian lubang tersebut ditutup kembali.

2.4.3 Menanam Pohon Pelindung

Tanaman coklat dikebun memerlukan pelindung sementara dan pelindung

tetap. Pelindung sementara akan memberikan perlindungan secukupnya pada

waktu bibit ditanamkan. Sedang pelindung tetap akan memberikan perlindungan

kepada coklat dengan intensitas sedang.

Perlindugan sementara terdiri atas :

1) Theprosia candida

Theprosia candda ditanam 2 minggu sebelum penanaman bibit coklat dikebun.Biji

– bijinya disebar menurut barisan sejajar dengan barisan lubang tanam dengan

jarak 1 m dari lubankg tersebut.

2) Flamengia congesta
Flamengia congesta disebar 6 bulan sebelum penanaman coklat dikebun.

Penyebarannya berupa barisan sejajar dengan lubang tanam dengan jarak 2,5 dari

lubang. Sebelum disebar biji – biji dicampur dengan pupuk agrophos dengan

perbandingan 1 : 1 setelah 3 tahun flamengia sp ini dibongkar.

3) Perlindungan atap atau daun – daun yaitu bila pelindung berupa tanaman hidup

tidak diadakan.

Perlindungan tetap terdiri atas berbagai jenis tanaman misalnya :

1) Albizzia yang ditanam dalam bentuk stump tinggi berumur 1 tahun.

Penanamannya dilakukan 2 minggu sebelum coklat ditanam dengan jarak tanam 4

m x 4 m.

2) Leucaena sp.yang ditanam dari bibit yang telah disemai 6 bulan sebelumnya

dengan waktu penanaman bersamaan dengan flamengia sp. Jarak tanam Leucaena

sp.adalah 3,5 m x 5 m. pada umur Leucaena 1 tahun dilakukan okulasi dengan L.

glauca digunakan sebagai batang bawah, sedang L.glabrata sebagai batang atas.

2.4.4 Cara Penanaman

Lubang tanam dibuka kembali sebesar tanah putaran atau besarnya

keranjang / plastik dari bibit sebelum penanaman dilakukan.

Sebelum bibit ditanam, bagi bibit keranjang atau kantong plastik, kranjang atau

plastiknya harus dilepas terlebih dahulu dengan cara :

 Mula – mula alas keranjang / kantong plastik digunting.

 Lalu bibit dimasukan ke dalam lubang tanam yang dibuat sebesar tanah putaran

dengan telapak tangan sebagai penumpu alas bibit.

 Kemudian dinding keranjang atau kantong plastik digunting dari atas kebawah.
 Sesudah itu keranjang atau plastik ditarik keluar.

Setelah bibit di tanam sedalam leher akar maka tanah disekitar bibit dipadatkan

serta permukaannya dibuat meninggi menuju leher akar.

BAB III

BUDIDAYA TANAMAN

3.1 Pemeliharaan Tanaman

3.1.1 Penjarangan dan Penyulaman

Penyulaman dapat dilakukan sampai tanaman berumur 10 tahun.

3.1.2 Penyiangan

Pengendalian gulma dilakukan dengan membabat tanaman pengganggu

sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida sebanyak 1,5-2,0 liter/ha

yang dicampur dengan 500-600 liter air. Penyiangan yang paling aman adalah

dengan cara mencabut tanaman pengganggu.Tujuan penyiangan/pengendalian

gulma adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara,

untuk mencegah hama dan penyakit serta gulma yang merambat pada tanaman

cokelat/kakao. Dalam pemberantasan gulma harus dikaukan rutin minimal satu

bulan sekali, yaitu dengan menggunakan cangkul, koret/dicabut dengan tangan. .

3.1.3 Pemangkasan
Tujuan pemangkasan adalah untuk menjaga/pencegahan serangan hama

atau penyakit, membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu

produksi.

a) Pemangkasan bentuk1. Fase muda. Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12

bulan dengan membuang cabang yang lemah dan mempertahankan 3-4 cabang

yang letaknya merata ke segala arah untuk membentuk jorquette (percabangan)2.

Fase remaja. Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan dengan

membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette (percabangan)

b) Pemangkasan pemeliharaan.Membuang tunas yang tidak diinginkan, cabang

kering, cabang melintang dan ranting yang menyebabkan tanaman terlalu rimbun.

c) Pemangkasan produksi. Bertujuan untuk mendorong tanaman agar memiliki

kemampuan berproduksi secara maksimal. Pemangkasan ini dilakukan untuk

mengurangi kelebatan daun.

3.1.4 Pemupukan

Dosis pemupukan tanaman yang belum berproduksi (gram/tanaman):

a) Umur 2 bulan: ZA=50 gram/pohon.

b) Umur 6 bulan: ZA=75 gram/pohon; TSP=50 gram/pohon; KCl=30 gram/pohon;

Kleserit=25 gram/pohon

c) Umur 12 bulan: ZA=100 gram/pohon

d) Umur 18 bulan: ZA=150 gram/pohon; TSP=100 gram/pohon; KCl=70

gram/pohon; Kleserit=50 gram/pohon

e) Umur 24 bulan: ZA=200 gram/pohon Dosis pemupukan tanaman berproduksi

(gram/tanaman):a) Umur 3 tahun: ZA = 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 50


gram/pohon, TSP = 2 x 50 gram/pohon, KCl = 2 x 50 gram/pohon.b) Umur 4

tahun: ZA = 2 x 100 gram/pohon, Urea = 2 x 100 gram/pohon, TSP = 2 x 100

gram/pohon, KCl = 2 x 100 gram/pohon.c) > 5 tahun: ZA = 2 x 250 gram/pohon,

Urea = 2 x 125 gram/pohon, TSP= 2 x 125 gram/pohon, KCl = 2 x 125

gram/pohon. Pemupukan dilakukan dengan membuat alur sedalam 10 cm di

sekeliling batang kakao dengan diameter kira-kira ½ tajuk. Waktu pemupukan di

awal musim hujan dan akhir musim hujan.

