Anda di halaman 1dari 10

PENYAKIT DAN PENAGANAN PADA POHON BAMBU

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah : Dasar Perlindungan Tanaman

Dosen pengampu : Elya Hartini. Ir., M.T.

Oleh:
Dias Hartadi (195009103)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ penyakit dan penanganan pada pohon
bambu” dengan sebaik- baiknya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar
Perlindungan Tanaman pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi. Dengan
segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, oleh karena
itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Tasikmalaya, 14 september 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. ..1


B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian............................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hama Uret ….................................................................................................. 2


B. Kumbang Bubuk ............................................................................................3
C. Rot dari Emerging Culms (Busuk batang (baru muncul) yang sedang tumbuh)......4

BAB I11 PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bambu merupakan tanaman sebangsa rumput yang banyak tumbuh di Indonesia. Bambu secara
botanis dapat digolongkan pada family Graminese (rumput). Tanaman ini dapat tumbuh di daerah
beriklim panas maupun dingin. Bambu tumbuh secara bergerombol membentuk rumpun. Tunas-tunas
mudanya keluar dari rimpang dan membentuk suatu rumpun dengan banyak buluh bambu. Bambu
merupakan tanaman berdaun tunggal, tersusun berselang-seling di ujung buluh atau ranting-
rantingnya. Perakaran tanamannya bambu sangat kuat, karena rimpangnya bercabang-cabang dan
punya ikatan kuat yang sukar dipisahkan. Tanaman bambu banyak ditanam di daerah-daerah miring
atau dipinggir sungai dan sekaligus berfungsi untuk mencegah erosi atau tanah longsor (haryoto, 1996).

Bambu rentan terhadap berbagai penyakit dan gangguan, yang mempengaruhi di Pembibitan,
perkebunan dan juga di alam. Sekitar 170 jenis bambu 26 genera dilaporkan terkena berbagai penyakit
dan kelainan (Mohanan, 1997). Sebanyak 440 jamur, tiga bakteri, dua virus, satu fitoplasma
(Organisme seperti mycoplasma) dan satu organisme mirip bakteri telah dilaporkan Terkait dengan
penyakit dan kelainan ini (Mohanan dan Liese, 1990; Mohanan, 1994abc; 1997, 2004). Namun, di India,
hanya sedikit penyakit yang diidentifikasi serius Yang mempengaruhi produksi culm dan juga
produktivitas tegakan. Pengalaman terbatas Dalam meningkatkan stok tanam bambu bersama dengan
kurangnya informasi tentang penyakit Mempengaruhi mereka dan langkah-langkah manajemen
mereka sering mengakibatkan parsial Gagal total pembibitan bambu. Juga, penyakit yang menyerang
muncul dan berkembang Batang pohon di perkebunan, wisma dan tegakan alami telah mempengaruhi
Industri bambu, baik di sektor pedesaan maupun perkotaan. Bentuk bambu yang signifikan
Komponen vegetasi alami di banyak negara bagian dan terjadi di daerah cemara tropis, Hutan semi-
evergreen, dan lembab, perbukitan sub-tropis, dan juga selatan-Rem bambu lembab (Mohanan, 1994a).
Bambu juga telah dibesarkan secara murni atau Dicampur dengan perkebunan serta di wisma dan
lahan pertanian. Bambu memainkan mayor Peran dalam perekonomian negara bagian dan digunakan
dalam industri rumahan tradisional dan Bahan baku industri kayu lapis, rayon dan kertas bambu.

Bambu di Indonesia ada sekitar 157 spesies dan lebih dari 50% merupakan jenis bambu yang
dapat dimanfaatkan. Adanya penggunaan bambu diharapkan dapat mengurangi penggunaan kayu
yang akhirnya dapat mengurangi penebangan hutan. Bambu rentan terhadap berbagai penyakit dan
gangguan lainnya. Namun, serangan ini biasanya kurang diperhatikan karena dapat dikatakan belum
terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman. Jenis gangguan yang sering dialami tanaman bambu
adalah hama uret, kumbang, bubuk atau hama dan rayap.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja gejala dan penyakit yang menyerang pohon bambu?


2. Apa penyebab penyakit yang menyerang pohon bambu?
3. Bagaimana cara pengendalian penyakit pada pohon bambu?

C. TUJUAN PENELITIAN

1
Untuk menginventarisasi penyakit dan mengidentifikasi patogen pada tanaman bambu serta
pengendaliannya

D. MANFAAT PENELITIAN
Memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam merancang
tindakan pengendalian penyakit pada bambu

BAB II
PEMBAHASAN

A. HAMA URET

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada umumnya dari sejak benih, pembibitan,
pemanenan, hingga gudang penyimpanan yang menjadi sasaran dari gangguan hama, patogen, gulma
atau faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman.

Hama uret menjadi hama utama pada tanaman bambu yang menyerang ketka masih berada
pada fase larva. Hama ini dipertimbangkan akibat kebiasaannya memakan akar tanaman dan banyak
menghabiskan waktu hidupnya di dalam tanah sebelu menjadi kumbang.

