16 Nomor 3
Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang
Kencur (Kaempferia galanga L.)
Aliya Nur Hasanah, Fikri Nazaruddin, Ellin Febrina, dan Ade Zuhrotun
Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran, Bandung
e-mail : aliya_nh@yahoo.com
Abstrak
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu tanaman Suku Zingiberaceae yang diketahui mengandung
minyak atsiri. Secara empirik rimpang kencur sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya untuk
mengobati radang (inflamasi). Sampai saat ini, belum pernah dilaporkan aktivitas antiinflamasi dari ekstrak
rimpang kencur. Penelitian ini bertujuan mempelajari aktivitas antiinflamasi, kandungan minyak atsiri, dan
pengaruh kandungan minyak atsiri tersebut terhadap aktivitas antiinflamasi rimpang kencur. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kencur yang berasal dari dua daerah yaitu Kabupaten Subang dan
Kabupaten Sukabumi. Aktivitas antiinflamasi ditentukan melalui uji terhadap inflamasi akut yang diinduksi dengan
karagenan dan analisis kandungan minyak atsirinya dilakukan menggunakan GC/MS. Hasil pengujian aktivitas
antiinflamasi menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kencur dari Kab. Subang dapat menginhibisi inflamasi sebesar
36,472,46; 40,072,09; dan 51,272,63 % sedangkan dari Kab. Sukabumi menghambat sebesar 40,194,12;
39,446,66; dan 48,905,09 % berturut-turut pada dosis 18, 36, dan 45 mg/kg bobot badan tikus. Kadar minyak
atsiri ekstrak rimpang kencur dari Kab. Subang lebih kecil yaitu sebesar 5,825% dibandingkan kadar minyak atsiri
ekstrak kencur dari Kab. Sukabumi(14,41%), namun rimpang kencur dari Kabupaten Subang maupun dari
Sukabumi mengandung minyak atsiri yang sama yaitu 2,4,6-trimetil oktan, etilsinamat, limonen dioksida, asam etil
ester 3-(4-metoksifenil)-2-propenoat, dan etil p-metoksisinamat.
Kata kunci : Kaempferia galanga L., Aktivitas antiinflamasi, Minyak atsiri, etil-p-metoksisinamat
Abstract
Kencur (Kaempferia galanga L.) is a plant of Zingiberaceae family which is well known as essential oil containing
plant. Traditionally, kaempferia rhizome was used to treat inflammation. Untill now, there is no report of the anti-
inflammatory activity of this plant rhizome extract. This research aim is to study the anti-inflammatory activity of
the extract, its essential oil contents, and the influence of its essential oil contents on its anti-inflammatory activity.
The kaempferia rhizome used in this research was collected from two diffrent parts that is from Kabupaten Subang
and Kabupaten Sukabumi. The anti-inflammmatory activity of the extract was detemine through acute inflammatory
test which is induced by carrageenan and analysis of the essential oil contents was done using GC/MS. The anti-
inflammatory activity test showed that at the same tested doses i.e. 18, 36, and 45 mg/kg rat body weight,
kaempferia rhizome extract from Kabupaten Subang inhibited the inflammatory response: 36.472,46;
40.072,09; and 51.272,63 % while kaempferia rhizome extract from Sukabumi inhibited: 40.194,12;
39.446,66; and 48.905,09%, respectively. The essential oil contents of Kaempferia rhizome from Kabupaten
Subang lower that is 5.825% compared to the amount of essential oil from Kabupaten Sukabumi (14.41%).
However, the rhizomes either collected from Sukabumi or Subang contained the same essential oil i.e. 2,4,6-
trimethyl octane, ethyl cinnamate, limonene dioxide, ethyl ester 3-(4-methoxyphenyl)-2-propenoic acid, and ethyl p-
methoxycinnamate.
Keywords : Kaempferia galanga, L., Anti-inflammatory activity, Essential oils, etil-p-metoksisinamat.
147
Hasanah dkk., Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak ............................ 148
dirajang dan dikeringkan menjadi simplisia yang Tabel 2. Hasil pemeriksaan parameter ekstrak
berasal dari daerah Kab. Subang dan Kab. Sukabumi rimpang kencur.
Propinsi Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan
Parameter ekstrak Rimpang Rimpang
bahwa bahan tumbuhan yang digunakan adalah kencur kencur 1 kencur 2
(Kaempferia galanga L.). Kadar air (%) v/b 22,39 19,85
Pada tahap ekstraksi dengan cara maserasi Kadar minyak atsiri (%) v/b 5,82 14,41
menggunakan pelarut etanol 95%, diperoleh hasil Kadar sari larut air (%) b/b 13,40 13,92
sebagai berikut: Kadar sari larut etanol (%) b/b 14,47 13,54
a. Ekstrak rimpang kencur 1 (Kab. Subang) Berat jenis 1,530 1,24
sebanyak 20,88 g ekstrak kental dari 1014,92 g
berat total simplisia (rendemen 2,057%). Pada Tabel 2, dapat terlihat bahwa ekstrak
b. Ekstrak rimpang kencur 2 (Kab. Sukabumi) rimpang kencur yang berasal dari kedua tempat yang
sebanyak 34,22 g ekstrak kental dari 978,0 g berat berbeda mempunyai parameter ekstrak yang tidak
total simplisia yang diekstraksi (rendemen jauh berbeda. Hanya pada kandungan minyak atsiri,
3,499%). terdapat perbedaan yang cukup besar di mana ekstrak
Tahapan skrining fitokimia dilakukan untuk rimpang kencur 2 (Kab Sukabumi) lebih besar
mengetahui kandungan golongan metabolit sekunder daripada ekstrak rimpang kencur 1 (Kab. Subang). Hal
dalam ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga ini diduga karena umur rimpang kencur yang didapat
L.). Hasil penapisan fitokimia ekstrak rimpang kencur berbeda (umur rimpang kencur 1 lebih muda dari
dari kedua lokasi dapat dilihat pada Tabel 1. rimpang kencur 2) sehingga kandungan minyak
Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa ekstrak atsirinya berbeda.
rimpang kencur 1 dan ekstrak rimpang kencur 2 Berdasarkan hasil KLT diketahui bahwa
terdeteksi mengandung senyawa kimia golongan komponen kimia dalam ekstrak rimpang kencur dari
flavonoid, polifenol, tanin, kuinon, dan monoterpen/ kedua daerah hampir sama, yaitu terdapat minimal 13
seskuiterpen. Kandungan senyawa kimia golongan senyawa kimia. Dari hasil KLT dengan pereaksi
triterpenoid hanya terdeteksi pada ekstrak rimpang penampak bercak FeCl3 dan vanilin-sulfat, dipastikan
kencur 2. Hal ini diduga karena perbedaan umur dan salah satu diantaranya merupakan senyawa kimia
daerah tempat tumbuh dari rimpang kencur yang golongan polifenol dan tiga diantaranya merupakan
didapat sehingga mempengaruhi jumlah senyawa senyawa kimia golongan monoterpen/seskuiterpen.
kimia golongan triterpenoid yang dikandung kedua Hal ini menguatkan hasil skrining fitokimia pada
rimpang kencur tersebut. tahapan sebelumnya yang menunjukkan bahwa dalam
ekstrak rimpang kencur terdeteksi mengandung
Tabel 1. Hasil skrining fitokimia ekstrak rimpang senyawa kimia golongan polifenol dan monoterpen/
kencur. seskuiterpen.
Golongan Senyawa Rimpang Rimpang Analisis minyak atsiri dilakukan untuk
kencur 1 kencur 2 mengetahui komposisi senyawa yang terdapat dalam
Alkaloid - - minyak atsiri hasil distilasi uap dari masing-masing
Flavonoid + + ekstrak rimpang kencur. Analisis dilakukan dengan
Polifenol + + menggunakan GC/MS karena sifat dari komponen
Tanin + + minyak atsiri yang mudah menguap sehingga dapat
Monoterpen & + + dielusikan dengan fase gerak GC/MS yang berupa gas.
Seskuiterpen - + Analisis dilakukan dengan membandingkan data
Triterpenoid - - spektrum masa Wiley dan indeks retensi Kovat.
Steroid + + Hasil analisis minyak atsiri ekstrak rimpang kencur 1
Kuinon - - dan ekstrak rimpang kencur 2 dapat dilihat lebih
Saponin lengkap pada Tabel 3.
Keterangan: (+) = terdeteksi; (-) = tidak terdeteksi Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa
kandungan etil-p-metoksisinamat yang merupakan
Pemeriksaan parameter ekstrak yang telah komponen utama minyak atsiri ekstrak rimpang
dilakukan meliputi penetapan kadar air, penetapan kencur, pada ekstrak rimpang kencur 2 ternyata lebih
kadar minyak atsiri, penetapan kadar sari larut etanol sedikit dari dari ekstrak rimpang kencur 1 walaupun
dan kadar sari larut air, penetapan berat jenis, dan kadar minyak atsiri pada rimpang kencur 2
profil kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil berdasarkan pemeriksaan parameter ekstrak
pemeriksaan parameter ekstrak dapat dilihat pada menghasilkan nilai yang lebih besar daripada ekstrak
Tabel. 2. rimpang kencur 1. Hal ini diduga karena perbedaan
tempat tumbuh tanaman kencur, termasuk lokasi,
jenis tanah, iklim, tingkat kesuburan, dan intensitas
cahaya matahari, mempengaruhi jumlah minyak atsiri
dan kandungan etil-p-metoksisinamatnya.
Hasanah dkk., Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak ............................ 150
Pengujian aktivitas antiinflamasi menggunakan Pengamatan dilakukan tiap satu jam selama 5-6 jam
metode Winter. Metode Winter merupakan metode dengan mengukur volume tiap kaki tikus
yang paling banyak digunakan untuk pertama kali menggunakan pletismometer. Aktivitas antiinflamasi
menguji agen antiinflamasi baru dengan melihat suatu obat/sediaan uji dinyatakan dengan persentase
kemampuan suatu senyawa dalam mengurangi radang dan persentase inhibisi radang. Persentase
induksi radang/edema lokal pada telapak kaki tikus radang rata-rata dan persentase inhibisi radang rata-
oleh injeksi induktor radang (Ravi dkk. 2009). rata yang diberikan oleh tiap kelompok perlakuan
Pengujian aktivitas antiinflamasi ini dapat dilihat pada Tabel 4.
berdasarkan pada besarnya persentase radang yang
dapat dihambat oleh sediaan yang akan diuji.
Tabel 3. Hasil analisis komponen minyak atsiri ekstrak rimpang kencur dengan GC/MS.
Waktu retensi Berat molekul Kemungkinan komponen
Minyak atsiri Puncak Kadar (%)
(Rt) (BM) senyawa
1 15,449 156 2,4,6-trimethyl octane 25,03
2 19,292 186 2-butyl-1-octanol 1,49
3 19,394 176 Ethyl cinnamate 8,49
4 21,613 168 Limonene dioxide 1,73
Ekstrak Rimpang
5 23,463 206 Ethyl ester 3-(4- 9,19
kencur 1
methoxyphenyl) 2-
propenoic acid
6 24,885 206 Ethyl p- 54,07
methoxycinnamate
1 12,122 154 Isoborneol 0,30
2 15,524 156 2,4,6-trimethyl octane 28,41
3 19,496 176 Ethyl cinnamate 16,32
4 21,669 168 Limonene dioxide 2,58
Ekstrak Rimpang
kencur 2 5 23,528 206 Ethyl ester 3-(4- 9,71
methoxyphenyl) 2-
propenoic acid
6 24,930-24,971 206 Ethyl p- 43,23
methoxycinnamate
Tabel 4. Persentase inhibisi radang kaki tikus setelah Dari Tabel 4 di atas, diketahui bahwa semakin
pemberian ekstrak rimpang kencur. tinggi dosis ekstrak rimpang kencur yang diberikan
maka semakin kecil persentase radang yang terjadi
Kelompok Persentase Persentase dan semakin tinggi pula persentase inhibisi radangnya
perlakuan radang inhibisi
atau semakin tinggi dosis ekstrak maka semakin baik
Kontrol (+): Na- efeknya sebagai antiinflamasi. Pengecualian terdapat
diklofenak 9 pada ekstrak rimpang kencur 2 dengan dosis 36 mg/kg
42,2811,85 36,728,75
mg/kg bobot bobot badan, di mana pada dosis tersebut, ekstrak
badan rimpang kencur 2 memberikan efek antiinflamasi yang
Ekstrak 1, 18 mg/kg sedikit lebih kecil (atau dapat dikatakan sama) dengan
42,246,19 36,472,46
bobot badan dosis 18 mg/kg bobot badan. Hal tersebut terjadi
Ekstrak 1, 36 mg/kg diperkirakan karena adanya pengaruh faktor
40,084,65 40,072,09
bobot badan homogenitas dari tikus yang digunakan, diantaranya
Ekstrak 1, 45 mg/kg adanya pengaruh perbedaan dalam berat badan,
32,623,10 51,272,63
bobot badan volume darah, dan luas jaringan tubuh tikus yang
Ekstrak 2, 18 mg/kg digunakan dalam penelitian.
39,969,86 40,194,12
bobot badan Penelitian Ravi dkk. (2009) dan Linnet dkk.
Ekstrak 2, 36 mg/kg (2010) menunjukkan bahwa waktu terbentuknya
40,228,62 39,446,66
bobot badan radang/edema akibat dari induksi karagenan terdiri
Ekstrak 2, 45 mg/kg dari dua fase. Fase pertama (early phase), yaitu 1-2
34,343,66 48,905,09
bobot badan jam setelah injeksi karagenan, menyebabkan trauma
akibat radang yang ditimbulkan oleh karagenan.
n=6
Trauma tersebut disebabkan oleh pelepasan serotonin
dan histamin ke tempat radang serta terjadi
peningkatan sintesis prostaglandin pada jaringan yang
151 Jurnal Matematika & Sains, Desember 2011, Vol. 16 Nomor 3
rusak. Pada fase kedua (late phase), 3 jam setelah diketahui bahwa pada umumnya perlakuan pemberian
diinjeksi karagenan, terjadi pelepasan prostaglandin yang berbeda terhadap tiap kelompok ekstrak rimpang
dan dimediasi oleh bradikinin, leukotrien, sel kencur (1 dan 2) dan kelompok kontrol (+) tidak
polimorfonuklear, dan produksi prostaglandin oleh memperlihatkan perbedaan yang signifikan antara satu
makrofag. dengan yang lainnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, bila mengacu Perbedaan nilai persentase radang rata-rata
pada ersentase penurunan radang oleh ekstrak rimpang yang dihasilkan antar kelompok perlakuan ekstrak
kencur dimulai pada waktu pengamatan jam ke-1 rimpang kencur sendiri tidak terlalu signifikan.
sampai jam ke-2, diduga ekstrak rimpang kencur Perbedaan nilai persentase radang rata-rata yang
bekerja pada fase pertama (early phase), yaitu melalui signifikan diberikan oleh kelompok perlakuan ekstrak
penghambatan pelepasan mediator kimia serotonin rimpang kencur 1 dan ekstrak rimpang kencur 2
dan histamin ke tempat terjadinya radang. Selain itu, dengan dosis 45 mg/kgbobot badan tikus ketika
juga menghambat sintesis prostaglandin yang dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya.
merupakan mediator utama dari inflamasi. Artinya, perlakuan pemberian kedua ekstrak rimpang
Penghambatan sintesis prostaglandin diduga dengan kencur dengan dosis 45 mg/kg bobot badan tikus
cara menghambat kerja siklooksigenase (COX) yang menghasilkan nilai persentase radang rata-rata yang
berfungsi merubah asam arakhidonat menjadi berbeda secara signifikan dengan nilai persentase
prostaglandin bila terjadi radang. radang rata-rata yang dihasilkan oleh pemberian kedua
Berdasarkan analisis data secara statistik ekstrak rimpang kencur dengan dosis 18 mg/kg bobot
dengan metode ANAVA desain acak sempurna badan dan 36 mg/kg bobot badan tikus.
Tabel 5. Persentase Inhibisi Radang Rata-rata, Kandungan Minyak Atsiri dan Kandungan Etil-p-metoksisinamat
Ekstrak Rimpang Kencur.
Persentase inhibisi Kandungan Kandungan etil-p-
Ekstrak Dosis
radang rata-rata minyak atsiri (%) metoksisinamat (%)
18 mg/kg bobot badan 36,470,02
Rimpang
36 mg/kg bobot badan 40,070,02 5,825 54,07
kencur 1
45 mg/kg bobot badan 51,270,02
18 mg/kg bobot badan 40,190,04
Rimpang 36 mg/kg bobot badan 39,440,06 14,410 43,23
kencur 2
45 mg/kg bobot badan 48,900,05
Berdasarkan Tabel 5, ekstrak rimpang kencur 1 dari Kabupaten Subang dan Sukabumi pada dosis 18,
dan ekstrak rimpang kencur 2 memiliki kandungan 36, dan 45 mg/kg bobot badan tikus, tidak berbeda
minyak atsiri dan kadar ethyl p-methoxycinnamte yang secara statistik. Kandungan minyak atsiri ekstrak
berbeda. Namun kedua ekstrak rimpang kencur rimpang kencur yang berasal dari Kab. Subang lebih
tersebut memberikan aktivitas antiinflamasi yang rendah (5,825%) dari kandungan minyak atsiri ekstrak
hampir sama (tidak berbeda secara signifikan). Dari rimpang kencur yang berasal dari Kab. Sukabumi
hasil tersebut diasumsikan bahwa kandungan minyak (14,41%). Kadar minyak atsiri dalam rimpang kencur
atsiri (dan komponen ethyl p-methoxycinnamte) dalam dari kedua kabupaten tidak mempengaruhi aktivitas
ekstrak rimpang kencur tidak berpengaruh terhadap antiinflamasi ekstrak rimpang kencur.
aktivitas antiinflamasinya.