3.1.5 Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida dilakukan dengan dua tahapan, pertama bersifat

untuk pencegahan sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang.

Kadar dan jenis pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah

usaha pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk

pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis

2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil

Nudrin 24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50 EC).

3.1.6 Penyerbukan Buatan

Dari bunga yang muncul hanya 5% yang akan menjadi buah, peningkatan

persentase pembuahan dapat dilakukan dengan penyerbukan buatan. Bagian

bunga yang mekar digosok denga bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya,

kemudian bunga ditutup dengan sungkup. Penggosokan dilakukan dengan jari

tangan.

3.1.7 Rehabilitasi Tanaman Dewasa


Tanaman dewasa yang produktivitasnya mulai menurun tidak diremajakan

(ditebang untuk diganti tanaman baru), tetapi direhabilitasi dengan cara okulasi

tanaman dewasa dan sambung samping tanaman dewasa. Cara yang kedua lebih

unggul karena peremajaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat,

murah dan lebih cepat berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun

entres atau produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau

kekakaoan atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 40-50 cm. Sambungan

dapat dibuka setelah 3-4 minggu.

3.2 Penyiraman

Penyiraman tanaman cokelat yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik

dan berpohon pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang berlebihan

menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat lembab. Penyiraman pohon cokelat

dilakukan pada tanaman muda terutama tanaman yang tak diberi pohon

pelindung.

BAB IV

HAMA DAN PENYAKIT

4.1 Hama

4.1.1 Penggerek cabang (Zeuzera coffeae)


Bagian yang diserang adalah cabang berdiameter 3-5 cm.

Gejala: cabang mati atau mudah patah.

Pengendalian: membuang cabang yang terserang, kemudian dengan predator

alami: jamur Beauveria bassiana.

4.1.2 Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp.)

Bagian yang diserang buah dan daun muda, kuncup bunga.

Gejala: bercak kakao kehitaman berbentuk cekung berukuran 3-4 mm.

Pengendalian: membuang bagian yang terserang. Predator: belalang sembah,

kepik predator. Selain itu gunakan insektisida Baytroid 50EC, Lannate 25 WP,

Sumithion 50 EC, Leboycid 50 EC, Orthene 75 SP.

4.1.3 Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella atau Cocoa Mot.)

Bagian yang diserang adalah buah kakao.

Gejala: daging buah busuk.

Pengendalian: membuang dan mengubur buah sisa panen dengan serempak,

menutupi buah dengan kantung plastik dengan lubang di bagian bawah.

4.1.4 Kutu putih (Planococcus citri.)

Bagian yang diserang adalah tunas, bunga, calon buah.

Gejala: timbul tunas tumbuh tidak normal (bengkok). Selain itu terlihat

pertumbuhan bunga dan calon buah tidak normal.

Pengendalian: gunakan insektisida berbahan aktif monokrotofas, fosfamidon,

karbaril.

4.1.5 Ulat kantong (Clania sp., Mahasena sp.)

Bagian yang diserang adalah daun dan tunas.


Gejala: tanaman gundul dan kematian pucuk.

Pengendalian: dengan parasit Exoresta uadrimaculata, Tricholyga psychidarum

. Selain itu gunakan insektisida racun perut, Dipterex dan Thuricide.

4.1.6 Kutu jengkal (Hyposidra talaca.)

Bagian yang diserang adalah daun (muda dan tua).

Gejala: habisnya helaian daun, tinggal tulang daun saja.

Pengendalian: gunakan insektisida Ambush 2 EC, Sherpa 5 EC (0,15-0,2%).

4.2 Penyakit

4.2.1 Busuk buah hitam

Penyebab: Phytopthora palmivora . Bagian yang diserang adalah buah.

Gejala: bercak kakao di titik pertemuan tangkai buah dan buah atau ujung buah.

Gejala pada serangan berat adalah buah diliputi miselium abu-abu keputihan.

Pengendalian: dengan cara buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun

dengan cara pemangkasan. Selain itu gunakan insektisida dengan bahan aktif Cu:

Cupravit 0,3% atau Cobox 0,3% atau insektisida bahan aktif Mankozeb: Dithane

M-45 dan Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu.

4.2.2 Kanker batang

Penyebab: Phytopthora pal-mivora. Bagian yang diserang adalah batang.

Gejala: bercak basah berwarna tua pada kulit batang atau cabang, keluarnya

cairan dari batang atau cabang yang akan mengering dan mengeras.
Pengendalian: buah yang sakit diambil, kurangi kelembaban kebun dengan cara

pemangkasan. Selain itu gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cupravit 0,3%

atau Cobox 0,3%. atau ungisida bahan aktif Mankozeb: Dithane M-45 dan

Manzate 200 0,3% dengan interval 2 minggu. Keroklah bagian yang sakit dan

mengolesinya dengan ter/fungisida.

