Anda di halaman 1dari 15

PENGAMATAN HAMA TANAMAN PADI

DAN PENGENDALIANNYA

Oleh:
Nuring Putri Utami (221510501118)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1 Taksonomi dan Morfologi Padi (Oryza sativa L.) .................................... 3

2.2 Keong Mas (Pomacea canaliculata) .......................................................... 3

2.3 Morfologi Belalang Hijau (Oxya chirensis) .............................................. 4

2.4 Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) .................................... 4

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 5

3.1 Hasil........................................................................................................... 5

3.2 Pembahasan .............................................................................................. 6

3.2.1 Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata)................. 6

3.2.2 Pengendalian Hama Belalang Hijau (Oxya chirensis) ...................... 6

3.2.3 Pengendalian Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius) ............ 7

BAB 4. PENUTUP .................................................................................................. 8

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 8

i
4.2 Saran ............................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 9

ii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Produksi Padi Jawa Timur 2020-2022 ...................................................... 1

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gejala Serangan Hama Tanaman Padi ....................................................... 5

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan agraris yang artinya
sebagaian besar masyarakat Indonesia bermatapencaharian petani. Selain itu
Indonesia memiliki kondisi iklim tropis yang cocok ditanami berbagai macam
tanaman budidaya salah satunya padi. Masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi
sebagai makanan pokok mereka. Di Indonesia tinngkat konsumsi beras mencapai
120kg/tahun atau dua kali lipat daripada konsumsi beras di dunia yang sebesar
60kg/tahun (Hasanah, 2022). Di balik julukan tersebut, pertanian Indonesia masih
membutuhkan perhatian khusus. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan produksi padi
setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS tahun 2022, produksi padi wilayah jawa timur
menunjukkan angka penurunan dari tahun 2020 sampai tahun 2022.

Produksi Padi di Jawa Timur


10,000,000
9,800,000
9,600,000
Jumlah(ton)
9,400,000
9,200,000
2020 2021 2022

Grafik 1.1 Produksi Padi Jawa Timur 2020-2022

Angka penurunan produksi padi di Jawa Timur tahun 2020 dan 2022 mengalami
penurunan sebesar 4%. Keberhasilan peningkatan produktivitas sangat dipengaruhi
dengan penggunaan pupuk, pemilihan bibit adaptif, luas lahan produksi, tenaga kerja,
dan teknologi (Wilujeng dan Fauziyah, 2021).
Serangan organisme pengganggu baik yang tergolong hama atau penyakit
serta tumbuhan gulma ditemukan mulai dari pembibitan, sampai pada pasca panen

1
2

(Wati, 2021). Oleh karena itu pengendalian hama sangat diperlukan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman padi. Pengelolaan hamma terpadu berarti
pertimbangan dengan cermat serta teknik pengendalian hama dan tetap
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan serta keamanan bagi manusia
(Deguinne dkk, 2021). Untuk menentukan pengendalian yang tepat maka diperlukan
identifikasi hama, habitat hama serta bagaimana hama terseut merusak tanaman
(Dara, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gejala yang ditimbulkan akibat serangan hama padi (Orya
sativa L.)?
2. Bagaimanakah pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan
perkembangbiakan hama padi (Orya sativa L.)?
1.2 Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam penyusunan laporan antara lain:
1. Mahasiswa/penulis mengetahui gejala yang diakibatkan gangguan hama
tanaman padi (Orya sativa L.).
2. Mahasiswa/penulis mampu menganalisis pengendalian hama tanaman padi
(Orya sativa L.).
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan adanya penyusunan laporan ini bagi penulis
yaitu:
1. Sebagai wadah menggali informasi baru tentang kergaman hama yang
ditemukan di lahan sawah.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan berkaitan dengan pengendalian hama
tanaman padi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi dan Morfologi Padi (Oryza sativa L.)


