Anda di halaman 1dari 25

1

APLIKASI PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT

DAN GULMA TERHADAP TANAMAN MANGGA

(Mangifera indica L)

Oleh :

SATRIA PRATAMA NUGRAHA PUTRA

184110271

AGROTEKNOLOGI 6 D

FAKULTAS PERTANIAN

UNUVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021
i

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah

nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper kami yang berjudul " APLIKASI

PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA TERHADAP

TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L) ".

Paper ini kami susun dengan masimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan paper kami ini. Untuk itu

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkonstribusi dalam pembuatan paper ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi penyusunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,

kami berharap kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik, agar kami

dapat memperbaiki paper ini .

Akhir kata, kami berharap semoga paper ini dapat memberikan mafaat dan

inspirasi bagi pembaca.

Pekanbaru, 05 Mei 2021

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................4

III APLIKASI PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA

TERHADAP TANAMAN MANGGA (Mangifera indica L)..............................9

3.1 Pengendalian Hama Terhadap Tanaman Mangga...........................................9

3.2 Pengendalian Penyakit Terhadap Tanaman Mangga.....................................14

IV. PENUTUP......................................................................................................18

4.1 Kesimpulan....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Lalat Buah............................................................................................................9

2 .Penggerek buah..................................................................................................11

3. Wereng Mangga.................................................................................................12

4. Penggerek Batang Mangga................................................................................13

5. Penyakit antraknosa pada buah mangga............................................................14

6. Penyakit Diplodia pada batang pohon mangga..................................................15

7. Penyakit jamur upas pada ranting pohon manga...............................................16

8. Penyakit embun tepung pada daun manga.........................................................17


1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tanaman mangga (Mangifera indica) adalah tanaman yang sudah sangat

populer di dunia, berasal dari Asia Tenggara, serta menjadi tanaman buah yang

tertua yang telah dibudidayakan di negara beriklim tropis. Selain mengandung

nilai nutrisi yang tinggi, ekstrak buah mangga menunjukkan adanya sifat

fungsionalnya seperti antispasmodik, antipiretik, antiinflamasi, antimikrobia,

antijamur, dislipidemia, aktivitas antioksidan dan antidiare, sehingga berdasarkan

sifat ini mangga dapat dikonsumsi sebagai functional food atau makanan

fungsional (Mone, 2013)

Komposisi buah mangga 80% air dan 15% sampai 20% gula, serta berbagai

macam vitamin antara lain vitamin A, B dan C. Mangga mempunyai banyak

keanekaragaman, hal ini dapat dilihat secara morfologi daun, bunga dan buah

yang kesemuanya mempunyai bentuk atau bangun, ukuran dan warna yang

bermacam-macam.(Sumarsono, Suparjana dan Purwati, 2012)

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: Divisi :

Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga :

Anarcadiaceae Genus : Mangifera Spesies : Mangifera spp.

Menurut data BPS, pada tahun 2016 jumlah produksi mangga di Indonesia

sebesar 1,8 juta ton. kemudian pada tahun 2017 meningkat menjadi 2,2 juta ton

dan terus meningkat di tahun 2018 menjadi sebanyak 2,6 juta ton. Tingginya

jumlah produksi mangga berada di Provinsi Jawa Timur sesuai dengan luas panen

yang begitu besar. Jumlah produksi mangga di Provinsi Jawa Timur sebanyak

1.059.326 ton.
2

Tak hanya luas panen dan juga produksi yang terus mengalami peningkatan,

melainkan produktivitas dari komoditas mangga pun juga mengalami hal yang

sama. Tercatat, pada tahun 2016 komoditas mangga memiliki nilai produktivitas

sebesar 11,22 ton per hektare. Terjadi sedikit penurunan di tahun 2017 sebesar

10,96 ton per hektare kemudian melonjak di tahun 2018 menjadi sebesar 12,94

ton per hektare.

Tumbuhan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan mahluk

hidup lainnya, terutama manusia dan hewan. Apabila tumbuhan mengalami

gangguan sehingga terjadi penghambatan pertumbuhan yang menyebabkan

kerusakan atau kematian, maka semua bentuk kehidupan di dunia akan terganggu.