4.2.3 Busuk buah diplodia

Penyebab: Botrydiplodia theobramae (jamur). Bagian yang diserang buah.

Gejala: bercak kekakaoan pada buah, lalu buah menghitam menyeluruh .

Pengendalian: cegah timbulnya luka, buah yang sakit dibuang. Kemudian

gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Vitigran Blue, Trimiltox Forte,

Cupravit OB pada konsentrasi 0,3%.

4.2.4 Vascular Steak Dieback (VSD)

Penyebab: Oncobasidium theobromae (jamur). Bagian yang diserang adalah

daun, ranting/cabang.

Gejala: bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik

kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar, pucuk mati (dieback).

Pengendalian: gunakan bibit bebas VSD, perhatikan anitasi tanaman, kurangi

kelembaban, tingkatkan intensitas cahaya matahari dan perbaiki drainase dan

pemupukan.
4.2.5 Bercak daun, mati ranting dan busuk buah

Penyebab: Colletorichum sp. (jamur). Bagian yang diserang adalah daun, ranting,

buah.

Gejala: bercak nekrotik pada daun, daun gugur, pucuk mati, buah muda keriput

kering (busuk kering).

Pengendalian: peningkatan sanitasi, memotong ranting dan buah yang terserang,

pemupukan berimbang dan perbaikan drainase. Kemudian gunakan fungisida

sistemik Karbendazim 0,5% dengan interval 10 hari.

4.2.6 Busuk buah monilia

Penyebab: Monilia roreri (jamur). Bagian yang diserang buah muda.

Gejala: benjolan dan warna belang pada buah berukuran 8-10 cm, penumpukan

lendir di dalam rongga buah, dinding buah mengeras.

Pengendalian: menurunkan kelembaban udara dan tanah, membuang buah rusak.

Kemudian gunakan fungisida dengan bahan aktif Cu: Cobox 0,3%, Cupravit 0,3

% selama 3-4 minggu.

4.2.7 Penyakit akar

Penyebab: Rosellinia arcuata R bumnodes, Rigidoporus liginosus, Ganoderma

pseudoerrum, Fomes lamaoensis (jamur). Bagian yang diserang adalah akar.


Gejala: daun menguning dan layu, pada leher akar/pangkal batang terdapat

miselium. Pengendalian: pembuatan parit isolasi di sekitar tanaman terserang,

pemusnahan tanaman sakit. Kemudian oleskan fungisida pada permukaan akar

yang lapisan miseliumnya telah dibuang. Fungisida dengan bahan aktif PNCB:

Fomac 2, Ingro Pasta, Shell Collar Protectant, Calixin Cp.

BAB V

PANEN DAN PASCA PANEN

5.1 Panen

5.1.1 Ciri dan Umur Panen

Buah cokelat/kakao bisa dipenen apabila perubahan warna kulit dan

setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri

buah akan dipanen adalah warna kuning pada alur buah; warna kuning pada alur

buah dan punggung alur buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah dan

warna kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak pohon dicirikan

dengan perubahan warna buah:a) Warna buah sebelum masak hijau, setelah

masak alur buah menjadi kuning.b) Warna buah sebelum masak merah tua,

warna buah setelah masak merah muda, jingga, kuning. Buah akan masak pada

waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah
penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar gula

buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada

buah yang terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan

aroma berkurang.

5.1.2 Cara Panen

Untuk memanen cokelat digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi,

pisau disambung dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai

batang yang ditumbuhi buah. Pemetikan cokelat hendaknya dilakukan hanya

dengan memotong tangkai buah tepat dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal

tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada periode berikutnya. Pemetikan

berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang per

hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah per hari.

Buah matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya

buah di areal tersebut dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang

rendah, dipanen dengan sistem 7/14.

5.1.3 Periode Panen

Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai

batang/cabang yang ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh labi di

tempat tersebut pada periode berbunga selanjutnya.

5.1.4 Prakiraan Produksi

Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun.

Produksi per hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering.

5.2 Pascapanen
5.2.1 Pengumpulan

Buah yang telah dipanen biasanya dikumpulkan pada tempat tertentu dan

dikelompokkan menurut kelas kematangan. Pemecahan kulit dilaksanakan dengan

menggunakan kayu bulat yang keras.

5.2.2 Penyortiran/pengelompokkan

Biji kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan

berdasarkan mutunya:a) Mutu A: dalam 100 gram biji terdapat 90-100 butir

bijib) Mutu B: dalam 100 gram biji terdapat 100-110 butir bijic) Mutu C: dalam

100 gram biji terdapat 110-120 butir biji.

5.2.3 Penyimpanan

Biji kakao basah diperam (difermentasi) selama 6 hari di dalam kotak kayu

tebal yang dilapisi aluminium dan bagian bawahnya diberi lubang-lubang kecil

dengan cara sebagai berikut:a) Tumpukkan biji di dalam kotak dengan tinggi

tumpukan tidak lebih dari 75.b) Tutup dengan karung goni atau daun pisang.c)

Aduk-aduk biji secara periodik (1 x 24 jam) agar suhu naik sampai 50 derajat C.

