Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

TANAMAN

“PENGENDALIAN TERPADU PENYAKIT BUSUK DAUN (Phytopthora


infestan) PADA KENTANG”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Disa Atrisan 150510170121


2. Khansa Ratri Garwita 150510170122
3. Hafizh Naufal S. 150510170133
4. Sofia Kholifatu Wahda 150510170180

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2018
Kata Pengantar

Alhamdulillahirabil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat, nikmat, taufik dan karunianya sehingga penyusunan makalah yang berjudul
Pengandalian Terpadu Penyakit Busuk Daun pada Kentang ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun dan ditujukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman di Fakultas Pertanian, Universitas Padjadaran.
Makalah ini memuat tentang tanaman transgenik, sejarah tanaman transgenik dan dampaknya
bagi kehidupan saat ini.

Penyusun berterima kasih kepada semua dosen pemangku mata kuliah Teknologi
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman yang telah membantu dalam membuka wawasan
mengenai topik ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam terselesaikannya
makalah ini.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan pada makalah ini, untuk
itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi untuk semua
pihak di kemudian hari.

Jatinangor, 27 November 2018

Penyusun,…..

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 2
2.1 Informasi Umum Komoditas ................................................................................... 2
2.2 Informasi Umum OPT .............................................................................................. 3
2.3 Teknik Pengendalian Terpadu ................................................................................. 4
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 7
3.2 Saran........................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas pangan yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia maupun di Dunia. Kentang banyak digunakan
sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat setelah beras, jagung dan gandum. Dalam hal gizi,
kentang memiliki beberapa kandungan seperti protein, bitamin C, kalsium, zat besi dan lain-
lain. Karena kentang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, maka kentang mempunyai
potensi besar sebagai pendamping ataupun pengganti beras sebagai makanan utama
masyarakat.
Kentang merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai produksi tinggi.
Berdasarkan data dari kementrian pertanian, produksi kentang telag berkembang dengan pesat
selama beberapa dekade terakhir dan Indonesia menjadi negara penghasil kentang Terbesar di
Asia Tenggara. Antara periode 1997-2009, produksi kentang di Indonesia meningkat rata-rata
sebesar 4 persen per tahun. Produksi total tahunan meningkat dari sekitar 813 ribu ton pada
tahun 1997 menjadi lebih dari 1 juta ton pada tahun 2009. Luas area kentang pada tahun 2009
mencapai lebih dari 71 ribu hektar. Hasil kentang per hektar juga meningkat dari sekitar 13.38
ton per ha pada awal tahun 2000 an, menjadi 16.5 ton per ha pada tahun 2009. Tiga sentra
produksi utama kentang di Indonesia ditempti oleh Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali (Badan
Litbang Pertania, 2012).
Prosuksi kentang yang tinggi tersebut terancam oleh adanya penyakit penting pada
kentang. Penyakit tersebut adalah busuk daun kentang atau yang biasa disebut late blight.
Penyakit ini merupakan penyakit utama pada kentang yang desebabkan oleh patogen dari
golongan jamur. Pengendalian penyakitini sejauh ini masih menggunakan pestsisida sintetik
(Yulimasni dan Khairul, 2014). Namuan sebagai mana diketahiu bahwa penggunaan pestisida
sintetik yang berlebihan akan menimbulkan kergian di berbagai aspek. Untuk itu diperlukan
satu pengendalian yang kompatibel dan efektif untuk mengendalikan penyakit ini.

1.2 Tujuan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui pengendalian penyakit
busuk daun kentang yang kompatibel, aman dan efektif dalam penggunaannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Informasi Umum Komoditas
Kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman yang termasuk kedalam famili
Solanaceae. Kentang ini mengandung karbohidrat yang tinggi sehingga berpotensi sebagai
komoditas pangan disamping beras, jagung dan gandum. Kentang cocok untuk ditanaman
di dataran medium sampai tinggi dengan ketinggian 500-3000 mdlp. Selain pada
kentingian, pertumbuhan kentang juga bergantung pada curah hujan dan intensitas
penyunaran matahari. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan kentang adalah sekitar
200-300 mm/hari dan 100 mm/hari pada saat fase pembentukan umbi. Suhu yang sesuai
untuk pertumbuhannya berkisar anatara 20-30oC. lahan yang baik digunakan adalah tanah
dengan tekstur sedang, gembur, subur, berdrainase baik dan memiiki pH antara 5-6,5
(Puslitbang Hortikultura, 2015)
Tanaman kentang memiliki karakteristik morfologi yang utamanya dapat diamati
dari daun, batang dan umbinya. Daun tanaman kentang berbrntuk oval meruncng dan
rimbun. Pertulangan daunnya menyirip dan berwarna hijau sampai hijau tua. Batang
kentang berbentuk segi empat atau segi lima dengan tekstur keras dan berwarna hijau,
terkadang sek=dikit ungu. Umbi kentang merupakan bagian yang dimanfaatkan manusai
sebagai bahan makanan. Umbi ini memiliki kulit yang tupis, berbentuk bulat oval dengan
wana coklat krem.

Gambar 1. Tanaman kentang

2
2.2 Informasi Umum OPT
salah satu faktor pembatas dalam produksi kentang adalaha adnaya patogen
tular udara yang menyerang daun kentang. Penakit yang ditimbulkan biasa disebut
dengan busuk daun/hawar daun (late blight). Penyakit ini disebabkan oleh cendawan
bernama Phytopthora infestant (Ordo Pythiales, Famili Phytiaceae). Reproduksi dari
jamur patogen P. infestans terjadi lewat dua cara yaitu reproduksi tanpa kawin
(aseksual) dan seksual. Reproduksi aseksual yaitu ketika sporangiospora muncul ke
permukaan jaringan melalui stomata kemudian berkecambah dan masuk ke jaringan
daun. Saat matang, zoosporangia mudah putus dan menyebar dengan bantuan angin.
Perbanyakan seksual terjadi karena pertemuan diantara miselia tipe perkawinan A1 dan
tiper perkawinan A2 yang kemudian membentu oospora. Salah satu diantaranya
mungkin membentuk sel jantan (antheridia) dan lainnya sel – sel betina (oogonia).
Ooginium tumbuh melalui antheridium pada saat pembuahan, ooginium yang dibuahi
mengembang ke dalam sebuah dinding tebal yang menahan spora (oospora).
Menurut Susteyo (2017) pembentukan dan perkecambahan P. infestans sangat
dipengruhi oleh suhu, kelembaban dan curah hujan. Penyebaran spora/patogen melalui
angin, air atau serangga. Jika spora P. infestans sampai ke daun kentang yang basah,
maka spora patogen akan berkecambah dengan mengeluarkan zoospora atau langsung
membentuk tabung kecambah, kemudian masuk ke bagian tanaman, dan akhirnya
terjadilah infeksi busuk daun pada daun tanaman kentang. Spora yang jatuh ke tanah
akan menginfeksi bagian umbi kentang. Penyakit busuk daun kentang yang disebabkan
patogen P. infestans berkembang dengan cepat jika kondisi lingkungan mendukung,
diantaranya pada suhu 18-210C dengan kelembaban udara (RH) di atas 80%.
Daun – daun kentang yang bergejala busuk daun mempunyai gejala bercak
nekrotik pada tepi dan ujung daun. Jika suhu di sekililing tanaman tidak terlalu rendah
serta kelembaban cukup tinggi, maka bercak – bercak tadi akan meluas dengan cepat
dan dapat mematikan seluruh daun. Sedangkan pada kondisi cuaca yang relatif kering,
jumlah bercak menjadi terbatas, segera mengering dan tidak meluas. Umumnya gejala
penyakit yang baru akan tampak bila tanaman berumur lebih dari satu bulan, meskipun
kadang – kadang sudah terlihat pada tanaman yang berumur 21 hari. Dalam cuaca yang
relatif lembab, pada sisi bawah bagian daun yang sakit terdapat lapisan kelabu tipis,
yang terdiri dari konidiofor dan konidium jamur patogen (Susetyo, 2017)

3
Gambar 2. Gejala Busuk Daun Kentang
2.3 Teknik Pengendalian Terpadu
a. Varietas Tahan
1. Varietas Cosima
Varietas ini berumur 100-110 hari dengan potensi hasil 19-36 ton/ha dengan
hasil rata-rata 28,5 ton/ha. Jika diamati batangnya, tingginya ± 75 cm, berwarna hijau
tua, memiliki penampang berbentuk segi lima dan bersayap rata. Apabila dilihat
daunnya, berbentuk oval dengan ujung meruncing, berwarna hijau dengan urat
utama hijau muda dan permukaan bawah daun berkerut serta berbulu. Sedang jika
diperhatikan bunganya, jumlah tandan bunga 5-11 buah, putik berwarna putih dan
benang sarinya 5 buah yang berwarna kuning. Sementara itu, umbinya berkulit
kuning muda, tetapi daging umbinya berwarna kuning tua. Kualitas umbi sedang.
Varietas ini tahan terhadap penyakit busuk daun Pytophthora infestans, cukup tahan
terhadap nematoda Melodogyne sp dan agak peka terhadap layu bakteri
Pseudomoans solanacearum.
2. Varietas Segunung
Varietas Segunung berumur ± 100 hari dengan tinggi tanaman mencapai 70
cm. Batang berwarna hijau muda berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk
segi empat dan bersayap bergerigi. Daun dan urat utama daunnya berwarna hijau
muda berbentuk oval agak bulat dengan ujung runcing. Permukaan bawah daun
berkerut dan berbulu. Bunganya mempunyai jumlah tandaan 8 buah, putik berwarna
putih dan benang sari berwarna kuning. Sedang umbinya, berkulit kuning, halus
dengan mata umbi dangkal. Ada pun daging umbinya berwarna kuning dan
berkualtias baik. Potensi varietas Segunung bisa mencapai hasil 25 ton/ha. Varietas
ini juga tahan terhadap penyakit busuk daun Pytophthora infestans.Lokasi yang
cocok untuk menanam varietas ini adalah di dataran tinggi.

4
3. Varietas Granola L
Umur varietas Granola berkisar antara 100-115 hari dengan tinggi tanaman
± 65 cm. Batangnya berwarna hijau, berpenampang segi lima dan bersayap rata.
Daunnya berwarna hijau dengan urat utama hijau muda, berbentuk oval dan
permukaan daun bagian bawah berkerut. Apabila diamati bunganya, mempunyai
tandan bunga 2-5 buah, putik berwarna putih dan memiliki 5 buah benang sari
berwarna kuning. Sedang umbinya, berbentuk oval, berkulit kuning sampai putih
dan bermata dangkal. Daging umbi berwarna kuning dengan potensi hasil rata-rata
26,5 ton/ha. Varietas Granola tahan terhadap PVA (Potato Virus A) dan PVY
(Potato Virus Y),
Varietas kentang yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap penyakit
busuk daun sebaiknya digunakan sepanjang penanaman dan secara ekonomi masih
menguntungkan
b. Pengolahan / Perlakuan Tanah
Spora yang jatuh ke tanah akan menginfeksi bagian umbi kentang, dan
pembusukannya dapat terjadi di dalam tanah atau pada tempat penyimpanan
kentang. Penyakit busuk daun pada kentang umumnya sering terjadi di daerah
sentra tanaman kentang dataran tinggi yang bersuhu rendah dengan kelembaban
yang tinggi. Sehingga baiknya dilakukan pembalikan tanah sebelum penanaman
agar spora-spora yang terdapat di dalam tanah dapat terpapar sinar matahari
sehingga spora-spora tersebut mati.
c. Perlakuan Benih
Perendaman dengan larutan Fungisida bertujuan untuk menmbunuh dan
mencegah serangan patogen, dimana Fungsida adalah bahan untuk meracuni atau
mematikan jamur yang merupakan penyakit tanaman
d. Aplikasi Antagonis
Untuk tindakan pengendalian penyakit secara prefentif dilakukan
pencelupan bibit umbi kentang maksimal selama ± 3 menit dalam larutan agens
hayati Pseudomonas fluorescens (Pf) dengan dosis larutan 1ml Pf per liter air.
e. Cropping System
mengatur waktu tanam kentang serta membersihkan sisa tanaman kentang
yang terserang dengan cara melakukan pembakaran dengan tujuan tidak menulari
tanaman kentang yang sehat. memperlebar jarak tanam dan cara pengairan yang
tepat.

