Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI POHON
AUKSIN DAN ABSISI BAGIAN ATAU ORGAN TUMBUHAN

Disusun Oleh :
Muhammad Rizki Qosyim
D1D014022
A
Dosen Pengampu :
Suci Ratna Puri, S.P., M.Si.
Assisten Dosen :
Ressy Fatmawati
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh

kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Hormon pada
tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti auksin, banyak terdapat pada ujung koleoptil. Mendorong
pemanjangan batang dan pucuk, merangsang pertumbuhan akar adventif pada
batang dan memacu dominasi tunas apikal (tunas diujung batang) (Agrica 2009).
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel.
Hormone auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena
cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan
bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian
yang terkena cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah
cahaya matahri. Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan
mempengaruhi pemanjangan, pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan (Agrica,
2009).
Berbagai bagian atau organ tumbuhan dapat mengalami absisi (keguguran).
Misalnya daun, cabang atau ranting, daun mahkota bunga, bunga dan buah. Proses
ini berada di bawah pengaruh auksin. Pembentukan daerah absisi itu di pengaruhi
oleh aliran auksin dari helaian daun ke batang. Selama auksin di dalam suatu
tanaman cukup, daerah absisi tidak terbentuk. Tetapi sebaliknya, apabila suplai
auksin dalam suatu tanaman kurang, maka daerah absisi akan terbentuk.
Kenyataannya bahwa auksin dapat mengontrol proses

absisi

memungkinkan dilakukannya tindakantindakan untuk mengontrol gugur daun,


bunga, dan buah. Auksin termasuk senyawa yang sangat kuat (efektif pada
konsentrasi rendah), sehingga perlu dihindarkan kemungkinan pencemaran yang
akan berpengaruh terhadap tumbuhan lain. Percobaan yang akan dilakukan
berkaitan dengan sistem kerja auksin dalam tanaman merupakan salah satu cara
pembuktian apakah benar auksin suatu zat pengatur tumbuh untuk mengontrol
absisi suatu tanaman tertentu.
1.2.

Tujuan

Mengamati pengaruh auksin terhadap absisi daun Tanaman Coleus sp.

BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum kali ini dilakukan pada hari Jumat, 25 November 2016
Pukul10.00 s/d 12.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas jambi.
2.2. Alat dan Bahan
Alat
1.
2.
3.
4.

:
Kertas label
Kertas milimeter
Pisau silet
Sudip untuk memberikan pasta

Bahan :
1. Tanaman Coleus sp. Dalam pot
2. Pasta IAA 1000 ppm
3. Pasta Ianolin
2.3. Prosedur Kerja

Pilih tiga pasang daun(enam daun) dan potong dengan pisau silet pada

pangkal helai daunnya, serta biarkan petiolnya


Bubuhkan pasta Ianolin pada ujung 3 petiol, dan pasta IAA pada ujung 3
petiol lainnya. Dengan demikian maka salah satu dari setiap pasangan
mendapat perlakuan IAA sedangkan yang lainnya tidak mendapat

perlakuan.
Setiap petiol diberi label sesuai dengan perlakuannya
Ukur panjang petiol pada saat percobaan dimulai, dan setiap minggu sekali

selama 3 minggu
Catat kapan petiol gugur. Untuk ini perlu diadakan pengamatan setiap 2
hari sekali

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
3.3.1. Tabel hasil pengamatan gugurnya petiol
CABAN
G
1
2
3
4
5
6
7
8

JENIS

1
T1
3
1
2
2
3
2
3
2
2
2
2
24

Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
Vaselin
IAA
JUMLAH

2
T2
2
1
1
2
1
2
2
1
1

13

T1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
1
1
1
2
18

T2
2
1
1
2
1
1
1
1
-

10

PENGAMATAN KE 3
4
5
T1 T2 T1 T2
T1
T2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
3
10
5
7
0

6
T1
0

7
T2
-

T1
0

T2
1
-

3.3.2. Tabel hasil pengamatan tunas baru


1

PENGAMATAN KE 3
4
5

COLEUS 1

COLEUS 2

TANAMAN

JUMLAH
6

TOTAL

11

3.3.3. Tabel hasil pengamatan pertambahan tinggi tanaman


TANAMAN

TINGGI
AWAL

PENGAMATAN KE 3
4
5

JUMLAH
6

(CM)
43,1
COLEUS 1

1,4

1,2

0,6

0,8

6,8

0,7

0,9

5,6

46
COLEUS 2

TOTAL

3.2.