5.2.4 Pengemasan dan Pengangkutan

Biji-biji cokelat yang sudah kering dapat dimasukan dalam karung goni.

Tiap goni diisi 60 kilogram biji cokelat kering. kemudian karung-karung yang

berisi biji cokelat kering tersebut disimpan dalam gudang yang bersih, kering dan

berfentilasi yang baik. Sebaiknya biji cokelat tersebut sudah segera bisa dijual dan

diangkut dengan menggunakan truk dan sebagainya. Penyimpanan di gudang,


sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap tiga bulan harus diperiksa untuk

melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang biji cokelat.

I. PEMASARAN

Definisi Pemasaran

Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan


keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk. Beberapa ahli
memberikan bermacam-macam defenisi tentang pemasaran, antara lain:

1. Philip dan Duncan: Pemasaran meliputi semua langkah yang


dipergunakan untuk menempatkan barang-barang nyata ketangan
konsumen.
2. W.J. Stanton: Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan
merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan
mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan
kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial.
3. P.H. Nyistrom: Pemasaran meliputi segala kegiatan mengenai
penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ketangan konsumen.
4. American Marketing Association: Pemasaran pelaksanaan kegiatan
usaha niaga yang diarahkan pada arus aliran barang dan jasa dari
produsen kekonsumen.

Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan


serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan
komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan
konsumen (FAO pada tahun 1958).
Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk
berupa komoditas pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen,
dengan harapan konsumen akan puas dengan mengkonsumsi komoditas tersebut.
Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan barang atau produk
pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input ataupun produk
pertanian itu sendiri.
Konsep pemasaran berorientasikan memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan efektif. Empat hal berikut merupakan prinsip utama yang
menjadi tonggak konsep pemasaran:

1. Pasar sasaran – memiilih pasar sasaran yang tepat dan membentuk


aktiviti pemasaran dengan sempurna.
2. Keperluan pengguna - memahami kehendak sebenar pengguna dan
memenuhinya dengan lebih efektif.
3. Pemasaran berintegrasi - kesemua fungsi / sub-unit industri
bekerjasama memenuhi tanggungjawab pemasaran.
4. Keuntungan - mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan.

Tujuan Pemasaran
Tujuan pemasaran adalah mencari keuntungan dengan memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat memuaskan konsumen itu
sendiri. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila produk berkualitas dan
memenuhi kebutuhan konsumen, harga dapat terjangkau oleh konsumen target,
pelayanan kepada konsumen memuaskan dan citra produk baik dari sudut
pandang konsumen
Kegiatan yang paling utama pemasaran dalam hal memenuhi kepuasan
konsumen adalah dengan memperhatikan produk, harga, distribusi dan promosi.
Keempat instrumen pemasaran tersebut dikenal dengan istilah bauran pemasaran
seperti berikut:.
1. Produk (product): Keragaman produk, Kualitas, Design, Ciri, Nama
merek, Kemasan, Ukuran, Pelayanan, Garansi, Imbalan
2. Harga (Price): Daftar harga, Rabat/diskon, Potongan harga khusus,
Periode pembayaran, Syarat kredit
3. Tempat (Place): Saluran pemasaran, Cakupan pasar,
Pengelompokkan, Lokasi, Persediaan, Transportasi
4. Promosi (Promotion): Promosi penjualan, Periklanan, Tenaga
penjualan, Kehumasan/ public relation, Pemasaran langsung.

Apabila kepuasan konsumen tersebut terpenuhi, maka hasil penjualan


produk akan meningkat, dan akhirnya tujuan pemasaran dapat tercapai, yaitu
perolehan laba. Sebaliknya, apabila kebutuhan konsumen diabaikan dan hanya
berfikir dari sudut pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan produk
akan menurun, sehingga laba yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi
kerugian.

Pengertian Pasar

Yang dimaksud dengan pasar adalah: Tempat pertemuan penjual dan


pembeli atau sekelompok orang-orang yang melakukan tawar menawar sehingga
terbentuk harga.Pasar atau konsumen dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yakni konsumen akhir (pasar konsumen) dan pasar bisnis (pasar industri). Dimana
pasar konsumen adalah sekelompok pembeli yang membeli barang-barang untuk
dikonsumsi dan bukannya untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan pasar bisnis
adalah pasar yang terdiri dari individu-individu atau organisasi yang membeli
barang untuk diproses lagi menjadi barang lain dan kemudian dijual. Berdasarkan
pengertian tersebut, sebagai contoh maka petani digolongkan kedalam pasar
bisnis, sebab mereka membeli barang digunakan untuk diproses lebih lanjut
menjadi barang-barang hasil pertanian.

Perbedaan pemasaran dan penjualan


a. Pemasaran

1. Tekanannya pada keinginan dan kebutuhan konsumen


2. Perencanaan berorientasi ke hasil jangka panjang, berdasarkan produk-produk
baru
3. Perusahaan pertama-tama menentukan apa yang diinginkan konsumen dan
kemudian menbuat atau mencari jalan keluarnya bagaimana membuat dan
menyerahkan produk tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen.
4. Berakhir pada kepuasan konsumen
b. Penjualan

1. Tekanannya pada produk.


2. Perusahaan pertama-tama membuat produk dan kemudian bagaimana
menjualnya.
3. Perencanaan berorientasi ke jangka pendek, berdasarkan produk dan pasar.
4. Tekanannya pada kebutuhan penjual
5. Manajemen berorientasi pada laba volume penjualan

Dari kedua perbedaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan


berawal dari produk dan berakhir pada ketentuan atau laba, sedangkan pemasaran
berawal dari keinginan konsumen berakhir pada kepuasan konsumen.

