Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Hortikultura

Cabai Merah Keriting

Oleh:
Yudevid Dandy Kalamu
Sukmaniar Ode
Greacia Kaitang
Evelyn Kakalang

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tumbuh-tumbuhan perdu yang berkayu,
dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Saat ini cabai menjadi
salah satu komoditas sayuran yang banyak di butuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal
maupun internasional. Setiap harinya permintaan akan cabai, semakin bertambah seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk di berbagai negara. Budidaya ini menjadi peluang usaha yang
masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk
memenuhi pasar ekspor (Santika, 2008).
Jenis cabai juga cukup bervariasi, beberapa jenis di bedakan berdasarkan ukuran, bentuk,
rasa pedasnya dan warna buahnya. Di Indonesia jenis cabai yang banyak dibudidayakan antara
lain cabai keriting, cabai besar, cabai rawit, dan cabai paprika (Anonim, 2013).
Dalam budidaya cabai salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan
produksi adalah pemilihan jenis cabai. Cabai keriting mempunyai kelebihan tahan terhadap
kelembapan udara. Cabai keriting memiliki beberapa manfaat selain dijadikan sebagai bahan
penyedap makanan, cabai keriting juga bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk
olahan seperti saos cabai, sambel cabai, pasta cabai, bubuk cabai, cabai kering, dan bumbu
instant. Bahkan produk-produk tersebut sudah berhasil diekspor ke Singapura, Hongkong, Saudi
Arabia, Brunei Darussalam dan India.
Budidaya Cabai Keriting memberikan keuntungan yang menarik, tetapi budidaya cabai
keriting juga sering menemui kegagalan dan kerugian besar. Untuk menghindari kegagalan
tersebut, dilakukan aplikasi teknologi yang tepat guna, yaitu Teknologi Enzymatis. Teknologi
Enzymatis merupakan teknologi baru yang sangat tepat untuk menghadapi permasalahan yang
ada pada budidaya cabai (Santika, 2008).

B. Tujuan Praktikum
a. Menerapkan teori yang telah didapatkan di akademik
b. Menambah pengalaman tentang pembibitan cabai keriting
c. Mengetahui dan mempelajari bagaimana proses pembibitan dan pertumbuhan cabai merah
C. Manfaat Praktikum
1. Mengetahui Cara Penanaman atau Budidaya cabai keriting dengan benar
2. Mendapatkan pengetahuan tentang pembibitan cabai keriting
3. Mengetahui Proses Pertumbuhan Pada Cabai keriting
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Tanaman Cabai


Cabai merupakan tanaman semusim (annual) yang tumbuhnya tegak dengan batang berkayu
dan bercabang serta tergolong tumbuhan yang menghasilkan biji (spermatophyta) dalam dunia
tumbuhan Plantanum. Menurut Rahman (2010), tanaman cabai dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia : Solanaceae
Famili : Solanaceae (Suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L

Berdasarkan pertumbuhan akarnya, cabai keriting mempunyai akar tunggang yang kuat dan
membentuk percabangan ke samping yang disebut akar serabut. Akar serabut dapat menembus
tanah sampai kedalaman 50 cm dan perkembangan ke samping selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Hal
ini tidak berbeda jauh dengan pendapat Prajnanta (2007) dalam Arifin (2010), yang menyatakan
bahwa perakaran tanaman cabai rawit tergolong akar tunggang yang terdiri atas akar utama
(primer) dan akar lateral (sekunder). Akar lateral mengeluarkan serabut‐serabut akar (akar
tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm dan akar lateral menyebar dengan panjang sekitar
35 ‐ 45 cm.
Pertumbuhan batang utama cabai keriting yaitu tegak lurus dan kokoh mencapai tinggi
sekitar 30 ‐ 37,5 cm dengan diameter batang antara 1,5 ‐ 3 cm. Batang utama tanaman cabai
keriting berkayu dan berwarna coklat kehijauan serta pembentukan kayu pada batang utama
mulai terjadi mulai umur 30 hari setelah tanam (HST). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh
tunas baru yang dimulai pada umur 10 hari setelah tanam, namun tunas‐tunas ini sebaiknya
dihilangkan sampai batang utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara cabang primer.
Cabang primer ini yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari
batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y dan cabang primer akan menghasilkan cabang
sekunder (Prajnanta, 2007 dalam Arifin, 2010).
Pertambahan panjang cabang menurut Prajnanta (2007) dalam Arifin (2010) diakibatkan
oleh pertumbuhan kuncup ketiak daun secara terus‐menerus dan pertumbuhan ini disebut
pertumbuhan simpodial. Dari cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan
seterusnya. Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7 ‐ 15 cabang per tanaman (tergantung varietas). Jika
tanaman masih sehat maka pembungaan pertama dapat dilanjutkan ke tahap pembungaan kedua,
sehingga jumlah cabang mencapai 21 – 23.
Daun cabai keriting berwarna hijau muda sampai hijau gelap (tergantung varietasnya)
dengan panjang 4 - 10 cm dan lebar 1,5 - 4 cm . Daun ditopang oleh tangkai daun dan tulang
daun berbentuk menyirip. Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung
daun yang meruncing (Hadiyanto, 2005).
Posisi bunga cabai keriting biasanya menggantung dengan warna mahkota bunga putih dan
memiliki 5 – 6 kelopak bunga dengan panjang bunga 1 – 1,5 cm, lebar 0,5 cm dan panjang
tangkainya 1 - 2 cm. Tangkai putik berwarna putih, panjangnya sekitar 0,5 cm. Warna kepala
putik kuning kehijauan, tangkai sari berwarna putih, tetapi yang dekat dengan warna kepala sari
ada bercak kecoklatan. Panjang tangkai sari 0,5 cm dengan warna kepala sari berwarna biru atau
ungu (Hadiyanto, 2005).
Panjang buah cabai keriting dari tangkai hingga ujung buah mencapai 3,7 – 5,3 cm, dan
buahnya berukuran kecil. Biji cabai keriting yang masih muda berwarna kuning, namun
setelah tua berubah warna menjadi coklat. Biji cabai keriting berbentuk pipih dengan
diameter ± 4 mm serta memiliki rasa buah yang pedas dan dapat mengeluarkan air mata bagi
orang yang menciumnya. Cabai keriting memiliki rasa yang pedas karena mengandung capsicol
(Setiadi, 2006).
Tanaman cabai keriting sangat cocok ditanam pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan suhu
antara 190 – 300 C dan curah hujan 1.000 – 3.000 m m/tahun.
Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara serta
dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk
menghindari genangan air pada lahan, Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan
yang agak miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 25 0. Lahan yang terlalu miring dapat
menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).
BAB III METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


