Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG

OLEH :

NAMA : Martania Sri Ayu Manik


NIM : 134190031
MATA KULIAH : Teknologi Budidaya Tanaman Pangan
DOSEN PENGAMPU : Darban Haryanto.IR.MP.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN ”


YOGYAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya


sehingga Makalah tentang Budidaya tanaman kentang ini dapat diselesaikan
dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kepada bapak Darban Haryanto.IR.MP selaku dosen mata
kuliah Teknologi Budidaya Tanaman Pangan yang telah memberikan tugas kepada
kami. Makalah ini berisikan tentang informasi tentang Teknologi Budidaya
Tanaman Pangan. Diharapkan Makalah ini menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata penyusun mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penyusunan makalah ini dan yang telah membantu baik secara
langsung maupun tak langsung.

Salak,18 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………..…………1
A.     Latar Belakang……………………………………………………1
B.     Rumusan Masalah……………………………………………...…2
C.     Tujuan ……………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..3
A.     Definisi tanaman kentang…………………………………..…….3
B.     Teknik Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)…4
C.     Syarat Tumbuh Tanaman Kentang………………………………7
BAB III PENUTUP………………………………………………………13
A.     Kesimpulan ………………………………………………………...13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan


bertambahnya jumlah penduduk dan bahan pangan yang tersedia pun harus
mencukupi kebutuhan masyarakat. Produk hortikultura memiliki peranan besar
dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Kentang (Solanum tuberosum L.)
merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dan mendapat
proiritas untuk dikembangkan dan mempunyai potensi dalam diversifikasi pangan.
Menurut Samadi (2007) umbi kentang memiliki manfaat yang sama dengan jenis-
jenis sayuran lainnya. Melihat kandungan gizinya, kentang merupakan sumber
utama karbohidrat. Sebagai sumber utama karbohidrat kentang sangat bermanfaat
untuk meningkatkan energi dalam tubuh. Selain untuk konsumsi, kentang dapat
dijadikan bahan baku untuk industri olahan makanan. Oleh sebab itu produksi
kentang perlu ditingkatkan secara kualitas maupun kuantitas.
Kentang adalah tanaman pangan utama keempat dunia, setelah gandum,
jagung, dan padi. Tingginya nilai gizi menyebabkan banyak diproduksi kentang di
berbagai wilayah, termasuk daerah yang kurang produktif (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998). Produksi kentang di Indonesia telah berkembang dengan pesat
dan menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil terbesar di Asia tenggara. Dari
tahun ke tahun luas areal, hasil produksi, dan produktivitas kentang berfluktuasi.
Pada tahun 2003 luas panen kentang di Indonesia 65 923 ha, produksi 1 009 979
ton dengan produktivitas 15.32 ton/ha. Produksi kentang menurun menjadi 1 003
732 ton pada tahun 2007, produktivitas naik menjadi 16.09 ton/ha pada luas panen
62 375 ha
Dibandingkan dengan produktivitas kentang di Eropa yang rata-rata mencapai
25.5 ton per hektar, produktivitas kentang di Indonesia masih cukup rendah.
Rendahnya hasil tersebut terkait dengan pemakaian bibit yang rendah mutunya,
teknik budidaya yang kurang sesuai, penanganan pasca panen yang kurang baik,
serta iklim dan cuaca yang kurang mendukung. Hal ini dikarenakan kentang
mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap keadaan tanah dan iklim,
mempunyai tanggapan yang cepat terhadap cara bercocok tanam Di samping itu,
lengkuas merah bila dimasak dengan cuka encer, dapat dijadikan minuman untuk
wanita yang baru melahirkan karena dapat mempercepat pembersihan rahim. Bila
dicampur dengan bawang putih yang telah dilumatkan dengan perbandingan 4 –
5 : 1 dan dimasak dengan sedikit cuka, lengkuas bisa menjadi obat kurap dengan
cara dioleskan pada kulit yang terserang kurap. Bahkan bila diremas-remas dengan
cuka dan dioleskan seperti lulur, lengkuas mampu menyingkirkan bercak-bercak
kulit dan tahi lalat.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1.  Apa defenisi dari budidaya tanaman kentang?
2. Apakah manfaat dan kegunaan tanaman kentang ?
3.  Bagaimana cara menbudidayakan tanaman kentang?
C.     Tujuan
1. Mempelajari kegiatan budidaya tanaman kentang sampai pemasaran.
2. Mengetahui dan membandingkan produktivitas pembibitan kentang di lapang.
3. Memperluas wawasan pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan dalam
budidaya dan kemampuan manajerial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi tanaman kentang


Pembahasan mengenai meningkatnya jumlah penduduk dunia tidak dapat
dipisahkan dengan kebutuhan pangan bagi penduduk dunia itu pula. Semakin
meningkat jumlah penduduk dunia, semakin meningkat pula kebutuhan pangan
bagi tiap-tiap populasi individu di dunia. Dengan demikian, produksi pangan harus
ditingkatkan sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan
pangan bagi penduduk dunia akan tercukupi.
Manusia, hewan dan tumbuhan tidak akan dapat lepas dari pangan. Pangan
merupakan sumber energi dan makanan. Seluruh pangan, langsung atau tidak
langsung yang diambil dari tanaman termasuk dalam kelompok sayuran. Pada
beberapa wilayah, pilihan pangan sering terbatas dan ada kecenderungan
mendahulukan pemenuhan kebutuhan kalori tanpa memperhatikan pemenuhan
kebutuhan gizi yang lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:37).
Sudah menjadi rahasia umum apabila sayuran menjadi sumber gizi. Di samping
menjadi sumber gizi, sayuran juga sebagai sumber vitamin dan mineral. Selain itu,
masyarakat dunia dapat memanfaatkan sayuran sebagai tambahan ragam, rasa
makanan, warna, dan tekstur makanan. Kandungan gizi sayuran terbagi
berdasarkan kandungan gizi utamanya, yaitu sebagai sumber karbohidrat, sumber
lemak, sumber protein, sumber provitamin A, sumber vitamin C, dan sumber
mineral (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:43-44).
Salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat adalah kentang. Kentang
(Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan salah satu
komoditas penting di dunia. Kentang berasal dari wilayah Pegunungan Andes di
Peru dan Bolivia, tetapi tanaman kentang yang masuk ke Indonesia adalah kentang
yang berasal dari Amerika Utara (Setiadi dan Nurulhuda, 1993:4).
Dengan banyaknya manfaat serta kandungan karbohidrat yang baik dari tanaman
kentang, hal ini dapat menanggapi dari masalah peningkatan jumlah penduduk
dunia serta kebutuhan pangan yang kaya gizi. Kentang dapat dibudidayakan secara
komersial dengan berbagai perawatan serta penyediaan lahan yang optimal bagi
pertumbuhan serta pembudidayaan kentang itu sendiri.
B. Teknik Budidaya Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)
Tubuh manusia memerlukan asupan-asupan gizi yang dapat membantu
perkembangan serta metabolisme di dalam tubuhnya. Tubuh manusia
membutuhkan asupan-asupan gizi, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral, dan kalsium. Salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi
adalah kentang. Untuk memahami kentang serta persyaratan budidayanya, berikut
ini uraian selengkapnya.
1. Definisi Tanaman Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan
salah satu komoditas penting di dunia. Meskipun menempati urutan keempat
setelah padi, gandum dan jagung, kentang menempati urutan pertama dalam hal
energi dan produksi protein per hektar dan per unit waktu (Central International
Potato, 1984:150). Kentang berasal dari wilayah Pegunungan Andes di Peru dan
Bolivia karena sebagian besar keragaman genetik tanaman kentang ditemukan di
wilayah itu (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:117).
Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur pendek yang biasanya
ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawah tanahnya yang
dapat dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:118). Seperti tanaman sayuran
lain, kentang di Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1.000 m di
atas permukaan laut (Sinung-Basuki, 1989:354). Tanaman kentang yang
dihasilkan secara aseksual dari umbi akan memiliki akar serabut dengan
percabangan halus, agak dangkal dan akar adventif yang berserat menyebar,
sedangkan tanaman kentang yang tumbuh dari biji akan membentuk akar
tunggang ramping dengan akar lateral yang banyak (Rubatzky dan Yamaguchi,
1995:118).
Kentang termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta dengan
kelas Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanales dan famili Solanaceae
dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum L. (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1995:117).
2. Morfologi Tanaman Kentang
Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang melalui perbanyakan
secara vegetatif dengan menggunakan umbi akar. Secara morfologi, umbi adalah
batang pendek, tebal dan berdaging dengan daun yang berubah menjadi kerak
atau belang, berdampingan dengan tunas samping (aksilar) yang biasa dikenal
sebagai mata. Proses pembuahan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan
memanjang dari rizoma/stolon dan diikuti pembesaran hingga rizoma tersebut
membengkak. Bentuk umbi tanaman kentang beragam, ada yang memanjang,
kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1995:119-120)
Menurut beberapa sumber, tanaman kentang mempunyai daun yang rimbun
dengan letak daun yang berselang-seling pada batang. Daun tanaman kentang
berbentuk oval dengan ujung meruncing dengan tulang daun menyirip dan
berwarna hijau muda hingga hijau tua. Batang tanaman kentang berbetuk segi
empat atau segi lima tergantung varietas kentang, tidak berkayu dan bertekstur
sedikit keras. Batangnya bercabang dan di setiap batang ditumbuhi daun yang
rimbun. Batang di bawah permukaan tanah (rizoma), umumnya disebut stolon
yang berfungsi untuk menimbun dan menyimpan produk fotosintesis dalam umbi
yang membengkak di dekat bagian ujung (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:118).
Berdasarkan beberapa sumber, tanaman kentang ada yang berbunga, ada pula
yang tidak. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:118), bunga tanaman
kentang bergerombol membentuk tandan simosa, memiliki lima lembar mahkota
bunga yang menyatu dengan warna berkisar antar putih hingga merah jambu dan
keunguan. Bunga tanaman kentang tidak bermadu dan sebagian besar menyerbuk
silang dengan perantara angin, tetapi serangga juga dapat membantu
penyerbukannya.

3. Jenis-jenis Tanaman Kentang


Tanaman kentang memiliki banyak jenis atau varietas di dunia. Dalam satu
negara bisa memiliki banyak jenis atau varietas kentang tergantung kondisi
wilayahnya. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:13) :
“ ... kalau coba menelusurinya lewat sejarah kentang Indonesia, bisa ditemukan
nama-nama varietas tersebut. Pertama, pada zaman Hindia Belanda dikenal
varietas eigenheimer, kemudian menyusul varietas bevelander, voran, profijt,
marinta, pimpernel, dan intje. Barangkali varietas inilah yang sekarang dikenal
sebagai kentang lokal untuk masing-masing daerah. Setelah itu, tidak
bermunculan lagi varietas baru sampai dicanangkannya Pembangunan Lima
Tahun (tahun 1969). Pada tahun tersebut berdatangan kentang-kentang baru,
seperti kentang desiree, donata, cosima, radosa, patrones, rapan, thung, dan
katela. “
Varietas-varietas kentang tersebut memiliki warna kulit dan daging umbi yang
berbeda, tetapi ada pula yang sama. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:13-
14), berdasarkan warna umbinya, varietas-varietas kentang tersebut dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu golongan kentang kuning, golongan kentang putih
dan golongan kentang merah.
1. Golongan kentang kuning. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna
kuning, contohnya eigenheimer, patrones, rapan, dan thung.
2. Golongan kentang putih. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna putih,
contohnya donata dan radosa.
3. Golongan kentang merah. Kulit dan daging umbi kentang ini berwarna merah,
contohnya desiree.
C. Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Tanaman kentang tergolong tanaman yang memiliki syarat tertentu untuk
tumbuh secara optimal. Syarat-syarat seperti iklim daerah yang akan dijadikan
tempat budidaya kentang, kondisi lahan, serta kesesuaian lahan dengan
produktifitas tanaman kentang. Faktor lingkungan yang dijadikan syarat tumbuh
tanaman kentang menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:20) antara lain, iklim dan
keadaan tanah, sedangkan menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:122) adalah
kelengasan dan ketersediaan hara.
a. Iklim
Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman pangan yang sering kita
jumpai di daerah-daerah pegunungan karena mempunyai iklim yang rendah serta
ketinggian yang cocok untuk pertumbuhannya secara optimal. Setiadi dan
Nurulhuda (1993:20-21) mengemukakan bahwa kentang dapat tumbuh subur di
tempat-tempat yang cukup tinggi, seperti di daerah pegunungan dengan
ketinggian sekitan 500-3.000 mdpl, tetapi tempat yang ideal berkisar antara
1.000-3.000 mdpl dengan suhu udara berkisar antara 15-18° C pada malam hari
dan 24-30° C pada siang hari, serta curah hujan kira-kira 1.500 mm per tahun.
b. Keadaan tanah
Daerah pegunungan yang dijadikan lahan untuk budidaya tanaman kentang
merupakan lahan yang cukup baik dalam perkembangannya karena tanah
tersebut mengandung bahan organik dari material vulkanis gunung yang dapat
membuat tanah tersebut subur. Menurut AAK (1992:146), tanaman kentang
cocok dengan tanah yang subur, ringan dan dalam dengan drainase yang baik.
Setiadi dan Nurulhuda (1993:21) memperkuat pendapat tersebut dengan
menyatakan bahwa tanah yang paling baik untuk kentang adalah tanah yang
gembur atau sedikit mengandung pasir agar mudah diresapi air dan mengandung
humus yang tinggi.
Derajat keasaman tanah atau pH tanah juga memiliki pengaruh bagi
pertumbuhan tanaman kentang. Setiadi dan Nurulhuda (1993:21) berpendapat
bahwa derajat keasaman tanah (pH tanah) yang sesuai untuk kentang bervariasi
tergantung dari varietas kentangnya. Namun, menurut Rubatzky dan Yamaguchi
(1995:120), tanah dengan pH 5,5-6,5 (agak asam) lebih disukai karena dengan
keasaman tanah kurang dari 5,4 membantu mengendalikan kudis kentang umum
(Streptomyces scabies).
c. Kelengasan
Kondisi tanah lahan yang digunakan utnuk budidaya tanaman kentang juga
harus diperhatikan kelengasannya. Hal ini dikarenakan kelengasan tanah yang
tinggi dibutuhkan setelah inisiasi umbi dan selama pembesaran umbi (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1995:122).
d. Hara
Semakin baik kondisi lahan tempat budidaya tanaman kentang, maka semakin
besar pula kandungan bahan organik dalam lahan tersebut. Sehingga, lahan yang
digunakan untuk budidaya tanaman kentang tersebut menjadi lahan yang subur
karena mengandung unsur hara yang tinggi. Pernyataan ini didukung oleh
Rubatzky dan Yamaguchi (1995:122) yang mengatakan bahwa ketersediaan hara
sangat penting untuk pertumbuhan awal tanaman dan kebutuhan pupuk tertinggi
terjadi selama pembesaran umbi.
1. Teknis Budidaya Tanaman Kentang
Budidaya tanaman kentang pada dasarnya sama dengan budidaya tanaman
yang lain. Kegiatan pembudidayaan tanaman kentang dimulai dari persiapan
bibit, persiapan lahan, menentukan jarak dan lubang tanam, pemupukan,
pemeliharaan, panen, serta pasca panen.
a. Persiapan bibit
Bibit kentang merupakan umbi yang akan dijadikan bibit atau bahan yang akan
ditanam. Pemenuhan kebutuhan bibit kentang dapat dilakukan dengan
membibitkan sendiri atau dengan membeli. Menurut Setiadi dan Nurulhuda
(1993:22-23), apabila ingin membibitkan sendiri bibit tanaman kentang, maka
lokasi penanaman sebaiknya bersuhu udara 15-20°C dan lokasi tersebut tidak
ditanami tanaman sefamilinya selama dua hingga tiga tahun, umbi yang
digunakan mempunyai berat sekitar 30-80 gram, serta adanya perhatian khusus
untuk mengendalikan hama dan penyakit pada pertumbuhan awal bibit tersebut.
Namun, apabila pemenuhan kebutuhan bibit dengan membeli bibit, maka hal-hal
yang harus diperhatikan, antara lain dengan memilih bibit yang tua dengan ciri
umbi kuat, bobot umbinya 30-45/50 gram atau 45/50-60 gram dengan besar rata-
ratanya 30-35 mm atau 45-50 mm, dan memiliki tiga hingga lima mata tunas
(Setiadi dan Nurulhuda, 1993:23-24).
Kondisi yang dialami umbi bibit selama produksi dan penyimpanan juga
memberikan pengaruh bagi pertumbuhan tanaman kentang selanjutnya karena
hal tersebut bepengaruh pada kondisi fisiologi umbi bibit tersebut. Menurut
Rubatzky dan Yamaguchi (1995:123-124),
“Umbi bibit yang secara fisiologi tua cenderung menghasilkan tanaman dengan
batang banyak dan umbi kecil dalam jumlah besar. Sebaliknya, umbi bibit yang
secara fisiologis masih muda cenderung menghasilkan tanaman dengan batang
yang lebih sedikit dan umbi yang lebih sedikit tetapi lebih besar.”
b. Persiapan lahan
Setiap tanaman membutuhkan kondisi lingkungan serta keadaan tanah yang
sesuai untuk tumbuh kembangnya secara optimal. Begitu pula dengan tanaman
kentang. Pada dasarnya, lahan yang akan digunakan utnuk bercocok tanam harus
diolah terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar tanah tersebut gembur,
memutuskan siklus hidup hama dan penyakit yang ada di dalam tanah serta
membantu melancarkan sirkulasi udara dalam tanah dan menghilangkan gas-gas
beracun yang kemungkinan ada di dalam tanah (Setiadi dan Nurulhuda
(1993:26). Menurut AAK (1992:148), Tanah yang hendak ditanamai kentang
harus sesuai dengan syarat hidup kentang, karena apabila kentang ditanam pada
tanah berat, kentang tersebut akan lebih mudah terserang penyakit dan terdapat
kemungkinan bentuk umbinya kurang baik dan kotor.
Persiapan lahan yang dilakukan untuk budidaya tanaman kentang dimulai dari
mengolah lahan tersebut sebelum ditanami kentang. Setiadi dan Nurulhuda
(1993:27) berpendapat bahwa tahap-tahap pengolahan lahan dimulai dari
membajak tanah untuk membalik posisi tanah, lalu dibiarkan selama beberapa
hari supaya terkena sinar matahari langsung, setelah itu tanah tersebut dicangkul
atau digaru, lalu dibiarkan terlebih dahulu dalam beberapa hari, kemudian tanah
tersebut dibajak kembali.
c. Jarak dan lubang tanam
Setiap tumbuhan memiliki besar tubuh serta luas tajuk yang berbeda, sehingga
akan membutuhkan jarak tanam yang berbeda pula. Menurut beberapa sumber
yang saya dapatkan dari internet, pada budidaya tanaman kentang, jarak tanam
bervariasi, karena hampir setiap daerah mempunyai sistem jarak tanam yang
berbeda. Biasanya kentang menggunakan jarak tanamn 25/30 x 50/50 cm dengan
lubang tanam berjarak 25 cm dari pinggiran guludan (Setiadi dan Nurulhuda,
1993:31).
d. Pemupukan
Pemberian pupuk pada setiap tanaman berbeda. Hal ini dikarenakan jumlah
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh berbeda-beda pula. Selain
itu waktu pemberian pupuk juga dapat disesuaikan dengan lahan tanam serta
kondisi iklim. Hal ini diperkuat oleh penjelasan Setiadi dan Nurulhuda (1993:31)
yang menjelaskan bahwa pemberian pupuk dapat dilakukan dengan pembuatan
guludan atau bersamaan dengan pemberian pupuk organik dan pestisida.
e. Pemeliharaan
Pada tanaman yang dibudidayakan, pemeliharaan merupakan faktor terbesar
dalam menentukan keberhasilan pembudidayaan. Setelah penanaman bibit
tanaman yang dibudidayakan tersebut, maka diperlukan kegiatan pemeliharaan
sampai masa panen. Menurut AAK (1992:149-150), pemeliharaan kentang
dimulai dari penggemburan tanah dan penyiangan gulma setelah penanaman
bibit, pembubunan tanah saat tanaman berumur 3-4 minggu, pengairan yang
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan umbi, dan pemupukan yang
disesuaikan dengan kondisi lahan yang digunakan dalam pembudidayaan.
f. Panen
Panen merupakan waktu pengambilan tanaman yang dibudidayakan sebelum
memasuki kegiatan pasca panen. Menurut Dede Juanda dan Bambang Cahyono
(2005:71) , panen adalah kegiatan pemetikan hasil tanaman yang telah cukup
umur. Masa panen setiap tanaman berbeda karena disesuaikan dengan
perkembangan dan pertumbuhan tanaman itu sendiri. Tanaman kentang dipanen
pada umur 90 hingga 160 hari setelah tanam (HST) dengan cara menggali umbi
dengan menggunakan tangan dan ditempatkan dalam wadah kecil atau
menggunakan mesin-mesin pertanian dan dikumpulkan ke dalam wadah yang
lebih besar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995:131-132).
g. Pasca panen
Pasca panen merupakan kegiatan terakhir dari pembudidayaan tanaman.
Tanaman kentang diseleksi terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Tahapan seleksi
dimulai dari penggolongan mutu kentang berdasarkan bobotnya, kemudian
penggolongan mutu kentang sesuai dengan permintaan konsumen, seperti bentuk
kentang dan rasa kentang Setiadi dan Nurulhuda, 1993:59). Setelah dipanen,
tanaman kentang harus disimpan terlebih dahulu pada suhu 15-25° C dengan RH
(Relative Humidity) yang tinggi selama 10 hari atau labih untuk pembentukan
peridermis atau penyembuhan luka sewaktu panen (Rubatzky dan Yamaguchi,
1995:132).
6. Hama dan Penyakit Tanaman Kentang
Setiap tanaman mempunyai binatang-binatang tertentu yang digolongkan
sebagai hama yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya serta
dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis. Selain diserang oleh hama,
tanaman budidaya juga dapat diserang oleh penyakit yang teknik
pengendaliannya bermacam-macam.
Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993:39), hama tanaman kentang, antara lain
ulat penggulung daun (Phthrimeae operculella), ulat tanah (Agrotis epsilon), ulat
bawang (Spodoptera exigua), Epilachma sp, dan anjing tanah (Gryllotalpa sp).
Namun, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:136), hama tanaman kentang,
antara lain kutu daun aster Macrosteles quadrilineatus), kutu daun bit (Circulifer
tenellus), kumbang kentang kolorado (Leptinotarsa decernlineata), kumbang flea
(Epitrix spp.), apid kentang (Macrosiphum euphorbiae), serta kutu loncat
(Empoasca spp.).
Sedangkan untuk penyakit yang dapat menyerang tanaman kentang
bermacam-macam pula. Setiadi dan Nurulhuda (1993:44) berpendapat bahwa
penyakit yang dapat menyerang tanaman kentang, antara lain penyakit busuk
kering, penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum, penyakit busuk daun,
penyakit bercak alternaria, penyakit kudis, serta beberapa penyakit yang
disebabkan oleh virus. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995:136), virus-
virus yang menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, antara lain virus daun
penggulung kentang (Potato leaf roll virus), virus kentang X (Potato virus X/
PVX), virus kentang Y (Potato virus Y/ PVY), dan virus umbi menggelndong
kentang (Potato spindle tuber viroid/ PSTV).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan di dunia dan salah
satu komoditas penting di dunia. Kentang adalah tanaman dikotil tahunan berumur
pendek yang biasanya ditanam sebagai tanaman setahun untuk diambil umbi bawah
tanahnya yang dapat dimakan. Kentang termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi
Magnoliophyta dengan kelas Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanales dan
famili Solanaceae dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum
L.
Morfologi tanaman kentang beragam, antara lain bentuk umbinya ada yang
memanjang, kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih,
mempunyai daun yang rimbun berbentuk oval dengan ujung meruncing dengan
tulang daun menyirip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua dengan batang
tanaman kentang berbetuk segi empat atau segi lima tergantung varietas kentang,
tidak berkayu dan bertekstur sedikit keras, dan untuk bunga tanaman kentang
tergantung dari varietas kentang tersebut karena ada tanaman kentang yang berbunga,
ada pula yang tidak.
Jenis tanaman kentang beragam, berdasarkan warna umbinya, varietas-varietas
kentang tersebut dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan kentang kuning,
golongan kentang putih dan golongan kentang merah. Tanaman kentang tergolong
tanaman yang memiliki syarat tertentu untuk tumbuh secara optimal. Syarat-syarat
seperti iklim daerah yang akan dijadikan tempat budidaya kentang, kondisi lahan,
serta kesesuaian lahan dengan produktifitas tanaman kentang. Faktor lingkungan
yang dijadikan syarat tumbuh tanaman kentang adalah iklim, keadaan tanah,
kelengasan, ketersediaan hara.
Kegiatan pembudidayaan tanaman kentang dimulai dari persiapan bibit,
persiapan lahan, menentukan jarak dan lubang tanam, pemupukan, pemeliharaan,
panen, serta pasca panen. Setaip tanaman dapat diserang hama serta penyakit. Hama
yang menyerang tanaman kentang, seperti ulat penggulung daun (Phthrimeae
operculella), ulat tanah (Agrotis epsilon), ulat bawang (Spodoptera exigua).
Sedangkan penyakit yang menyerang, antara lain penyakit busuk kering, penyakit
layu bakteri Pseudomonas solanacearum, penyakit busuk daun, penyakit bercak
alternaria, penyakit kudis, serta beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus.
DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius: Yogyakarta

Central International Potato. 1984. Potatoes for the Developing World. Lima, Peru
Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. 2005. Teknik Budidaya dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius: Yogyakarta
Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1995. Sayuran Dunia 1: Prinsip, Produksi
dan Gizi Edisi Kedua. Penerbit ITB: Bandung

Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan.
Penebar Swadaya: Jakarta

Sinung, R. Basuki. 1989. Production Potato in Indonesia: Prospect for Medium


Altitude Production (Eds J. W. T. Bottema et al.). CGPRT Centre, Bogor

Anda mungkin juga menyukai