Manfaat Pemasaran

Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan


(utility), yaitu proses menciptakan barang dan jasa menjadi lebih berguna.
Empat jenis kegunaan yang dilakukan pemasaran:

1. Kegunaan bentuk (form utility): biasanya mengubah bentuk bahan

mentah dan menciptakan sesuatu yang baru (mengubah bentuk sesuai

keinginan konsumen).
2. Kegunaan tempat (place utility): produk tersedia di suatu tempat yang

masyarakatnya menginginkan barang tersebut (Pendistribusian

produk.

3. Kegunaan waktu (time utility): produk tersedia pada saat yang

diinginkan/dibutuhkan.

4. Kegunaan milik (possession utility): barang ditransfer/ditempatkan

atas kontrol dari seseorang yang menginginkan (perpindahan

kepemilikan suatu produk dari produsen kepada konsumen).

II. FUNGSI – FUNGSI PEMASARAN

Dalam proses pengaliran barang dari produsen ke konsumen diperlukan


aktivitas, tindakan atau perlakuan-perlakuan untuk memperlancar perpindahan
hak milik barang yang diistilahkan sebagai fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran
adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran, baik aktivitas proses fisik maupun aktivitas jasa, yang ditujukan untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya melalui penciptaan/penambahan kegunaan bentuk, waktu, tempat
dan kepemilikan terhadap suatu produk. Fungsi-fungsi pemasaran sangat penting
untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi oleh produsen dalam upaya
memuaskan konsumen secara lebih efektif dan efisien. Hambatan-hambatan
tersebut terkait dengan kendala waktu, jarak tempat, kekurangan informasi pasar,
serta adanya perbedaan penilaian dan hak milik terhadap suatu produk.
Secara umum, fungsi pemasaran diklasifikasikan menjadi 3 yaitu fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan facilitating function. Masing-masing fungsi ini masih
dapat dirinci lagi menjadi fungsi-fungsi yang lebih spesifik. Beberapa fungsi
penting dalam pemasaran hasil pertanian antara lain:
1. Fungsi Penyimpanan
2. Fungsi Transfortasi
3. Fungsi Grading dan Standarisasi
4. Fungsi Periklanan

Fungsi Penyimpanan

Fungsi Penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama belum


dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau menunggu diolah.
Yang dimaksud dengan penyimpanan adalah perlakuan terhadap produk pertanian
agar waktu simpan menjadi lebih lama. Kegiatan penyimpanan akan memperkecil
fluktuasi harga antar musim panen dan musim paceklik, mengatur keseimbangan
suplai sepanjang tahun.
Dalam usaha penyimpanan ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian diantaranya :
1. Jumlah stok yang dimiliki
2. Jumlah stok regional, nasional dan dunia
3. Cara-cara pengelolaan dan pembiayaan stok
4. Cara mengurangi biaya operasi penyimpanan dan pengelolaan persediaan
5. Tingkat volume stok yang efisien dan efektif
6. Perkiraan lama penyimpanan yang akan dilakukan
Biaya penyimpanan dapat ditekan dengan cara :
1. Pemberantasan hama selama penyimpanan
2. Pelaksanaan panen yg tepat
3. Perbaikan konstruksi gudang sesuai jenis dan sifat barang
4. Kandungan air dari barang yang tepat
Pengolahan hasil pertanian termasuk dalam fungsi penyimpanan yaitu
untuk meningkatkan kualitas barang baik dalam rangka memperkuat daya tahan
barang (prosesing minimal) maupun meningkatkan nilainya. Kegiatan pengolahan
memberikan kegunaan bentuk baik menambah maupun menciptakan utiliti,
jumlah dan jenis konsumen pun akan bertambah banyak.
Fungsi Transfortasi
Fungsi transportasi berperan dalam memperlancar perpindahan produk
dari lokasi produksi sampai ke lokasi konsumen akhir. Fungsi transfortasi
dimaksudkan untuk menjadikan suatu produk berguna dengan memindahkannya
dari produsen ke konsumen. Biaya transportasi ditentukan oleh: a) lokasi
produksi, b) area pasar yang dilayani, c) bentuk produk yang dipasarkan, d)
ukuran dan kualitas produk yang dipasarkan.
Fungsi transfortasi menyediakan barang dan jasa di daerah konsumen
sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut waktu, jumlah dan kualitas.
Fungsi pengangkutan memp kegiatan perencanan : a) jenis barang yang diangkut,
b) volume yang akan diangkut, c) waktu pengangkutan dan d) jenis alat angkutan
yang digunakan. Efisiensi pengangkutan adalah barang sampai di tangan
konsumen sesuai dengan yang diinginkan dan biaya yang murah sehingga perlu
diperhatikan : macam alat angkut, resiko kerusakan barang selama pengangkutan,
biaya angkut masing-masing barang dari tiap alat angkut, kapasitas angkut,
keadaan tempat atau daerah.