Gangguan itu dapat berupa hama maupun penyakit. Hama tanaman dalam arti luas

adalah semua organisme atau binatang yang aktifitas hidupnya menyebabkan

kerusakan tanaman sehingga menimbulkan kerugian secara ekonomi bagi

manusia. Organisme yang menjadi hama adalah binatang yang menyerang

tanaman budidaya sehingga menimbulkan kerugian. Hama tanaman sering disebut

serangga hama (pest) (Rukmana 2002). Hama yang merusak tanaman secara

langsung dapat dilihat bekasnya, misalnya gerekan dan gigitan.

Penyakit tanaman adalah kondisi dimana sel dan jaringan tanaman tidak

berfungsi secara normal yang ditimbulkan karena gangguan secara terus menerus

oleh agen patogenik atau faktor lingkungan (abiotik) dan akan menghasilkan

perkembangan gejala (Agrios 2005). Penyakit dapat disebabkan oleh cendawan,

bakteri, virus, dan nematoda.


3

1.2 Tujuan

Agar pengetahuan mengenai pengendalian Hama penyakit dan gulma

terhadap tanaman mangga dapat bertambah dan untuk menambah wawasan petani

agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini ke dalam kehidupan sehari-

harinya.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hama, penyakit, dan gulma tanaman merupakan salah satu faktor pembatas

dalam usaha peningkatan produksi pertanian. Oleh karena itu, apabila tanaman

padi terserang hama dan penyakit, maka perlu dilakukan tindakan pemberantasan

dan pengendalian (Djamitka, 2002).

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan mengandalkan satu

komponen pengendalian, terutama pestisida, berpotensi merusak lingkungan.

Dikaitkan dengan upaya peningkatan produksi, pendapatan petani, daya saing

produksi dan pelestarian lingkungan maka sistem pengendalian OPT tetap harus

mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian pada suatu

wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan. Konsepsi

pengendalian yang dikombinasikan dari berbagai cara dan dikembangkan secara

lebih luas yaitu sebagai suatu sistem pengelolaan populasi hama yang

menggunakan semua teknik yang sesuai dengan kompatibel (saling mendukung)

untuk menurunkan populasi sampai dibawah ambang kerugian ekonomi dan

konsep ini dikenal dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (Khalid dan

Yusuf, 2009).

Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam

menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah,

perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau

seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang

dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal.

Dengan demikian, Perlindungan Tanamanadalah usaha untuk melin¬dungi

tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau
5

mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam

(Djafaruddin, 1996)

Pembasmi hama dan penyakit menggunakan pestisida dan obat harus secara

hati – hati dan tepat guna. Pengunaan pertisida yang berlebihan dan tidak tepat

justru dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar. Hal itu disebabkan karena

pestisida dapat menimbulkan kekebalan pada hama dan penyakit. Oleh karena itu

pengguna obat – obatan anti hama dan penyakit hendaknya diusahakan seminimal

dan sebijak mungkin. Dan ada juga menggunakan musuh alami, contohnya adalah

Musuh tikus itu ialah Ular, Burung hantu, dan elang. Sayangnya binatang –

binatang tersebut ditangkapi oleh manusia sehingga tikus tidak lagi memiliki

pemangsa alami. Akibatnya, jumlah tikus menjadi sangat banyak dan menjadi

hama pertanian. (Sutanto 2002)

Mangga merupakan tanaman buah tahunan (parennial plants) berupa pohon

berbatang keras yang tergolong kedalam famili Anarcadiaceae. Mangga

diperkirakan berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke

wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.Kata mangga sendiri

berasal dari bahasa Tamil, yaitu mangas atau man-kay. Dalam bahasa botani,

mangga disebut Mangifera indica L. yang berarti tanaman mangga berasal dari

India (Rohmaningtyas, 2010).

Menurut Safitri (2012), dalam taksonomi tanaman mangga diklasifikasikan

sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Diviso: Spermatophyta; Kelas:

Dicotyledoneae; Ordo: Sapindales; Famili: Anacardiaceae; Genus: Mangifera;

Spesies: Mangifera indica L.


