Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HAMA PADA TANAMAN NANAS

( Ananas comosus (L) Merr. )

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FAISHAL OCTADIANTO

17025010095

AGROTEKNOLOGI C

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAWA TIMUR

2019
DAFTAR ISI

Daftar Isi.................................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2. Tujuan .......................................................................................... 2
1.3. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
2.1. Hama Tanaman Nanas ................................................................. 3
2.1.1. Kutu Putih (Dysmicoccus brevipes) ................................ 3
2.1.2. Hama uret (Lepidiota stigma) ............................................ 6
2.1.3. Tikus (Rattus spp.)............................................................. 8
2.1.4. Babi Hutan (Sus scrofa)..................................................... 10
2.1.5. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ..................... 12
BAB III PENUTUP .................................................................................. 15
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 15
3.2. Saran ............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka Saya dapat menyelesaikan Makalah Hama Tanaman Nanas. Penyelesaian
makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk memenuhi nilai tugas mata
kuliah Ilmu Hama Penyakit Tumbuhan.
Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam
penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kami
sangat menerima kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan
pembuatan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih yag
tak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan
ini.
Akhir kata kami berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dan dapat dijadikan
sebagai amalan ibadah.

Surabaya, 14 April 2019

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang berada di wilayah khatulistiwa dan
beriklim basah. Daerah daerah yang ada di Indonesia berpotensi besar dalam
menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan subur. Salah satunya adalah
buah-buahan, di Indonesia banyak jenis buah-buahan yang dihasilkan khususnya
buah-buahan tropis. Buah-buahan yang dihasilkan kebanyakan hanya membanjiri
pasar lokal saja disaat panen. Buah yang menempati pasar swalayan atau
intenasional masih terbatas. Jenis jenis buah-buahan tropis yang saat ini berada di
pasar Internasional diantaranya pisang, mangga, alpukat, rambutan, markisa, sirsak,
jambu biji, belimbing, manggis, dan nanas.
Tanaman nanas (Ananas comosus (L) Merr.) merupakan salah satu tanaman
buah hortikultura yang cukup terkenal di dunia. Nanas merupakan salah satu
komoditi yang banyak dibudidayakan di daerah tropis maupun sub tropis. Buah
nanas merupakan salah satu buah yang cukup memiliki nilai ekonomis di pasar
internasional. Indonesia merupakan negara pengekspor nanas dengan volume yang
cukup besar.
Buah nanas memiliki daya tarik di kalangan masyarakat Indonesia. Buah ini
dapat dimakan secara segar maupun diolah terlebih dahulu menjadi sebuah
masakan. Buah nanas (Ananas comosus (L) Merr.) adalah salah satu komoditas
unggulan di Indonesia karena produksi buah nanas di Indonesia cukup tinggi.
Kebutuhan konsumen terhadap nanas semakin meningkat, sehingga
dibutuhkan upaya untuk peningkatan hasil produksi nanas. Dibutuhkan lahan
pertanaman semakin luas untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terserbut
memicu potensi banyaknya maslaah hama yang muncul pada tanaman nanas.
Masalah tersebut menjadi kendala yang dalam upaya peningkatan produksi nanas.
Informasi mengenai hama yang menyerang tanaman nanas masih minim sekali.
Oleh karena itu dibuat makalah mengenai hama tanaman nanas untuk menentukan
langkah pengendalian hama tanaman nanas.

1
1.2. Tujuan
Pembuatan makalah hama tanaman nanas bertujuan untuk mengetahui
hama-hama tanaman nanas dan cara pengendaliannnya.
1.3. Rumusan Masalah
1. Hama apa saja yang terdapat pada tanaman nanas?
2. Bagaimana serangan dan dampak hama tanaman nanas?
3. Bagaimana cara pengendalian serangan hama tanaman nanas?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hama Tanaman Nanas
Nanas merupakan salah satu komoditas penting yang dimiliki oleh
Indonesia. Buah ini menjadi komoditas ekspor andalan dalam bentuk kalengan dan
jus. Selain buahnya, nanas memiliki banyak kegunaan. Daunnya dapat diolah
menjadi serat (benang) yang bagus sebagai bahan pakaian tetapi masih belum
dikembangkan. Pada buah nanas terdapat zat bromealin yang bersifat sebagai
pemecah protein (pelunak daging) (Sunarjono, 2006). Permasalahan hama
merupakan salah satu kendala dalam budidaya nanas. Beberapa hama yang
menyerang tanaman nanas diantaranya kutu putih (Dysmicoccus brevipes), uret
(Lepidiotastigma), tikus (Rattus spp.), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
dan babi hutan (Sus scrofa).