Fungsi Grading dan Standarisasi


Fungsi standardisasi dan grading dimaksudkan untuk menyederhanakan dan
mempermudah serta meringankan biaya pemindahan komoditi melalui saluran
pemasaran. Grading adalah tindakan mengklasifikasi hasil pertanian menurut
standardisasi yang diinginkan atau penyortiran produk-produk ke dalam satuan
atau unit tertentu. Standardisasi adalah justifikasi kualitas yang seragam antara
pembeli dan penjual, antar tempat dan antar waktu. Standardisasi merupakan
ukuran atau penentuan mutu barang dengan menggunakan berbagai ukuran,
seperti : warna, susunan kimia, bentuk, kekuatan/ketahanan, kadar air, tingkat
kematangan, rasa dan lain-lain.
Manfaat standardisasi dan grading dalam pemasaran:
1. Mempermudah pembeli dan produsen memberikan nilai barang tersebut
2. Mempermudah proses jual beli
3. Mengurangi biaya pemasaran dan menekan resiko dalam pengangkutan
4. Memperluas pasaran, sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan kemampuan
konsumen.
5. Syarat mutlak untuk pemasaran berjangka (future market)

Fungsi Periklanan
Fungsi periklanan dimaksudkan untuk menginformasikan atau
mengenalkan ke konsumen apa yang tersedia untuk dibeli dan untuk mengubah
permintaan atas suatu produk. Masalah yang timbul dalam periklanan produk-
produk pertanian terutama berkaitan dengan karakteristik produk-produk
pertanian itu sendiri.
Persaingan antar produk di pasaran mendorong produsen gencar untuk
berpromosi yang dapat menarik perhatian konsumen. Promosi dapat dilakukan
melalui berbagai cara, antara lain; melalui promosi penjualan, publisitas umum,
penjualan pribadi, dan periklanan. Promosi melalui media periklanan sangatlah
efisien karena menggunakan biaya rendah dan mempunyai daya bujuk (persuasif)
yang kuat. Promosi melalui periklanan sangatlah efektif karena dapat memberikan
informasi yang jelas terhadap produk pada segmen tertentu. Iklan mengarahkan
konsumen dalam menyuguhkan produk sehingga dapat diyakini untuk memenuhi
kebutuhan pembeli. Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan
kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk untuk mencapai
pemenuhan kepuasannya.
Tujuan iklan menurut Rhenald Kasali (1995:159) biasanya dibangun atas
empat komponen, yaitu: 1) Aspek perilaku, merupakan tindakan-tindakan yang
diharapkan pada calon pembeli, 2) Sikap yang diharapkan, yang menyangkut
sikap atau keistimewaan produk, 3) Kesadaran, dalam mengembangkan produk-
produk baru di pasaran merebut calon pembeli, 4) Positioning, sasaran konsumen.
Beberapa pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
periklanan dapat ditinjau dari media, proses, gaya komunikasi, dan reaksi
konsumen, yaitu:
1. Media informasi: Iklan merupakan suatu media informasi produk yang
disampaikankepada konsumen.
2. Proses iklan: Penyampaian informasi produk yang diprakarsai produsen
untuk disampaikan melalui iklan ditujukan kepada konsumen sebagai
penerima pesan.
3. Komunikasi persuasif: Gaya bujuk rayunya (persuasi) yang diterapkan
pada iklan mengakibatkan konsumen terbius masuk lingkaran konotasi
positif terhadap produk yang diinformasikan.
4. Reaksi Konsumen: Informasi yang jelas melalui iklan akan membuahkan
reaksi atau tindakan hingga kesadaran untuk mengkonsumsi produk yang
diinformasikan.

Maksud produsen terhadap tampilan produk yang dipublikasikan melalui


periklanan, antara lain:

1. Memperkenalkan identitas produk yang diinformasikan dan menjelaskan


perbedaan produk dengan yang lain.
2. Mengkomunikasikan konsep produk, yaitu manfaat dan kelebihannya dari
segi fungsional, psikologis, atau nilai pasar sasaran.
3. Mengarahkan pemakaian produk baik yang lama atau yang baru kepada
pasar sasaran.
4. Memberitahukan tempat penjualan atau pembelian untuk merangsang
ditribusi yang lebih luas.
5. Meningkatkan penjualan yang berarti pula produk meningkat.
6. Membangun citra produk dan menjaga kemampuan posisi produk dalam
pandangan pasar sasaran
7. Menghadapi dan mengatasi masalah saingan antar produk.
III. LINGKUNGAN PEMASARAN

Lingkungan pemasaran merupakan berbagai faktor dan kekuatan diluar


bagian pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk
mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan. Pelaku-
pelaku (aktor) dan kekuatan-kekuatan yang berada diluar fungsi manajemen
pemasaran perusahaan yg akan mempengaruhi kemampuan manajemen
pemasaran untuk mengembangkan dan membina transaksi yang berhasil dengan
para pelanggan sasarannya. Manajemen pemasaran harus dapat terus menerus
mengawasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah
melalui informasi intelejen pemasaran dan riset pemasaran, karena perubahan
lingkungan menawarkan peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan.