6

Buah manga selain memiliki sifat rasa yang manis dan menyegarkan,

ternyata buah manga juga mengandung banyak nutrisi yang bermanfaat bagi

kesehatan tubuh. Hancuran daging buah mangga kaya akan gizi, mengandung

berbagai vitamin dan mineral (Setyadjit dkk., 2005). Buah mangga sebagai bahan

makanan terdiri dari 80% air dan 15-20% gula serta berbagai macam vitamin,

antra lain vitamin A, B1, B2, dan C (Rahmalia, 2013).

Tanaman mangga terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang

tanaman mangga yang masih muda terbentuk dari kulit yang amat tipis disebut

kulit ari atua epidermis, kemudian kulit ini dirubah menjadi lapisan gabus. Bila

pohon bertambah tua, lapisan ini tidak tumbuh lagi, melainkan pecah-pecah.

Karena dibagian sebelah dalam kulit timbul lapisan gabus baru. Di dalam lapisan

kayu ini terdapat pembuluh kayu yang berfungsi membawa zat makanan dari akar

keatas. Di dalam lapisan kulit terdapat pembuluh lapisan yang membawa zat

makanan dari daun ke tempat lain. Bunga mangga dapat melakukan penyerbukan

sendiri karena tepung sari yang jatuh pada tampuk berasal dari pohon itu sendiri.

Hal ini menyebabkan mangga disebut tanaman berumah satu. Bunga mangga

terdiri dari beberapa bagian dasar bunga, kelopak, daun bunga, benang sari dan

kepala putik. Bunga mangga dalam keadaan normal, adalah bunga majemuk yang

tumbuh dari tunas ujung. Tunas yang asalnya bukan dari tunas ujung tidak

menghasilkan bunga, tetapi menghasilkan ranting daun biasa. Daun mangga

terdiri atas dua bagian yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan daun

bertulangtulang dan berurat-urat antara tulang daun dan urat tertutup daging daun.

Daun mangga diselimuti oleh kulit tipis yang tidak mudah terlihat oleh mata

telanjang yang dinamakan kulit ari, di kulit ari ini terletak mulut daun atau
7

stomata (Rohmaningtyas, 2010). Panjang daun keseluruhan antara 8,47 – 23,82

cm, lebar daun antara 3,22 – 6,04 cm luas daun antara 30,20 – 101,10 cm2

(Nilasari et al., 2013).

Buah mangga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu kulit, daging dan biji.

Komposisi buah mangga terdiri dari kulit buah dengan bobot berkisar antara 11-

18%, biji 14-22% serta daging buah yang berkisar antara 60-75% dari berat buah.

Komponen utama buah mangga terdiri dari air, karbohidrat (dalam bentuk gula)

dan vitamin. Komponen lain terdiri dari berbagai macam asam, protein, mineral,

zat warna, tannin dan zat-zat volatile (ester) yang memberikan bau harum (khas).

Vitamin C pada buah mangga berkisar antara 13 mg sampai 80 mg/100 g

tergantung varietas (Safitri, 2012).

Tanaman mangga mempunyai daya adaptasi yang tinggi, baik didataran

rendah maupun dataran tinggi, dengan keadaan volume curahhujan sedikit atau

banyak. Tetapi untuk memperoleh produksi manggayang tinggi membutuhkan

temperatur, curah hujan, keadaan awan danangin yang sesuai untuk syarat

pertumbuhan tanaman mangga (Rohmaningtyas, 2010).

Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir

dan lempung dalam jumlah yang seimbang. Derajat keasaman tanah (pH tanah)

yang cocok adalah 5,5-7,5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan

dolomit (BPP Teknologi, 2010).

Tanaman mangga dapat tumbuh sampai pada ketinggian tempatlebih kurang

1.300 m dari permukaan laut. Jika kita ingin mengusahakantanaman mangga

dengan produksi optimal, sebaiknya mangga ditanampada suatu areal yang


8

memiliki ketinggian maksimal 500 m di ataspermukaan laut (Rohmaningtyas,

2010).