1. Gejala
Gejala serangan yang tampak yaitu pada tanaman muda yang terserang uret pucuknya akan
menjadi layu, kemudian menguning mirip gejala kekeringan. Perbedaan antara gejala
kekeringan dengan gejala kerusakan akibat serangan uret sangat mudah untuk dilihat. Tanaman
bambu yang terserang uret tampak layu karena pengankutan zat zat hara dan air rusak terpotong
oleh serangan hama uret. Sedangkan pada tanaman tua ditandai dengan layunya pucuk tanaman
bambu, kemudian kering daunnya dan akhirnya roboh dan mati.

2. Pengendalian

a. Analisis tanah untuk mengetahui kondisi tanah, misalnya kandungan bahan organik tanah, pH
tanah, kandungan unsur hara (N, P, K), dan keragaman biota tanah

b. Pergiliran Tanaman /Crop Rotation dengan cara mengganti tanaman bambu pada masa
tertentu dengan jenis tanaman lain yang kurang disukai oleh uret, antara lain tanaman
legumes.

2
c. Tillage, dilakukan dengan cara membajak secara dalam sehingga mengakibatkan uret yang
berada tanah terangkat keluar atau mati terkena alat bajak.

d. Secara mekanis, bertujuan untuk menangkap dan membunuh uret secara langsung.
Pelaksanaannya biasa dikombinasikan dengan kegiatan lain, misalnya bersamaan dengan
pengolahan tanah dan penangkapan imago menggunakan light trap.

e. Pemberian mikoriza, diharapkan dapat membantu perakaran bambu lebih tahan terhadap
kekeringan, sehingga diharapkan juga lebih toleran terhadap serangan hama uret.

f. Pembuatan perangkap, antara lain :

1) Perangkap telur, pembuatan lubang tanah yang diisi dengan bahan organik tertentu dapat
digunakan sebagai perangkap guna menarik imago hama uret bertelur, sehingga
memudahkan dalam mengumpulkan uret untuk dimusnahkan.

2) Perangkap lampu (Light trap), penggunaan lampu perangkap imago yang dimulai sejak
periode penerbangan imago dapat menekan populasi hama uret. Namun penggunaan
Light trap lebih efektif sebagai sarana monitoring, khususnya untuk mengetahui grafik
fluktuasi populasi imago uret di lapang.

g. Aplikasi nematoda entomopatogen (NEP)


h. Jenis NEP yang digunakan adalah Steinernema spp. NEP mampu membunuh larva Lepidiota
stigma yang ditunjukkan dengan gejala pada larva serangga mengalami perubahan warna
larva menjadi coklat karamel.

i. Aplikasi serbuk biji mimba


j. Selain digunakan sebagai pestisida nabati, produk olahan dari tanaman mimba juga dapat
berfungsi sebagai pupuk.
k. Secara kimiawi, menggunakan insektisida granulair berbahan aktif BHC, diazinon dan
kuinalfos dengan dosis masing-masing 10 gram formulasi per lubang tanam

B. KUMBANG BUBUK

1. Gejala

3
Tidak semua jenis bambu disukainya. Sebenarnya yang disukai oleh hama ini adalah zat pati
yang terdapat dalam jaringan serat bambu. Setiap jenis bambu memiliki kandungan pati yang
berbeda-beda. Sebagai contoh bambu ampel lebih disukai hama bubuk karena kandungan patinya
lebih tinggi daripada bambu betung, bambu wulung, atau bambu apus.

Kandungan pati umumnya tergantung musim, kandungan tertinggi ialah pada saat rebung
muncul. Setelah itu kandungan pati akan turun setelah rebung tumbuh. Pada umur 1 dan 2 tahun
kandungan zat pati bambu tinggi. Pada umur lebih tua kandungannya lebih renda, biasanya serangan
kumbang bubuk lebih banyak dijumpai pada saat rebung muncul dan tanaman masih berumur sekitar
1 – 2 tahun. Meskipun demikian, batang bambu yang sudah dipanenpun masih kemungkinan diserang.

2. Penyebab

Kumbang bubuk berupa hama perusak yang paling berbahaya bagi tanaman bambu. Jenisnya
pun cukup banyak. Ada Dinoderus minutus, D. brevis, Conarthrus filiformis, C. praeustus, Tillus
notatus, dan Myocalandra exarata.

Hama ini menggerek sambil memakan jaringan bambu. Pengerekan dilakukan pada bekas
potongan melintang batang, dinding bambu bagian dalam, atau bagian bambu yang pecah dan terluka.
Luka pada batang ini dapat terjadi karena pemotongan cabang, pembelahan bambu, atau penghalusan
ruas. Kotoran serangga ini berupa serbuk dan diangkut sendiri keluar dari batangbambu. Lama
kelamaan batang abmbu akan berubah menjadi serbuk atau bubuk. Hal ini pula yang mendasari
pemberian namakumbang bubuk pada hama penggerek ini.