Lingkungan Sebuah Sistem Pemasaran

1. Lingkungan makro

Lingkungan makro merupakan kekuatan masyarakat lebih luas yang


mempengaruhi seluruh lingkungan mikro. Faktor-faktor lingkungan makro
meliputi:

a. Lingkungan demografi
Demografi adalah telaah mengenai populasi manusia dalam arti jumlah,
kerapatan, lokasi, umur, jenis kelamin, ras, jenis pekerjaan dan lain-lain.
Lingkungan demografi sangat perlu diperhatikan karena melibatkan manusia, dan
manusialah yang membentuk pasar.
b. Lingkungan ekonomi
Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan
pola membeli konsumen. Perekonomi sebuah Negara dapat berupa ekonomi
subsisten, ekonomi industrial. Pemasar harus cermat mengikuti kecenderungan
utama dan pola pengeluaran konsumen serta pola perubahan dalam pendapatan.
c. Lingkungan alam
Lingkungan alam meliputi semua sumber daya alam yang dibutuhkan sebagai
masukan oleh pemasar atau yang dipengaruhi oleh aktifitas pemasaran. Pemasar
harus memperhatikan dan mewaspadai empat kecenderungan di dalam lingkungan
alam, yaitu: kekurangan bahan mentah, kenaikan biaya energi, meningkatnya
polusi dan campur tangan pemerintah dalam manajemen sumber daya alam.
d. Lingkungan Teknologi
Lingkungan teknologi merupakan berbagai kekuatan yang menciptakan teknologi
baru dan peluang pasar baru. Pemasar harus memperhatikan dan mewaspadai
empat kecenderungan dalam lingkungan teknologi, yaitu: kecepatan perubahan
teknologi, anggaran litbang yang tinggi, konsentrasi pada perbaikan kecil,
peraturan yang semakin ketat.
e. Lingkungan Politik
Lingkungan politik terdiri dari undang-undang, kantor pemerintah dan tekanan
kelompok yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan individual
dalam masyarakat. Keputusan pemasaran amat dipengaruhi oleh perkembangan
dalam lingkungan politik
f. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya terdiri dari lembaga dan kekuatan-kekuatan lain yang
mempengaruhi nilai-nilai dasar, persepsi, pilihan, dan tingkah laku yang
diatur/dianut masyarakat.

2. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro suatu perusahaan terdiri dari beberapa pelaku dalam
lingkungan yang berhubungan dekat dengan perusahaan dan mempengaruhi
kemampuannya untuk melayani pasar pada khususnya yaitu perusahaan itu
sendiri, para pemasok, para perantara-pasar, para pelanggan, dan para pesaing,
serta masyarakat umum.
a. Perusahaan
Dalam merumuskan rencana pemasaran harus memperhitungkan kelompok-
kelompok lainnya dalam perusahaan misalnya; Manajemen Puncak, Keuangan, R
& D, Pembelian, Produksi dan Akuntansi, dll. Bagian-bagian ini membentuk
suatu lingkungan mikro suatu perusahaan untuk perencana pemasaran.
b. Pemasok
Pemasok adalah perusahaan bisnis dan perorangan yg menyediakan sumberdaya
yg dibutuhkan oleh perusahaan dan pesaingnya untuk memproduksi barang dan
jasa tertentu.
c. Perantara
Perantara Pemasaran adalah mereka yg membantu perusahaan dalam
mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan barang kepada pembeli akhir.
Para perantara ini meliputi :
 Penjual adalah perusahaan yang membantu perusahaan menemukan pelanggan dan
melakukan penjualan kepada pelanggan.
 Perusahaan Distribusi Fisik, membantu perusahaan dlm menyediakan &
memindahkan barang dari tempat asal ke tempat tujuan.
 Biro Jasa Pemasaran, meliputi perusahaan riset, biro iklan, perusahaan media, dan
perusahaan konsultan pemasaran, mencarikan sasaran dan menpromosikan produk
ke pasar sasaran secara tepat.
 Perantara Keuangan, meliputi bank, perusahaan kredit, perusahaan asuransi, dll
dalam membantu transaksi keuangan dan atau menanggung resiko sehubungan
dengan pembelian dan penjualan barang.
d. Pelanggan
Pelanggan yaitu sejumlah individu, kelompok, organisasi yang mengkonsumsi
suatu produk. Perusahaan dapat beroperasi pada lima jenis pasar; Pasar
konsumen yaitu terdiri atas individual dam rumah tangga yang membeli barang
dan jasa untuk konsumsi pribadi.
1. Pasar bisnis membeli barang dan jasa untuk diroses lebih lanjut atau digunakan
dalam peoses produksi mereka.
2. Pasar penjual membeli barang dan jasa untuk dijual kembali dengan mengambil
laba.
3. Pasar pemerintah terdiri dari kantor pemerintah yang membeli barang dan jasa
untuk menyediakan fasilitas umum.
4. Pasar Internasional pembelian dari luar negeri.
e. Pesaing
Pesaing merupakan perusahaan sejenis yang juga menghasilkan produk atau jasa
dengan nilai yang relatif sama. Agar sukses perusahaan harus memberikan nilai
dan kepuasan pelanggan yang lebih besar dari pesaingnya.
f. Masyarakat (publik)
Yaitu suatu kelompok yang memiliki minat nyata atau potensial yang berpengaruh
terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai sasarannya. Tujuh jenis publik
yang mengelilingi perusahaan antara lain : publik keuangan, publik media, publik
pemerintah, publik kekuatan warga, publik local, publik umum, publik internal.