Alat:
a. Plastik Bening
b. Cangkul
c. Pisau
d. Alat Penyiram
e. Ember Tempat Penampungan air
f. Tempat Penyamaian
Bahan:
Benih Cabai Merah
Tanah
Pupuk Kompos
Air Hangat (Untuk Perendaman Benih
Air Untuk Penyiraman Benih

B. Langkah-langkah Budidaya Cabai Keriting

1. Persiapan lahan
Persiapan lahan merupakan tahap awal yang penting untuk menanam hortikultura.

Bagaimana persiapan lahan diperlukan akan tergantung pada:

a. Jenis tanaman yang akan dibudidayakan, ukuran tanaman, serta umur panennya
b. Teknik budidaya yang akan dilakukan. Apakah menggunakan sistem organik,
hidroponik ataukah konvensional
c. Luasan lahan yang akan digunakan
Persiapan lahan ini juga bisa menggunakan cara modern atau konvensional. Masing-masing
cara memiliki kelebihan dan kekurangan.

2. Pembibitan
Pembibitan ini dilakukan untuk mendapatkan tanaman yang nantinya akan dibudidayakan.

Ini juga bisa disebut sebagai proses perbanyakan tanaman.


Cara memperbanyak tanaman bisa dilakukan dengan dua cara yakni generatif (menggunakan
biji) dan vegetatif yang menggunakan bantuan tangan manusia.

3. Penanaman bibit
Bibit tanaman yang telah dipersiapkan, apabila telah cukup umur, bisa di tanam di
lahan. Penanaman akan sangat baik jika dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit
atau sore hari sebelum matahari terbenam. Pemilihan waktu tersebut dilakukan dengan
pertimbangan untuk mengurangi tingkat kerusakan bibit akibat panasnya sinar matahari.

4. Perawatan Tanaman

Untuk tanaman hortikultura yang bertipe batang keras seperti tanaman buah – buahan yang
berbuah musiman atau tahunan maka ada 3 bagian dalam melakukan perawatannya, yaitu
perawatan seblum berbuah, lalu waktu berbuah dan setelah berbuah.

Sebelum berbuah, perawatan sebelum berbuah ini biasanya meliputi dari pembersihan dari
gulma gulma, pembersihan rumput disekitar tanaman, melakukan penyiraman, pemupukan,
dan pengendalian dari penyakit dan juga hama. Saat melakukan perawatan ini jangan sampai
ada akar ataupun batang yang terluka. Karena dapat mempengaruhi pertumbuhan dari
tanaman, kalaupun ada batang yang terluka sebisa mungkin untuk menutupi luka itu dengan
lilin ataupun plastic agar tidak bisa dimasuki oleh penyakit.

5. Pemupukan tanaman

Untuk melakukan pemupukan ini harus tanah yang disekitar tanaman tersebut dalam kondisi
basah. Agar tanaman mudah dalam mengadaptasikan pupuk dengan tanahnya. Untuk jenis
pupuknya bisa pupuk N, pupuk P maupun pupuk K dan jangan lupa untuk menggunakan
pupuk organik atau pupuk kompos.

6. Pengendalian hama dan penyakit

Untuk melakukan pengendalian hama ini setiap saat dari awal penanaman sampai besar.
biasanya dengan memberi cairan insektisida butiran di usia tanaman hortikultura belum
berbuah. Dan jangan lakukan penyemprotan insektisida saat masa masa tanaman tersebut
berbuah. Karena takutnya nanti zat dari insektisida ada yang masuk kedalam buah dari
tanaman tersebut.
7. Panen
Ini adalah masa yang ditunggu-tunggu oleh setiap petani ketika menanam tanaman.

Panen dilakukan dengan mengambil daun, buah, batang atau akar tanaman sesuai dengan
jenis tanaman yang dibudidayakan.

Anda mungkin juga menyukai