Padi merupakan tanaman pangan yang menjadi makanan pokok bagi
masyarakat Indonesia. Sehingga sebagian besar petani di Indonesia adalah petani
padi. Taksonomi dari tanaman padi dapat diklasifikasikan ke dalam Kingdom
Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Poales, Famili
Gramineae, Genus Oryza dan termasuk Spesies Oryza sativa L. Padi termasuk
tanaman Gramineae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas, padi
mempunyai daun yang berbeda-beda baik bentuk, susunan, atau bagian-bagiannya.
Ciri khas daun padi adalah adanya sisik dan telinga yang membedakan padi dengan
tanaman rumput lain. Sekumpulan bunga padi yang keluar dari buku paling atas
disebut malai. Panjang malai tergantung pada varietas yang ditanam. Gabah padi
merupakan buah padi yang tertutup lemma dan palea. Lemma dan palea inilah yang
membentuk sekam atau kulit gabah (Rembang dkk, 2018)
2.2 Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas (Pomacea canaliculata) secara morfologi keong mas sebagai
berikut: rumah siput bundar dan menara pendek, rumah siput besar, tebal, lima
sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan
bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup dan mulut, berwarna
cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya
lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange.
Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam,
sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar
(Cahyono dkk, 2022).
Keong mas dewasa akan meletakkan telurnya di tempat-tempat yang tidak
tergenang air dan melakukan bertelur pada malam hari. Telur-telur keong mas

3
4

diletakkan pada rumpun tanaman, tonggak, saluran pengairan bagian atas dan
rumput-rumputan (Budiyono, 2020). Keong mas menyerang tanaman padi baru
ditanam sampai usia 15 hari usai tanam. Keong mas berkembang biak dengan cepat.
Presentase telur keong mas setiap kali bertelur adalah 85% dengan jumlah telur
hampi 500 butir setiap kelompoknya (Budiyono, 2020).
2.3 Morfologi Belalang Hijau (Oxya chirensis)
Belalang hijau memiliki tubuh yang terdiri atas tiga bagian utama yaitu
kepala, dada atau thoraks, dan perut atau abdomen. Belalang hijau memiliki dua
jenis organ gerak yaitu sayap dan kaki, di mana sayap melekat pada bagian dada (Leu
dkk, 2021). Kepala belalang hijau terdapat sepasang antenna berukuran kecil,
memiliki sepasang mata majemuk dan 3 buah mata ocelli. Belalang hijau memiliki
tipe kepala hypognatus dengan tipe mulu menggigit (Rahayu, 2021). Belalng hijau
termasuk famili Acrididae memiliki antena filliform, bentuk sayap membula serta
memiliki rangka sayap (Valinta, 2021).
2.4 Morfologi Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)
Walang sangit termasuk ke dalam filum Arthropoda, secara morfologi kepik
memliki kaki belakang agak lebar seperti daun dan berwarna coklat keabu-abuan.
Nimfa serangga ini mempunyai tubuh yang memanjang serta kepala lebih pendek,
barulah ketika nimfa semakin tumbuh warna tubuhnya menjadi coklat gelap atau
keabu-abuan (Ari, 2020). Kaki walang sangit dewasa berwarna cokelat gelap dan
memiliki sayap datar dan lurus ke arah belakang pada saat menutupnya. Antena
kepik walang sangit terdiri atas empat ruas dan mempunyai tipe alat mulut pencucuk
dan penghisap yang terdiri atas empat ruas (Leu dkk, 2021). Serangga ini juga
mampu megeluarkan bau yang tidak sedap apabila mendapat ancaman dari luar.
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tanaman yang diserang hama akan menunjukkan gejala yang menjadi
sinyal agar keberadaan hama bisa dapat segera dikendalikan apabila sudah pada
ambang ekonomi. Gejala serangan hama keong mas (Pomacea canaliculata),
belalang hijau (Oxya chirensis), dan kepik kaki daun (Leptocorisa oratorius
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.1 Gejala Serangan Hama Tanaman Padi
No Nama Hama Gejala
1. Adanya telur keong mas di sekitar
sawah dalam jumlah yang banyak.
Bibit hilang, daunnya terotong dan
mengapung, terpotong batang, dan
berkurangnya tanaman tegak.
Keong Mas
(Pomacea canaliculata)
2. Daun sobek dan berlubang-lubang
besar.

Belalang Hijau
(Oxya chirensis)
3. Bulir padi menjadi cokelat dan
mudah hancur ketika digiling. Bulir
padi terdapat bercak-bercak cokelat.

Walang Sangit
(Leptocorisa oratorius)

5
6

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengendalian Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata)
Keong mas memakan padi dengan cara mengerok dengan menggunakan
lidahnya yang kasar dan juga memakan bahan organic yang sedang
berdekomposisi. Pengendalian dilakukan dengan cara :
1. Mengumpulkan telur keong mas. Hal ini dilakukan secara manual karena
visual dari telur keong mas dapat terlihat secara jelas. Warna telur keong mas
adalah merah muda sehingga sangat kontras dengan warna tanaman.
2. Memasang penghalang plastik pada lahan persemaian. Penghalang
menggunakan plastik karena sifat plastik yang licin sehingga keong akan sulit
memasuki lahan persemaian.
3. Membuat parit di sekitar sawah. Keong mas menyukai tempat yang berair
sehingga dengan adanya parit keong mas akan berkumpul di parit-parit
tersebut dan akan memudahkan dalam pengumpulan keong mas.
4. Menggunakan pestisida nabati. Bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati adalah daun sembo, akar tuba, dan patah tulang
(Budiyono, 2020). Pengaplikasian pestisida nabati dilakukan dengan
penyemprotan atau disebarkan langsung di area sawah yang diserang keong
mas.
5. Memanfaatkan pestisida. Pemanfaatan moluskisida untuk membasmi keong
mas harus dilakukan dengan bijak, karena pestisida kimia tidak efektif
dgunakan dalam jangka waktu yang panjang.
3.2.2 Pengendalian Hama Belalang Hijau (Oxya chirensis)
Populasi belalang hijau selalu dalam jumlah yang besar, apabila tidak
segera dilakukan pengendalian maka akan merugikan petani. Pengendalian hama
belalang akan sulit apabila dilakukan secara manual atau mengumpulkan belalang
karena belalng bergerak dengan cepat. Maka alternatif lain yang dapat dilakukan
unntuk mengenndalikan populasi hama di sawah yakni menggunakan pestisida
nabati ekstrak bawang putih. Ekstrak bawang putih dapat mematikan belalang
7

karena mengandung senyawa alkaloid, saponin, dan tannin yang mampu


memberikan rasa sepat pada daun tanaman sehingga bawang putih dinilai sebagai
penolak kehadiran serangga (Jakaria, 2021). Kelemahan dari penggunaan
pestisida alami yakni biaya yang sangat mahal, sehingga pengendalian dapat
dibantu dengan penggunaan insektisida apabila pestisida nabati tidak memberikan
pengaruh yang besar.
3.2.3 Pengendalian Hama Walang Sangit (Leptocorisa oratorius)
Serangga ini menyerang tanaman padi dengan mulut pencucuk dan
pengisap berupa stylet (Sarumaha, 2020). Pengendalian walang sangit dilakukan
dengan memanfaatkan daun sirsak sebagai insektisida nabati. Daun sirsak
mengandung senyawa tannin, flavonoid yang mampu mematikan serangga.
Senyawa tanin berinteraksi dengan protein dan menghasilkan protein kompleks
bersifat racun bagi serangga dengan menghambat pembentukan enzim amilase
pada pencernaan dan menghambat perkembangan serangga, sedangkan senyawa
flavonoid menghambat pernafasan serangga flavonoid juga menyebabkan
perubahan struktur protein yang berakibat pada permeabiltas dinding sel saluran
pencernaan menurun dan berakibat pada terganggunya transfer nutrisi pada
pencernaan serangga (Rahmadi dkk, 2022). Pengolahan pestisida menggunakan
daun sirsak yang sudah tua dengan perbandingan 1 kg daun banding 1 liter air,
daun kemudian dihaluskan dengan blender dan disimpan dalam waktu 24 jam.
Pengendalian yang berikutnya adalah dengan menggunakan perangkap
dari keong busuk, perangkap ini dinilai dapat menarik perhatian walang sangit.
Taktik lain yang dialkukan adalah menggunakan kapur barus yang dibungkus
kain bekas. Kapur barus digantung berjarak 4-5 meter pada pinggir bagian
tanaman padi. (Asikin dan Thamrin, 2011). Taktik ini dilakukan pada fase
vegetatif sampai bulir-bulir padi mulai mengeras
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hama merupakan seluruh hewan yang dapat menganggu pertumbuhan dan
menyebabkan kematian tanaman budidaya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan,
hama yang paling banyak ditemui di lahan sawah adalah belalang hijau, disusul
walang sangit, dan keong mas. Populasi hama harus dikendalikan untuk
meminimalisir adanya kerugian bagi petani. Pengendalian pada ketiga hama
pennanganan manual dapat diterapkan pada hama keong mas. Selain manual,
pengendalian tetap memanfaatkan pestisida nabati yang dapat diproduksi sendiri oleh
petani. Pestisida nabati memanfaatkan ekstrak bawang putih dan daun sirsak yang
mengandung senyawa flavonoid dan tannin yang bersifat racun pada serangga.
Pengendalian hama juga dilakukan dengan memasang perangkap yang dapat
mengalihkan perhatian hama.