Temperatur untuk pertumbuhan optimum tanaman mangga 24 – 27. Pada

suhu tersebut memungkinkan pertumbuhan vegetatif dengan hasil yang baik.

Temperatur yang rendah akan menyebabkan kerusakan bagi tanaman tanaman

mangga muda (BPP Teknologi, 2010).


9

III. APLIKASI PENGENDALIAN HAMA, PENYAKIT DAN GULMA

TERHADAP TANAMAN MANGGA (Mangifera indica)

3.1 Pengendalian Hama Terhadap Tanaman Mangga

a. Lalat Buah

Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat merugikan pada

tanaman hortikultura di dunia. Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura

diduga menjadi sasaran serangannya (Kalshoven, 1981). Pada populasi yang

tinggi, intensitas serangannya mencapai 100%. Oleh karena itu, hama ini

telah menarik perhatian seluruh dunia untuk dilakukan upaya pengendalian

(Kuswandi, 2001).

Lalat buah hama dapat menimbulkan kerusakan yang bersifat Kualitatif

(berpengaruh pada mutu hasil panen) maupun kuantitatif (berpengaruh pada

jumlah panen). Buah yang diserang sindat lalat buah akan membusuk,

kemudian jatuh ke tanah (rontok). Di negara-negara tropik seperti di

Indonesia, lalat buah memperoleh lingkungan yang pas, terutama karena

tersedia pakan yang melimpah dan didukung oleh iklim yang ideal (Putra,

1997).
10

Gambar 1. Lalat Buah

Cara Pengendalian Lalat Buah Mangga :

 Membungkus (membrongsong) buah muda sampai menjadi tua

dengan kertas semen.

 Memasang perangkap dengan umpan metyl eugenol atau likat

kuning

 Memetik dan memusnahkan buah busuk yang terindikasi terserang

lalat buah, kemudian memusnahkannya

 Melakukan pengasapan dipagi dan sore hari untuk mengusir lalat

buah

 Penyemprotan insektisida berbahan aktif metomil dan profenofos

setiap 1 minggu sekali

b. Penggerek Buah Mangga/ Seed Borer (Noorda albizonalis)

Hama ini menggerek buah pada bagian ujung/ tengah dan

umumnya meninggalkan bekas kotoran dan sering menyebabkan buah

pecah. Ulat ini langsung menggerek biji buah akibatnya buah akan busuk

dan jatuh. Lubang gerekan dapat menjadi sumber penyakit. Panjang ulat

dewasa 1,6 – 2 mm, ulatnya berwarna hijau keunguan menyerang buah

yang masih muda sampai agak tua, yang di tandai dengan adanya kotoran

bekas gerekan. Ada 3 jenis penggerek buah pada mangga yaitu

Sternochetus frigidus/ Cryptorrhynchus gravis (Coleoptera :

Curculionidae) Philotroctis entrophera (Lepidoptera : Pyralidae) dan

Noorda albizonalis (Lepidoptera : Pyralidae) Gejalanya ada lubang di


11

samping buah yang biasanya mengeluarkan geta. Bila buah dibelah akan

dijumpai liang gerekan dan larvanya/ulat (Swastika, 2014).

Gambar 2. Penggerek buah

Cara Pengendalian Ulat Penggerek Buah Mangga :

 Membungkus (membrongsong) buah dengan kertas semen

 Memetik dan mengumpulkan buah yang busuk dan gugur

kemudian memusnahkannya

 Menyemprotkan insektisida pada saat buah muda.

 Memasang perangkap light trap

c. Wereng Mangga (Idioscerus niveosparsus Lethierry walkert)

Hama wereng Mangga (Idiocerus niveosparsus) ini menghisap

cairan pada daun mangga, pucuk-pucuk muda dan buah muda, sehingga

mudah rontok. Hama ini muncul pada saat peralihan musim kemarau ke

musim hujan dan umumnya menyerang pertanaman mangga yang sudah

berproduksi (Borror dan Jhonson 1996).