5
f. Rotasi
Rotasi tanaman dengan jenis lain untuk memutus siklus hidup jamur
Phytophthora infestans,
g. Tumpangsari
Pola tanam tumpangsari dengan menanam cabe sebagai tanaman sela
diantara lajur tanaman.
h. Mulsa
Menggunakan mulsa plastik untuk menjaga kelembaban tanah tetap stabil,
i. Pestisida Sintetik
Tindakan pengendalian dengan menggunakan fungisida secara prinsip
menghambat penetrasi dan perkecambahan spora. Satu kali saja patogen masuk
ke daun, penggunaan fungisida kontak menjadi tidak efektif.Aplikasi fungisida
sebaiknya dimulai segera setelah gejala awal muncul pada tanaman. Aplikasi
fungisida yang tepat yang menutupi permukaan daun sebaiknya dipertahankan
selama keberadaan penyakit busuk daun masih memungkinkan tumbuh. Pada
tanaman rentan penggunaan fungisida diperlukan sampai 15 kali per periode
tanaman. Aplikasi fungisida yang efektif dengan konsentrasi formula yang tepat
menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pengendalian penyakit. Aplikasi
fungisida sintetik dilakukan jika langkah –langkah pengendalian yang lain sudah
dilakukan dan belum menampakan hasil optimal. Fungisida yang dapat digunakan
untuk aplikasi pengendalian penyakit busuk daun kentang menggunakan bahan
aktif seperti mankozeb, propineb dan kaptafol. Pada saat aplikasi fungisida
sebaiknya ditambahkan sticker (perekat/perata) dalam larutan fungisida untuk
keefektifan, karena adakala aplikasi fungisida dilakukan saat turun hujan. Aplikasi
fungisida kontak berspektrum luas dari golongan Klorotalamin merupakan
fungisida yang efektif untuk mengendalikan P. infestans. Aplikasi fungisida kontak
dan sistemik sebaiknya dilakukan bergilir supaya dapat menghindari patogen
resisten terhadap fungisida sistemik berspektrum sempit. penyemprotan fungisinis,
seperti Ditbanc. Antracol, Vondotels, atau Difolatan dengan dosis 3-4 kg/ha. Pada
misim hujan penyemprotan 2-3 hari sekali dan pada musim kemaru 7-10 hari
sekali.

6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil studi literatur dapat disimpulkan bahawa penyakit busuk daun yang
disebabkan oleh cendawan Phytoptora infestan dapat menimbulkan kergugian pada
kentang. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai metode mulai dari
awal sampai akhir masa penanaman.
3.2 Saran
Sebaiknya digunakan teknik pengendalian yag kompatibel, aman dan efektif untuk
mengendalikan penyakit ini sebelum dikendalikan secara kimia menggunakan fungisida
sintetik.

7
Daftar Pustaka

Badan Litbang Pertanian. 2012. Mesin Penanam Kentang Untuk Mendukung Program
Pengembangan Kawasan Hortikultura. Agroinovasi. Tersedia di
http://www.litbang.pertanian.go.id/download/one/311/file/MESIN-PENANAM-
KENTANG-UNTU.pdf diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 20.13

Puslitbang Hortikultura.2015. Budidaya Tanaman Kentang. Tersedia di


http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/berita-692-budidaya-tanaman-
kentang.html diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 20.20

Susetyo, H. P. 2017. Penyakit Busuk Kentang. Tersedia di


http://hortikultura.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2017/01/Penyakit-Busuk-
Daun-Kentang.pdf diakses pada Selasa, 27 November 2018 pukul 20.13

Yulimasni, Z. Khairul. 2014. Serangan penyakit busuk (hawar) daun (Phythophthora infestans)
pada tiga varietas unggul kentang. BPTP Sumatra Utara : Sumatra Utara

8
9

Anda mungkin juga menyukai