4.2 Saran
Pengendalian hama perlu memperhatikan kelangsungan ekosistem
kedepannya. Pemakaian pestisida tidak dapat dijadikan sebagai jalan utama
pengendalian hama. Pestisida dapat meninggalkan residu yang kemudian dapat
terbawa hasil panen dan dikonsumsi oleh manusia. Dalam jangka waktu panjang,
tentu hal ini memberikan dampak negatif, sehingga pemakaian pestisida kimiawi
harus diminimalisir atau bahkan tidak sama sekali.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ari, C. 2020. Efektivitas Pemanfaatan Mulsa Alang-Alang Dan Pupuk Mikoriza


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Paria (Momordica charantia
L.). Skripsi. Sulawesi Selatan: UNIVERSITAS COKROAMINOTO
PALOPO.

Asikin, S., dan M. Thamrin. 2011. Pengendalian Hama Walang Sangit (Leptocorisa
oratorius F) di Tingkat Petani Lahan Lebak Kalimantan Selatan. Prosiding
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 269-274.

Budiyono, S. 2020. Teknik Mengendalikan Keong Mas pada Tanaman Padi (The
Tecnical Controlling of Golden Snail on Plant Rice). Jurnal ilmu-ilmu
Pertanian. 2(2): 6.

Cahyono, B. W. E. 2022. Pengendalian hama keong mas pada tanaman padi (Oryza
sativa). Disertasi. Malang: Polbangtan.

Dara, S. K. 2019. The new integrated pest management paradigm for the modern
age. Journal of Integrated Pest Management. 10(1):1-9.

Deguine, J. P., J. N. Aubertot, R. J. Flor, F. Lescourret, K. A. Wyckhuys, dan A.


Ratnadass. 2021. Integrated pest management: good intentions, hard realities.
A review. Agronomy for Sustainable Development. 41(3):38-73.

Hasanah, L. A. 2022. Analisis Faktor-Faktor Pengaruh Terjadinya Impor Beras di


Indonesia Setelah Swasembada Pangan. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi
Pembangunan. 1(2): 57-72.

Jakaria, W. 2021. PERBANDINGAN EKSRTAK DAUN KEMANGI (Ocimum


basilicum L.) DAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI
PESTISIDA NABATI PENGENDALI BELALANG PADA TANAMAN
PADI. SemanTECH (Seminar Nasional Teknologi, Sains dan Humaniora).
3(1). 15 Desember 2021: 79-185.

Leu, P. L., O. Naharia, E. M. Moko, A. Yalindua, dan J. Ngangi. 2021. Karakter


Morfologi dan Identifikasi Hama pada Tanaman Dalugha (Cyrtosperma
merkusii (Hassk.) Schott) di Kabupaten Kepulauan Talaud Propinsi Sulawesi
Utara. Jurnal ilmiah sains. 21(1): 96-112.

9
10

Rahayu, E., S. Rizal, dan M. Marmain. 2021. Karakteristik Morfologi Serangga Yang
Berpotensi Sebagai Hama Pada Perkebunan Kelapa (Cocos nucifera L.) di
Desa Tirta Kencana Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten
Banyuasin. Indobiosains. 3(2): 39-46.

Rahmadi, R., P. Priyadi, dan F. Rochman. 2022. Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak
(Annona muricata L.) Sebagai Insektisida Organik Dalam Mengendalikan
Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta) Pada Padi Sawah. AGRICOLA.
12(2): 82-90.

Rembang, J. H., A. W. Rauf, dan J. O. Sondakh. 2018. Karakter morfologi beberapa


padi sawah lokal di lahan petani Sulawesi Utara. Buletin Plasma Nutfah .
24(1): 1-8.

Sarumaha, M. 2020. Identifikasi Serangga Hama Pada Tanaman Padi Di Desa


Bawolowalani. Jurnal Education And Development. 8(3): 86-86.

Valinta, S., S. Rizal, dan D. Mutiara. 2021. Morfologi Jenis-jenis Serangga pada
Tanaman Padi (Oryza sativa) di Desa Perangai Kec. Merapi Selatan Kab.
Lahat. Indobiosains. 3(1): 26-30.

Wati, C., Arsi, T. Karenina, Riyanto, Y. Nirwanto, I. Nurcahya,… 2021. Hama dan
Penyakit Tanaman. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Wilujeng, E. D., dan E. Fauziyah. 2021. Efisiensi teknis dan faktor yang
mempengaruhi produksi padi di kabupaten lamongan. Agriscience. 1(3): 712-
727.

Anda mungkin juga menyukai