Daftar Pustaka
Berdasarkan hasil skrining fitokimia yang telah
dilakukan, maka golongan senyawa yang memberikan Erlina, R., A. Indah, dan Yanwirasti. 2007, Efek
aktivitas antiinflamasi ekstrak rimpang kencur diduga Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit
berasal dari senyawa golongan lain, yaitu polifenol, (Curcuma domestica Val.) pada Tikus Putih
kuinon, triterpenoid, tanin, dan flavonoid. Khusus Jantan Galur Wistar, J. Sains dan Teknologi
flavonoid, telah banyak dilaporkan dari berbagai Farmasi, 12:2, 112-115.
penelitian bahwa diduga golongan senyawa tersebut Garcia-Lafuente, A., E. Guillamon, A. V. Mauricio,
yang memberikan efek antiinflamasi dari berbagai A. R. Jose, and A. Martnez, 2009,
bahan alam (Serafini dkk., 2010; Robert dkk., 2001; Flavonoids as Anti-inflammatory Agents:
Garcia-Lafuente dkk., 2009). Implications in Cancer and Cardiovascular
Disease, Inflam. Res., 58, 537552.
4. Kesimpulan
Lelo, A. dan D. S. Hidayat, 2004, Penggunaan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Antiinflamasi Non Steroid yang Rrasional
bahwa ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga pada Penanggulangan Nyeri Reumatik.
L.) memiliki aktivitas antiinflamasi. Aktivitas http://library.usu.ac.id/download/fk/farmakol
antiinflamasi ekstrak rimpang kencur yang berasal
Hasanah dkk., Analisis Kandungan Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak ............................ 152
ogi-aznan4.pdf. [Diakses tanggal 12 Robert, J. N., Els van Nood, Danny EC van Hoorn, P.
November 2009]. G. Boelens, Klaske van Nood, and Paul A.M.
Linnet, A., P. G. Latha, M. M. Gincy, G. I. Anuja, S. van Leeuwe, 2001, Flavonoids: A Review of
R. Suja, S. Shymal, V. J. Shine, S. Sini, P. Probable Mechanisms of Action and Potential
Shikha, M. Dan, and S. Rajasekharan, 2010, Application, Am. J. Clin. Nutr., 74, 418425.
Anti-inflammatory, Analgesic and Anti-lipid Rostiana, O., S. M. Rosita, H. Wawan, Supriadi, dan
Peroxidative Effects of Rhaphidophora A. Siti, 2003, Status Pemuliaan Tanaman
pertusa (Roxb.) and Epipremnum pinnatum Kencur. Perkembangan Teknologi TRO, 15,
(Linn.) Engl. aerial parts, Indian J. Nat. Prod. 2, 25-38.
and Res., 1:1, 5-10. Serafini, M., I. Peluso, and A. Raguzzini, 2010.
Miranti, L., 2009, Pengaruh Konsentrasi Minyak Flavonoids as Anti-inflammatory Agents,
Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L.) Proc. Nutr. Soc., 69, 273-278.
dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Sukari, M. A., N. W. M. Sharif, A. L. C. Yap, S. W.
Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri Tang, B. K. Neoh, M. Rahmani, G. C. L. Ee,
Staphylococcus aureus secara In vitro. Y. H. Taufiq-Yap, and U. K. Yusof, 2008,
Skripsi. Universitas Muhamadiyah Surakarta. Chemical Constituens Variations of Essential
Price, S. A. dan L. M. Wilson, 1995, Respon Tubuh Oils from Rhizomes of Four Zingiberaceae
terhadap Cedera Peradangan dan Perbaikan. Species, The Malaysian J. Anal. Sci., 12(3),
Pathophysiology: Clinical Concepts of 638-644.
Disease Processes. 4th ed., Penerjemah: B.U. Sulaiman, M. R., Z. A. Akaria, I. A. Daud, F. N. Ng,
Pendit, Huriawati H., P. Wulansari, dan D. A. Y.C. Ng, and M. T. Hidayat, 2007,
Mahanani, Jakata, EGC, 56-80. Antinociceptive and Anti-inflammatory
Ravi, V., T. S. M. Saleem, S. S. Patel, J. Activities of the Aqueous Extract of
Raamamurthy, and K. Gauthaman, 2009, Kaempferia galanga Leaves in Animal
Anti-inflammatory Effect of Methanolic Models. J. Nat. Med., 62, 221-227.
Extract of Solanum nigrum Linn. Berries, Wilmana, P. F. dan S. Gan, 2007, Farmakologi dan
Inter. J. App. Res. Nat. Prod., 2:2, 33-36. Terapi. Edisi ke lima, Gaya Baru, Jakarta,
230-246.