2.1.1. Kutu Putih (Dysmicoccus brevipes)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
Genus : Dysmicoccus
Spesies : Dysmicoccus brevipes

3
b. Serangan dan Kerugian
Kutu putih menyerang dengan cara menghisap cairan pada
bagian daun dan pucuk tanaman. Potensi kehilangan hasil yang
ditimbulkan oleh serangan kutu putih berkisar 30% hingga 80%.
Serangga ini adalah serangga vektor virus yang menyebabkan
penyakit layu pada tanaman nanas (Sether et al. 2001).
c. Penyebaran
Kutu putih ini hidup pada bagian-bagian tersembunyi dari
tanaman nanas seperti di perakaran, pangkal batang yang tertutup
tanah dan buah (mata tangkai dan daun mahkota buah). Dari
penelitian Sartiami (2006) ditemukan beberapa spesies semut di
pertanaman nanas di Desa Bunihayu, Subang yaitu Pseudolasius
sp., Paratrechina sp., Cardiocondyla sp., Dorylus sp.. Sebagian
besar famili Pseudococcidae (Dysmicoccus brevipes) ini
berasosiasi dengan semut yang bersifat simbiosis mutualisme.
Kutu putih menghasilkan embun madu yang digunakan sebagai
sumber makanan bagi semut. Kemudian semut akan melindungi
kutu putih dari serangan musuh alami, pembuatan tempat
perlindungan, pengurangan embun madu dan membantu
pemencaran kutu putih. Penghilangan embun madu dari koloni
kutu putih sangat penting untuk pencegahan tumbuhnya
cendawan jelaga yang mengganggu perkembangan populasi kutu
putih. Semut juga dapat menjadi faktor kolonisasi kutu putih pada
daerah-daerah baru yang kemungkinan dilakukan oleh semut
berukuran besar. Oleh karena itu, pengendalian Dysmicoccus
brevipes harus disertai dengan pengendalian terhadap populasi
semut.
d. Gejala Serangan
Gejala yang timbul akibat serangan tersebut adalah daun
mengkerut dan pucuk mengerdil hingga menyerupai bunga atau
disebut bunchy tops. Serangan berat dapat menyebabkan
defoliasi, akan tetapi gejala tersebut sangat jarang terjadi karena

4
ubi kayu dapat bertunas kembali dengan cepat. Serangan kutu
putih pada batang mengakibatkan terjadinya distorsi (Balitkabi,
2017).
e. Siklus Hidup
D. brevipes bereproduksi secara partenogenesis maupun
biseksual. Partenogenesis yaitu sel telur berkembang menjadi
embrio tanpa mengalami pembuahan. Setiap telur menghasilkan
kutu putih betina. D. brevipes juga melahirkan secara ovovivipar.
Telur berkembang di dalam tubuh imago betina kemudian imago
betina melahirkan nimfa. Siklus hidup berlangsung 95 hari atau
berkisar 78 sampai 111 hari (Mau dan Kessing, 2007).
f. Tanaman Inang
Tanaman talas dan pisang bisa menjadi inang alternatif D.
brevipes. Inang D. brevipes selain nanas adalah alpukat, pisang,
wortel, seledri, jeruk, kakao, kelapa, kopi, kapas, murbai, jahe,
talas, dan labu (CABI, 2004).
g. Pengendalian
Pengendalian kutu putih secara biologi dapat dilakukan
dengan menggunakan musuh alami. Di Subang sudah diketahui
satu parasitoid kutu putih yaitu Hambletonia pseudococcina
(Asbani, 2005). Predator D. brevipes umumnya berasal dari ordo
Coleoptera, famili Coccinellidae antara lain: Lobodiplosis
pseudococci, Nephuss bilucenarius, Scymnus unicatus, S. pictus,
Cryptolaemus montrouzieri, C. affinis dan C. wallacii yang
ditemukan di Papua Nugini (Mau dan Kessing, 2007).
Pengendalian Dysmicoccus brevipes harus disertai dengan
pengendalian terhadap populasi semut. Pengendalian lainnya
dengan bahan kimia organik (ekstrak akar ubi kayu; minyak
mimba), menggunakan varietas tahan, dan pengendalian dengan
kultur teknik.