3. Pengendalian

Petani biasanya tidak melakukan tindakan khusus terhadap hama tersebut karena serangan
yang ditemui relatif jarang. Seandainya serangan hama tersebut ditemui biasanya hanya dilakukan
tindakan manual yakni membunuh serangga pengganggu yang ditemui. Untuk serangan penyakit,
biasanya tanaman bambu yang tumbuh di Indonesia tidak mempermasalahkan ini. Namun, bisa jadi di
masa mendatang beberapa penyakit dapat menimbulkan gejala yang berbahaya terhadap tanaman
bambu sehingga hal ini perlu diantisipasi. Tindakan preventif dengan menjaga kebersihan dan
kelembaban secara tidak berlebihan di sekitar rumpun bambu amatlah baik untuk pertumbuhan
tanaman.

C. Rot dari Emerging Culms (Busuk batang (baru muncul) yang sedang tumbuh)

4
Bambusa balcooa, B. bambos, B. polymorpha, B. vulgaris, D. longispathus, D. strictus,
Thyrsostachys Oliveri adalah spesies bambu yang paling parah terkena dampak. Infeksi dan mortalitas
parah dicatat pada tegakan bambu dengan curah hujan tinggi Daerah di negara bagian Kerala dan
Karnataka.

1. GEJALA

Penyakit ini bermanifestasi sebagai lesi coklat tua Pada selubung terluar dari batang yang
muncul (tinggi 15-20 cm), di dekat tanah. Lesi ini menyebar dengan cepat dan menutupi keseluruhan
Selubung batang luar. Infeksi menyebabkan busuk dari tender, pemotretan yang keluar dengan sigung
Menjadi berubah warna dan mengeluarkan bau molase yang kuat. Penyakit ini menyerang
Perkembangan lebih lanjut dari batang dan menyebabkan kerusakan total. Fusarium moniliforme var.
alat pengantara Neish dan Legget adalah patogen jamur terkait Dengan penyakitnya.

2. PENYEBAB

Curah hujan deras selama dan setelah munculnya batang pohon, pencairan air Di sekitar
rumpun, pertambangan, aktivitas serangga dan pengelolaan lahan yang buruk merupakan faktor
pendukung infeksi Penyakit ini juga telah dilaporkan pada berbagai jenis bambu Di Bangladesh dan
Pakistan (Mohanan, 1997).

3. PENGENDALIAN

Langkah pengendalian budaya, seperti pembuangan puing di sekitar gumpalan sebelum


Permulaan musim hujan, pembakaran ringan dari puing-puing di atas tanah, melonggarkan tanah Di
sekitar rumpun sebelum munculnya culm, pemangkasan dan pemindahan cabang. Dari bagian basal
batang yang lebih tua selama periode kering (Maret-April) adalah Disarankan untuk meminimalkan
kejadian penyakit. Untuk menghindari kerusakan mekanis pada Batang pohon yang muncul
disebabkan oleh ternak dan hewan lainnya, rumpun merawat dan membersihkan Operasi hanya
direkomendasikan di tempat yang terlindungi dengan baik. Aplikasi dari Carbendazim (@ 0,2% ai)
atau mancozeb (@ 0,3% ai) juga dianjurkan untuk Mengelola penyakit.

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bambu merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dapat dibudidayakan atau
dilestarikan sehingga dapat terus digunakan sebagai material alami bahan bangunan. Bambu pada
umumnya sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit, khususnya hama uret yang
menyebabkan batang menjadi layu, sehingga kualitas dan kuantitasnya menjadi berkurang. Penyakit
yang sering menyerang pada tanaman bambu adalah hama uret, kumbang bubuk, dan Rot dari
Emerging Culms (Busuk batang (baru muncul) yang sedang tumbuh).

Penyakit dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yang tidak sesuai bagi tanaman. Maka,
tindakan preventif dengan menjaga kebersihan dan kelembaban secara tidak berlebihan di sekitar
rumpun bambu amatlah baik dan penting pertumbuhan tanaman.

6
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, E.A. 1985. Bamboo research in Indonesia, in Lissard and A Chouinard (eds). Bamboo
Research in Asia Proceedings of a Workshop held in Singapura. IDRC and IUFRO.

Tjahjadi, Nur.1992 . Hama Dan Penyakit Tanaman. kanisius. Yogyakarta

Rosti. Mita Anjar. Tondok. Sofi. 2021.( https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/105333., diakses :


14 september 2021).

Soendjoto, M.A. 1997. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Uji Coba Balai Teknologi Reboisasi
Banjar Baru. Upaya Peningkatan Mutu dan Produktifitas Hutan Menuju Pengelolaan Hutan
Lestari. BTR Banjarbaru, Kal – Sel.

Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan.


2015.(https://lampung.litbang.pertanian.go.id/eng/index.php/berita/4-info-aktual/623-
pengendalian-hama-uret-lepidiota-stigma-pada-tanaman-tebu, diakses : 14 september 2021).

2017. (https://anakbuntialo.blogspot.com/2017/11/penyakit-pada-bambu-dan-
pengendaliannya.html?m=1 , diakses : 14 september 2021).

Anda mungkin juga menyukai