3. Lingkungan Non- – Pemasaran Intern


Kekuatan non – pemasaran lainnya adalah lokasi perusahaan, ketangguhan
bagian penelitian dan pengembangan. Kekuatan intern bersifat menyatu (interest)
dalam organisasi dan dikendalikan oleh manajemen. Perusahaan biasanya
menganalisis kekuatan lingkungan dan merancang strategi yang akan membantu
perusahaan menghindari ancaman dan mengambil keuntungan dari peluang yang
ada pada lingkungan, tetapi saat ini berkembang perspektif manajemen
lingkungan yang baru yaitu bukan hanya mengamati dan bereaksi, perusahaan
mengambil langkah agresif untuk mempengaruhi publik dan kekuatan dalam
lingkungan pemasaran.

Tahapan Perkembangan Perusahaan

a. Perusahaan Domestik : memfokuskan orientasi dan strateginya pada


pasar, pemasong dan pesaing domestik
b. Perusahaan Internasional : melayani pasar domestik di negara sendiri
dan pasar nasional di negara lain (Etnocentric)
c. Perusahaan Multinasional : menjual produknya ke banyak negara dan
setiap negara diperlakukan secara berbeda (Policentric)

VI. MANAJEMEN PEMASARAN


Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangakan manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian
(organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan.
Manajemen Pemasaran adalah salah satu kegiatan-kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya,
untuk berkembang, dan untuk mendapatkan laba. Proses pemasaran itu dimulai
jauh sejak sebelum barang-barang diproduksi, dan tidak berakhir dengan
penjualan. Kegiatan pemasaran perusahaan harus juga memberikan kepuasan
kepada konsumen jika menginginkan usahanya berjalan terus, atau konsumen
mempunyai pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan (Dharmmesta &
Handoko, 1982).
Secara definisi, Manajemen Pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan
pertukaran dengan pasar yang dituju dengan maksud untuk mencapai tujuan
perusahaan (Kotler, 1980).
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai analisis,
perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi.
Dapat juga disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai kegiatan
yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistribusian barang,
penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang
telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama
dari pemasaran dapat tercapai.
Di dalam fungsi manajemen pemasaran ada kegiatan menganalisis yaitu
analisis yang dilakukan untuk mengetahui pasar dan lingkungan pemasarannya,
sehingga dapat diperoleh seberapa besar peluang untuk merebut pasar dan
seberapa besar ancaman yang harus dihadapi. Fungsi pemasaran yang merupakan
kegiatan terpadu dan saling mendukung, antara lain :

a. Perencanaan pemasaran

Penentuan segala sesuatu sebelum dilakukan kegiatan-kegiatan pemasaran


meliputi : tujuan, strategi, kebijaksanaan serta taktik yang dijalankan.
Tujuan perencanaan:
1. Meniadakan ketidakpastian masa datang bila ada perubahan- perubahan karena
situasi dan kondisi perusahaan maupun diluar perusahaan maupun diluar
perusahaan tidak menentu.
2. Karena tujuan organisasi sudah difokuskan maka dengan perencanaan akan
menghindari adanya penyimpangan tujuan.
3. Reancana walaupun mahal tetapi ekonomis karena segala kegiatan telah
terfokuskan dengan segala biaya- biayanya.
4. Rencana pemasaran terinci diperlukan untuk setiap bisnis, produk atau merk.

b. Implementasi pemasaran
Adalah proses yang mengubah strategi dan rencana pemasaran menjadi
tindakan pemasaran untuk mencapai sasaran. Implementasi mencakup aktivitas
sehari-hari, dari bulan ke bulan yang secara efektif melalsanakan rencana
pemasaran. Kegiatan ini dibutuhkan program tindakan yang menarik semua orang
atau semua aktivitas serta struktur organisasi formal yang dapat memainkan
peranan penting dalam mengimplementasikan strategi pemasaran.

c. Pengendalian / Evaluasi kegiatan pemasaran, yaitu :


Usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka selalu
bertindak sesuai dengan rencana, meliputi :
1. Penentuan Standard
2. Supervisi kegiatan atau pemeriksaan
3. Perbandingan hasil dengan Standard
4. Kegiatan mengkoreksi Standard

Kegiatan pengendalian / evaluasi diatas dapat dikelompokkan dua macam :


1. Pengendalian operacional termasuk memeriksa kinerja yang sedang berlangsung
terhadap rencana tahunan dan mengambil tindakan perbaikan kalau perlu.
Tujuannya adalah memastikan bahwa perusahaan mencapai penjualan, laba, dan
sasaran lain yang ditetapkan dalam rencana tahunannya. Kegiatan ini juga
mencakup penentuan produk, wilayah, pasar dan saluran yang berbeda yang dapat
mendatangkan laba.
2. Pengendalian strategik meliputi pengamatan apakah strategi dasar perusahaan sesuai
dengan peluang yang terbuka. Strategi dan program pemasaran dapat ketinggalan
zaman dalam waktu singkat dan setiap perusahaan harus secara periodik menilai
ulang pendekatan terhadap pasar secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai