Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek
pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin. Buah
tomat sangat baik untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit,
seperti sariawan karena mengandung vitamin C. Selain sebagai buah segar yang
langsung dapat konsumsi, buah tomat juga dapat digunakan sebagai bahan
penyedap berbagai macam masakan seperti sop, gado-gado, sambal, dan juga
dapat dijadikan bahan industri untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan, misalnya
untuk minuman sari buah tomat, es juice tomat, dan konsentrat. Berbagai macam
kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi konsumen, produsen,
maupun masyarakat pada umumnya. Potensi pasar buah tomat juga dapat dilihat
dari segi harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga
membuka peluang yang lebih besar terhadap serapan pasar
Tomat dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun tinggi. Jenis tomat sayur
lebih baik ditanam di dataran rendah. Sementara tomat apel lebih baik ditanam di
dataran tinggi. Tanaman tomat sangat peka terhadap tanah yang sedikit
kekurangan zat-zat hara terutama unsure nitrogen (zat lemas). Penanaman tomat
harus pada tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir dan banyak
mengandung bahan organik (subur). Tanah liat yang sedikit mengandung pasir
dengan derajat keasaman tanah (pH) antara 5-6 sangat disukai tanaman ini.
Tanaman tomat pun tidak tahan terhadap hujan. Oleh karena itu, waktu tanam
terbaik adalah 2 bulan sebelum musim hujan hingga akhir musim hujan. Waktu
tanam pun dapat dilakukan pada awal musim hujan. Akan tetapi, tanaman sering
mengalami kegagalan karena banyak terjadi serangan penyakit daun dan buahnya
banyak yang pecah sehingga mutu dan produksi menurun.
Pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi selain dapat
dicapai dengan memperhatikan syarat-syarat tumbuh juga dengan melakukan
pemeliharaan yang baik. Salah satu cara pemeliharaan tanaman yang penting

1
adalah pemupukan. Penggunaan pupuk tidak semata-mata diberikan langsung
pada tanaman, akan tetapi harus memperhatikan waktu, cara pemupukan, dan
dosis pupuk yang sesuai. Agar pemberian lebih efektif, maka waktu pemupukan
harus disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan, fase pertumbuhan
tanaman, dan teknik budi daya yang diterapkan. Sedangkan cara pemupukan
tergantung pada sistem penanaman yang dipakai. Kebutuhan dosis pupuk yang
tepat berbeda pada setiap tanaman, karena penggunaan dosis yang tidak tepat
dapat membuat pertumbuhan tanaman terhambat bahkan mati.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Tomat


Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae
(berkeping dua). Secara lengkap ahli botani mengklasifikasikan tanaman tomat
secara sistematik. Tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

2.2 Morfologi Tanaman Tomat


Menurut Manurung (2015) morfologi tanaman tomat adalah sebagai berikut:
A. Akar
Tanaman tomat memiliki akar tunggal, akar cabang, dan akar serabut, yang
berwarna keputih-putihan barbau khas. Perakaran tanaman tidak terlalu dalam
menyebar ke segalah arah hingga kedalaman rata-rata 30 sampai 40 cm, namun
dapat mencapai kedalam 60-70 cm. akar tanaman tomat berfungsi untuk
menopang berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam
tanah. Oleh karena itu, kesuburan tanah di bagian atas sangat berpangaruh
terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi buah, serta benih tomat yang di
hasilkan.
B. Batang
Batang pada tanaman tomat berbentuk silinder dengan diameter bisa
mencapai 4 cm. permukaan batang ditutupi oleh buli-bulu halus. Batang tanaman
tomat memiliki banyak cabang. Ujung batang merupakan bagian yang paling aktif
membentuk daun dan bunga karena meristem apical.

3
C. Daun
Daun terletak dalam spiral yang teratur dengan phyllotaxy , dan merupakan
daun mejemuk yang menyirip gasal (imparipinnatus). Daun-daun pada tanaman
tomat varietas grandifolium, panjang daun antara 15-30 cm, dan lebar daun antara
10 cm - 15 cm, dengan tangkai daun sepanjang 3 cm-6 cm. jumlah sirip daun
sebesar antara 7-9 yang terletak berhadapan atau bergantian, sedikit menggulung ,
dan panjang antara 5 cm- 10 cm, serta bergerigi tidak teratur. Di antara sirip besar
ada sirip kecil. Selain itu, sirip besar ada yang bersirip lagi atau bersirip ganda
(bipinnatus).
D. Bunga
Rangkaian bunga (bunga majemuk) terdiri dari 4 sampai 14 bunga.
Rangkaian bunga terletak diantara buku, pada ruas, atau ujung batang atau
cabang. Bunga tomat merupakan bunga banci (hermaprodite) dengan garis tengah
± 2 cm. mahkota berjumlah 6, bagian pangkalnya membentuk tabung pendek
sepanjang ± 1 cm, berwarna kuning, benang sari berjumlah 6, bertangkai pendek
dengan kepala sepanjang ± 5 mm, dan berwarna kuning cerah, benang sari
mengelilingi putik bunga. Kelopak bunga berjumlah 6 dengan ujung kelopak
runcing, dan panjang ± 1 cm, letak bunga menggantung.
E. Buah
Buah tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak
karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2
sampai 9 kantung lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat
laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya jadi enak, asam-asam
manis. Bentuk buah bulat agak lonjong, dan bulat telur, banyak mengandung biji
lunak berwarna kekuning-kuningan yang tersusun, berkelopak dan dibatasi oleh
daging buah.
F. Biji
Biji tomat berukuran kecil, dengan lebar 2 mm – 4 mm dan panjang 3 mm- 5
mm. biji berbentuk seperti ginjal, ringan, berbulu, dan berwarna cokelat muda.
Setiap gram berisi antara 200-500 biji, tergantung varietasnya. Embrio bengkok
terletak di dalam endosperm. Biji yang telah kering dan di simpan di dalam kaleng
atau tempat yang kedap udara dan dingin, daya kecambahnya dapat bertahan

4
selama 3-4 tahun. Biji berkecambah setelah ditanam 5-10 hari, keeping terangkat
keatas (tipe epigeal), langsing, memanjang, dan berwarna hijau.

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Tomat


Tanaman tomat pada fase vegetatife membutuhkan curah hujan yang cukup
tinggi, namun sebaliknya pada fase generatife curah hujan yang diperlukan tidak
terlalu banyak. Pada fase pemasakan buah, jika curah hujan tinggi dapat
menurunkan daya tumbuh. Namun curah hujan pada musim kemarau tidak akan
menjadi masalah yang besar apabila kebutuhan air pada tanaman tercukupi
melalui sistem penyiraman atau air irigasi (Rismunandar, 2001) dalam
(Jaratenghar, 2017)
Suhu yang normal untuk perkecambahan benih tomat adalah sekitar 25-300C.
Suhu ideal pertumbuhan tanaman tomat sekitar 24-280C. Apabila suhu kurang
ideal maka pertumbuhan dan perkembangan bunga serta buahnya akan terganggu.
Meskipun tomat tahan terhadap kekeringan namun bukan berarti tomat dapat
tumbuh subur pada keadaan kering tanpa pengairan (Wiryanta, 2004) dalam
(Jaratenghar, 2017)
Tanaman tomat dapat hidup di daratan rendah hingga daratan tinggi sampai
ketinggian 1250 m dibawah permukaan laut dengan kadar keasaman tanah (pH)
antara 5-6. Tanaman tomat dapat tumbuh pada semua jenis tanah, namun untuk
pertumbuhan yang ideal tanah yang sangat cocok adalah tanah yang berjenis
lempung berpasir yang subur, gembur, memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi sehingga mampu mengikat air dengan mudah (Pitojo, 2005) dalam
(Jaratenghar, 2017)

3.4 Pemupukan pada Budidaya Tanaman Tomat


Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatan kualitas dan kuantitas
produksi tomat adalah dengan pemupukan. Kurangnya pemberian pupuk,
pengelolaan pupuk yang tidak benar dan kurang tersedianya unsur hara di dalam
tanah akan menyebabkan berkurangnya hasil panen. Tanaman tomat termasuk
tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dalam jumlah yang relatif banyak untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

5
Namun, pemberian pupuk yang kurang tepat juga dapat mempengaruhi populasi
organisme pengganggu tumbuhan (OPT) (Yarlim dan Edward, 2003) dalam
(Selvia D.S., dkk, 2014).
Kelebihan atau tidak berimbangnya penggunaan pupuk organik dan pupuk
anorganik di dalam sistem produksi sayuran dapat mengurangi hasil sayuran dan
pulusi terhadap lingkungan serta berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Kurangnya pemberian pupuk, pengelolaan pupuk yang tidak benar dan kurang
tersedianya unsur hara di dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya hasil
panen dan hal inilah yang menyebakan kemerosotan lahan pertanian di beberapa
negara. Keseimbangan unsur hara dan efisiennya penggunaan unsur hara tanaman
akan meningkatnya produktivitas tanaman sehingga keuntungan yang maksimal
dapat dicapai dan resiko terhadap lingkungan dapat dikurangi (AVRDC, 2010).
Penanaman tanaman yang terus menerus tanpa penambahan unsur hara yang
cukup akan menghabiskan unsur hara di dalam tanah sehingga kesuburan tanah
akan menurun. Pemberian bahan organik yang dihasilkan tanaman pada lahan
tidak akan mencukupi kebutuhan tanaman. Oleh karena itu pemberian pupuk perlu
ditambahkan kedalam tanah agar kesuburun tanah secara berkelanjutan tetap
terjaga (AVRDC, 2010)
Penggunaan bahan organik dan anorganik secara berkelebihan di dalam
sistem produksi sayuran umumnya sering terjadi di banyak negara. Namun
demikian tidak semua unsur hara yang di aplikasikan ke tanah dapat diserap oleh
tanaman. Unsur hara yang masih tertinggal di dalam tanah akan berbahaya
terhadap lingkungan melalui pengikisan tanah oleh air atau melalui air permukaan
atau hilang menguap ke atmosfir (AVRDC, 2010).
Kebanyakan tanaman mengambil P hanya kira-kira 1/5~1/10 dari N dan K
yang tersedia. Sebagai contoh dalam Gambar 1 terlihat bahwa unsur hara NPK
yang diambil tanaman tomat adalah 9.5-1.2-13.5 g/tanaman pada saat tanaman
berumur 120 hari setelah tanam. Dengan konversi, rasio pengambilan unsur hara
oleh tomat adalah sama untuk N:P:K = 1:0.13:1.42. Data ini memperlihatkan
bahwa tanaman tomat memiliki kebutuhan K yang lebih besar dibandingkan
dengan sayuran yang lainnya. Aplikasi yang terus menerus pupuk organik dan
anorganik dengan rasio NPK yang tidak seimbang atau sama mungkin akan

6
menghasilkan akumulasi hara tertentu di dalam tanah. Untuk mengatasi hal
tersebut disarankan bahwa petani harus memperbaiki aplikasi pupuk dengan
mencampurkan beberapa jenis pupuk pupuk organik untuk membentuk rasio yang
diinginkan sehingga tanaman yang dibudidayakan pertumbuhannya lebih baik.
Petani juga harus menggunakan kombinasi pupuk anorganik yang berbeda selama
periode pertumbuhan untuk memenuhi kebutuhan tanaman dan mengurangi
akumulasi unsur hara dan pencucian di dalam tanah. (AVRDC, 2010).

7
BAB III
PEMBAHASAN

Tomat adalah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk


dikembangkan. Tanaman tomat merupakan sayuran buah yang tergolong tanaman
semusim berbentuk perdu dan termasuk famili Solanaceae. Buahnya termasuk
sumber vitamin dan mineral. Penggunaan tomat semakin luas karena selain
dikonsumsi tomat segar dan untuk bumbu masakan, juga dapat diolah lebih lanjut
sebagai bahan baku industri makanan seperti saus buah dan sari tomat, Tanaman
ini dapat ditanam secara luas di dataran rendah sampai dataran tinggi, pada lahan
bekas sawah dan lahan kering.
Pertumbuhan tanaman yang baik dan produksi yang tinggi selain dapat
dicapai dengan memperhatikan syarat-syarat tumbuh juga dengan melakukan
pemeliharaan yang baik. Salah satu cara pemeliharaan tanaman yang penting
adalah pemupukan. Penggunaan pupuk tidak semata-mata diberikan langsung
pada tanaman, akan tetapi harus memperhatikan waktu, cara pemupukan, dan
dosis pupuk yang sesuai. Agar pemberian lebih efektif, maka waktu pemupukan
harus disesuaikan dengan jenis pupuk yang digunakan, fase pertumbuhan
tanaman, dan teknik budidaya yang diterapkan. Sedangkan cara pemupukan
tergantung pada sistem penanaman yang dipakai. Kebutuhan dosis pupuk yang
tepat berbeda pada setiap tanaman, karena penggunaan dosis yang tidak tepat
dapat membuat pertumbuhan tanaman terhambat bahkan mati.
Maboko dan Plooy (2009) dalam Onggo, dkk (2015) budidaya tomat
umumnya dilakukan dengan menggunakan satu batang produksi atau single stem
karena lebih mudah pemeliharaanya dan produksinya baik, cahaya matahari bisa
masuk secara optimal dan menghasilkan buah sesuai potensi hasil yang
dimilikinya.Sedangkan bila menggunakan dua batang produksi atau double stems
akan menghasilkan jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan single stem,
namun bila nutrisi yang diberikan terbatas, ukuran buah dapat lebih kecil karena
persaingan fotosintat. Keuntungan penanaman dengan double stems adalah jumlah
buah yang diperoleh dalam waktu yang sama akan lebih banyak dibandingkan
dengan single stem.

8
Berdasarkan jurnal penelitian Saavedra et al (2017) tanaman tomat berasal
dari daerah Andrean di Kolombia. Namun, beberapa tanaman tomat seperti tomat
hijau dan tomat sekam berasal dari daerah Puebla dan Veracruz, Meksiko.
Tanaman tomat mulai dikenal oleh masyarakat Eropa pada zaman kolonisasi
Spanyol. Tetapi tomat hanya dijadikan makanan pendamping dari makanan pokok
yaitu jagung.
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar yang
digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pupuk diberikan
secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan rnulsa, untuk luas lahan 0,4 ha
kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara
ditabur secara merata di atas bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan
halus agar pupuk yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna. Semua
responden di lokasi penelitian menggunakan pupuk kandang, KCl, kapur dan
Mutiara, sedangkan pada pupuk Ponska hanya digunakan 11 responden dan pada
pupuk Tensil Organik hanya digunakan 8 responden.
Cara pemupukan dilakukan secara terus menerus dan takaran pupuk
disesuaikan dengan usia tanamannya. Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu
dibuat tanaman itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran. Garis tengah
lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman. Dengan
demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin lebar tajuknya, maka
makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman itu untuk menabur
pupuk. Sesudah pupuk ditabur merata di dalam rorakan selanjutnya ditutup
kembali dengan tanah.
Mengenai dosis/takaran pemupukan belum ada ketentuannya. Kebanyakan
petani cukup melakukan pemupukan secara umum saja, yaitu sekedar memberi
pupuk organik (pupuk kandang) atau pupuk hijau (yang kebetulan tumbuh di
sekitar kebun). Sampai kini, berapa banyak takaran pupuk dan apa yang
dibutuhkan belum ada kepastiannya.
Yardim dan Edwards (2003) dalam Sumual, dkk (2013) menyatakan bahwa
salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatan kualitas dan kuantitas
produksi tomat adalah dengan pemupukan. Kurangnya pemberian pupuk,
pengelolaan pupuk yang tidak benar dan kurang tersedianya unsur hara di dalam

9
tanah akan menyebabkan berkurangnya hasil panen. Tanaman tomat termasuk
tanaman yang memerlukan unsur hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dalam jumlah yang relatif banyak untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Namun, pemberian pupuk yang kurang tepat juga dapat mempengaruhi populasi
organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
Menurut penelitian Sumual, dkk (2013) pemberian pupuk organik dan
anorganik dapat mengurangi populasi serangga hama. Dari percobaaan yang
dilakukan terlihat beberapa penurunan populasi dari ordo serangga tertentu.
Menurut data penelitian populasi serangga yang tertinggi pada tanaman tomat
yang menggunakan pupuk organik yaitu Ordo Hemiptera (Famili Miridae:
Nesidiocoris tenuis) berjumlah 115 ekor, dan populasi terendah yaitu dari Ordo
Lepidoptera (Famili Pyralidae : Diaphania indica) dengan jumlah 2 ekor.
sedangkan populasi serangga yang tertinggi pada tanaman tomat yang
menggunakan pupuk anorganik yaitu Ordo Hemiptera (Famili Miridae :
Nesidiocoris tenuis) berjumlah 125 ekor, dan populasi terendah yaitu dari Ordo
Lepidoptera (Famili Hesperiidae : Erhionata thrax) dengan jumlah 1 ekor.
Namun, perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai serangga-serangga
pada tanaman tomat dengan areal luas 18 lahan yang lebih besar dan lahan yang
terpisah antara penggunaan pupuk organik dan anorganik agar lebih diketahui
lebih dalam lagi perbedaan dari serangga yang tertarik pada tanaman yang
menggunaan pupuk organik dan anorganik.
Agbede et al., (2008) dalam Adekiya and Agdebe (2009) menyatakan bahwa
pupuk anorganik berfungsi sebagai penambah unsur hara untuk tanaman bagi
tanah yang kekurangan nutrisi untuk menopang tumbuhnya tanaman. Sedangkan
pupuk organik jarang digunakan pada pertanian karena selain harga yang mahal
dan sumber yang sulit untuk dicari. pupuk anorganik yang tidak teratur dapat
menurunkan hasil tanam, keasaman tanah, dan ketidakseimbangan nutrisi pada
tanah.
Menurut peneltian Adekiya and Agdebe (2009) pupuk kotoran hewan lebih
baik untuk tanaman tomat dibandingkan dengan pupuk anorganik NPK. Hasil
penelitian menunjukan pupuk kotoran hewan sudah dapat meningkatkan N total, P
tersedia, dan kapasitas tukar K, Mg, dan Ca. Pupuk kotoran hewan juga

10
meningkatkan hasil tanaman tomat pada lahan di ketinggian 30 t ha-1. Meski
pupuk anorganik tidak sebaik dengan pupuk kotoran kandang, namun kombinasi
pemakaian pupuk kotoran hewan dan pupuk NPK dapat memaksimalkan
pertumbuhan tanaman tomat. Untuk itu disarankan untuk menggunakan
komposisi pupuk organik dan anorganik yang sesuai untuk hasil yang maksimal.
Penelitian Youssef and Eissa (2016) juga membahas tentang perbandingan
pupuk organik dan anorganik pada morfologi tanaman tomat. Penggabungan
pupuk yang tepat dapat meningkatkat hasil panen, kandungan nutrisi pada daun,
kualitas buah tomat yang dihasilkan, dan pengaruhnya terhadap tanah lahan.
Selain itu penggunaan pupuk organik dapat mengembangkan sistem pertanian
organik dan juga menurunkan biaya produksi serta dampak lingkungan yang dapat
disebabkan oleh pupuk anorganik atau sintesis.
Hasil penelitian Afifi, dkk (2017) menyatakan bahwa Pupuk NPK, ZA,
KNO3 dan Urea merupakan pupuk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman tomat selama fase vegetatif dan generatif.
Tujuan penelitian untuk mendapatkan dosis NPK (15-15-15) yang optimum dan
sumber pupuk yang berbeda untuk tanaman tomat. Hasil penelitian menunjukkan
aplikasi pupuk yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel
pengamatan disetiap perlakuan dikarenakan dengan pemberian pupuk dasar
berupa pupuk kandang ayam 20 ton ha-1 telah memberikan hasil yang optimal.
Condro (2018) menyatakan masalah utama dalam meningkatkan produksi
tomat adalah tingginya intensitas serangan OPT dan rendahnya ketersediaan unsur
hara dalam tanah, utamanya jika tanaman tomat diusahakan di tanah ultisol.
Permasalahan lain yang juga menonjol pada tanah ultisol adalah pH rendah,
kapasitas tukar kation rendah, kejenuhan basa rendah, kandungan hara seperti N,
P, K, Ca dan Mg rendah sehingga mengakibatkan tidak tersedianya unsur hara
bagi tanaman. Unsur yang terkandung dalam pupuk SP36 dapat mengganti unsur
P yang dibutuhkan untuk tanaman. Penggunaan pupuk hayati Petrobio pada
tanaman dapat menambah bakteri atau mikroorganisme dalam tanah sehingga
membantu tanaman mendapatkan unsur hara. Penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian pupuk hayati Petrobio dan pupuk SP36. Hasil
penelitian menunjukan pemberian pupuk Petrobio pada dosis 60 kg/ha