5
2.1.2. Hama uret (Lepidiota stigma)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabaeidae
Genus : Lepidiota
Spesies : Lepidiota stigma
b. Serangan dan Kerugian
Larva uret tinggal di sekitar perakaran, merusak leher akar,
kulit, kambium akar, dan akar rambut pada sistem perakaran
tanaman muda. Uret memakan akar tanaman dan hanya
meninggalkan bagian pangkal batang saja sehingga tanaman
mudah dicabut. Kerusakan akar tanaman ini menghambat
aliran zat hara, melemahkan serta dapat mematikan tanaman
(Amandari 2011).
c. Penyebaran
Penyebaran uret diawali dengan imago betina meletakkan
telurnya dalam tanah yang cukup lembab dengan kedalaman
bervariasi antara 5 sampai 30 cm. Telur menetas setelah
berumur 1 sampai 2 minggu. Larva muda memakan sisa-sisa

6
tanaman yang mati atau akar-akar tanaman di sekitarnya,
selanjutnya makin dewasa larva akan makan perakaran tanaman
yang hidup (BPP, 2012).
d. Gejala Serangan
Gejala serangan berupa daun mengering, tanaman kering,
jaringan tanaman mati karena tanaman dirusak oleh uret.
Gejala awal mirip dengan gejala tanaman yang kekeringan
(kurang air). Mulanya daun menguning pada rumpun bagian
dalam dan menjadi gugur, selanjutnya menjadi gundul dan
batang menjadi rusak. Pada kasus yang parah, pangkal batang
tanaman dapat terangkat dan tercabut dengan sendirinya.
Tanaman nenas yang rusak tersebut dengan mudah dapat
dicabut dan dapat dijumpai ‘terowongan’ yang merupakan
tempat persembunyian uret.(Ditlin Hortikultura, 2013)
e. Siklus Hidup
L. stigma memerlukan waktu sekitar 12 bulan untuk
menyelesaikan siklus hidupnya. Siklus hidup uret dipengaruhi
oleh faktor lingkungan seperti tanah dan vegetasi, serta iklim
(Pramono 2005). Uret biasanya ditemukan pada tanah gembur
dan ditumbuhi rerumputan. Curah hujan saat musim hujan
membuat tanah lembap. Hal tersebut menentukan imago
keluar dari tanah dan meletakkan telur maka stadia awal larva
tidak akan mengalami kekeringan (Saragih, 2009).
f. Tanaman Inang
L. stigma dapat menyerang tanaman salak, jagung, ubi kayu,
kopi, karet, dadap, asem, kacang-kacangan, keladi, pisang,
kelapa, semangka, labu, ganyong, Desmodium sp., Crotalaria
sp. dan Cannaedulis (Ditlin Hortikultura, 2013).
g. Pengendalian
Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara
pengumpulkan uret yang kemudian diikuti dengan pemusnahan
pada saat pengolahan tanah. Pengendalian hayati dapat

7
dilakukan penggunaan cendawan Metarhiziumanisopliae,
Beauveria bassiana dan parasitoid larva Campsomeris sp.
(Prabowo dan Indrayani, 2013). Pengendalian secara kimiawi
menggunakan insektisida korbofuran 3 G dengan dosis 10 gram
perlubang tanam dapat menurunkan serangan uret dari 70%
menjadi 10% (Saragih, 2009). Pengendalian lainnya dapat
dengan menaburkan campuran detergen (1 kg) dengan kapur
barus (¼ kg) ke tanah untuk luasan 1 ha (Budiatmoko et al.,
2008)