Menurut Wikardi (1996) dan Siswanto dkk (2003), Sanurus

indecora merupakan serangga hama yang bersifat polifag. wereng dewasa

menyerang secara bersamaan dengan menghisap cairan pada bunga

sehingga bunga menjadi kering Serangga dewasa berukuran 0,2 – 0,3 mm


12

berwarna abu-abu kecoklatan. Serangan parah terjadi jika didukung

dengan cuaca panas yang lembab.

Gambar 3. Wereng Mangga

Cara Pengendalian Wereng Mangga :

 Memotong bagian bunga yang terserang, kemudian dimusnahkan

 Pengasapan yang dilakukan 3-4 kali dalam satu minggu

 Pemanfaatan musuh alami coccinellid, Monochiles sexmaculatus,

Chrysope facciperda, Mallada buninensis yang merupakan predator

terhadap nimfa dan dewasa wereng mangga

 Menyuntik pohon mangga dengan insektisida sistemik sebanyak 10

– 20 cc per pohon. Hal ini dilakukan pada tanaman mangga yang

sudah berumur lebih dari 30 tahun

 Menyemprotkan insektisida APLAUD 400 F atau DARMABASH

d. Hama penggerek batang (Rhytidodera integra Gressit)

Hama penggerek cabang merupakan salah satu permasalahan

utama dalam budidaya mangga. Akibat serangan hama ini, dapat

menyebabkan ranting dan atau cabang mengalami kematian sehingga

secara tidak langsung dapat menurunkan produksi (Hafsah dkk, 2010).


13

Hama penggerek batang menyerang melalui pucuk yang telah

berlubang akibat tusukan hama lain (biasanya penggerek pucuk) dengan

jalan memasukkan telurnya ke dalam jaringan yang luka tersebut.

Kemudian larvanya makan dan merusak jaringan pucuk sampai batang

utama yang menyebabkan kematian pada batang mangga tersebut. Karena

mekanisme serangannya, hama ini menyebabkan kerusakan yang sangat

berat hingga dapat menghancurkan kebun mangga. Kurang dari periode

dua tahun hama ini telah menghancurkan ribuan batang mangga di

Sumatera Barat (Agresma, 2012).

Gambar 4. Penggerek batang mangga

Cara Pengendalian Penggerek Batang mangga

 Segera pangkas bagian tanaman yang terserang kurang lebih 5 cm

dibawah lubang yang masing-masing mengeluarkan kotoran segar.

 Musnahkan larva penggerek yang ada di ranting/ cabang/ batang

yang telah dipotong dengan jalan membelah bagian tanaman

tersebut dan membakarnya.

 Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan mengaplikasikan

insektisida pada fase tunas untuk menghindarkan tanaman mangga

yang terserang oleh perusak pucuk sekaligus menghindarkan

serangan penggerek batang.


14

3.2 Pengedalian Penyakit Terhadap Tanaman Mangga

a. Antraknosa

Penyebab Antraknose (Colletotrichum Gloeosporiodes) adalah cendawan

atau jamur. Penyakit ini dapat menyerang pada ranting, daun, bunga dan buah.

Biasanya menyerang pada saat pembungaan dan pembuahan. Gejala serangan

terlihat adanya becak-becak berwarna coklat tua pada bagian tanaman yang

terserang, daun dan bunga yang terserang menjadi kering dan gugur. Apabila

menyerang buah mengakibatkan becak-becak coklat dan pada serangan berat

buah dapat gugur sebelum di panen (BPTP Karangploso, 1997).

Gambar 5. Penyakit antraknosa pada buah mangga

Untuk mengendalikan penyakit antraknosa, ada beberapa cara yang bisa

dilakukan. Diantaranya adalah dengan:

 Mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan

 Memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang

 Memperbaiki drainase
15

 Menghindari penanaman yang berdekatan dengan pohon buah lain seperti

jeruk, pisang, pepaya, alpukat, kopi dan jambu monyet

 Pada saat tampak gejala awal dilakukan penyemprotan fungisida Benomil

(500 ppm)/ Diabendazol (90 ppm)