12,4 CM

Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Auksin dan absisi organ atau bagian
tumbuhan. Dengan menggunakan tanaman Coleus sp yang diberi perlakuan yaitu
dengan pemberian Vaselin, IAA dan kontrol pada ujung tangkai daun yang
sebelumnya tangkai daunnya dipotong dengan menyisakan ukuran 2cm pada
semua sampel tumuhan yang dilakukan.
Pada pengamatan pertama terhadap kedua tanaman coleus sp ini banyak
sekali jumlah petiol (tangkai daun) yang gugur/rontok terlihat pada tanaman 1
yang memiliki jumlah kerontokan yang paling banyak yaitu sebanyak 24 petiol,
tidak terlihat terjadi kerusakan ataupun layu pada tanaman, akan tetapi ada terlihat
pertumbuhan tunas yang baru seperti pada tanaman 1 jumlah tunas yang tumbuh
sebanyak 4 tunas muda dan pada tanaman 2 hanya ada 1 tumbuh tunas muda yang
baru.
Pada pengamatan ke-2 dan ke-3 jumlah petiol yang gugur sudah mulai
sedikit, hal ini disebabkan jumlah petiol sudah berkurang diakibatkan pada
pengamatan ke-1 sudah banyak sekali petiol yang berguguran sehinggan yang
tersisa hanya tinggal sedikit dan juga pertambahan tunas mudanya tidak banyak,
pada pengamatan ke-2 dan ke-3 ini hanya pada tanaman 2 saja yang ada
pertambahan tunas muda yang baru yaitu sebanyak 3 tunas muda yang tumbuh.
Pertambahan tinggi tanaman selama 7 kali pengamatan ini menunjukkan
pada tanaman 1 yang memiliki pertamabahan tinggi yang lebih cepat
dibangdingkan tanaman 2 yaitu 6,8 cm sedangkan tanamana 2 hanya 5,6 cm. Hal
ini dipengaruhi adanya hormon auksin pada tanaman itu sendiri dan akibat dari
pemberian perlakuan pada tanaman tersebut.

Pada pengamatan ke-4 sampai dengan pengamatan terakhir jumlah petiol


yang rontok semakin sedikit dan hampir tidak ada terjadi kerontokan, akan tetapi
petiol yang tersisa kondisinya terlihat layu dan tidak segar akan tetapi masih
menempel pada cabang dan tidak rontok.
Dari hasil yang didapatkan terlihat bahwa petiol (tangkai daun) yang
diolesi dengan vaselin mengalami absisi lebih cepat dibandingkan tangkai daun
yang diolesi IAA dengan umur yang lebih tua. Hal tersebut dikarenakan daerah
yang akan mengalami absisi sel-selnya dapat membelah secara aktif dan sel-sel
pemisah yang terbentuk oleh parenkim tidak mudah larut dan bahkan sel-selnya
tidak mudah hancur karena pengaruh hormon auksin yang terkandung dalam IAA,
sehingga absisi dapat dicegah lebih lama. Praktikum kali ini membuktikan bahwa
hormon auksin sangat berpengaruh pada absisi daun. Apabila daun kekurangan
hormone auksin, maka absisi daun akan terjadi lebih cepat dan akan berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman berkaitan dengan proses fotosintesis.

LAMPIRAN GAMBAR

BAB IV

KESIMPULAN
4.1.

kesimpulan

Dari kegiatan praktikum mengenai Auksin dan absisi bagian atau organ tumbuhan
dapat disimpulkan bahwa :

Petiol yang diberikan pasta IAA lebih lama gugur dibandingkan dengan petiol

yang diberikan pasta vaselin


Absisi daun sangat berpengaruh pada hormon auksin
IAA merupakan Indole -3 Acetic Acid yang disebut sebagai hormon auksin
untuk mencegah absisi daun

4.2.

Saran

Saran untuk praktikum yang akan datang, diharapkan untuk alat dan bahan
yang akan digunakan seharusnya lebih lengkap lagi agar mempermudahkan dalam
melaksanakan praktikum dengan lancar, sehingga hasil yang didapatkan akan
lebih memuaskan lagi dan sesuai dengan keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Agrica, Houlerr, 2009, BIOLOGI, PT Erlangga, Jakarta.

Lakitan, Benjamin. 1996. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja


Grafindo Persada : Jakarta

Anonim,. 2009. Dasar tumbuhan. Pustaka kampus : Malang

Darmawan, Januar dan Baharsjah Justika S. 1983. Dasar-Dasar Fisiologi


Tanaman. Semarang: Suryandaru Utama
Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.
Bandung: ITB

Anda mungkin juga menyukai