11
menghasilkan keragaan pertumbuhan tanaman tomat paling baik dan produksi
paling tinggi, selain itu pemberian pupuk SP36 pada dosis 400 kg/ha
menghasilkan komponen produksi (jumlah dan bobot buah) paling tinggi.
Salah satu kendala yang menyebabkan tingkat produksi tomat masih rendah,
yaitu penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dan berlebihan yang
berdampak menurunkan kesuburan tanah dan merusak lingkungan. Salah satu
pupuk hayati yang dapat dijadikan sebagai alternatif adalah Jamur Mikoriza
Arbuskula (JMA) dan EM4. Analisis penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara pemberian mikoriza dan EM4 terhadap tinggi tanaman. Tinggi
tanaman menurut banyak dipengaruhi oleh unsur Nitrogen. Nitrogen adalah
komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman. Nitrogen
dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar pada setiap pertumbuhan tanaman,
khususnya pada pertumbuhan vegetatif. Jika tanaman kekurangan nitrogen maka
tanaman akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan kerdil. Selain tinggi
tanaman hasil rata-rata jumlah daun tanaman tomat terjadi pengaruh interaksi
akibat penggunaan JMA dan EM4. Hal ini dikarenakan tanaman yang
mengandung mikoriza yang akan memperluas jangkauan akar, sehingga
penyerapan unsur hara pada tanah akan semakin baik. Selain itu JMA yang
bersimbiosis dengan akar tanaman mampu memproduksi berbagai hormon yang
dibutuhkan oleh tanaman. Hal tersebut sesuai dengan Abbot & Robson (1984)
dalam Alamsyah dan Fitriyah (2018) menyatakan akar tanaman yang mengandung
JMA dapat meningkatkan kapasitas penyerapan unsur hara.
Hasil pengukuran produksi buah per tanaman dapat diketahui adanya
penambahan jumlah produksi buah dengan semakin banyaknya penambahan JMA
dan EM4. Semakin besar dosis JMA dan EM4 yang digunakan, maka semakin
besar produksi buah per tanaman dan sebaliknya. Hal tersebut diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan Sastrahidayat (2011) dalam Alamsyah dan Fitriyah
(2018) yang menyatakan bahwa hasil dari analisis ragam dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa produksi buah per tanaman akibat penggunaan mikoriza
berbeda nyata. Terdapat kecenderungan pembungaan yang lebih awal pada
tanaman yang mengandung mikoriza dibanding dengan tanaman tanpa mikoriza.

12
Demikian penelitian Alamsyah dan Fitriyah (2018) lebih spesifik menyatakan
pemberiaan pupuk hayati Mikoriza dan EM4 berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan produksi tomat. Interaksi antara Mikoriza dan EM4 berpengaruh terhadap
tinggi tanam dan jumlah daun, semakin meningkat dosis Mikoriza dan EM4 yang
diberikan, tanaman tomat semakin tinggi dan jumlah daunnya semakin banyak.
Selain itu interaksi antara Mikoriza dan EM4 berpengaruh terhadap bobot buah
dan produksi tomat, semakin meningkat dosis Mikoriza dan EM4 yang
diberikaan, bobot buah dan produksi tomat per tanaman semakin meningkat.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pemberian bahan
organik berupa kotoran hewan, pupuk hayati Petrobio, pupuk hayati Mikoriza dan
EM4 hewan memberikan hasil lebih baik untuk tanaman tomat dibandingkan
dengan penggunaan pupuk pupuk anorganik misalnya NPK,Urea dan SP36. Selain
itu penggunaan pupuk organik dapat mengembangkan sistem pertanian organik
dan juga menurunkan biaya produksi serta dampak lingkungan yang dapat
disebabkan oleh pupuk anorganik atau sintesis. Namun demikian, penggabungan
pupuk yang tepat (organik dan anorganik) dapat meningkatkat hasil panen,
kandungan nutrisi pada daun, kualitas buah tomat yang dihasilkan, dan
pengaruhnya terhadap tanah lahan.