 Pengendalian lain bisa dengan penyemprotan fungisida dengan komposisi

Dicotophos 0,2% dan Mancozeb 0,25%, selang 3-7 hari dilakukan

pemupukan dengan pupuk daun dengan dosis 2gram/liter air.

b. Diplodia

Penyebab Diplodia (Botryodiplodia theobromae) adalah cendawan atau

jamur yang menyerang pada batang dan ranting. Umumnya diawali adanya luka

yang disebabkan benda tajam. Sehingga di musim kemarau luka mengeluarkan

blendok dan dimusim hujan luka berkembang sampai ke jaringan kayu. Gejala

pada batang yang terserang adalah kulit luarnya tampak seperti pecah-pecah,

mengeluarkan cairan coklat kehitaman, makin lama luka melebar dan kulit

mengelupas, bagian tanaman diatasnya menjadi kering dan mati (BPTP

Karangploso, 1997).

Gambar 6. Penyakit Diplodia pada batang pohon mangga

Apabila pada tanaman mangga muncul gejala seperti di atas, maka

sebaiknya segera dilakukan pengendalian dengan cara:


16

 Menghindari pemangkasan tanaman yang terlalu berat (menyebabkan luka

sebagai jalan masuknya serangan jamur)

 Menutup bagian tanaman yang luka pada waktu pemangkasan

dengan klorox

 Memotong ranting atau cabang yang terserang penyakit

 Mengupas kulit batang atau ranting yang terserang, lalu dioles dengan

fungisida Benlate setiap seminggu sekali

 Apabila gejala muncul pada saat buah masih muda, maka segera disemprot

dengan fungisida Kocide

c. Jamur Upas.

Penyakit Jamur Upas (Corticium Salmonicolor) disebabkan oleh jamur yang

berwarna putih sampai merah jambu mengkilat. Berkembang di musim hujan

dan di musim kemarau masih terlihat. Gejala serangan ditunjukkan oleh

terbungkusnya ranting atau cabang dengan jamur upas, bagian atas ranting yang

terserang nampak pertumbuhannya tidak sehat (BPTP Karangploso, 1997).

Gambar 7. Penyakit jamur upas pada ranting pohon mangga


17

Cara pengendalian jamur upas pada mangga yaitu dengan cara mengupas

cabang yang terkena. Jika serangan sudah parah potong cabang tersebut dan

bakar. Kalau masih gejala awal semprot dengan fungisida.

d. Embun tepung Mangga

Penyakit Embun tepung Mangga disebabkan cendawan Erysiphe

cichoracearum. Cendawan ini merupakan salah satu penyakit yang penting pada

tanaman mangga dan dapat mengurangi hasil 5-20 persen. Gejalanya adalah

Bagian-bagian tanaman yang terinfeksi menunjukkan bercak-bercak kecil

pertumbuhan jamur bubuk berwarna putih. Pada tahap selanjutnya dari penyakit,

jamur dapat menutupi area jaringan yang luas. Daun dan buah yang lebih tua

mungkin menampilkan warna cokelat keunguan. Cendawan ini juga menyerang

semangka, tanaman yang termasuk keluarga Cucurbitaceae, dan tembakau

(BPTP Karangploso, 1997).

Gambar 8. Penyakit embun tepung pada daun mangga

Cara Pengedalian Embun tepung adalah:

 Penyemprotan dengan fungisida hayati yang mengandung Bacillus

licheniformis mengurangi infeksi jamur. Jamur parasit Ampelomyces


18

quisqualis telah terbukti menekan perkembangannya. Perlakuan tanaman

dengan semprotan daun berdasarkan sulfur, asam karbonat, minyak

Mimba, koanin dan asam askorbat dapat mencegah infeksi parah. Ini

dapat diterapkan dalam bentuk whey untuk mengendalikan embun

tepung

 Menggunakan Fungisida yang mengandung garam monopotassium,

minyak tanah hidrodesulfurisasi, pelarut minyak bumi alifatik, mancozeb

dan myclobutanil dapat digunakan untuk mengobati embun tepung pada

mangga. Secara terus-menerus selama 7 - 14 hari direkomendasikan


19

III. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Tanaman Mangga mempunyai Hama utama tanaman mangga adalah

penggerek pucuk (Clumetia transversa), penggerek biji (Noorda abizonalis),

wereng mangga (Idiocerusniveosparsus), penggerek buah (Sternochetus frigidus),

dan lalat buah (Bractocera dorsalis).