2.1.3. Tikus (Rattus spp.)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus spp.

8
b. Serangan dan Kerugian
Hama tikus menyerang tanaman nanas yang telah berbuah
(umur tanaman lebih dari 12 bulan). Menurut Priyambodo
(2003), pada umumnya serangan tikus terjadi dipertanaman
nanas yang terletak dekat pemukiman warga atau sawah dan
ladang. Tikus memiliki kemampuan memanjat (climbing)
dengan adanya footpad (tonjolan pada kaki) sehingga tikus
mampu menyerang buah nanas pada bagian ujung batang. Tikus
memiliki cakar yang berguna memperkuat pegangan dan ekor
sebagai alat keseimbangan ketika tikus memanjat. Buah nanas
yang terserang tikus tidak dapat dijual dan hanya dibuang saja
oleh petani.
c. Penyebaran
Tikus memiliki kemampuan menggali (digging) untuk
membuat sarang yang kedalamannya tidak melebihi 50 cm.
Sistem sarang di dalam tanah ini sering diperpanjang oleh tikus
dengan membuat lorong-lorong tambahan saling berhubungan
dengan beberapa pintu alternatif, terutama bila populasi
meningkat.
d. Gejala Serangan
Gejala serangan tikus ini ditandai dengan bekas gigitan pada
buah nanas dan tidak adanya buah pada tanaman nanas. Letak
pertanaman nanas yang paling diserang oleh tikus dekat dengan
permukiman. warga.
e. Siklus Hidup
Tikus merupakan hewan yang mempunyai kemampuan
reproduksi cukup tinggi, terutama jika dibandingkan dengan
mamalia lainnya. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti
matang seksual cepat yaitu 68 hari, masa bunting singkat yaitu
20-22 hari, terjadi post portum oestrus yaitu timbulnya birahi
segera 24-48 jam setelah melahirkan, dapat melahirkan
sepanjang tahun tanpa mengenal musim (Hewanpolyestrus),

9
dan melahirkan keturunan dalam jumlah banyak yaitu 3-12 ekor
per kelahiran dengan rata-rata 6,2 ekor dengan rasio yang sama
antara jantan dan betina (Brook dan Rowe, 1987).
f. Tanaman Inang
Tikus Rattus spp. dapat menyerang tanaman nanas, padi,
jagung, dan kelapa sawit,
g. Pengendalian
Cara pengendalian hama tikus Rattus spp. dengan
pembuatan perangkap tikus, melakukan sanitasi habitat tikus,
penyemportan pestisida kimia (rodentisida) dan penggunaan
musuh alami.

2.1.4. Babi Hutan (Sus scrofa)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Suidae
Genus : Sus
Spesies : Sus scrofa
b. Serangan dan Kerugian
Babi hutan mengganggu dan merusak areal garapan
pertanian nanas kemungkinan karena habibatnya terganggu

10
sehingga babi hutan mencari makan di areal pertanian milik
petani.
c. Penyebaran
Menurut Suripto (2000), babi hutan dapat ditemukan pada
habitat dengan penutupan yang rapat seperti hutan alam sampai
habitat terbuka yang tidak tertutup rapat oleh pepohonan. Hal
tersebut menunjukan bahwa babi hutan memiliki kemampuan
adaptasi dan penyebaran yang tinggi pada berbagai jenis habitat.
d. Gejala Serangan
Dalam mengenali serangan babi hutan, petani dapat
mengidentifikasi dengan melihat jejak kaki atau kondisi
tanaman nanas rusak. Kondisi pertanaman nanas yang diserang
berupa tanaman nanas roboh dan akar tanaman nanas tercongkel
dari dalam tanah .
e. Siklus Hidup
Babi jantan meninggalkan tempat tinggal mereka pada usia
8-15 bulan, sementara betina baik tetap dengan ibu mereka atau
membangun wilayah baru di dekatnya. Periode perkawinan di
sebagian besar wilayah berlangsung dari bulan November
sampai Januari meskipun sebagian kawin hanya berlangsung
satu bulan setengah. Usia kehamilan babi betina berlangsung
114-130 hari. Babi yang baru lahir memiliki berat sekitar 600-
1,000 gram. Para anak babi tidak meninggalkan sarangnya
untuk minggu pertama setelah lahir. Meskipun waktu menyusui
berlangsung sekitar 2,5-3,5 bulan, namun anak babi mulai
menampilkan perilaku cara makan dewasa pada usia 2-3
minggu. Gigi-gigi permanen sepenuhnya dibentuk oleh 1-2
tahun. Dengan pengecualian dari gigi taring pada babi jantan,
gigi berhenti tumbuh selama pertengahan tahun keempat. Taring
pada babi jantan tua terus tumbuh sepanjang hidup mereka,
melengkung kuat dengan bertambahnya usia mereka. Induk babi

11
betina mencapai kematangan seksual pada usia satu tahun,
dengan babi jantan mencapai itu setahun kemudian.
f. Tanaman Inang
Hama babi hutan dapat menyerang tanaman umbi-umbian,
tanaman palawija, tanaman nanas, dan kopi.
g. Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan dengan memberi pagar
disekitar lahan tanaman nanas, pemasangan perangkap,
menggunakan bau-bau an yang kurang sedap untuk mengusir
babi hutan.

