) PADA TANAMAN
JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) SECARA TERPADU
Disusun oleh:
Nama: Sylvia Nika Puspitasari
NPM: 150510200157
KLINIK TANAMAN
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT
TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul: “Pengendalian Penyakit Bulai
(Peronosclerospora spp.) pada Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Secara
Terpadu”. Penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu tugas untuk memenuhi
Sidang Masa Kaderisasi Klinik Tanaman XIX yang biasanya diadakan pada akhir tahun. Dalam
melakukan penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis telah mendapatkan banyak masukan,
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat mendukung dan memberikan banyak
manfaat. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini dengan berbesar hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya kepada :
Penulis berharap naskah karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pemahaman dan
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan........................................................................................................................... 2
2.4 Pengendalian................................................................................................................. 10
Kesimpulan......................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Produksi Bahan Kering Jerami Jagung Manis pada Berbagai Perlakuan (g/m2) ....... 11
Tabel 2. Keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis varietas Bonanza F1
yang diberi perlakuan P.polymyxa, Trichoderma sp.................................................... 11
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2004). Oleh karena itu, diperlukan pengendalian alternatif yang efektif tetapi juga ramah
lingkungan. Salah satu alternatif pengendalian tersebut adalah penggunaan fungisida
nabati. Fungisida nabati adalah fungisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau
tumbuhan. Banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai fungisida nabati, salah satunya
ialah bawang putih.
Pengendalian menggunakan fungisida nabati dapat berpotensi menimbulkan
serangan OPT susulan. Oleh karenanya, diperlukan adanya pengendalian hama terpadu
(PHT) yang menekankan pada pemantauan populasi OPT sebagai pedoman pengendalian.
Salah satunya ialah pengendalian secara kultur teknis dengan menggunakan pupuk
organik berupa ampas teh.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan
yang sudah mengalami perombakan, misalnya pupuk kandang, kompos, sisa hijauan dan
guano (Rinsema, 1986). Pupuk organik mampu meningkatkan kesuburan kimiawi tanah
selain dapat pula bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan fisik serta biologi tanah
(Adianto, 1993).
Ampas teh dapat dibuat menjadi bahan dasar pembuatan kompos melalui proses
fermentasi dengan isi rumen. Agrios (1996) mengemukakan bahwa N dan P berpengaruh
terhadap perkembangan penyakit. Oleh karenanya, akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan dan tingkat kesiapan tanaman inang untuk bertahan terhadap patogen.
Sedangkan bawang putih, mengandung allisin dan diallil sulfida yang bermanfaat sebagai
bakterisida dan fungisida.
Tanaman jagung manis yang terserang bulai dapat disebabkan oleh banyak
faktor, salah satunya adalah jumlah populasi musuh alami yang rendah sehingga tidak
mampu memberikan respon cepat untuk mengimbangi peningkatan populasi OPT. Agensia
hayati berfungsi untuk menekan populasi pathogen, sehingga berakibat pada perbaikan
pertumbuhan tanaman(Sopialena,2018).
Dari uraian tersebut maka perlu dilakukan studi kasus efektivitas ekstrak ampas
teh sebagai pengendalian secara kultur teknis bawang putih sebagai fungisida nabati dan
agen hayati untuk mengendalikan penyakit bulai pada tanaman jagung manis secara
terpadu.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan dari karya tulis ini adalah:
Mengetahui keefektifan PHT secara kultur teknis, biologi, dan kimia dalam
2
mengendalikan penyakit bulai pada tanaman jagung manis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1.1 Akar
2.1.1.2 Batang
2.1.1.3 Daun
3
Struktur daun tanaman jagung manis terdiri dari tangkai, daun, lidah
daun dan telinga daun. Tangkai daun adalah pelepah yang berfungsi
membungkus batang tanaman. Telinga daun berbentuk seperti pita yang
tipis memanjang. Daun jagung tumbuh melekat pada buku-buku batang.
Permukaan daun jagung manis berbulu dengan jumlah daun pada umumnya
12 – 18 helai. Ukuran daun juga bervariasi tergantung dengan panjang daun,
yaitu antara 30 – 150 cm dengan lebar 15 cm (Adisarwanto dan Widyastuti,
2000).
2.1.1.4 Bunga
Bawang putih termasuk salah satu rempah yang telah terbukti dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Golongan senyawa yang diperkirakan
memiliki aktivitas antimikroba pada bawang putih, seperti allisin, ajoene, dialil
sulfida, dialil disulfida, yang termasuk dalam golongan senyawa tiosulfinat.
Tiosulfinat adalah golongan senyawa yang mengandung 2 atom belerang yang
4
saling berikatan rangkap dengan atom oksigen seperti allisin.
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab dan tumbuh baik pada
temperatur yang berkisar antara 10-30°C pada daerah dengan curah hujan 2000 mm
per tahun dengan ketinggian 600-2000 mdpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam
secara berbaris dengan jarak tanam satu meter Tanaman teh yang tidak dipangkas
akan tumbuh kecil setinggi 50-100 cm dengan batang tegak dan bercabang-cabang
(Setyamidjaja, 2000).
5
ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan biasanya
berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua (Mahmood et al., 2010). Buahnya
berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan
ukuran sebesar kacang (Mahmood et al., 2010).
Keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis meningkat pada setiap hari
pengamatan. Dilihat dari grafik perkembangan keterjadian penyakit bulai (Gambar 1)
bahwa pada pengamatan 3-33 his keterjadian penyakit bulai yang diberi perlakuan
ekstrak bawang putih lebih rendah dibandingkan keterjadian penyakit bulai pada control.
Hal ini membuktikan bahwa ekstrak bawang putih efektif dalam menekan
keterjadian penyakit bulai dikarenakan kandungan alisin dan dialil sulfida yang
bermanfaat sebagai bakterisida dan fungisida. Di dalam bawang putih, kandungan alisin
dan dialil sulfida memiliki mekanisme molekuler yang dapat memblokade aktifitas enzim
cysteine proteinase pada jamur yang merupakan penyebab utama infeksi dan gangguan
metabolisme tanaman. Sedangkan pada ampas teh, mengandung 26,67% protein kasar
(Sukria et al,1994). Protein kasar pada jaringan tanaman sangat mudah mengalami
pelapukan dan hasil pelapukan tersebut berupa senyawa NH4 dan NO4 yang merupakan
bentuk nitrogen yang tersedia dan muda terserap oleh tanaman dalam jumlah yang
6
banyak (Kozlowski,1984).
1 2
Gambar 3. Bentuk konidiofor dan konidia dari (1) P.maydis, (2) Konidia
P.sorghisub-bundar, hialin, dan berdinding tipis, (3) Morfologi P. philippinensis
(Muis dkk,2018)
Pada tahap ini biasanya pada permukaan bawah daun jagung terdapat lapisan
berwarna putih seperti tepung yang merupakan kumpulan spora Peronosclerospora maydis.
Gejala sistemik terjadi apabila infeksi patogen mencapai titik tumbuh, sehingga semua daun
baru akan mengalami klorosis, dan akhirnya tanaman menjadi kerdil(Gambar 1).
8
Gambar 4. Gejala khas penyakit bulai dengan ditemukannya lapisan tepung putih pada
permukaan bawah daun di pagi hari
Gejala oleh P.Sorghi akan menghasilkan konidia pada daun jagung muda dan
menghasilkan oospore pada daun jagung tua(Gambar 5).Sementara P.philippinensis,
memiliki perbedaan dengan gejala yang disebabkan oleh P.maydis,yaitu daun lebih
berklorotik bergaris-garis, batang jarang memanjang dan cenderung membentuk kipas
(Gambar 8).
9
Gejala yang terjadi dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tongkol jagung
bahkan bisa tidak bertongkol sama sekali. Contohnya yaitu saat penyakit menyerang tanaman
jagung yang kurang dari 1 bulan, maka akan mengakibatkan kematian. Sedangkan pada tanaman
yang tua, tongkol berbentuk lebih Panjang dengan kelobot yang tidak menutup pada ujungnya
dan hanya membentuk sedikit biji (Semangun, 1996)
2.4.1 Pengendalian Penyakit Bulai Jagung dengan ekstrak ampas teh dan bawang putih
Tabel 2. Keterjadian penyakit bulai pada tanaman jagung manis varietas Bonanza F1
yang diberi perlakuan P.polymyxa, Trichoderma sp.
Peran Trichoderma sp. terhadap penekanan penyakit bulai jagung
diduga Trichoderma sp. Memicu jumlah enzim peroksidase tanaman.
Selanjutnya penguatan dinding sel tanaman akan menghambat infeksi
patogen. Kieu Oanh et al. (2006) menyatakan bahwa Trichoderma sp.
meningkatkan ketahanan tanaman cabai dengan cara mengaktifkan gen-gen
ketahanan dalam tanaman sehingga menghasilkan enzim-enzim yang
berperan dalam ketahanan tanaman.
Aplikasi P. polymyxa dapat mendukung pertumbuhan tanaman karena
bakteri P.polymyxa memproduksi hormon pemacu pertumbuhan tanaman
(IAA), auksin, dan sitokinin serta dapat memfiksasi nitrogen (Siregar et al.,
2007). Menurut Widham et al. (1986, dalam Nurbailis et al., 2016)
penggunaan Trichoderma sp. dapat memicu pertumbuhan benih tomat dan
tembakau dengan jenis metabolit sekunder yang dihasilkannya. Jenis
metabolit sekunder tersebut belum diketahui secara spesifik golongannya.
Selanjutnya Herlina & Pramesti (2009 dalam Oktaria, 2011) juga menyatakan
bahwa Trichoderma sp.dapat berperan sebagai stimulator pertumbuhan
tanaman melalui cara menghasilkan asam organik yang dapat menyuburkan
tanaman.
BAB III
13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengaturan komponen dasar penanaman pada aspek PHT menjadikan hasil jagung
meningkat per satuan luas lahan. Pengendalian dari segi kultur teknis menyediakan energi
kimia yang bermanfaat bagi proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Dalam hal
pencegahan penyakit bulai, tanaman jagung manis membutuhkan enzim yang bersifat
antifungi dan antimikroba. Bakteri P.polymyxa dan enzim pada bawang putih, seperti allisin,
ajoene, dialil sulfida terbukti dapat mengendalikan jamur penyebab bulai pada jagung
manis.Akibatnya maka dinding sel jamur pun akan melemah kemudian sel mengalami lisis
dan mati.
Adapun kekurangan dari pengendalian yang disebutkan yaitu terletak pada aplikasi
ampas teh dan ekstrak bawang putih yang menyebabkan kelembaban tanah meningkat.Tanah
dapat mengalami pemadatan sehingga air yang diberikan tidak meresap sepenuhnya ke dalam
tanah. Adanya pemadatan tanah juga menyebabkan sirkulasi udara dalam tanah tidak lancar,
sehingga air dalam tanah tidak meresap secara optimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
15
MAMDUHIndonesia.Diakses melalui
https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/agrologia/article/download/1295/645.
Kozlowski, T.T. (1984) Extent, Causes, and Impact of Flooding in Flooding and Plant
Growth. Academic Press, London, UK, 9-45.
Mahmood et al. 2010, Outcomes of 3% Green Tea Emulsion on Skin Sebum Production in
Male Volunteers. Bosnian Journal Of Basic Medical Sciences 2010; 10 (3): 260-264.
Mamduh,R.2020.Diserang Penyakit Bulai, Jagung Dicabuti.Diakses melalui
https://radarjombang.jawapos.com/berita-daerah/08/11/2020/diserang-penyakit-bulai-
jagung-dicabuti.
Maryani,Y.2021. RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays
saccharata Sturt) TERHADAP ASAM HUMAT DAN RHIZOBAKTERIA.Diakses
melalui https://e-journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/download/1396/950.
MSYIB.2015. Potensi Tanaman Jagung dan Gulma Sangket sebagai Perangkap Hama
Pemakan Polong Kedelai.Diakses melalui
https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/potensi-tanaman-jagung-dan-gulma-
sangket-sebagai-perangkap-hama-pemakan-polong-kedelai/.
Muis, A. Suriani, dkk. PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG DAN UPAYA
PENGENDALIANNYA.Diakses melalui http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/wp-
content/uploads/2018/12/bulai4.pdf.
Nurbailis, Maertinius, Hardiansyah A. 2016. Colonization Capability of Trichoderma viride
(T1sk) on several banana cultivar roots and its effect against development of
Fusarium Wilt disease and plant growth. J.Biopest 9(2) : 196-203.
Pham Thi Kieu Oanh et.al. (2016). The Use of Body Language in Speaking by the English
Majors at Thai Nguyen University of Education, Vietnam. Proceedings of the 4th
ICLEHI international conference, Bali, Indonesia, ISBN: 978-967-14467-0-6, p.133-
149.
Rahma,T.,I.2020.Inovasi Pengendalian S. frugiperda Berbasis PHT pada Tanaman Jagung
Menggunakan Agen Hayati M. anisopliae.Diakses melalui
http://protan.faperta.unej.ac.id/inovasi-pengendalian-s-frugiperda-berbasis-pht-pada-
tanaman-jagung-menggunakan-agen-hayati-m-anisopliae/.
Rinsema, WP. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bharata Karya Aksara. Jakarta.103
halaman.
Rukmana, R. 2009. Budidaya Buncis. Penerbit Kanisius. Jakarta
Saenong, Z.2016. Pedoman Umum PTT Jagung.Diakses melalui
https://pangan.litbang.pertanian.go.id/files/pedumpajale/pttjagung.pdf.
Setyamidjaja, Dj. 2000. Budidaya dan Pengolahan Teh Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta:
Hal 122-129.
Sudarsana, N. K. 2000. Pengaruh efektifitas microorganisme-4 (EM-4) dan kompos terhadap
produksi jagung manis (Zea mays saccharate Sturt) pada tanah entisol. Diakses di :
http://w w w. u n m u l . a c . i d / d a t / p u b / f r o n t i r /sudarsana.pdf. pada tanggal
20 November 2012.
Sukria, H.A. dan R. Krisnan. 2009.Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di
Indonesia. IPB Press. Bogor.
16
Sopialena.2018. PENGENDALIAN HAYATI dengan Memberdayakan Potensi Mikroba. Diakses
melalui https://faperta.unmul.ac.id/web/wp-content/uploads/2019/01/PENGENDALIAN-
HAYATI-dengan-Memberdayakan-Potensi-Mikroba.pdf.
17