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Buah tomat sebagai salah satu komoditas sayuran mempunyai prospek
pemasaran yang cerah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya buah tomat yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah sebagai sumber vitamin.
Berbagai macam kegunaan tersebut dapat memberikan keuntungan, baik bagi
konsumen, produsen, maupun masyarakat pada umumnya. Pertumbuhan tanaman
yang baik dan produksi yang tinggi selain dapat dicapai dengan memperhatikan
syarat-syarat tumbuh juga dengan melakukan pemeliharaan yang baik. Salah satu
cara pemeliharaan tanaman yang penting adalah pemupukan.
pemberian bahan organik berupa kotoran hewan, pupuk hayati Petrobio,
pupuk hayati Mikoriza dan EM4 hewan memberikan hasil lebih baik untuk
tanaman tomat dibandingkan dengan penggunaan pupuk pupuk anorganik
misalnya NPK,Urea dan SP36. Selain itu penggunaan pupuk organik dapat
mengembangkan sistem pertanian organik dan juga menurunkan biaya produksi
serta dampak lingkungan yang dapat disebabkan oleh pupuk anorganik atau
sintesis. Namun demikian, penggabungan pupuk yang tepat (organik dan
anorganik) dapat meningkatkat hasil panen, kandungan nutrisi pada daun, kualitas
buah tomat yang dihasilkan, dan pengaruhnya terhadap tanah lahan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adekiya, A.O and Agdebe, T.M. 2009. Growth and Yield Of Tomato
(Lycopersicon esculentum Mill) As Influenced By Poultry Manure and NPK
Fertilizer. Journal Food Agric. Vol. 21 (1): 10-20.
Afifi, L.N. Wardiyati, T. Koesriharti. 2017. Respon Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) Terhadap Aplikasi Pupuk yang Berbeda.
Jurnal Produksi Tanaman. Vol 5 (5): 774-781.
Alamsyah, A.R.F dan Fitriyah, N. 2018. Pengaruh Mikoriza Dan EM4 Terhadap
Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum
L.). Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia. Vol. 3(1): 14-19.
AVRDC. 2010 Tekik Produksi Tomat Ramah Lingkungan. Bandung: Balai
Penelitian Sayur.
Condro, A. 2018. Pengaruh Pupuk Petribio dan SP36 Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Ilmiah
Hijau Cendekia. Vol. 3(1): 1-7.
Jaratenghar, Ade Safitri. 2017. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) F1 Hasil Induksi Medan Magnet Yang
Diinfeksi Fusarium oxysporum F.Sp. Lycopersici (Fol). Lampung: Skripsi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Manurung, Supiani. 2015. Penanganan Pascapanen Tomat (Lycopercum escusien
Mill) Untuk Meningkatkan Keuntungan di Mitra Tani Parahyangan
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Cianjur: Skripsi Politeknik
Pertanian Negeri Payakumbuh.
Onggo, T.M. ∙ Sumadi ∙ R. Fauziah. 2015. Pertumbuhan, hasil dan kualitas tomat
cv. Marta-9 pada berbagai sistem budidaya dalam rumah plastik di dataran
medium Jatinangor. Jurnal Kultivasi. Vol. 14(1): 37-42
Saavedra, Tarsicio Medina, Gabriela Arroyo Figueroa, Jorge Gustavo Dzul Cauih.
Origin and evolution of tomato production Lycopersicon esculentum in
México. Jounal Ciência Rural. Vol. 47 (03).
Sumual, Selvia D. Betsy A. N. Pinaria, Dantje Tarore, Emmy Senewe. 2014.
Jenis dan Populasi Serangga pada Tanaman Tomat (Lycopersicum

15
esculentum Mill) Fase Generatif yang Menggunakan Pupuk Organik dan
Anorganik di Desa Tonsewer Kecamatan Tompaso Ii.
http://ejournal.unsrad.ac.id/.
Youssef, M.A and Eissa M.A. 2016. Comparison Between Organic and Inorganic
Nutrition For Tomato. Journal Of Plant Nutrition. https:doi.org/.

16

Anda mungkin juga menyukai