2.1.5. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)

a. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Divisi : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca fascicularis

12
b. Serangan dan Kerugian
Monyet ini menyerang tanaman nanas umur sedang dan tua
dengan menggigit buah nanas. Persentase bagian tumbuhan
yang dimakan oleh M. fascicularis yaitu buah 70,37%,
daun/pucuk 20,37%, dan batang/kulit 9,26%. Bagian tumbuhan
yang paling disukai M. fascicularis untuk dimakan yaitu buah
seperti yang terjadi pada tanaman nanas (Napier & Napier 1985;
Mukhtar 1982).
c. Penyebaran
M. fascicularis bersifat diurnal, aktivitasnya lebih banyak
dilakukan di atas tanah (terestrial) dibandingkan dengan di
pohon, namun tidur di atas pohon dilakukan untuk menghindari
pemangsa. Salah satu faktor fisik yang mempengaruhi
kehidupan M. fascicularis yaitu temperatur. Temperatur
terendah berkisar antara 23°-24° C dan tertinggi berkisar antara
29°-30° C (Santosa 1993; Mukhtar 1982).
Habitat Macaca secara umum tersebar dari mulai hutan hujan
tropika, hutan musim, dan rawa mangrove sampai hutan
montane di Himalaya, karena hewan ini memiliki kemampuan
beradaptasi dengan baik. Mereka dapat ditemukan di Gibraltar,
Afghanistan, Cina, Jepang, Filipina, Kalimantan, Jawa, dan
Sumatera (Napier & Napier 1985).
d. Gejala Serangan
Gejala yang bekas gigitan pada buah nanas, tidak adanya
buah nanas pada tanaman, dan tercabutnya tanaman nanas.
e. Siklus Hidup
Kera ekor panjang jantan mencapai kedewasaan seksual
kira-kira pada umur 6 tahun, sedangkan kera ekor panjang
betina dewasa sekitar umur 4 tahun. Betina yang lebih dewasa
dalam kelompoknya secara umum lebih produktif dan
keturunannya relatif lebih aman dari bahaya kematian dari pada
betina yang lebih muda. Hal ini dikarenakan kera ekor panjang

13
yang lebih dewasa lebih besar kesempatannya dalam
memperoleh makanan. Rata-rata lama masa kehamilan kera
ekor panjang adalah 162 hari dan rata-rata selang kelahiran anak
390 hari. Pada umumnya masa kelahiran puncak terjadi pada
bulan Mei sampai dengan Juli. Kera ekor panjang betina
merawat anaknya sampai umur 420 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa kera ekor panjang betina dapat mengasilkan keturunan
setiap tahunnya.
f. Tanaman Inang
Macaca fascicularis dapat menyerang tanaman nanas,
tanaman A. mangium,tanaman umbi-umbian, jagung, terong,
nanas dan tanaman cabai.
g. Pengendalian
Pengendalian hama monyet ini dengan menggunakan
perangkap kandang, membuat penghalang seperti parit atau
pagar, membuat pagar alami merupakan pagar yang terbentuk
dari tanaman yang dinilai cukup efektif bisa memproteksi areal
yang diinginkan sebagai contoh, menanam pohon salak yang
rapat mengelilingi ladang/kebun bisa menjadi solusi yang cukup
ampuh mengingat batang pohon salak ditumbuhi duri yang
ditakuti oleh monyet. Selain itu dengan memanfaatkan kotoran
ayam diketahui bisa dimanfaatkan sebagai pelindung ladang.
Caranya dengan menaburkan kotoran ayam yang masih basah
di jalur yang biasa dilalui oleh kawanan monyet. Bau kotoran
yang sangat menyengat ini akan mengecoh monyet dengan
menduga kalau ada binatang lain yang menguasai areal tersebut
sehingga mereka merasa takut memasukinya.