Penyakit utama pada tanaman mangga yaitu Antraknose (Colletotrichum

gloeosporiodes), Diplodia (Botryodiplodia theobromae), Penyakit Jamur Upas

(Corticium salmonicolor), dan Penyakit Embun tepung Mangga. Pengendalian

Hama dan penyakit pada tanaman mangga (Mangifera indica) dengan pestisida,

musuh alami, dan lain-lain.


20

DAFTAR PUSTAKA

Agresma, D. 2012. Identifikasi Parasitoid Pada Lalat Buah Bactrocera cucurbitae


Dalam Buah Pare Momordiae chantaria. UPI Bandung
Agrios, G.N., 2005, Plant Pathology, Fifth edition, Academic press.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. 1997. Mengendalikan Hama
Dan Penyakit Mangga. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi
Pertanian Wonocolo.
Borror, D.J, Triplehorn, C.A & Jhonson, N.F. (1996). Pengenalan Pelajaran
Serangga. Edisi Bahasa Indonesia. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hafsah, S., Jauharlina dan T. Chamzurni. 2010. Eksplorasi dan Karakterisasi
Varietas Mangga Tahan Hama Penggerek Batang di Nanggroe Aceh
Darussalam. Agrista 14 (2).
Khalid, Jamal., Ali, M. Yusuf. 2009. Modul Pelatihan 4 Pengendalian Hama
Terpadu. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian, Nanggroe Aceh Darussalam
Kuswandi R. 2000. Kajian Faktor Eksploitasi Berdasarkan Jenis Pohon: Studi
Kasus Pada HPH PT Mamberamo Alasmandiri. Jakarta.
Mone, A. 2013. Aktivitas Antimikrobia Daun Mangga (Mangifera indica l.)
Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Skripsi.
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Surabaya.
Nilasari, A., J.B.S. Heddy dan T. Wardiyati. 2013. Identifikasi keragaman
morfologi daun Mangga (Mangifera indica L.) pada tanaman hasil
persilangan antara Varietas Arumanis 143 dengan Podang Urang umur
2 tahun. Jurnal Produksi Tanaman,1(1) : 61-69.
Penulis BPP Teknologi. 2010. Mangga. http://www.ristek.go.id.
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengendaliannya. Kanisius, Yogyakarta.
44 p.
Rahmalia, S. 2013. Studi penetapan kadar kandungan vitamin C pada beberapa
macam buah mangga (Mangifera indica L.) yang beredar di kota
Medan secara volumetri dengan 2,6- diklorofenol indofenol. Skripsi.
Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Rohmaningtyas, D. 2010. Perbanyakan tanaman mangga dengan teknik okulasi di
kebun benih tanaman pangan dan hortikultura Tejomantri Wonorejo
Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Rukmana, R. (2002). Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Yogyakarta:
Kanisius.
Safitri, Anisa Arga. 2012. “Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella”.
Skripsi. Makasar: Fakultas Pertanian, Universitas Hasanudin.
Sumarsono, Suparjana. T.B dan Purwati. E.S.2012 Karakteristik Morfologi dan
Pola Izosim Varietas Mangga (Mangifera sp). Semenar Nasional
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik: Menuju Pertanian Alternatif dan
Berkelanjutan. Yogyakarta: Kanisius.
Swastika, I, W. 2014. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Utama Pada
Tanaman Mangga (Mangifera indica) Dan Pengendaliannya di Kota
21

Denpasar. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Kota


Denpasar
Wikardi, E.A. Wiratno dan Siswanto 1996. Beberapa Hama Utama Tanaman
Jambu Mete Dan Usaha Pengendaliannya. Forum Komunikasi Ilmiah
Komoditas Jambu Mete, Bogor, 5-6 Maret 1996. hlm.124-132

Anda mungkin juga menyukai