14
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
 Beberapa hama yang menyerang tanaman nanas diantaranya kutu
putih (Dysmicoccus brevipes), uret (Lepidiota stigma), tikus (Rattus
spp.), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan babi hutan
(Sus scrofa).
 Hama tanaman nanas memiliki serangan, dampak serangan, dan
pengendalian yang berbeda.
 Pengetahuan tentang hama tanaman nanas sangat penting untuk
menentukan cara pengendalian hama.
3.2. Saran
Pengendalian hama yang menyerang tanaman nanas berbeda-beda
diperlukan pengetahuan untuk menentukan pengendalian yang tepat dalam
mengatasi serangan hama tanaman nanas.

15
DAFTAR PUSTAKA

[BPP] Balai Penyuluh Pertanian. 2012. Embug (Lepidiota stigma) Momok bagi
Petani di wilayah Ngancar. http://bppngancarkediri.blogspot.com/.[14
April 2019]
[CABI] Central for Agricultural and Bioscience International. 2004. Crop
Protection Compendium. Wallingford (GB): CAB International.
[Ditlin Hortikultura] Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2013. OPT Tanaman
Jeruk – Nenas. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian.
Amandari S. 2011. Hama dan penyakit tanaman nanas (Ananas comosus L. Merr.)
di Kecamatan Ngancar, Kediri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Balitkabi. 2017. Mengenal Hama Kutu Putih pada Ubi Kayu. Balai
Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang
Brooks, J.E dan Rowe, F.P. 1987. Commensal Rodent Control. Vektor Biology.
World Health Organization. Geneva. 109 hlm.
Budiatmoko SD, Gunawan H, Jayanto P, Purwanta S, Sumantoro P, Suryanaji,
Inan, Astanti FE. 2008. Teknik Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman
Hutan (Jati, Pinus, Kayu Putih, Sengon). Cepu (ID): Puslitbang Perum
Perhutani.
Mau RFL, Kessing JLM. 2007. Dysmicoccus brevipes (Cockerell). Hawaii (US):
University of Hawaii.
Mukhtar, AS. 1982. Penelitian pola pergerakan Macaca fascicularis (Raffles) di
Taman Wisata dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat [tesis].
Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Napier JR, Napier PH. 1985. The Natural History of The Primates. Wallingford:
MIT Press.
Prabowo, H, Indrayani I. 2013. Lepidiota stigma Fabricius: Uret Pemakan Akar
Tanaman Tebu [internet]. [diunduh 2017 Jul 27]. Tersedia pada:
http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2014/01/
perkebunan_Infotek5_7_2013-2.pdf.

16
Pramono, D. 2005. Seri Pengelolaan Hama Tebu Secara Terpadu. Malang (ID):
Dionta.
Priyambodo, S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Santosa, Y. 1993. Strategi Kuantitatif Untuk Pendugaan Beberapa Parameter
Demografi Dan Kuota Pemanenan Populasi Satwa Liar Berdasarkan
Pendekatan Ekologi Perilaku: Studi Kasus Terhadap Populasi Kera Ekor
Panjang (Macaca Fascicularis) Di Pulau Tinjil [Laporan Akhir]. Bogor:
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Saragih, D.M. 2009. Serangan uret dan cara pengendaliannya pada tanaman
Eucalyptus hybrid di hutan tanaman PT. Toba Pulp Lestari sektor Aek Na
Uli Sumatera Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sartiami, D. 2006. Keberadaan Dysmicoccus brevipes (Cockerell) (Hemiptera:
Pseudococcidae) sebagai Vektor Pineapple Mealybug Wilt-associated
Virus (PMWaV) pada Tanaman Nanas. J. II. Per. Indon. Vol. II (1).
Sether DM, Karasev AV, Okumura C, Arakawa C, Zee F, Kislan MM, Busto JL,
and Hu JS. 2001. Differentiation, Distribution, and Elimination of Two
Different Pineapple Mealybug Wilt-associated Viruses Found in
Pineapple. Plant Disease. 85:856-864
Sunarjono, H. 2006. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suripto, B.A. 2000. Babi hutan (Sus spp.) di Pulau Jawa: masa lalu, masa kini, dan
masa yang akan datang. J Konser Kehut. 2(1): 1-23.

17

Anda mungkin juga menyukai